Sepanjang waktu jeda atau interval di antara pengajuan permohonan doa dengan pengabulannya, seseorang terkadang ditimpa cobaan demi cobaan, beberapa di antaranya bisa mematahkan pinggangnya. Seorang pemohon yang bersiteguh dan berfitrat baik akan mencium keharuman karunia Ilahi dalam masa cobaan dan kesulitan tersebut dan pikirannya menyadari bahwa cobaan tersebut akan diikuti oleh pertolongan Ilahi.
Salah satu aspek dari cobaan demikian adalah lebih tingginya hasrat berdoa. Tambah berat kegalauan yang diderita si pemohon, tambah mencair kalbunya. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor pengabulan doa. Karena itu janganlah patah hati dan jangan berprasangka buruk terhadap Tuhan hanya karena ketidak-sabaran dan kegelisahan. Jangan pernah berfikir hal doanya tidak dikabulkan atau tidak akan dikabulkan. Pandangan demikian merupakan penyangkalan terhadap fitrat Ilahi bahwa Dia mengabulkan doa. (Malfuzat, vol. IV, hal. 434).
Doa merupakan suatu hal yang amat berharga dan seseorang yang terbiasa berdoa akan memperoleh keberhasilan di akhirnya. Hanya saja adalah suatu ketuna-ilmuan dan ketidak-sopanan bahwa ia berusaha menghindari taqdir yang telah ditetapkan Ilahi. Sebagai contoh, orang yang mendoakan agar matahari muncul pada waktu malam hari menunjukkan kekurang-ajaran yang bersangkutan. Orang yang berputus asa atau mengharapkan pengabulan doa sebelum waktunya jelas akan merugi. Sebagai contoh, jika sepasang pengantin yang baru menikah sepuluh hari lalu mengharapkan kelahiran seorang anak, hal itu menunjukkan ketuna ilmuan mereka. Begitu juga dengan orang yang tidak memberikan kesempatan waktu bagi sebuah tanaman untuk tumbuh, sama saja dengan ia tidak memberikan kesempatan berbuah pada waktunya.
Umat Muslim pada umumnya tidak mengetahui prinsip-prinsip dari doa. Sebagian dari mereka yang mempunyai kesempatan untuk berdoa namun kemudian karena tidak mempunyai kesabaran dan keteguhan hati, lalu berputus asa dan mengikuti pandangan Sayid Ahmad Khan1] yang menyatakan bahwa doa itu tidak ada gunanya. Mereka itu amat keliru karena tidak menyadari realitas doa dan pengaruhnya. Karena melihat bahwa harapan untuk memperoleh kekayaan ternyata tidak berhasil, mereka lalu menyatakan bahwa doa itu tidak ada gunanya dan mereka berhenti melakukannya.
Sesungguhnya doa merupakan perhubungan yang sempurna di antara nasib dan pengabdian kepada Tuhan. Jika dikatakan bahwa doa tidak memberikan pengaruh maka berdoa atau pun tidak akan menjadi sama saja. (Malfuzat, vol. III, hal. 203-204).
Kabar Suka Untuk Mereka yang Bersabar
Kita harus selalu berdoa dan memohon pengampunan dari Allah Yang Maha Agung karena Dia itu Dzat Yang Cukup Dengan Diri- Nya Sendiri yang tidak tunduk pada kewenangan siapa pun. Dia akan mengabaikan manusia yang tidak merasa perlu memohon kepada-Nya dengan kepasrahan dan segala kerendahan hati. Jika seseorang yang mendatangi orang lain untuk mengemis atau memohon karunia dengan cara mengemukakan kepapaan dan ketidak-berdayaan dirinya, ada kemungkinan permohonannya dikabulkan. Namun seorang yang datang secara galak menunggang kuda meminta suatu pemberian diikuti ancaman bahwa bila tidak diberi akan menggunakan kekerasan, maka ia akan dihadapi dengan kekerasan pula.
Mencari karunia dari Allah Swt dengan cara membandel berkepala batu serta menjadikan keimanannya sebagai suatu persyaratan, sesungguhnya adalah suatu kesalahan yang akan menjadi batu sandungan baginya. Ketekunan dan keteguhan hati dalam berdoa adalah suatu hal yang lain dari sikap kepala batu. Ucapan yang menyatakan bahwa jika harapannya tidak dikabulkan, ia akan mengingkari keimanannya atau dengan persyaratan lainnya, sebenarnya suatu ketuna ilmuan yang besar dan menunjukkan keawaman seseorang akan cara berdoa yang bisa diklasifikasikan sebagai syirik. Orang-orang seperti itu jelas tidak memahami filosofi cara berdoa. Tidak ada di mana pun dalam Al-Quran dinyatakan bahwa Tuhan akan mengabulkan doa sesuai dengan keinginan si pemohon. Memang benar dinyatakan bahwa:
“Berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengabulkan doamu.” (QS. 40, Al-Mu’min: 61)
namun juga merupakan bagian dari keimanan kita sebagaimana dinyatakan Al-Quran:
“Sesungguhnya akan Kami beri kamu cobaan dengan sedikit ketakutan dan kelaparan.” (QS. 2, Al-Baqarah: 156).
