ِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Ringkasan Khutbah Jum’at
Ringkasan Khotbah Jum'at yang disampaikan oleh Hadhrat Khalīfatul-Masīh V aba pada tanggal 21 Juli 2023 di Masjid Mubarak, Islamabad, Tilford, UK.
KEHIDUPAN HADHRAT RASULULLAH SAW. (VIII):
PERISTIWA DI DALAM PERANG BADAR
Setelah membaca tasyahud, ta’awwudz dan surah Al-Fatihah, Khalifatul Masih Al- Khamis, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad aba. bersabda bahwa beliau aba. telah menyampaikan peristiwa-peristiwa yang terjadi di kehidupan Hadhrat Rasulullah saw. sehubungan dengan Perang Badar.
Perlakuan Baik terhadap Tawanan Perang
Hudhur aba. bersabda bahwa setelah pertempuran, ketika para tawanan perang, termasuk di dalamnya adalah paman Hadhrat Rasulullah saw., Abbas, dibawa ke hadapan beliau saw., beliau saw. tidak bisa tidur di malam hari. Seseorang lalu bertanya, mengapa beliau saw. tidak bisa tidur? Hadhrat Rasulullah saw. kemudian menjawab bahwa beliau tidak bisa tidur dikarenakan mendengar suara tangisan dari Abbas. Orang itu pun pergi dan melonggarkan rantai belenggu Abbas. Setelah itu, beliau saw. bertanya mengenai apa yang terjadi? Sekarang beliau tidak lagi mendengar tangisan Abbas. Ketika beliau saw. diberitahu bahwasanya rantai belenggunya telah dilonggarkan, maka Hadhrat Rasulullah saw. menginstruksikan agar hal yang sama harus dilakukan juga kepada semua tahanan, sehingga tidak ada tawanan yang mendapatkan perlakuan istimewa.
Hudhur aba. mengutip tulisan dari Hadhrat Mirza Basyir Ahmad ra, yang menulis:
Hadhrat Rasulullah saw. tetap tinggal di lembah Badar selama tiga hari dan waktu 3 hari itu beliau saw. gunakan untuk mengkafani dan menguburkan jenazah para syuhada dan juga merawat pasukan-pasukan yang terluka. Dan selama 3 hari itu jugalah, harta rampasan perang dikumpulkan dan dipilah-pilih. Tawanan orang-orang kafir, yang berjumlah tujuh puluh, diamankan dan diserahkan ke dalam perlindungan beberapa orang Muslim. Hadhrat Rasulullah saw. dengan tegas menginstruksikan kepada umat Islam untuk memperlakukan para tawanan dengan penuh kasih sayang dan lemah lembut serta memastikan agar kenyamanan mereka terjaga. Para sahabat, yang memiliki kecintaan dan semangat untuk memenuhi setiap keinginan dari majikan mereka, lalu melaksanakan instruksi tersebut dengan sangat luar biasa sehingga hal seperti itu tidak dapat ditemukan dalam sejarah dunia mana pun juga. Oleh karena itu, dari antara para tahanan ini, seorang tahanan bernama Abu ‘Aziz bin ‘Umair menceritakan bahwa, “Atas instruksi Hadhrat Rasulullah saw., kaum Anshar memberi saya roti panggang, tetapi mereka sendiri hanya memakan kurma, dll. Seringkali terjadi bahwa sekali pun jika mereka mempunyai sepotong kecil roti, mereka akan memberikannya kepadaku, dan tidak mau memakannya sendiri. Jika saya mengembalikan roti itu kepada mereka karena saya merasa malu menerimanya, mereka justru akan bersikeras bahwasanya roti itu milik saya.
Para tawanan yang tidak memiliki pakaian yang cukup akan diberikan pakaian. Contohnya, ‘Abdullah bin Ubayy memberikan bajunya kepada ‘Abbas.
Sir William Muir mengakui perlakuan baik terhadap para tawanan ini dengan kata- kata berikut:
“Sesuai dengan perintah dari Muhammad, penduduk Madinah, dan para pengungsi yang telah memiliki rumah mereka sendiri, menerima kehadiran para tawanan dan memperlakukan mereka dengan penuh kasih sayang. “Keberkatan bagi orang-orang Madinah!”, kata salah satu tawanan ini di kemudian hari. “Mereka menyuruh kami untuk menunggangi unta, sementara mereka sendiri berjalan kaki. Mereka memberi kami roti gandum untuk dimakan walaupun hanya ada sedikit, sedangkan mereka cukup dengan memakan kurma.” Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa ketika, beberapa waktu kemudian, rekan-rekan mereka datang untuk menebus mereka, beberapa tawanan yang telah diperlakukan dengan baik, menyatakan diri sebagai pemeluk agama Islam. Perlakuan baik mereka kepada para tawanan sedemikian rupa lamanya sehingga meninggalkan kesan baik di benak mereka, bahkan bagi mereka yang tidak langsung masuk ke dalam agama Islam.”’ (The Life & Character of the Seal of Prophets saw, Vol. 2 hal. 156-157)
Bagaimana Kemenangan di Badar Mempengaruhi Para Penentang Islam
Hudhur aba. bersabda bahwa ketika berita kemenangan umat Islam sampai ke Madinah, Ka’ab bin Ashraf mencoba membantahnya. Nyatanya, dengan mneyaksikan kemenangan tersebut dan bagaimana umat Islam berhasil mengalahkan para pemimpin besar kaum Mekah, orang-orang Yahudi menjadi sangat iri.
