Mengenali Karunia-Karunia Ilahi dan Bersyukur Atasnya

khotbah jumat di Maryland Amerika Serikat
  • Hudhur ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz menguraikan nasehat-nasehat untuk memperbaiki keadaan ruhani dan akhlak masing-masing demi memenuhi hak baiat kepada Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salaam.
  • Mengerti ajaran-ajaran hakiki Islam sebagaimana diajarkan oleh Hakaman ‘Adlan (Hakim Adil yang juga Imam Mahdi dan Almasih yang dijanjikan)
  • Menyebarkan cahaya kebenaran melalui Al-Qur’an suci
  • Keimanan harus disertai amal perbuatan
  • Sebuah dunia yang mengarah pada kehancuran dan apa yang harus dilakukan demi menyelamatkannya
  • Perlunya menerapkan akhlak fadhilah (budi pekerti luhur)
  • Membantu perkembangan sebuah suasana yang saling rukun dan bersaudara
  • Renungan mengenai umur Masjid Baitur Rahman telah 28 tahun dan bagaimana Jamaahnya memakmurkannya serta menunaikan hak Masjid.

Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis (ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz) pada 14 Oktober 2022 (14 Ikha 1401 Hijriyah Syamsiyah/ 18 Rabi’ul Awwal 1444 Hijriyah Qamariyah) di Masjid Baitur Rahman (مسجد بیت الرحمٰن), Silver Spring, Montgomery County, negara bagian Maryland, Amerika Serikat.[1]

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah

أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.

أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.

بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضالِّينَ * (آمين)

Betapa besarnya ihsan Allah Ta’ala kepada Anda sekalian, kepada Jemaat Ahmadiyah. Dia telah sedemikian berbuat Ihsan kepada segenap Ahmadi yang datang ke negeri ini. Dia telah menganugerahkan taufik kepada Anda untuk tinggal di negeri maju ini. Secara khusus, di beberapa tahun ke belakang, banyak Ahmadi dari Pakistan yang datang kemari, dan hingga saat ini pun terus berdatangan. Para Ahmadi yang melakukan hijrahnya dari Pakistan dengan sebab keadaan umum para Ahmadi disana adalah semakin penuh dengan penekanan sehingga sulit bagi mereka untuk dapat hidup disana. Maka dari itu, para Ahmadi tersebut hendaknya mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada pemerintah-pemerintah yang telah banyak memberi tempat kepada para Ahmadi yang teraniaya.

Kendati demikian, ihsan yang paling besar adalah yang telah Allah Ta’ala turunkan kepada kita, yakni Dia telah memberikan taufik kepada kita untuk beriman kepada sosok imam di zaman ini yang merupakan pecinta sejati Baginda Rasulullah (saw). Jadi, sebesar apapun rasa syukur yang kita panjatkan kepada Allah Ta’ala adalah kurang. Cara kita bersyukur adalah dengan mematuhi segenap perintah Allah Ta’ala. Semoga kita menjadi wujud yang memenuhi hak-hak beribadah kepada Allah Ta’ala dan memenuhi hak hak makhluknya juga. Hal ini akan mungkin tatkala kita merupakan orang-orang yang memenuhi hak baiat dari Hadhrat Masih Mau’ud (as), karena di zaman ini hanya Hadhrat Masih Mau’ud (as) lah sesosok penunjuk jalan yang menghantarkan kita kepada ajaran Islam yang hakiki sesuai dengan kabar suka dari Baginda Rasulullah (saw).

Alhasil, hendaknya setiap Ahmadi mengedepankan bahwa pada saat ini ajaran Islam yang hakiki hanya dapat kita peroleh melalui Hadhrat Masih Mau’ud (as), karena beliau (as)-lah sosok yang di zaman ini Allah Ta’ala telah menurunkan ilmu-ilmu dan makrifat Al-Quran Karim serta ilmu Islam yang hakiki kepadanya. Beliau-lah sosok yang merupakan pecinta sejati Yang Mulia Muhammad Rasulullah (saw), dan beliau berkehendak memberikan tarbiyat kepada Jemaat beliau sesuai dengan ajaran dan sunnah Rasulullah (saw). 

Jadi, bagi kita saat ini untuk menjadi umat Muslim yang hakiki, pandangan kita harus tertuju pada Hadhrat Masih Mau’ud (as), dan kita harus menjalankan segenap kehidupan kita sesuai dengan jalan yang telah disampaikan oleh beliau (as). Kita harus menguatkan iman kita. Kita harus memiliki iman dan keyakinan sempurna akan pengutusan beliau (as); kita meyakini bahwa beliaulah sosok Hakam dan ‘Adal. Kita harus meyakini dengan teguh bahwa kini hanya dengan menempuh jalan yang beliau sampaikan lah maka manusia dapat berjalan diatas ajaran Islam yang hakiki.

Maka dari itu, Hadhrat Aqdas Masih Mau’ud (as) dalam nasihat beliau kepada mereka yang telah baiat kepada beliau agar teguh diatas keimanan dan keyakinan ini bersabda: Siapa saja yang telah beriman, maka hendaknya ia meningkatkan dirinya dalam hal makrifat dan keyakinan. Tidaklah cukup beriman, tetapi juga harus melahirkan keyakinan dan meraih ‘irfan yaitu pemahaman mengapa kita melakukan baiat, agar jangan nanti terjerumus dalam keragu-raguan. Jangan sampai muncul anggapan-anggapan buruk di dalam kalbu yaitu mengapa hal-hal ini ada. Janganlah kemudian muncul pertanyaan-pertanyaan.

