Ringkasan Pidato Penutup Hadhrat Mirza Masroor Ahmad pada Jalsah Salana UK 2019
Setelah membaca Tasyahud, Ta’awudz dan menilawatkan Surah al-Fatihah, Hadhrat Khalifatul Masih V (Aba) bersabda bahwa kekuatan saat ini yang mencoba menentang agama berada dalam kekuatan penuh. Ajaran agama dikatakan sudah ketinggalan zaman dan tidak cocok untuk zaman sekarang. Mereka menekankan bahwa ajaran agama harus diubah sesuai dengan zaman yang baru.
Mereka mengatakan bahwa pertama-tama, agama berbicara tentang aspek-aspek yang sudah ketinggalan zaman, oleh karena itu kita harus mengubah diri kita sendiri, dengan mempertimbangkan pencerahan baru. Mereka menyatakan bahwa agama perlu mengubah beberapa ajarannya agar tetap mengikuti perkembangan zaman.
Hudhur (Aba) bersabda bahwa apa yang disebut sebagai ajaran “pencerahan” yang harus diterima oleh agama menyebarkan konsep-konsep amoral di kalangan anak-anak.
Beberapa umat beragama menerima gagasan ini dan menyuarakan perlunya melakukan perubahan pada agama. Dalam dunia Kristen, diskusi ini memang terjadi dan beberapa pakar setuju untuk mengubah bagian-bagian Alkitab. Hudhur (Aba) bersabda bahwa hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman yang benar. Jika seseorang mempunyai keyakinan penuh bahwa Allah berfirman saat ini, maka pemikiran seperti itu tidak akan muncul.
Kami sangat yakin bahwa Al-Qur’an Syarif adalah kitab Allah, dan Dia telah berjanji untuk menjaganya. Agama lain tidak memiliki ajaran aslinya, sehingga mereka dapat mengubah kitab mereka jika diinginkan. Namun ajaran Al-Qur’an tidak pernah berubah dan akan tetap sama hingga Hari Akhir.
Dengan mengutus nabi-Nya, Allah telah menjaga ajaran Al-Qur’an. Al-Qur’an mencakup semua topik; mencakup akademisi, ilmu pengetahuan, hak-hak Allah dan hak-hak manusia. Oleh karena itu, kita tidak boleh terlalu rumit mengenai Al-Qur’an karena itu sudah cukup bagi kita. Tidak diperlukan “pencerahan” baru dalam Al-Quran.
Orang-orang ini, yang menganggap perlu mengubah Al-Qur’an sama sekali tidak merenungkan Al-Qur’an. Kalaupun pernah, mereka hanya sekededar membaca tafsir orang-orang yang tidak mampu mendalami kedalaman Al-Qur’an. Kita perlu menantang orang-orang seperti itu. Al-Qur’an telah menyebutkan segalanya; Al Qur’an Syarif telah menetapkan hak-hak kita.
Para penentang agama mengatakan bahwa agama mengajarkan ibadah dan doa – akibatnya, hal ini memunculkan kemalasan. Mereka menunjuk ke arah Islam ketika mengajukan keberatan ini. Hudhur (Aba) menyatakan bahwa Allah telah berfirman bahwa Dia telah menciptakan manusia dan jin untuk beribadah kepada-Nya dan pada saat yang sama Dia telah berfirman bahwa tidak akan peduli kepada kita kalau bukan karena kita berdoa dan memohon ampunan. Oleh karena itu, dari sini kita menyimpulkan bahwa Allah tidak membutuhkan doa kita. Ibadah adalah untuk kepentingan kita sendiri, bukan untuk Allah.
Mereka yang menentang Islam mengatakan bahwa Islam tidak melindungi hak asasi manusia. Hudhur (Aba) bersabda bahwa hari ini beliau akan menyebutkan hak-hak yang telah diajarkan dalam Al-Quran, hak-hak tersebut berlaku untuk setiap zaman dan merupakan kunci menuju kedamaian sejati.
Orang-orang ini, atas nama hak, telah menciptakan kekacauan di dunia. Mereka menuduh Islam menghalangi hak-hak. Al-Qur’an adalah kitab yang lengkap dan telah menyebutkan hak-hak Allah (huququllah) dan hak-hak manusia (huququl ‘ibad).
Hadhrat Amirul Mukminin (Aba) bersabda, “Hari ini, saya akan berbicara tentang hak-hak manusia”.
