Allah Yang Maha Kuasa telah membagi alam-Nya yang menakjubkan ini dalam tiga bagian. Pertama, adalah alam nyata yang bisa diindera oleh mata, telinga dan indera jasmani lainnya atau melalui peralatan lain. Kedua, adalah alam tersembunyi yang hanya bisa dipahami melalui logika dan asumsi. Ketiga, adalah alam yang amat tersembunyi, yang hampir tidak diketahui sehingga hanya sedikit yang menyadarinya. Alam yang ketiga ini sama sekali tidak terlihat, tidak bisa dicapai melalui logika dan sepenuhnya merupakan dugaan atau perkiraan. Alam tersebut tidak mungkin diinderai melalui cara lain dan hanya dapat diketahui melalui kasyaf, wahyu dan ilham.
Sebagaimana diketahui, untuk mengetahui alam jenis pertama dan kedua maka Allah Yang Maha Agung telah menganugrahkan berbagai fitrat dan kekuatan kepada manusia. Dengan cara yang sama Dia telah memberikan sarana bagi manusia guna menemukan alam ketiga dalam bentuk wahyu, ilham dan kasyaf yang sampai kapan pun tidak pernah ditangguhkan. Mereka yang mentaati persyaratan untuk menggapainya, sesungguhnya telah menjadi penerima dan akan terus menerimanya. Mengingat manusia diciptakan untuk mencapai kemajuan tanpa batas sedangkan AllahSwt itu bebas (luput) dari kekurangan dan kekikiran, adalah tidak pantas menganggap bahwa setelah Dia menanamkan dalam diri manusia hasrat mempelajari ketiga jenis alam tersebut lalu Dia tidak memberikan pengetahuan tentang sarana untuk mengetahui alam ketiga. Hal ini mendorong orang-orang bijak untuk meyakini adanya kebutuhan permanen diri manusia akan kasyaf dan mereka tidak membatasi turunnya wahyu sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Arya. Kaum Arya meyakini bahwa hanya ada empat orang Risyi1] saja yang mungkin mencapai kesempurnaan untuk itu, dan tidak mungkin ada orang kelima lainnya. Sebaliknya, orang-orang bijaksana yang meyakini akan karunia mutlak dari Allah Swt, menganggap bahwa pintu ilham selalu dalam keadaan terbuka dan tidak dibatasi bagi suatu negeri atau agama tertentu saja. Namun sama halnya dengan berbagai hal lainnya yang mempunyai aturan dan metoda konformitas, begitu pula untuk wahyu, ilham dan kasyaf yang hanya bisa dicapai oleh mereka yang mengikuti jalan lurus yang telah ditetapkan. Tidak ada manusia yang menyangkal keajaiban dunia kasyaf. Mereka mengakui bahwa sang Maha Pemurah yang telah menganugrahkan fitrat dan kekuatan kepada manusia untuk meneliti segala hal di alam pertama, tidak akan meluputkan manusia akan sarana guna mengetahui keadaan di alam ketiga, karena dari sinilah manusia memperoleh hubungan yang benar dan sempurna dengan Allah Yang Maha Agung. Melalui pemahaman hakiki yang pasti maka Nur Samawi akan mewujud di dunia ini.
Sebagaimana juga dengan metoda untuk kedua alam lainnya, metoda bagi alam ketiga ini pun terbuka bagi orang-orang benar untuk mengikutinya guna mencapai hasil yang diinginkan. Keajaiban alam ketiga itu jumlahnya tidak terbilang dan jika dibandingkan dengan kedua alam lainnya, sama seperti membandingkan matahari dengan sebutir biji sawi. Jika ada yang menganggap bahwa misteri alam ketiga itu bisa dibuka semata-mata dengan logika, sama seperti yang bersangkutan menutup mata dan menganggap bisa melihat benda-benda kasat mata hanya dengan indera penciuman saja.
Keajaiban alam ketiga sama sekali membingungkan logika. Dalam alam ini bagi mereka yang memiliki pengalaman mendapat kasyaf, mudah baginya meresapi bagaimana terciptanya jiwa atau ruh, sedangkan logika tidak akan mampu menembus realita hal itu. Terkadang mereka yang mendapat kemampuan melihat kasyaf bisa melihat seseorang dari jarak ratusan kilometer tanpa terhalang hambatan apa pun. Bahkan dalam beberapa kejadian ketika berada dalam keadaan sadar sepenuhnya, ia juga bisa mendengar suara orang itu, dan ajaibnya yang bersangkutan juga bisa mendengarnya. Pada beberapa kejadian dalam keadaan sadar sepenuhnya, ia bisa berjumpa dengan ruh dari orang-orang yang sudah meninggal dunia yang biasanya digambarkan sebagai penghuni kuburan. Aku sendiri juga pernah memperoleh pengalaman demikian. Hal ini sama sekali bertentangan dengan akidah re-inkarnasi jiwa sebagaimana yang dianut kaum Hindu. Keajaiban terbesar adalah ketika seseorang yang memiliki kemampuan melihat kasyaf, melalui konsentrasi, dengan izin Allah Swt bisa muncul di hadapan orang lain yang terpisah jarak ratusan kilometer, dalam keadaan sadar tanpa memindahkan tubuhnya sendiri dari tempatnya. Logika mengatakan bahwa seseorang dalam satu saat tidak mungkin berada di dua tempat yang berbeda, namun kemustahilan tersebut menjadi hal yang mungkin di alam ketiga. Begitu juga biasanya orang-orang bijak yang telah menyaksikan ratusan keajaiban, merasa heran atas penyangkalan mereka yang sama sekali menolak konsep keajaiban alam ketiga.