Beliau (as) bersabda: Ingatlah! Persangkaan tidaklah dapat memberi manfaat. Allah Ta’ala sendiri berfirman: إِنَّ ٱلظَّنَّ لَا يُغْنِى مِنَ ٱلْحَقِّ شَيْـًٔا “Sesungguhnya dugaan tidak berguna sedikit pun terhadap kebenaran.” (Surah Yunus) Keyakinan adalah suatu hal yang dapat membawa manusia menuju keberhasilan. Jika manusia berprasangka buruk dalam segala sesuatu, maka ia sedetikpun tidak akan sanggup tinggal di dunia ini.

Beliau (as) bersabda, “Ia tidak akan dapat meminum air karena menganggap ada racun di dalamnya. Ia tidak dapat memakan apapun yang tersedia di pasar karena menganggap ada sesuatu yang mematikan di dalamnya. Lalu bagaimana bisa ia dapat hidup, karena sulit bagi dia untuk menjalani kehidupan. Ini adalah contoh umum. Dengan corak ini, manusia dapat mengambil manfaat untuk urusan kerohaniannya.”

Beliau (as) bersabda: “Kini kalian pikirlah, dan ambillah jawaban dari dalam hati kalian bahwa apakah baiat yang telah kalian lakukan di atas tanganku, dan kalian meyakini aku sebagai Masih Mau’ud dan Hakam serta ‘Adal, jika setelah meyakini ini lantas lahir di dalam hati kalian suatu kebencian atas keputusan atau pekerjaanku, hendaknya ia prihatin atas keimanannya. Suatu keimanan yang penuh dengan kekhawatiran, ketakutan, dan kebencian, tidak akan memberi hasil yang baik. Namun apabila kalian menerima dengan hati yang sungguh-sungguh bahwa memang benar Masih Mau’ud adalah Hakam dan ‘Adal, hendaknya ia memasukkan senjatanya di hadapan perintah dan perbuatannya, dan pandanglah keputusan-keputusannya dengan penuh penghormatan, supaya Anda menjadi orang-orang yang memuliakan dan mengagungkan ucapan-ucapan suci Rasulullah (saw). 

Persaksian dari Rasulullah (saw) adalah cukup, bahwa ia adalah imam kalian. Yakni Almasih yang Dijanjikan yang akan datang akan menjadi Imam kalian dan berasal dari antara kalian; ia akan menjadi Hakam dan ‘Adal. Jika kalian tidak puas akan hal ini, maka kapan lagi. 

Jalan ini tidaklah sama sekali baik dan penuh berkat, yaitu kalian beriman tetapi juga menaruh buruk sangka di beberapa sudut hati kalian. Secara lahiriah ia menampakkan bahwa dirinya pun beriman, tetapi dalam beberapa perkara, prasangka buruk pun lahir di dalamnya.”

Beliau (as) bersabda, “Siapa saja manusia yang menolakku, dan melontarkan keberatan kepadaku, sesungguhnya mereka tidak mengenaliku. Sementara itu, siapa saja yang telah menerima saya, lalu kemudian memberi keberatan kepada saya, maka ia adalah lebih bernasib buruk,yakni buta setelah melihat.”

Alhasil, ini adalah tolok ukur keimanan yang hendaknya kita miliki. Hadhrat Masih Mau’ud (as) lah yang telah menyampaikan keberlangsungan Khilafat setelah beliau. Tidak hanya Hadhrat Masih Mau’ud (as), tetapi Rasulullah (saw) pun telah mengabarkan tentang adanya kabar kedatangan Masih dan Mahdi serta kabar berjalannya Khilafat hingga hari kiamat. Jadi, nizam Khilafat Ahmadiyah yang dibawa oleh Hadhrat Masih Mau’ud (as) lah yang merupakan nizam yang terus berjalan. Nizam yang dibawa oleh sosok Hakam dan ‘Adal inilah yang akan terus berjalan. Setiap Ahmadi di dalam janjinya berjanji untuk berpegang erat dan taat kepada Khilafat. Dengan demikian, memenuhi janji ketaatan dan hubungan erat dengan Khilafat merupakan kewajiban untuk setiap Ahmadi; jika tidak, maka baiatnya tidaklah berguna. Maka dengan demikian, setiap Ahmadi harus senantiasa berupaya untuk meningkatkan keimanan dan keyakinannya. Kemudian dalam hal penekanan kepada segenap anggota untuk menilawatkan Al-Quran Karim secara seksama dan memahami maknanya, Hadhrat Masih Mau’ud (as) bersabda: Aku berulang kali menasihatkan tentang hal ini kepada segenap orang yang menaruh hubungan kepada ku, bahwa Allah Ta’ala telah menegakkan silsilah Jemaat ini demi menyingkapkan segala kebenaran, karena tanpa demikian tidak akan dapat lahir cahaya dan nur di dalam amalan-amalan kehidupannya. 

Beliau (as) bersabda, “Dan Aku menghendaki supaya keindahan Islam dapat terlihat di dunia melalui ‘kebenaran bercorak amalan’, sebagaimana Tuhan telah mengutus aku untuk pekerjaan ini. Maka dari itu bacalah Al-Quran Karim dengan sebanyak banyaknya, tetapi bacalah Al-Quran dengan memahaminya sebagai suatu falsafah, bukan hanya sekedar tulisan belaka.”