Hadhrat Amirul Mukminin (Aba) menyebutkan sebuah ayat Al-Qur’an yang menyatakan tentang menyembah Allah dan tidak menyembah yang lain. Pada saat yang sama, Al-Quran memerintahkan untuk menjaga kemanusiaan; termasuk sanak saudara, tetangga, musafir, orang miskin dan hamba sahaya, dsb.
Rasulullah (Saw) bersabda, “Barang siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia, maka ia tidak berterima kasih kepada Allah”. Di zaman ini, Hadhrat Masih Mau’ud (As) bersabda bahwa syariat mempunyai dua bidang utama – hak-hak Allah dan hak-hak manusia. Hak Allah meliputi ibadah kepada-Nya dan tidak pernah menyembah yang lain. Hak manusia, Hadhrat Masih Mau’ud (As) bersabda, adalah benar-benar memperhatikan manusia dan tidak menyakiti mereka sedikit pun.
Hadhrat Amirul Mukminin (Aba), mengutip sabda Hadhrat Masih Mau’ud (As), bahwa manusia harus menghabiskan siang dan malam untuk memperbaiki akhlak mereka. Orang-orang harus berpikir baik mengenai orang lain, bukan berpikir buruk tentang mereka. Dengan melakukan hal ini, maka seseorang akan mengembangkan rasa kasih sayang, persatuan dan kekuatan di antara saudara dan saudarinya. Hudhur bersabda bahwa banyak orang yang peduli pada sesama mereka; mereka tidak peduli ketika ada seseorang yang kelaparan; ketika ada seseorang mempunyai masalah keuangan, mereka tidak pernah mau menyisihkan harta mereka untuk orang tersebut.
Hudhur (Aba) menyebutkan sebuah survei baru-baru ini yang menunjukkan bagaimana sedekah paling banyak diberikan oleh orang-orang yang beragama dan umat Islamlah dari antara mereka yang paling banyak bersedekah. Orang-orang duniawi tidak menghabiskan kekayaannya untuk melayani orang miskin.
Ketika seseorang bekerja untuk Allah dan membantu saudara-saudaranya yang lemah dan kurang beruntung, keimanan mereka meningkat. Hadhrat Masih Mau’ud (As) bersabda bahwa jika manusia tidak membantu orang lain, perlahan-lahan ia berubah menjadi seperti hewan, tidak peduli terhadap orang lain.
Hadhrat Masih Mau’ud (As) bersabda, “Bersikap baiklah kepada seluruh umat manusia, tanpa memandang siapa mereka”. Beliau bersabda agar “jangan pernah membatasi lingkaran kebaikan kalian.”
Hudhur (Aba) kemudian menyebutkan hak-hak khusus yang telah Allah tetapkan. Merujuk pada sebuah ayat, Hudhur (Aba) bersabda bahwa dalam Al-Quran Syarif, Allah Ta’ala sangat menekankan perlakuan baik terhadap kedua orang tua, terutama ketika mereka sudah menginjak usia lanjut.
Menjelaskan hal ini lebih jauh, Allah Ta’ala menyebutkan bagaimana seorang ibu melewati rasa sakit yang luar biasa untuk melahirkan anaknya. Allah kemudian membahas mengenai perlakuan baik dan keramahan yang harus dimiliki seseorang terhadap orang tuanya, meskipun mereka bertindak kasar.
Hudhur (Aba) bersabda bahwa Allah Ta’ala berfirman untuk selalu menjunjung tinggi hak-hak orang tua. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa seorang laki-laki mendatangi Nabi (Saw) dan bertanya kepada siapa dia harus bersikap paling baik. Nabi (Saw) tiga kali berkata kepada ibunya dan terakhir, beliau bersabda, kepada ayahnya.
Rasulullah (Saw) bersabda, amalan yang paling dicintai di sisi Allah adalah beribadah kepada Allah, kemudian berbuat baik kepada kedua orang tua, lalu berjihad di jalan Allah.
Suatu ketika ada seorang laki-laki datang kepada Nabi (Saw) dan meminta izin untuk melakukan berjihad. Nabi (Saw) bersabda kepadanya bahwa jihad baginya adalah dengan tetap tinggal dan mengkhidmati orang tuanya.
Hadhrat Amirul Mukminin (Aba) bersabda bahwa orang-orang yang katanya memperjuangkan hak-hak, justru mereka merampas hak-hak orang tua. Jika orang tua menegur atau mengoreksi anak-anak mereka, organisasi-organisasi tersebut akan angkat suara. Hudhur (Aba) bersabda bahwa orang-orang sudah muak [dengan mereka] dan kini bersuara dengan mengatakan bahwa gagasan seperti itu adalah omong kosong dan para orang tua memang harus mendidik anak mereka sendiri.
