ِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Ringkasan Khutbah Jum’at
Ringkasan Khotbah Jum'at yang disampaikan oleh Hadhrat Khalīfatul-Masīh V aba pada tanggal 16 Juni 2023 di Masjid Mubarak, Islamabad, Tilford, UK.
KEHIDUPAN HADHRAT RASULULLAH SAW.:
EKSPEDISI DI MASA-MASA AWAL (III)
Setelah membaca tasyahud, ta’awwudz dan surah Al-Fatihah, Yang Mulia, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad aba. bersabda bahwa beliau aba. akan menyampaikan kembali berbagai persiapan yang dilakukan dalam menghadapi perang dengan orang-orang kafir Mekah.
Nubuatan Tentang Umayyah bin Khalaf
Hudhur aba. bersabda, Umayyah bin Khalaf ragu-ragu untuk ikut serta dengan orang-orang Mekah lainnya untuk pergi berperang melawan kaum Muslim. Diriwayatkan bahwa Abu Jahal pergi menemui Umayyah dan mengatakan bahwa Umayyah termasuk di antara kepala suku yang terhormat, dan jika dia mundur/tidak ikut serta, maka hal itu akan membuat orang lain juga mundur (tidak ikut berperang). Namun, alasan utama mengapa Umayyah ragu untuk pergi berperang adalah karena Nabi Muhammad saw. telah menubuatkan bahwasanya Umayyah akan mati terbunuh.
Menurut salah satu riwayat, Umayyah telah memberikan perlindungan kepada Hadhrat Sa’d bin Mu’az ra. untuk melakukan ibadah Umrah. Ketika Hadhrat Sa’d ra. sedang tawaf mengelilingi Ka’bah, Abu Jahal melihatnya dan mengancam keselamatannya karena beliau ra. telah bai’at menerima Nabi Muhammad saw. Umayyah mencoba untuk memberitahu Hadhrat Sa’d ra. untuk tidak mengatakan apapun kepada Abu Jahal karena dia adalah seorang kepala suku yang dihormati di antara orang-orang Mekah. Namun, Hadhrat Sa’d ra. bersabda bahwa jika beliau ra. dihalang-halangi untuk melakukan tawaf mengelilingi Ka’bah, maka beliau ra. juga akan menghalang-halangi jalan dari Syria yang biasa ditempuh oleh kafilah dagang mereka (orang-orang Mekah). Pada saat itu juga, Hadhrat Sa’d ra. memberi tahu Umayyah bahwa beliau ra. telah mendengar Nabi Muhammad saw. menubuatkan bahwasanya Umayyah akan mati terbunuh. Mendengar hal itu, Umayyah mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw. tidak pernah berbohong. Karena nubuatan inilah yang menyebabkan Umayyah ragu-ragu untuk ikut berperang.
Abu Jahal lalu meyakinkan Umayyah untuk setidaknya melakukan perjalanan dengan kafilah selama dua hari saja yang pada akhirnya disetujui oleh Umayyah. Namun, dalam dua hari inilah, Umayyah akhirnya terbunuh, sehingga nubuatan Nabi Muhammad saw. pun tergenapi.
Mimpi Adik Abu Lahab
Hudhur aba. menyampaikan bahwa Abu Lahab juga takut dan ragu-ragu untuk ikut berperang, dan memutuskan untuk mengirimkan orang lain sebagai penggantinya. Mengenai hal ini, Hudhur aba. mengutip Hadhrat Mirza Basyir Ahmad ra. yang menulis:
“Hanya ada dua orang yang ragu-ragu untuk ikut berperang dan mereka adalah Abu Lahab dan Umayyah bin Khalf. Namun, alasan keragu-raguan tersebut bukanlah karena rasa simpati mereka terhadap umat Islam, melainkan dikarenakan Abu Lahab takut akan mimpi saudara perempuannya, yaitu ‘Atikata binti ‘Abdul-Muṭhalib, yang dilihatnya hanya tiga hari sebelum kedatangan Ḍamḍam, yang mengisyaratkan akan kehancuran kaum Quraisy. Sedangkan Umayyah bin Khalf takut akan nubuatan Nabi Muhammad saw. tentang kematiannya yang ia ketahui dari Sa’d bin Mu’az ra. di Mekah. Namun, dikarenakan ada kekhawatiran bahwa jika kedua pemimpin yang terhormat tersebut tetap tinggal dan tidak ikut berperang akan berdampak negatif pada orang-orang yang tidak beriman, maka para pemimpin Quraisy lainnya berupaya untuk memprovokasi mereka dan akhirnya memaksa mereka untuk setuju. Dengan kata lain, Umayyah sendiri akhirnya bersiap-siap untuk ikut serta berperang dan Abu Lahab membayar sejumlah besar uang kepada orang lain untuk menggantikannya. Dengan begitu, setelah persiapan selama tiga hari, lebih dari 1.000 orang pasukan yang tak kenal takut bersiap-siap untuk berangkat dari Mekah.