Maka dari itu, setiap [Ahmadi] hendaknya menilai dirinya sendiri. Jangan sampai kita tenggelam dalam kesibukan dunia dan melupakan tujuan baiat kita. Hadhrat Masih Mau’ud (as) bersabda: “Allah Ta’ala telah mengutusku untuk memberi pemahaman kepada manusia akan ilmu-ilmu dan makrifat Al-Quran Karim serta mendorong mereka agar mengamalkannya. Dan siapa saja yang masuk ke dalam silsilah baiatku ini, hendaknya mereka memahami pentingnya hal ini dan merenungkan ilmu-ilmu dan makrifat Al-Quran Karim. Hendaknya mereka berupaya memahami segenap makna dan tafsirnya.”

Terkait:   Kesabaran, Doa, Ketabahan dan Kerendahan Hati

Dan hal ini tidak akan dapat terwujud sebelum kita berupaya untuk membaca dan memahami khazanah-khazanah kerohanian dari Hadhrat Masih Mau’ud (as), yaitu kita berupaya untuk membaca dan memahami segenap tulisan-tulisan beliau. 

Beliau (as) bersabda: Al-Quran Karim bukanlah kumpulan kisah dan cerita; tetapi merupakan pedoman hidup dan suatu tuntunan kehidupan, yang adalah wajib bagi setiap Muslim Ahmadi untuk mengamalkannya. Jika setelah kita sampai disini, di negeri-negeri ini, lalu kita melupakan tujuan ini, dan tenggelam dalam kesibukan-kesibukan dunia, dan kita tidak berupaya mewarnai lingkungan keluarga kita dengan ajaran Al-Quran Karim, maka anak-anak dan keturunan kita akan menjadi jauh dari agama; dan alih-alih mensyukuri, ini menjadi hal yang menepis karunia-karunia Allah Ta’ala. Alhasil, hal ini perlu untuk sangat dipikirkan dan direnungkan. Setiap Ahmadi, baik lama maupun baru, baik yang lahir disini maupun yang hijrah kemari, hendaknya menjadikan kedekatan kepada Allah Ta’ala dan memenuhi hak-hak ibadah kepada-Nya, serta membaca dan mengamalkan kitab suci-Nya sebagai tujuan dasar mereka. Jika demikian, barulah kita dapat [disebut] telah memenuhi hak baiat kita. Mereka yang datang dengan berhijrah, dengan datang kemari maka mereka telah terhindar dari permusuhan dunia; namun jika mereka tidak berjalan diatas agama dan tidak menjadi orang yang memahami Al-Quran Karim, maka mereka tidak dapat menjadi pewaris karunia-karunia Allah Ta’ala. Demikian pula para Ahmadi baru disini serta para Ahmadi yang lama, mereka pun harus ingat bahwa dengan hanya berbaiat maka tujuan tidak akan dapat terpenuhi. Tujuan akan terpenuhi tatkala kita menjadi orang-orang yang membawa ajaran Islam; dan hal ini tidak akan dapat terwujud selama kita tidak membaca dan memahami Kitab Suci Allah Ta’ala. 

Hadhrat Aqdas Masih Mau’ud (as) bersabda: Ini adalah satu jalan yang telah Allah Ta’ala siapkan untuk mereka yang berfitrat suci. Ungkapan selamat adalah bagi mereka yang mengambil manfaat darinya. Anda sekalian yang telah mengadakan hubungan denganku, janganlah sekali-kali kalian angkuh karena telah meraih apa yang kalian kehendaki. Memang benar kalian telah beruntung dibandingkan dengan mereka yang mengingkari, yaitu mereka yang dengan permusuhan dan penghinaan hebatnya telah menjadikan Tuhan marah. Juga benar bahwa dengan prasangka baik, kalian telah berupaya untuk mengindarkan diri kalian dari kemarahan Allah Ta’ala; tetapi hal yang sebenarnya adalah, bahwa kalian tiba di dekat mata air yang mana Allah Ta’ala telah menciptakannya demi suatu kehidupan yang abadi; ya, kalian hanya tinggal minum darinya. Maka dari itu, raihlah taufik dari karunia dan belas kasih Allah Ta’ala, karena Dia akan menghujani kalian [dengan Rahmat-Nya]; karena tanpa Allah Ta’ala, maka tidak ada yang dapat terjadi. Jika tidak ada karunia Allah Ta’ala, maka tidak ada yang dapat terwujud. Maka dari itu, berharaplah senantiasa akan karunia Allah Ta’ala. 

Hadhrat Masih Mau’ud (as) bersabda: Aku dengan sesungguhnya mengetahui bahwa siapa saja yang minum dari mata air ini, ia tidak akan hancur, karena ini adalah air yang memberi kehidupan dan menyelamatkan dari kehancuran serta menjaga dari serangan-serangan setan. Apakah jalan untuk menerima air dari mata air itu?. Yaitu dengan mengedepankan dua hak yang telah Allah Ta’ala tetapkan bagimu, dan berupaya mengamalkan sepenuhnya. Pertama adalah hak Allah, dan kedua adalah hak makhluk-Nya. Yakinilah Tuhanmu sebagai Wujud yang Maha Esa dan tiada sekutu-Nya, sebagaimana yang telah kalian ikrarkan melalui kalimat syahadat yaitu, أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ artinya, ‘aku bersaksi bahwa tidak ada yang patut disembah, dicari, dan ditaati kecuali Allah.’ Ini adalah suatu kalimat yang sedemikian indah, yang bila diajarkan kepada kaum yahudi, kristen, atau musyrik lain penyembah berhala, lalu mereka memahaminya, maka sungguh mereka tidak akan jatuh dalam kehancuran; dan dengan tidak adanya kalimat ini pada mereka maka mereka jatuh dalam musibah dan kehancuran, dan jiwa mereka menjadi rusak lalu binasa.”