Hudhur aba. mengutip kembali tulisan Hadhrat Mirza Basyir Ahmad ra, yang menulis:
“Sampai saat ini, banyak orang dari suku Aus dan Khazraj masih berpegang teguh pada kemusyrikan. Kemenangan Badar mengakibatkan pergerakan di antara orang- orang ini, dan setelah menyaksikan kemenangan yang sungguh luar biasa hebatnya itu, banyak dari antara mereka yang menjadi yakin akan kebenaran Islam. Setelah itu, unsur penyembahan berhala mulai berkurang dengan sangat cepat di Madinah. Namun, ada juga sebagian orang yang di dalam hatinya mengatakan bahwa kemenangan Islam ini telah menyulut api dendam dan kecemburuan. Merasa bukan langkah yang bijak jika harus melakukan penentangan secara terbuka, tampaknya mereka menerima Islam, tetapi dari dalam, mereka berusaha keluar dari Islam dan bergabung dengan kelompok orang- orang munafik. Yang paling menonjol di antara golongan terakhir itu adalah ‘Abdullah bin Ubayy bin Sulul, yang merupakan kepala suku Khazraj yang sangat terkenal. Karena kedatangan Hadhrat Rasulullah saw. ke Madinah, dia merasa terkejut karena kepemimpinannya diambil dari dirinya (Abdullah Bin Ubay). Setelah perang Badar selesai, orang ini pada awalnya menjadi seorang Muslim, tetapi hatinya dipenuhi dengan kedengkian dan permusuhan terhadap Islam. Dia menjadi pemimpin kemunafikan dan diam-diam mulai membuat serangkaian konspirasi melawan Islam dan Nabi saw. Dengan demikian, akan menjadi bukti dari peristiwa-peristiwa yang terjadi selanjutnya bahwa pada kesempatan-kesempatan tertentu, orang ini menjadi sarana untuk menciptakan situasi-situasi yang sangat berbahaya bagi umat Islam.” (The Life & Character of the Seal of Prophets saw, Vol. 2 hal. 172-173)
Hadhrat Mirza Basyir Ahmad ra. menulis:
“Perang Badar memiliki pengaruh yang mendalam dan memiliki dampak yang berkepanjangan, baik bagi orang-orang kafir maupun kaum Muslim sendiri Karena alasan-alasan itulah, pertempuran ini memiliki makna tersendiri dalam sejarah Islam, sehingga Al-Qur’an menyebut pertempuran ini dengan sebutan “Yaumul-Furqan,” yaitu hari di mana perbedaan yang nyata dibuat antara Islam dan kekafiran. Tidak diragukan lagi bahwa memang tetap terjadi peperangan antara kedua belah pihak dan beberapa di antaranya berlangsung dengan sangat sengit. Kadang-kadang, umat Islam dihadapkan pada situasi yang sulit, tetapi dalam perang Badar, tulang punggung kaum Quraisy telah patah, yang tidak dapat diperbaiki secara permanen meskipun setelah operasi bedah. Sejauh menyangkut jumlah korban, kekalahan di Badar ini bukanlah merupakan kekalahan yang besar. Kematian tujuh puluh atau tujuh puluh dua prajurit bagi orang- orang seperti Quraisy sama sekali tidak dapat dianggap sebagai suatu kehancuran nasional. Dalam perang Uhud, inilah jumlah korban umat Islam. Namun, kekalahan ini bahkan tidak terbukti menjadi penghalang sementara di jalur kemenangan umat Islam. Lalu mengapa perang Badar dijuluki Yaumul-Furqan? Menanggapi pertanyaan ini, jawaban terbaik adalah dalam kata-kata berikut dari Al-Qur’an,“Sesungguhnya pada hari itu terpotong akar orang-orang kafir.” (Al-Quran 8:9)
Dengan kata lain, pukulan atas terjadinya perang Badr ini telah menghantam akar kaum kafir, dan hancur berkeping-keping. Jika pukulan ini mengenai cabang dan bukan akar, terlepas dari seberapa besar kerugian yang ditimbulkannya, kerugian ini tidak akan ada apa-apanya dibandingkan dengan kerugian yang sebenarnya ditimbulkan. Namun, hantaman ke akar ini mengubah pohon hijau subur ini menjadi tumpukan batu bara, hanya dalam beberapa saat saja. Ranting-ranting yang bertahan hanyalah yang menempel pada pohon lain, sebelum mengering. Oleh karena itu, di medan Badar, kerugian kaum Quraisy tidak diukur dari banyaknya jumlah orang yang mati, melainkan dari siapa yang telah mati terbunuh. Ketika kita melihat korban kaum Quraisy dari sudut pandang ini, tidak ada keraguan atau ketidakpastian sekecil apa pun, bahwasanya di Badar, akar kaum Quraisy benar-benar terputus. ‘Utbah, Shaibah, Umayyah bin Khalaf, Abu Jahl, ‘Uqbah bin Abi Mu’it dan Nadr bin Harits, dll., adalah penggerak dari kaum Quraisy. Ruh ini terbang dari suku Quraisy di lembah Badar selamanya, dan mereka ditinggalkan seperti jasad tak bernyawa. Karena alasan inilah maka perang Badar diberi nama Yaum-e-Furqan.” (The Life & Character of the Seal of Prophets saw., Vol. 2 hal. 165-166)
Derajat Sahabat yang Ikut di Dalam Perang Badar
Hudhur aba. bersabda bahwa malaikat Jibril mendatangi Hadhrat Rasulullah saw. dan bertanya kepadanya, “Derajata apa yang dia berikan kepada umat Islam yang ikut serta dalam Perang Badar” Nabi saw. menjawab bahwa mereka adalah yang terbaik dari umat Islam. Malaikat Jibril mengatakan bahwa hal yang sama juga terjadi pada malaikat yang berpartisipasi dalam perang tersebut.