Pasukan ini masih berada di Mekah ketika beberapa kepala suku dari kalangan Quraisy berpikir bahwa karena hubungan yang sedang memburuk antara orang-orang Mekah dan Bani Bakr, yang merupakan cabang dari Bani Kinanah, maka muncul kekhawatiran bahwa jika mereka tidak ada, pasukan Bani Bakr dapat mengambil keuntungan dari situasi tersebut dan menyerang Mekah. Karena adanya rasa kekhawatiran tersebut, beberapa orang dari kalangan Quraisy mulai goyah. Namun, seorang kepala suku Banu Kinanah yang bernama Suraqah bin Malik bin Ja’sham, yang berada di Mekah pada saat itu, meyakinkan mereka dengan mengatakan, “Saya jamin tidak akan ada serangan yang dilakukan ke Mekah.” Faktanya, Suraqah adalah orang yang sangat keras dalam memusuhi Islam sehingga untuk mendukung kaum Quraisy, bahkan dia sendiri menemani mereka sampai ke Badr. Akan tetapi, ketika dia melihat orang-orang Muslim di sana, dia sangat ketakutan sehingga sebelum perang dimulai, dia malah meninggalkan para sahabatnya dan melarikan diri.
Sebelum berangkat dari Mekah, kaum Quraisy pergi ke Ka’bah dan berdoa, “Ya Tuhan! Berilah pertolongan kepada salah satu pihak dari antara kedua pihak tersebut, yang lebih mulia dan lebih unggul menurut penilaian-Mu. Dan permalukan serta hinakanlah pihak yang lainnya.” Setelah itu, pasukan orang-orang kafir Quraisy berangkat dari Mekah dengan rasa keangkuhan dan kebanggaan yang sangat luar biasa besarnya.” (Life & Character of the Seal of Prophets Vol. II hal. 133-134)
Mimpi Juhain bin Salt
Hudhur aba. bersabda bahwa awalnya ketika berangkat, orang-orang Mekah yang ikut berperang berjumlah 1.300 orang. Namun, di perjalanan, orang-orang dari Bani Zuhra dan Bani Adi memisahkan diri dari pasukan sehingga menyisakan 950-1000 orang pasukan saja.
Hudhur aba. lalu menyampaikan bahwa orang-orang Quraisy sedang berada di dalam perjalanan dan mereka berhenti di jalan menuju Juhfa. Di sana, seorang pria bernama Juhain bin Salt menceritakan mimpinya, di mana dia melihat seorang pria datang menunggang kuda dan dia juga memiliki seekor unta, menyebutkan nama beberapa kepala suku Mekah, dan mengatakan bahwa mereka semua telah dibunuh. Dia kemudian menusuk untanya dengan tombak dan tidak ada satu pun tenda milik orang-orang Mekah di sana yang tidak ternoda oleh darah unta itu. Mendengar hal itu, Abu Jahal tidak menghiraukannya dan hanya mengolok-olok pria itu. Akan tetapi, nama-nama yang disebutkannya itu adalah orang-orang yang memang mati terbunuh di dalam Perang Badar.