Jadi lihatlah, betapa Hadhrat Masih Mau’ud (as) telah menurunkan ketenangan dan memberi jaminan bahwa mata air yang telah kalian dekati itu, dengan melaksanakan baiat, dan hal yang telah kalian ikrarkan itu, jika kalian meminum air darinya, jika kalian mencari karunia darinya (yaitu tidak bicara di mulut semata, dan berupaya melaksanakannya) maka Anda sekalian akan diberi jaminan bahwa kalian tidak akan pernah mengalami kebinasaan rohani, karena memang kedatangan Hadhrat Masih Mau’ud (as) lah yang bertujuan untuk menyebarkan pesan-pesan Al-Quran Karim dan perintah-perintah Allah Ta’ala. 

Beliau (as) bersabda: “Maka dari itu pahamilah hal ini, bahwa tidaklah cukup berbaiat semata, karena Allah Ta’ala menghendaki amalan; dan siapa saja yang melakukannya, ia tidak akan kosong dari karunia-karunia Allah Ta’ala; dan wujud pengamalan ini akan lahir tatkala kalimat أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ menjadi suara lahir maupun batin kalian. Yaitu tatkala tidak ada lagi wujud yang lebih kalian cintai dari Allah Ta’ala, tatkala tidak ada lagi sesuatu yang kalian cari selain keridaan Allah Ta’ala, tatkala kalian mentaati sepenuhnya perintah-perintah Allah Ta’ala.”

Kini, setiap Ahmadi dapat menilai dirinya dari hal ini, yaitu apakah ketika kita mengucapkan kalimat syahadat maka sungguh benar Allah Ta’ala lah yang paling kita cintai dari segala sesuatu, dan apakah meraih keridaan-Nya adalah tujuan kita [yang hakiki]? Apakah benar kita tengah mentaati perintah-perintah Allah Ta’ala dengan seutuhnya?

Jika di waktu shalat kita tidak segera mengarahkan perhatian kita padanya, jika kita tidak segera mengucapkan labbaik atas seruan Allah Ta’ala dan meninggalkan kesibukan duniawi kita untuk hadir dalam shalat, maka kita memang dapat mengucapkan kalimat syahadat, tetapi ada suatu syirik yang terpendam dalam diri kita, [yaitu] perniagaan duniawi menjadi penghalang untuk menuju Allah Ta’ala. Seorang mukmin teguh diatas keyakinan dan memang harus demikian bahwa kemajuan di dalam perniagaan dan pekerjaanku semata mata hanya berkat karunia Allah Ta’ala, dan harus karena ini semata. Lantas bagaimana mungkin urusan duniawinya dapat menjadi penghalang untuk menuju kepada Allah Ta’ala?. Jika hal ini terjadi, maka sesunggunya ia tidak memahami ruh dari kalimat syahadat itu. [jangan sampai] kita mengikrarkan di mulut kita tetapi amalan kita tidak sesuai dengan ikrar kita; kita telah ada di dekat mata air ini, tetapi kita tidak menggerakkan tangan kita untuk mereguk airnya.

Maka dari itu beliau (as) bersabda: “Jika demikian keadaannya, hak baiat belumlah terpenuhi. Kalimat syahadat ini tidak hanya menekankan dan menitikberatkan pada pemenuhan hak Allah Ta’ala, tetapi juga menekankan pada pemenuhan hak-hak hamba-Nya, dan memerintahkan untuk mengamalkannya.”

Jadi, tatkala manusia memenuhi kedua hak ini, maka saat itulah ia menjadi mukmin yang hakiki, dan saat itulah seorang Muslim Ahmadi yang hakiki telah memenuhi hak baiat. Kemudian beliau (as) dalam menasihati mereka yang telah berbaiat bersabda: Jika Anda tinggal seperti orang-orang duniawi, maka tidaklah ada manfaat dari taubat Anda diatas tangan saya. Taubah diatas tangan saya menghendaki satu kematian, supaya kamu dapat meraih suatu kelahiran baru di dalam kehidupan barumu.”

Artinya,  setelah berbaiat maka hendaknya kalian meraih satu kehidupan rohani baru. Jika kehidupan rohani itu tidak diraih, dan Anda masih berada dalam segenap hasrat dan kecenderungan kehidupan kebendaan, maka baiat seperti demikian tidak akan memberikan manfaat.

Beliau (as) bersabda: Jika baiat tidak berasal dari hati, maka tidak akan menghasilkan apapun. Baiat kepadaku membutuhkan ikrar dari hati kepada Tuhan. Alhasil, siapa saja yang menerima saya dengan segenap sanubarinya, dan melakukan taubat yang sejati dari segenap dosa-dosanya, maka Tuhan yang maha Pengampun dan Penyayang pasti akan memberikan ampunan, dan ia akan menjadi seolah bayi yang keluar dari rahim ibunya; maka lantas malaikat menjaganya; ia sungguh menjadi suci. 

Hadhrat Masih Mau’ud (as) bersabda: “Jika di dalam satu desa ada seorang yang suci, maka Allah Ta’ala demi sosok suci itu akan menyelamatkan desa tersebut dari kehancuran. Namun jika kehancuran datang maka mengenai semuanya. Namun demikian, Dia menyelamatkan hamba hambanya yang tercinta dengan cara apapun. Inilah sunnah Ilahi, yakni jika ada satu saja orang yang saleh, maka demi orang saleh itu, orang lain pun diselamatkan.”