Hadhrat Masih Mau’ud (As) bersabda bahwa laki-laki pertama-tama harus menjaga ibunya. Hadhrat Masih Mau’ud (As) bersabda bahwa Rasulullah (Saw) memuji Hadhrat Uwais al-Qarni (ra) yang tidak dapat mengunjungi Nabi (Saw) karena pengkhidmatan beliau kepada ibunya. Rasulullah (Saw) hanya menyampaikan salam yang khas kepada dua orang, yakni Hadhrat Uwais al-Qarni (ra) dan Hadhrat Imam Mahdi.
Atas nama kebebasan, pemerintah merampas hak-hak orang tua. Allah juga telah menganugerahkan hak-hak yang besar kepada anak-anak. Allah berfirman agar jangan membunuh anak-anak kalian karena takut miskin. Maksud dari membunuh anak-anak adalah tidak mendidik mereka, tidak memenuhi kebutuhan mereka, dll. Dalam contoh lain, Al-Quran memerintahkan untuk tidak membunuh anak-anak karena kemiskinan karena Tuhanlah yang menurunkan mereka rezeki dan membunuh mereka adalah suatu dosa besar.
Rasulullah (Saw) memerintahkan untuk menghormati anak-anak dan memberi mereka pengasuhan yang baik. Rasulullah (Saw) juga bersabda bahwa hadiah terbaik yang dapat diberikan seorang ayah kepada anak-anaknya adalah dengan memberikan kepada mereka pengasuhan yang baik.
Berkenaan dengan pengasuhan anak yang baik, Hadhrat Masih Mau’ud (As) bersabda bahwa manusia sangat menginginkan anak, namun tidak memberikan pengasuhan yang baik; mereka tidak berdoa untuk anak-anak mereka atau mengerahkan upaya apa pun untuk mendidik mereka. Hudhur (As) bersabda bahwa beliau mendoakan anak-anaknya setiap hari. Orang-orang tidak menghentikan anak-anak mereka ketika mereka bertindak tidak berakhlak. Anak-anak seharusnya dijadikan bagian dari masyarakat yang sehat.
Islam menetapkan hak-hak anak yang orang tuanya bercerai dan hak-hak ini lebih baik dari hukum mana pun yang ada saat ini. Allah berfirman bahwa seorang ibu (yang bercerai) harus memenuhi masa penyapihan setelah dua tahun jika ayahnya menghendaki. Pada saat yang sama, seorang ayah mempunyai tanggung jawab untuk memberikan nafkah bagi anak dan ibu. Hudhur (Aba) menjelaskan ayat ini lebih lanjut dan mengatakan bahwa hak-hak perempuan dan anak sangatlah dijunjung tinggi dalam ayat ini. Dengan ditetapkannya hak-hak tersebut, maka perceraian tidak akan menjadi sarana permusuhan dan kekacauan yang besar karena hak-hak anak, ibu dan ayah dijunjung tinggi.
Al-Qur’an sangat menekankan perlindungan terhadap hak-hak anak yatim. Berdasarkan Al-Quran, Hadhrat Amirul Mukminin (Aba) membahas berbagai tanggung jawab masyarakat dalam menegakkan hak-hak anak yatim, melindungi kekayaan mereka dan memberi mereka pendidikan yang baik. Inilah ajaran Islam yang agung.
Lalu ada kemurahan hati dan kebaikan terhadap anak-anak. Rasulullah (Saw) menjunjung tinggi hak-hak bahkan hak-hak anak-anak musuh. Nabi (Saw) menegur anggota lasykar yang membunuh anak-anak.
Saat ini, pemerintah memisahkan ibu dan anak di berbagai negara di dunia. Meskipun demikian, mereka tetap meyakini bahwa Islamlah yang merampas hak.
Rasulullah (Saw) bersabda bahwa orang yang tidak menaruh belas kasihan terhadap anak-anak, bukanlah termasuk golongan kami.
Rasulullah (Saw) sangat menekankan perhatian pada anak perempuan. Beliau (Saw) bersabda agar tidak membenci anak perempuan, karena merekalah yang memiliki kecintaan lebih dari siapapun.
Pada suatu kesempatan, ketika seorang laki-laki memukul anaknya, Hadhrat Masih Mau’ud (As) sangat kecewa dengan hal ini dan menyatakan ketidaksukaan beliau terhadap tindakan tersebut. Hudhur (As) bersabda bahwa jika seseorang mendoakan anak-anaknya dengan semangat yang sama seperti ketika mereka memarahinya, maka mereka akan menyadari keberkahan dan perubahan yang ditimbulkannya.