Hudhur aba. bersabda, sebagaimana yang telah disampaikan di dalam khotbah sebelumnya, Abu Sofyan mengambil jalan yang berbeda untuk menghindari kaum Muslim yang mencoba mencegat kafilah dagangnya. Setelah berhasil menghindari mereka, Abu Sofyan mengirimkan pesan kepada pasukan Mekah bahwa dikarenakan kafilah dagang aman sehingga mereka tidak perlu berperang. Akan tetapi, setelah mendengar hal itu, Abu Jahal berkata bahwa mereka tidak akan kembali sebelum mereka tiba di Badar dan memperlihatkan keangkuhan mereka kepada kaum Muslimin.
Hudhur aba. mengatakan bahwa putra Abu Thalib, Thalib bin Abu Thalib juga telah berangkat bersama dengan pasukan Mekah. Sepanjang jalan, orang-orang mengejeknya dengan mengatakan bahwa meskipun dia telah ikut serta berperang bersama mereka, mereka tahu bahwa sebenarnya ia menaruh simpati kepada Nabi Muhammad saw. Setelah itu, dia dan beberapa orang lainnya akhirnya kembali ke Mekah.
313 Sahabat
Hudhur aba. bersabda, Nabi Muhammad saw. berangkat dari Madinah pada tanggal 12 Ramadhan H dengan setidaknya lebih dari 300 orang, baik dari kalangan Anshar dan juga Muhajirin. Nabi Muhammad saw. telah memerintahkan Hadhrat Usman bin Affan ra. untuk tetap tinggal karena istri beliau ra., yaitu Ruqayyah, sedang sakit. Menurut sebagian besar riwayat, tercatat bahwa ketika itu, umat Islam berjumlah 313. Ada sebuah riwayat yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw. memerintahkan untuk menghitung jumlah umat Islam yang ikut serta. Nabi Muhammad saw. lalu diberitahu bahwa totalnya berjumlah 313 orang. Hal ini sangat menggembirakan Nabi Muhammad saw., sembari bersabda bahwa jumlahnya sama dengan para sahabat Talut.
Syahidnya Ummu Waraqah bin Naufal ra.
Hudhur aba. bersabda bahwa ada seorang wanita yang bernama Ummu Waraqah bin Naufal ra. yang pergi menghadap Nabi Muhammad saw. dan meminta izin untuk pergi berjihad bersama dengan pasukan umat Islam agar dia bisa merawat pasukan yang terluka. Nabi Muhammad saw. memintahnya untuk tetap tinggal, karena Allah Ta’ala akan menganugerahinya dengan maqam kesyahidan. Belakangan, Nabi Muhammad saw. memberinya gelar syahid dan dia dikenal secara umum dengan nama “Syahidah”.
Kekuatan Pasukan Muslim dan Doa Nabi Muhammad saw.
Berkenaan dengan kekuatan pasukan umat Islam, tertulis di dalam beberapa riwayat bahwa umat Islam hanya memiliki lima ekor kuda sedangkan dalam riwayat lain tercatat bahwa mereka hanya memiliki dua ekor kuda. Umat Islam ketika itu, hanya memiliki 60 set jubah besi, dan hanya memiliki 70 atau 80 ekor unta, dan setiap orang akan menungganginya secara bergantian. Ketika tiba giliran Nabi Muhammad saw. untuk berjalan, para sahabat meminta agar beliau saw. tetap menunggang kuda dan mereka yang tetap berjalan. Akan tetapi, Nabi Muhammad saw. bersabda bahwa mereka tidak lebih kuat darinya, dan beliau tidak ingin luput dari keberkatan di dalam peperangan ini.
Hudhur aba. bersabda bahwa selama perjalanan ini, Nabi Muhammad saw. berdoa untuk para sahabatnya, ‘Ya Allah, mereka bertelanjang kaki, berikanlah mereka tunggangan untuk ditunggani. Mereka telanjang, berikanlah mereka pakaian. Mereka lapar, kenyangkanlah mereka; mereka dalam keadaan sulit, berilah mereka kekayaan dengan rahmat-Mu.” Doa ini pasti terkabul, karena dalam sepulangnya dari Perang Badar, tidak ada seorang pun yang menginginkan hewan tunggangan dan tidak mendapatkannya 1 atau bahkan lebih hewan tunggangan. Demikian pula, mereka yang tidak berpakaian mendapatkan pakaian untuk dikenakan, tidak ada kekurangan makanan dan setiap rumah tangga menjadi kaya.