Terkait:   Kisah Sahabat Nabi: Khabbaab bin al-Aratt

Jadi prinsip dasar ini harus selalu diingat, Allah Ta’ala mendengarkan doa hamba-hamba-Nya yang suci dan menerima perbuatan baik mereka. Maka hendaknya kita berusaha agar ibadah kita murni karena Allah Ta’ala semata dan perbuatan kita semata dilakukan untuk meraih keridhaan Allah Ta’ala. Kondisi dunia saat ini menunjukkan bahwa awan kehancuran yang mengerikan sedang melayang di atas kita.

Presiden Amerika Serikat kemarin membuat pernyataan bahwa jika Presiden Rusia menggunakan senjata nuklir, maka akan ada reaksi dari pihak lain dan kehancuran yang akan terjadi akan berujung pada akhir dunia. Jadi orang-orang yang tinggal di negara-negara ini seharusnya tidak berpikir yakni mereka yang telah bermigrasi ke sini seharusnya tidak berpikir bahwa mereka sudah aman di sini. Tidak ada yang aman di mana pun. Ketika pikiran para pemimpin kekuatan besar ini terbalik, mereka tidak melihat apa-apa lagi. Jadi, dalam situasi seperti ini, sudah menjadi kewajiban para Ahmadi untuk memanfaatkan doa untuk memurnikan ibadah mereka kepada Allah Ta’ala.

Sebagaimana Hadhrat Masih Mau’ud (as) bersabda bahwa Allah menyelamatkan orang-orang demi menyelamatkan orang-orang yang saleh dan demi hamba-hamba-Nya yang suci, dan inilah yang kita ketahui dari firman Allah dalam Al-Qur’an.

Oleh karena itu, setelah datang ke sini seseorang jangan berkeyakinan bahwa mereka telah menjadi aman dengan datang ke sini dan masa depan anak-anak telah terjamin. Tidak, kita sedang melalui periode yang sangat berbahaya. Jika ada yang bisa menyelamatkan dalam situasi seperti ini, maka itu adalah Zat Allah Ta’ala. Maka sujudlah kepadanya dan buatlah anak keturunan anda juga sujud kepadaNya agar mereka dapat melindungi diri mereka sendiri dan juga melindungi generasi mereka. Dunia ini tidak akan menyelamatkan kita, juga masa depan kita dan generasi kita, tetapi jika kita menjadi orang-orang yang memenuhi hak kalimah “Laa ilaaha illallaah Muhammadar Rasulullah (saw)” – tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah – maka Allah akan menyelamatkan dunia karena doa-doa kita yang dipanjatkan dengan kerendahan hati. Dalam situasi seperti sekarang ini banyak-banyaklah berdoa. Sebelum kondisi dunia semakin memburuk.

Hadhrat Masih Mau’ud (as) bersabda: “Kebaikan adalah sesuatu yang dilakukan sejak sebelumnya. Jika itu dilakukan sesudahnya, maka tidak ada manfaatnya. Tuhan tidak menerima kebaikan yang hanya didasari oleh gejolak alami. Saat kapal tenggelam, baru semua penumpang menangis. Ketika perahu mulai tenggelam, semua orang mulai menangis, sebelumnya malah hura-hura. Namun karena tangisan dan ratapan merupakan tuntutan alam (fitrat) sehingga tidak akan bermanfaat pada saat itu. Itu akan berguna jika dilakukan sebelumnya, dalam keadaan damai. Pahamilah dengan baik bahwa cara untuk meraih Allah Ta’ala adalah bersikap waspada dan siap sebelum sesuatu terjadi. Sedemikian rupa waspada seolah-olah petir akan menyambarnya, padahal tidak pernah menyambarnya. Jika dia waspada dan berpikir bahwa petir akan menyambarnya maka petir tidak menyambar, sebanyak apapun petir menggelegar. Tetapi siapa pun yang menjerit ketika melihat kilat, petir akan menyambarnya dan membinasakannya. Orang seperti itu takut terhadap petir, bukan Tuhan.”

Jadi sangat jelas, Hadhrat Masih Mau’ud (as) memperingatkan kita bahwa jika Anda ingin memiliki hubungan dengan Tuhan, lakukanlah sekarang. Untuk saat ini, awan bahaya sedikit terangkat atau setidaknya sedemikian rupa sehingga dapat dikendalikan jika diinginkan, tetapi dapat menyebar kapan saja.

Jadi saat ini, keimanan para Ahmadi, hubungan mereka dengan Allah Ta’ala dan doa-doanya dapat menyelamatkan dunia dari kehancuran. Berdoalah dengan menimmbulkan rasa penuh belas kasih untuk dunia di dalam hati anda. Jelaskan kepada dunia di lingkungan Anda sendiri bahwa jika hak-hak Allah dan hak-hak para hamba tidak diperhatikan, dunia yang indah ini bisa berubah menjadi gurun. Jadi setiap Ahmadi harus berusaha memenuhi kewajibannya dengan pemikiran ini.

Dalam menekankan lebih lanjut terhadap doa-doa, Hadhrat Masih Mau’ud (as) bersabda: Coba perhatikan, jika anda bekerja keras mengurus ladang, anda bisa berharap dapat meraih keuntungan. Dengan cara ini, hari-hari damai adalah untuk kerja keras. Jika Anda mengingat Tuhan sekarang, Anda akan meraih kelezatannya. Meskipun tampaknya sangat sulit untuk menghadiri sholat dibandingkan dengan kegiatan duniawi.