Hadhrat Masih Mau’ud (As) juga bersabda bahwa anak-anak harus diberi tarbiyat. Jika tidak, maka mereka akan tumbuh dengan kebiasaan buruk. Hudhur (As) bersabda bahwa hal ini merupakan ajaran yang seimbang.
Allah telah mengajarkan kita sebuah doa untuk istri dan anak kita dalam Al-Qur’an, yang menghasilkan suasana yang lebih baik.
Hak-hak telah ditetapkan bagi perempuan yang bercerai. Al-Qur’an memerintahkan laki-laki supaya jangan berbuat tidak adil, melainkan mereka harus bertindak dengan penuh kebaikan dan pengampunan.
Hadhrat Khalifatul Masih V (Aba) menyatakan bahwa bahkan beberapa Ahmadi tidak mengikuti perintah yang tercantum dalam Al-Qur’an. Ketika mereka dihadapkan pada kasus-kasus pengadilan di Jemaat, mereka bertindak melenceng.
Rasulullah (Saw) bersabda bahwa harta yang paling berharga di dunia adalah istri yang shalihah. Kemudian beliau bersabda bahwa yang paling baik di antara kalian adalah dia yang paling baik terhadap istrinya dan bahwa beliau lah yang paling baik terhadap istri beliau. Hadhrat Aisyah (ra) meriwayatkan bahwa Nabi (Saw) selalu membantu pekerjaan rumah tangga dan ketika tiba waktu salat, beliau berangkat untuk beribadah.
Rasulullah (Saw) bersabda bahwa laki-laki mukmin tidak boleh membenci perempuan yang mukmin Jika dia tidak menyukai satu aspek, dia akan menyukai aspek lainnya.
Hudhur (Aba) menyebutkan wahyu Hadhrat Masih Mau’ud (As) yang memerintahkan laki-laki untuk bersikap lembut dan berbuat baik kepada istrinya. Hudhur (As) bersabda, hindarilah perceraian karena hal itu sangat tidak disukai oleh Allah. Hudhur (As) bersabda bahwa perceraian tidak boleh terjadi karena masalah sepele. Mereka yang berbicara tentang hak-hak di negara-negara ini, mereka sendiri tidak mengurus perempuan mereka dan sering kali melakukan perselingkuhan di luar perkawinan. Angka perceraian di sini sangat tinggi.
Kemudian mengenai saudara laki-laki dan perempuan, Al-Qur’an mengajarkan doa di mana seseorang memintakan ampunan bagi saudaranya. Untuk menjunjung tinggi hak saudara kandung, Allah memerintahkan untuk menjauhi prasangka, ghibah dan memata-matai.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah (Saw) bersabda, “Seseorang belum beriman sampai dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri.”
Rasulullah (Saw) bersabda untuk tidak berprasangka buruk atau membenci satu sama lain. Tidak halal bagi seorang mukmin untuk berhenti berbicara dengan mukmin lain lebih dari tiga hari.
Al-Qur’an menekankan pentingnya menjunjung tinggi hak-hak kerabat dan menjaga hubungan baik dengan mereka. Rasulullah (Saw) bersabda bahwa barangsiapa yang menghendaki kelebihan harta atau umur, maka hendaknya dia bersikap baik terhadap sanak saudaranya.
Rasulullah (Saw) bersabda bahwa mereka yang tidak menjaga kerabatnya tidak akan masuk surga.
Rasulullah (Saw) bersabda bahwa Jibril menyampaikan pentingnya kepedulian terhadap tetangga sedemikian rupa sehingga Rasulullah (Saw) mulai berpikir bahwa mungkin Jibril akan memasukkan tetangga ke dalam ahli waris.
Hudhur (Aba) bersabda bahwa Hadhrat Masih Mau’ud (As) bersabda bahwa mereka yang tidak menjaga hak-hak tetangganya bukanlah termasuk Jemaat beliau. Al-Qur’an Syarif juga memberikan perhatian yang besar dalam menegakkan hak-hak para janda. Rasulullah (Saw) bersabda bahwa orang yang menjunjung hak-hak mereka adalah laksana orang yang ikut berjihad.
Hudhur (Saw) menggunakan ayat-ayat Al-Quran untuk menunjukkan bagaimana Al-Quran menjunjung tinggi hak-hak kaum lansia. Allah berfirman agar berbuat baik kepada orang tua yang lanjut usia dan tidak memarahi ataupun mencaci mereka.