Sahabat yang Tidak Bisa Bergabung dengan Pasukan
Kemudian, Hudhur aba. menyampaikan bahwa di dalam persiapan menuju Perang Badar, beberapa orang menyampaikan bahwa ada beberapa orang yang mengatakan bahwa unta tunggangan mereka berada di luar kota dan meminta izin untuk mengambilnya terlebih dahulu. Akan tetapi, mereka tidak diizinkan untuk melakukannya sehingga akibatnya, mereka berada di barisan belakang atau berjalan kaki. Demikian pula, ada beberapa orang lainnya yang diberi izin untuk tetap tinggal karena alasan-alasan yang sah. Misalnya, Hadhrat Abu Umamah bin Tsa’labah ra. memiliki niat untuk berangkat ke Badar meskipun ibunya sedang sakit. Namun Nabi Muhammad saw. memerintahkannya untuk tetap tinggal dan merawat sang ibunda. Pada saat Nabi Muhammad saw. kembali, dia telah meninggal dunia dan beliau saw. berdoa di kuburannya. Demikian pula, di sepanjang jalan, Nabi Muhammad saw. menginstruksikan semua orang yang masih berusia muda untuk kembali ke Madinah.
Bendera Islam
Hudhur aba. lalu menyampaikan bahwa menurut riwayat, bendera Islam diberikan kepada Hadhrat Mus’ab bin Umair ra. dan berwarna putih. Ada dua bendera hitam lainnya, salah satunya diberikan kepada Hadhrat Ali ra, dan yang lainnya diberikan kepada sahabat beliau lain dari kalangan Ansar.
Nabi Muhammad saw. Mengizinkan Habib untuk Bergabung dengan Tentara Muslim
Hudhur aba. mengatakan bahwa ada seorang pria bernama Habib di Madinah dari suku Khazraj yang sangat berani dan mahir dalam pertempuran yang juga berangkat bersama sukunya, namun dia bukanlah seorang Muslim pada saat itu. Orang-orang Muslim sangat senang karena dia menjadi bagian dari pasukan mereka. Akan tetapi, Nabi Muhammad saw. bersabda bahwa hanya orang-orang yang telah beriman saja yang akan bergabung dengan mereka dan ikut berperang. Habib meminta kepada Nabi Muhammad saw. sebanyak dua kali tetapi Nabi Muhammad saw. tetap tidak mengizinkannya. Tidak sampai ketiga kalinya ketika dia menyatakan keimanannya, Nabi Muhammad saw. lalu mengizinkannya untuk bergabung dengan pasukan Muslim.
Ketika Nabi Muhammad saw. tiba di Safra, sebuah lembah hijau yang subur, beliau saw. mengutus terlebih dahulu beberapa orang sahabat untuk mengumpulkan informasi mengenai Abu Sofyan. Setibanya di Badar, para sahabat itu mendengar dua gadis berbicara tentang kedatangan pasukan Mekah dalam dua hari, dan mereka kembali kepada Nabi Muhammad saw. untuk memberitahu bahwa kedatangan pasukan kaum kafir Quraisy sudah dekat.
Hudhur aba. bersabda bahwa beliau aba. akan melanjutkan lagi topik ini dalam khotbah yang akan datang.
Shalat Jenazah
Hudhur aba. menyampaikan bahwa beliau aba. akan memimpin shalat Jenazah anggota kita yang telah wafat berikut ini:
- Syeikh Ghulam Rahmani
- Tahir Aag Muhammad
- Khwaja Daud Ahmad
- Syed Tanvir Shah
- Rana Zafarullah Khan
Diringkas oleh: The Review of Religions
Diterjemahkan oleh: IHR
DOA KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنُؤْمِنُ بِهِ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ
وَنَعُوْذ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ
وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
عِبَادَ اللهِ رَحِمَكُمُ اللهُ
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى
وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذكَّرُوْنَ
أُذكُرُوا اللهَ يَذكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