Terlebih untuk Tahajjud, beliau bersabda, “Tetapi sekarang jika Anda membiasakan diri, maka tidak akan terasa sulit. Jika Anda berdoa, maka Tuhan Yang Maha Pemurah akan melakukan ihsan kepada Anda.”

Beliau bersabda, coba perhatikan, sekarang Anda sedang melakukan pekerjaan, yaitu, Anda juga melakukan pekerjaan duniawi. Anda menaruh belas kasihan pada jiwa dan keluarga Anda dan Anda peduli dengan kebutuhan mereka. Anda merasa kasihan pada anak-anak. Cara Anda menunjukkan belas kasihan kepada mereka, ini juga merupakan cara, yaitu, belas kasihan yang Anda tunjukkan dalam arti duniawi, terdapat cara lain lagi. Bagaimana caranya? Caranya dengan mendoakan mereka ketika shalat, doakan ketika Ruku, ketika sujud, agar Allah menghilangkan bencana ini dan melindunginya dari azab. Barangsiapa yang berdoa, ia tidak akan luput. Tidak mungkin seorang pendoa terbunuh seperti halnya seorang penjahat yang lalai. Jika tidak demikian maka Tuhan tidak akan pernah dikenal. Dia berikan pembeda antara hamba-hamba-Nya yang saleh dan tidak. Satu ditangkap dan yang lainnya diselamatkan. Alhasil, lakukan sesuatu sedemikian rupa agar terlahir keikhlasan sejati dalam diri Anda seutuhnya.

Meskipun hal ini beliau sabdakan pada saat wabah thaun merebak, namun saat ini pun tanda-tanda kehancuran global sudah Nampak, seperti yang saya katakan, perlu bagi kita untuk bersujud di hadapan Allah Ta’ala dan Ini adalah satu-satunya cara untuk melindungi diri sendiri dan dunia.

Kemudian beliau juga secara khusus menasehati jamaat agar memiliki akhlak yang tinggi, karena menunjukkan akhlak yang tinggi juga merupakan salah satu perintah Allah Ta’ala. Sebagaimana beliau (as) bersabda: “Memperbaiki akhlak adalah tugas yang sangat sulit. Sebelum seseorang terus mempelajari dirinya sendiri, mengevaluasi diri sendiri, apa yang telah Anda lakukan, bagaimana cara hidup Anda sepanjang hari, jika tidak mengevaluasi apa yang baik, apa yang buruk, hal baik apa yang telah Anda lakukan, hal buruk apa yang telah Anda lakukan, maka islah tidak akan tercapai, jika tidak melakukan evaluasi. Kelancangan lisan dapat menciptakan permusuhan, untuk itu seseorang harus selalu mengendalikan lisannya.”

Beliau bersabda, “Lihatlah, seseorang tidak bisa bermusuhan dengan orang yang memperlihatkan rasa simpati kepadanya, lantas betapa bodohnya orang yang bahkan tidak mengasihani dirinya sendiri dan memasukkan jiwanya sendiri kedalam marabahaya. Sebelum seseorang melakukan perbuatan baik dengan segenap potensinya, sebelum seseorang melakukan tarbiyat pada potensi akhlaknya, Artinya, kebijaksanaan menuntut bahwa kekuatan dan kapasitas yang ada dalam diri manusia, yang diberikan oleh Allah Ta’ala, harus dilatih sedemikian rupa, digunakan sedemikian rupa sehingga akhlak yang tinggi diekspresikan dalam setiap tindakannya. Jika Anda menunjukkan sikap amoral (tidak berakhlak) pada hal-hal yang sepele, berarti Anda akan menempatkan hidup Anda sendiri dalam kesulitan.”

Juga harus diingat bahwa pada satu segi Islam menganjurkan kesabaran dan moral yang tinggi dalam hal-hal pribadi dan menghindari pertengkaran, sementara pada segi lainnya, Islam juga menarik perhatian untuk menunjukkan ghairat kecintaan kepada agama dengan tetap dalam batas-batas hukum. Dalam menekankan untuk menunjukkan ghairat kita kepada agama, bersabda: Barangsiapa yang secara terang terangan meninggalkan Jemaat suci yaitu agama Islam, kemudian dia melontarkan cacian dan permusuhan yang berbahaya, itu adalah sama seperti ketika para sahabat menghadapi kesulitan dan mendengar penghinaan terhadap Islam dari beberapa kerabat mereka. Jadi, terlepas dari hubungan dekat, mereka tetap lebih mendahulukan Islam.

Beliau (as) bersabda, “Seseorang yang merupakan musuh Islam yang sengit dan melecehkan Rasulullah (saw) maka kepada orang seperti itu layak untuk diperlihatkan rasa muak dan benci, namun jika seseorang lambat dalam amalannya, orang seperti itu layak untuk dimaafkan kesalahannya dan jangan sampai mempengaruhi hubungan yang dia bina.” Artinya, memang, jika seseorang tidak menentang, binalah hubungan dengannya, jalinlah hubungan baik dengannya, tetapi siapa pun yang secara terang-terangan menentang atau menghina Islam dan Nabi (saw) dan meskipun sudah dinasihati, tetap saja tidak berhenti, kita harus memperlihatkan ghairat (semangat kecintaan dan penghormatan) kepada agama.