Bila karena hikmah dari ayat:
“Berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengabulkan doamu.” (QS. 40, Al-Mu’min: 61)
Allah Swt mengabulkan doa kalian, tetapi dengan mempertimbangkan juga hikmah dari ayat:
“Sesungguhnya akan Kami beri kamu cobaan.” (QS. 2, Al-Baqarah: 156)
berarti bahwa Dia juga akan menerapkan apa yang menjadi keinginan-Nya. Adalah karena fitrat Maha Pemurah dan Maha Penyayang maka Allah Swt mengabulkan doa para hamba-Nya, karena jika hanya memaksakan kehendak-Nya semata maka hal itu akan menjadi tidak konsisten dengan hakikat Ketuhanan-Nya.
Ketika Dia menyatakan:
“Sesungguhnya akan Kami beri kamu cobaan dengan sedikit ketakutan.” (QS. 2, Al-Baqarah: 156),
sesungguhnya Dia saat itu berkehendak menerapkan keinginan-Nya. Terkadang datang rasa ketakutan, terkadang lain kelaparan, atau bisa juga kehilangan harta benda, kerugian dalam perdagangan, panen yang buruk, kematian anak, buah-buahan membusuk dan musibah lain. Semua itu merupakan cobaan dari Allah Swt Pada saat demikian, Dia berkehendak memperlihatkan Kewenangan-Nya dan menerapkan kehendak-Nya. Pada saat seperti itu, seorang muminin hakiki tetap akan menerimakan segala cobaan Tuhan tersebut dengan berlapang dada, tidak mengeluh dan tidak berfikir buruk. Karena itulah Allah Swt juga menyatakan:
“Berikanlah kabar suka kepada orang-orang yang sabar.” (QS. 2, Al-Baqarah: 156).
Tuhan tidak ada menyatakan bahwa kabar suka akan diberikan kepada para pemohon doa, melainkan kepada mereka yang bersabar. Karena itu janganlah berkecil hati jika menghadapi kegagalan dalam doa, melainkan belajar menerimakan kehendak Allah Swt dengan keteguhan hati dan kesabaran. Para hamba Allah menyadari adanya hasrat keberhasilan dalam suatu upaya dan untuk itu mereka akan berdoa, namun jika tidak maka mereka cukup puas dengan taqdir Ilahi. Ketika mereka melihat gejala suatu bencana maka mereka akan berdoa, namun jika mereka rasa bahwa hal itu adalah bagian dari taqdir Ilahi maka mereka akan bersabar sebagaimana Hadhrat Rasulullah Saw juga bersabar saat wafat putra-putra beliau, dimana salah satunya bernama Ibrahim.(Malfuzat, vol. III, hal. 385-386).
Aku sering sekali mengalami bahwa ketika Tuhan tidak mau mengabulkan suatu doa, tetapi karena sifat-Nya Yang Maha Pemurah lalu menerima doa lain yang serupa sebagai gantinya sebagaimana dinyatakan oleh-Nya:
“Ayat mana pun yang Kami mansukhkan atau Kami biarkan terlupa, maka Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang semisalnya. Tidak tahukah engkau bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu?.” (QS. 2, Al-Baqarah:107).
(Haqiqatul Wahi, Qadian, Magazine Press, 1907; Ruhani Khazain, vol. 22, hal. 340, London, 1984).
Janganlah berpuas diri karena merasa kalian telah berdoa setiap hari tetapi tanpa shalat. Sebenarnya shalat itu merupakan doa juga yang dilakukan setelah memperoleh pemahaman dan rahmat, dan shalat ini merupakan doa tersendiri. Doa seperti ini bisa bersifat menghancurkan layaknya api yang meluluhkan, kekuatan magnetis yang menarik rahmat dan bentuk kematian yang membawa kehidupan. Shalat merupakan hujan lebat yang kemudian berubah menjadi wadah. Setiap kegalauan bisa diatasi olehnya dan setiap racun menjadi penawar karenanya.
1] Sir Sayyed Ahmad Khan (1817-1898) seorang Pendidik, Hakim dan Pengarang yang antara lain mengarang Essays on the life of Mohammed. Ia memperoleh gelar Sir dari pemerintahan Inggris pada tahun 1888. Salah seorang modernist Islam yang berusaha mengharmoniskan agama Islam dengan pandangan progresif di bidang ilmiah dan politis. Ia berhasil mendirikan beberapa sekolah dan perguruan tinggi bagi kemajuan umat Muslim di India. (Penterjemah)