Aku sendiri telah menyaksikan dengan mata kepalaku keajaiban dan kasyaf-kasyaf yang langka dari alam tersebut kurang lebih sekitar lima ribu kali. Dibutuhkan buku tebal untuk mencatat rincian dari pengalaman- pengalaman tersebut. Salah satu aspek luar biasa dari pengalaman demikian ialah mewujudnya beberapa hal yang sebenarnya tidak memiliki eksistensi wujud berkat kekuasaan Ilahi. Pengarang buku Futuhat Wa Fusus2] dan beberapa sufi akbar lainnya telah mengemukakan pengalaman mereka sendiri dari jenis ini dalam kompilasi buku-buku mereka. Hanya saja karena ada perbedaan yang besar antara mendengar dengan melihat maka aku tidak bisa meyakini sepenuhnya hal tersebut semata-mata dari hanya membaca, dan keyakinan itu baru didapat setelah mengalaminya sendiri.
Aku teringat bahwa dalam salah satu kasyaf aku merasa telah menuliskan beberapa taqdir keputusan Tuhan berkaitan dengan masa depan yang kemudian diajukan kepada Allah Yang Maha Agung untuk ditanda-tangani-Nya. (Patut disimak bahwa sering terjadi dalam kasyaf dan mimpi yang benar bahwa beberapa sifat-sifat keindahan dan keagungan Ilahi tampak sebagai wujud manusia dan yang bersangkutan membayangkannya sebagai wujud AllahSwt. Pengalaman seperti ini merupakan hal biasa bagi mereka yang mendapat karunia memperoleh kasyaf dan merupakan suatu hal yang tidak bisa dibantah.) Ketika aku mempersembahkan dokumen dimaksud kepada AllahSwt yang berwujud sebagai seorang penguasa atau raja, Dia mencelupkan pena-Nya dalam tinta merah lalu menjentikkannya ke arahku, kemudian dengan tinta yang tersisa di ujung pena Dia menanda-tangani dokumen itu. Setelah itu kasyaf berakhir dan ketika membuka mata, terlihat beberapa titik tinta merah di pakaianku dimana ada dua atau tiga titik jatuh di atas kopiah seseorang bernama Abdullah dari Sannaur yang saat itu sedang duduk bersamaku. Tinta merah yang merupakan bagian dari kasyaf tersebut ternyata mewujud dan terlihat secara nyata. Aku juga pernah melihat beberapa kasyaf lainnya yang mirip tetapi akan terlalu panjang jika diuraikan di sini, namun pengalamanku meneguhkan bahwa sesuatu yang dilihat dalam kasyaf bisa mengambil bentuk nyata dengan perkenan Allah Swt.
Hal-hal seperti ini tidak bisa diresapi hanya dengan logika saja. Bahkan orang-orang yang membanggakan logikanya, ketika mendengar hal-hal seperti itu akan menyatakan dengan sombongnya bahwa hal tersebut mustahil adanya dan orang yang mengaku mendapat pengalaman tersebut adalah seorang pembohong atau tidak waras, karena penelitiannya sendiri tidak mampu menembus realitasnya. Orang-orang seperti itu tidak memaklumi bahwa hal-hal yang diyakini oleh ribuan orang-orang muttaqi (bertakwa) dari pengalaman diri mereka sendiri, sepatutnya tidak diremehkan begitu saja. Di luar keajaiban dunia kasyaf, dalam alam nyata ini logika manusia belum sepenuhnya mampu memahami dunia fikiran dan masih berjuta-juta lagi misteri yang masih tersembunyi dari logika manusia.
(Surma Chasm Arya, Qadian, 1886;
Ruhani Khazain, vol. 2, hal. 175-181, London, 1984).
1] Keempat Rishi itu adalah yang menyusun keempat kitab Veda, masing-masing diberi nama Rigveda (kebijakan ayat-ayat), Yajurveda (kebijakan pengorbanan), Samaveda (kebijakan mantra) dan Atharvaveda (kebijakan pendeta Atharva). (Penterjemah)
2] Yang dimaksud adalah Ibn Al-Arabi atau nama lengkapnya Muhyi Addin Abdullah Muhammad Ibn Ali Ibn Muhammad Ibn Al-Arabi Al-Hatimi, digelari juga Asy-Shaikh Al-Akbar, lahir 28 Juli 1165, meninggal 16 Nov. 1240. Dianggap sebagai tokoh Tasauf Islam yang paling akbar. Karya monumentalnya adalah al-Futuhat al-Makiyah (Wahyu-wahyu Mekah) dan Fusus al-Hikam (Sudut- sudut Kebijakan). (Penterjemah)