Begitu pulalah yang harus dilakukan oleh setiap Ahmadi, harus menunjukkan ghairat kecintaan. Kita tidak bisa mengulurkan tangan persahabatan kepada seseorang yang tidak berhenti dari bermulut lancang terhadap wujud Hadhrat Masih Mau’ud (as) meskipun telah dinasihati juga ghairat kecintaan menuntut setiap Ahmadi untuk tidak dapat mentolerir hal demikian. Banyak dari antara Anda yang datang ke sini dari Pakistan. Mereka memiliki pengalaman pribadi tentang jenis bahasa kotor apa yang digunakan oleh mereka yang menyebut diri sebagai Maulwi, terhadap Hadhrat Masih Mau’ud as. Jika kepada kita dikatakan agar tidak menunjukkan rasa cinta kepada mereka (para maulwi) atau jangan berdoa agar kejahatan mereka dikembalikan kepada mereka, maka ghairat kita tidak akan bisa melakukannya. Prinsip yang sama seperti yang dituturkan Hadhrat Masih Mau’ud (as) juga akan berlaku di sini. Memang, kita tidak main hakim sendiri ketika menghadapi mereka, karena itu juga merupakan bagian dari ajaran Islam bahwa dalam keadaan apa pun kita tidak boleh main hakim sendiri.

Terkait:   Penting Majlis Syura dan Musyawarah Mufakat

Kemudian Hadhrat Masih Mau’ud (as) menjelaskan kualitas lain yang harus dimiliki olah Ahmadi setelah baiat. Beliau bersabda, ciptakanlah kecintaan dan persaudaraan di antara sesama. Dalam hal ini beliau bersabda: Jemaat kita tidak akan berkembang sebelum kita menebarkan belas kasih sejati antara satu sama lain. Mereka yang dianugerahi kemampuan, harus mencintai (saudaranya) yang lemah. Artinya, apapun kekuatan dan kemampuan yang telah dianugerahkan padanya, gunakanlah itu untuk mengasihi yang lemah, bukannya malah mengungkapkan kebencian atau jijik.

Beliau bersabda: apa yang saya dengar adalah ketika seseorang melihat kesalahan saudaranya, ia tidak memperlakukannya dengan akhlak baik, tetapi malah dengan kebencian dan rasa jijik, cara seperti ini tidaklah benar.

Beliau bersabda, “Suatu Jamaat akan terbentuk jika Anda saling menutupi dan memperlakukan satu sama lain seperti saudara sejati.”

Beliau bersabda dengan penuh rasa prihatin, tidaklah benar jika terjadi perpecahan internal di dalam Jemaat. Para sahabat juga telah mengembangkan rasa cinta dan persaudaraan di antara mereka sendiri dan menjadi sebuah Jemaat. Beliau (as) juga menginginkan hal yang sama dari anggota Jemaat beliau, yakni terjalin persaudaraan di antara mereka sendiri seperti halnya para sahabat. Beliau bersabda, “Demikianlah Allah Ta’ala telah mendirikan Jemaat ini yaitu, seperti halnya Jemaat para sahabat, Allah Ta’ala pun akan membangun jenis persaudaraan tersebut di sini. Besar harapan saya kepada Allah Ta’ala.”

Beliau bersabda, “Lihatlah! Saling menuduh, menyakiti hati seseorang, menyakiti hati orang lain dengan kata-kata kasar, dan meremehkan yang lemah dan papa adalah dosa besar.”

Jadi, ini merupakan akhlak luhur yakni dengan menjaga perasaan satu sama lain dan jika ini ada, barulah kita dapat memenuhi harapan Hadhrat Masih Mau’ud as, barulah kita dapat mewarisi ni’mat-ni’mat yang telah dijanjikan oleh Allah Ta’ala kepada beliau (as) berkenaan dengan Jemaat beliau. Hanya dengan begitu kita bisa menjadi penerima karunia Ilahi. Pada zaman Hadhrat Masih Mau’ud (as), berbagai bangsa dan suku di India bergabung kedalam Jemaat. Sekarang, sesuai dengan janji yang disampaikan kepada Hadhrat Masih Mau’ud (as), Allah telah memasukkan orang-orang dari berbagai bangsa, suku dan ras di dunia kedalam Jemaat dan terus melakukannya.

Oleh karena itu, merupakan ihsan Allah Ta’ala kepada orang-orang dari berbagai bangsa dan ras bahwa Dia memberi mereka taufik untuk bergabung dengan Jemaat Nabi (saw) dan bergabung dengan Jemaat dari sang hamba sejati Rasulullah (saw) dan menjadikan mereka satu bangsa. Beliau as, menarik perhatian pada fakta bahwa kalian adalah bersaudara. Seolah-olah beliau mengatakan bahwa sekalipun ayahnya berbeda-beda, tetapi pada akhirnya kalian semua memiliki bapak ruhani yang sama dan mereka merupakan cabang dari pohon yang sama.

Jadi terlepas berasal dari keturunan mana kita, apakah kulit putih atau Afrika-Amerika atau Pakistan atau India atau Hispanik (Amerika-Spanyol), setelah bergabung kedalam Jemaat Ahmadiyah, kita telah menjadi anak-anak dari satu bapak Ruhani, dan tidak ada yang mengungguli satu sama lain berdasarkan ras, bangsa dan warna kulit karena bapa rohani kita adalah satu. Inilah pengumuman yang disampaikan oleh Nabi Suci Saw dalam khotbah terakhirnya. Jadi ketika kita memahami ini dan bekerja sebagai satu dan menjaga perasaan satu sama lain, maka Allah Ta’ala akan terus memberkati kita dengan kemajuan.