Hudhur aba. mengatakan bahwa setelah Perang Badar, Hadhrat Rasulullah saw. mengutus Hadhrat Ali ra. bersama dengan beberapa orang lainnya untuk mengejar seorang wanita yang membawa surat. Ketika mereka mencegatnya, mereka meminta surat yang dibawanya itu untuk mereka kembalikan kepada Nabi saw. Mereka menemukan bahwa Hatib sedang menginformasikan Quraisy tentang sebuah rencana tertentu dari Nabi saw. Ketika Nabi saw. bertanya kepada Hatib tentang hal ini, dia menjawab bahwasanya dia melakukanya hanya untuk mendapatkan dukungan dari kalangan Quraisy. Sedangkan, keimanannya tetap teguh di dalam Islam. Hadhrat Umar ra. ingin membunuhnya. Hadhrat Rasulullah saw. menjawab bahwa Hatib telah mengambil bagian dalam Perang Badar, dan Tuhan berjanji bahwa Dia akan mengampuni dosa orang-orang yang ikut serta dalam Perang Badar dan tidak ada dari mereka yang akan mati dalam keadaan tidak beriman.
Hadhrat Rasulullah saw. bersabda bahwa beliau saw. meyakinkan bahwa tidak seorang pun dari orang-orang yang ambil bagian dalam Badar dan Hudaibiyah akan masuk ke dalam api neraka.
Hudhur aba. bersabda bahwa ketika tunjangan ditetapkan untuk para sahabat pada masa Hadhrat Umar ra, jumlah yang lebih tinggi ditetapkan untuk orang-orang yang berpartisipasi dalam Perang Badar.
Jalsa UK 2023
Hudhur aba. bersabda bahwa Jumat depan, Jalsah Salanah UK akan dimulai. Setelah jeda tiga atau empat tahun, tamu internasional akan menghadiri Jalsah ini dalam jumlah yang besar. Bahkan, para tamu tersebut sudah mulai berdatangan di UK.
Hudhur aba. berdoa semoga semua orang yang bepergian dapat menempuh perjalanan menuju Jalsa ini dengan aman dan sampai dengan selamat. Hudhur aba. berdoa semoga semua orang yang hadir mendapatkan keberkatan dari Jalsah ini, bahkan termasuk mereka yang tinggal di Inggris. Satu-satunya tujuan setiap orang menghadiri Jalsah adalah untuk mendapatkan santapan ruhani.
Keutamaan Selalu Tersenyum
Hudhur aba. bersabda bahwa Hadhrat Rasulullah saw. memberi petunjuk kepada orang-orang yang beriman kepada Tuhan dan Rasul-Nya saw. agar menghormati tamu- tamu mereka. Selama hari-hari Jalsah, orang-orang dari seluruh dunia dan dengan perbedaan temperamen akan datang untuk menghadiri Jalsah ini. Kadang-kadang, menjadi sulit untuk membedakan bagaimana cara untuk menghadapi mereka sesuai dengan temperamen mereka. Terkadang, tamu tertentu mengatakan sesuatu yang tidak disukai oleh para panitia. Namun, kami telah diperintahkan oleh Tuhan untuk menghormati tamu apapun keadaannya. Sebenarnya ini adalah salah satu cara di mana keimanan seseorang diuji. Oleh karena itu, semua pantia harus mengingat hal ini, menunjukkan akhlak terbaik mereka, dan selalu tersenyum.
Diringkas oleh: Additional Wakilut Tabshir
Diterjemahkan oleh: Irfan HR
DOA KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنُؤْمِنُ بِهِ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ
وَنَعُوْذ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ
وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
عِبَادَ اللهِ رَحِمَكُمُ اللهُ
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى
وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذكَّرُوْنَ
أُذكُرُوا اللهَ يَذكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