Rasulullah (Saw) bahkan menjaga hak-hak lansia selama shalat. Seorang lansia mengeluh kepada Nabi (Saw) tentang lamanya shalat seorang Imam. Walhasil, Nabi (Saw) dengan tegas berpesan kepada para sahabat beliau untuk mempersingkat shalat ketika ada lansia yang hadir.
Ketika Fattah Mekah, Rasulullah (Saw) mengumumkan kepada kaum Quraisy bahwa kejahilan mereka kini telah berakhir dengan datangnya Islam. Beliau kemudian menilawatkan ayat Al-Qur’an yang berisi tentang persatuan antar manusia dan tidak membeda-bedakan ras. Rasulullah (Saw) memaafkan seluruh suku Quraisy setelah mereka mengatakan bahwa mereka mengharapkan Rasulullah (Saw) untuk memperlakukan mereka dengan kebaikan pada penaklukan beliau.
Hadhrat Masih Mau’ud (As) menyatakan bahwa Al-Qur’an menekankan perlunya berlaku jujur dan adil, bahkan terhadap musuh sekalipun. Memanglah sulit untuk bertindak adil terhadap mereka yang membunuh para wanita dan anak-anak kalian, namun Al-Qur’an juga menuntut penegakan hak-hak musuh. Hudhur (As) bersabda bahwa kebanyakan orang berbicara dengan kebaikan di hadapan musuh, akan tetapi mereka tidak menjunjung hak-hak mereka. Al-Qur’an tidak hanya menyebutkan cinta tetapi berbicara tentang tingkat cinta yang seharusnya diperlihatkan seseorang.
Al-Qur’an menetapkan hak-hak hamba yang dimiliki tangan kanan dengan sangat terperinci. Rasulullah (Saw) mengajarkan untuk menjaga para pelayan dengan baik, memberi mereka pakaian dan memberi makan dengan standar yang sama dengan pakaian dan makanannya sendiri.
Dalam pidato beliau, Hudhur (Aba) bersabda bahwa Al-Quran juga mengajarkan kerukunan umat beragama. Al-Qur’an mengatakan agar jangan mengejek atau mencemooh hal-hal yang disembah oleh orang-orang kafir, karena mereka akan mengutuk Allah.
Mengenai non-Muslim, Al-Qur’an menyatakan untuk tidak memerangi orang-orang yang tidak menentang kalian, namun seseorang harus bersikap adil terhadap orang-orang tersebut.
Hadhrat Masih Mau’ud (As) bersabda supaya jangan menyakiti orang lain. Hudhur (As) bersabda bahwa suatu agama bukanlah agama jika tidak mengajarkan kebaikan terhadap semua orang.
Tuhan kita tidak membeda-bedakan bangsa mana pun, semua manusia diberikan kekuasaan yang sama, dunia untuk setiap bangsa, bintang dan matahari untuk semua orang, alam untuk semua, makanan dan obat-obatan untuk seluruh umat manusia. Hal ini mengajarkan kita untuk bersikap terbuka terhadap seluruh umat manusia.
Hudhur (Aba) bersabda bahwa beliau hanya dapat menyebutkan sejumlah kecil hak-hak yang dijunjung tinggi dalam Al-Quran dan hal ini memakan banyak waktu. Hudhur (Aba) menyatakan bahwa apa yang disebut sebagai gerakan kemerdekaan saat ini tidak menciptakan masyarakat yang harmonis dan bermoral; mereka menghancurkan masyarakat.
Hudhur (Aba) berdoa semoga Allah memberikan akal kepada orang-orang tersebut dan agar mereka diselamatkan dari murka Allah. Pada saat yang sama, semoga kita menjunjung hak-hak dalam arti sebenarnya.
Hudhur (Aba) kemudian memimpin jamaah untuk berdoa, beliau menekankan untuk mendoakan agar dunia selamat dari murka Allah.
Hudhur (Aba) kemudian mengumumkan total kehadiran Jalsah Salana UK 2019 sebanyak 39.829 orang yang mewakili 115 negara. 21.332 pria dan 18.497 wanita yang hadir. Hudhur (Aba) menyebutkan bahwa tahun lalu, 38.510 orang menghadiri Jalsah Salana UK.
(Mingguan Al Hakam, 4 Agustus 2019)
Sumber: Alislam.org – The Holy Quran: Defender of human rights
Penerjemah: Wa Ode Ifulia