Hadhrat Masih Mau’ud (as) bersabda: Allah Ta’ala ingin menjadikan Jemaat kita sebagai satu teladan. Jadi bisakah seorang menjadi teladan hanya melalui ucapan yang dangkal dan tanpa amalan yang mendalam? Untuk menjadi panutan, seseorang harus berjuang keras, seseorang harus bekerja keras dan kita juga harus melakukannya. Bahkan dengan meningkatkan tolok ukur ibadah dan memperbaiki kondisi akhlak kita dan menetapkan tolok ukur cinta dan hubungan persaudaraan di antara kita sendiri, kita harus melihat apakah kita menjadi teladan ataukah tidak.

Hadhrat Masih Mau’ud (as) mengarahkan kita untuk lebih memperhatikan pencapaian tolok ukur kita dan bersabda: Allah Ta’ala mencintai orang-orang yang bertakwa. Takutlah kepada Allah Ta’ala dengan mengingat kebesaranNya. Artinya, ciptakan rasa takut dan kagum kepada Allah Ta’ala di dalam hatimu dan ingatlah bahwa semuanya adalah hamba Allah. Jangan menindas siapa pun, jangan bersikap licik, atau memandang rendah terhadap siapa pun.

Beliau bersabda: jika dalam Jemaat terdapat satu orang yang kotor, dia akan mencemarkan yang lainnya. Beliau bersabda: Nilai dan akhlak yang tinggi lahir ketika ada ketakwaan di dalam hati.

Dalam menasihati Jemaat mengenai hal ini, beliau bersabda: Bagi Jemaatku diperlukan adanya ketakwaan secara khusus, wa bil khusus berdasarkan pemikiran bahwa mereka telah menjalinkan hubungan dengan seseorang memiliki ikatan baiat yang mendawakan sebagai utusan Tuhan, supaya mereka yang terjerumus dalam sesuatu jenis kebencian, kedengkian, syirik atau bagaimanapun seseorang tergelincir dalam keduniawian dapat terhindar dari semua bencana ini di dunia.

Selanjutnya beliau bersabda, “Jemaatku harus menempatkan kesedihan ini dalam jiwanya lebih dari kesedihan untuk hal-hal duniawi. Manusia memiliki kesedihan yang besar di dunia, tetapi disabdakan bahwa kesedihan ini harus melebihi segalanya di hatimu. Kesedihan apa? Yaitu apakah dalam diri mereka ada ketakwaan atau tidak.”

Jadi, jika kita ingin memenuhi hak baiat kita, jika kita ingin bersyukur kepada Allah Ta’ala atas ihsan-ihsan-Nya, maka kita perlu mengevaluasi keadaan diri setiap saat.

Semoga Allah Ta’ala memberi kita taufik untuk membentuk hidup kita sesuai dengan harapan Hadhrat Masih Mau’ud (as) dan mendahulukan agama di atas dunia. Semoga rasa takut kepada Allah terlahir dalam diri kita dan pada hakikatnya menjadi orang yang memenuhi hak Asyhadu allaa ilaaha illallaah dan semoga kita termasuk golongan akharin yang telah dinubuatkan oleh Allah Ta’ala kepada Rasulullah (saw). Semoga Allah memberikan taufik kepada kita.

Tadi ketika sampai, Bapak Amir [Jemaat Ahmadiyah Amerika Serikat] juga memberitahukan kepada saya bahwa 28 (dua puluh delapan) tahun lalu [1994] bertepatan dengan hari ini, tanggal 14 Oktober, masjid ini diresmikan dan dibuka. Usia Masjid ini sudah dua puluh delapan tahun.

Para Ahmadi lama yang tinggal di daerah ini serta para pendatang baru harus mengevaluai seberapa jauh mereka telah berkembang dalam keruhanian dalam jangka waktu dua puluh delapan tahun ini. Sejauh mana mereka berusaha untuk memenuhi hak masjid ini?

Semoga Allah Ta’ala terus memberikan kemudahan bagi mereka yang datang ke masjid ini hingga beberapa dekade dan berabad-abad mendatang dan semoga dilindungi dari segala macam bencana duniawi, tetapi hak yang sebenarnya terpenuhi hanya jika kita berusaha untuk memakmurkan masjid dengan memenuhi hak-haknya. Semoga Allah Ta’ala memberikan taufik kepada kita untuk dapat mengamalkannya.[2]

Khotbah II

الْحَمْدُ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنُؤْمِنُ بِهِ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ وَنَعُوْذ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا – مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ – وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ – عِبَادَ اللهِ! رَحِمَكُمُ اللهُ!

 إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذكَّرُوْنَ – أُذكُرُوا اللهَ يَذكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


[1] Kota Silver Spring yang berpenduduk 81.000an di sensus 2020 merupakan kota ke-5 berpenduduk padat di Maryland. Ia terletak di bagian timur-utara (timur laut) Amerika serikat dan dekat dengan pantai. Wilayah ini dekat dengan Washington, D.C. ibukota pemerintahan Amerika Serikat.

[2] Penerjemah: Mln. Mahmud Ahmad Wardi, Syahid (London-UK), Mln. Hasyim dan Mln. Fazli Umar Faruq. Editor: Dildaar Ahmad Dartono. Sumber referensi: www.alislam.org (website resmi Jemaat Ahmadiyah Internasional bahasa Inggris dan Urdu) dan www.IslamAhmadiyya.net (website resmi Jemaat Ahmadiyah Internasional bahasa Arab). https://www.alfazl.com/2022/10/14/57090/; https://www.alislam.org/friday-sermon/2022-10-14.html

Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.