Salah satu keberatan yang ditujukan kepada Ahmadiyah dan sosok Hazrat Mirza Ghulam Ahmad adalah bahwa beliau telah mengeluarkan kata-kata yang tidak terpuji kepada Nabi Isa as, yaitu beliau mengatakan bahwa Nabi Isa biasa berbuat keji, lancang dan berdusta.
Sebagai jawabannya, apa yang disampaikan oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as tersebut merupakan jawaban untuk seorang pendeta Kristiani yang bernama Fatah Masih, seorang yang bermulut kotor dan selalu menghina Nabi Muhammad saw serta mencemoohkan tanda-tanda kebenaran dari Allah swt yang diterima oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as. Salah satu dari tanda-tanda itu adalah tentang kematian Abdullah Atham yang berbunyi:
“Kami terpaksa menulis perkara-perkara (yang diatas) yang dulunya tidak kami pedulikan berkenaan dengan kepercayaan mereka tentang Yesus versi kitab suci mereka sendiri. Tapi karena mereka telah melampaui batas, tidak jujur dan sudah menghina serta mencaci maki Nabi yang kami cintai, Nabi Muhammad saw, maka kami terpaksa membongkar pula kepercayaan mereka tentang Yesus yang mereka percayai dari kitab suci mereka sendiri”.
Jadi kata-kata itu bukan buatan Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as melainkan belaiu ambil dari kitab mereka sendiri. [1]
Pernyataan beliau, adalah untuk menunjukkan kelancangan para penulis naskah Bible dalam melukiskan perilaku para orang suci pilihan Tuhan; yaitu:
- Yesus memaki pohon ara, yang tidak berbuah, kemudian pohon itu menjadi layu. (Matius 21: 18-19; Markus 11: 13-14)
- Yesus tidak mengacuhkan ibundanya (Yahya 2 : 1-4; Matius 12:48).
- Yesus Menghardik Ibunya sendiri (Matius 21: 46-50)
- Ada beberapa nenek moyang nabi Isa dinyatakan oleh perawi taurat sebagai pezina (Ulangan 23: 2; Kejadian 38: 6 -24; I Raja-Raja 15: 5)
Mirza Ghulam Ahmad meluruskan penilaian itu dengan menyatakan;
- “Isa Almasih as tanpa keraguan apapun, adalah seorang Nabi yang benar, seorang Rasul Allah dan pilihan-Nya”. (Hujjatul Islam ha 9).
- “Al Masih ibnu Maryam Israili adalah seorang yang maqbul dan disayang Allah, dan barang siapa yang memfitnah beliau maka dia itu adalah orang jahat”. (I’jaj Ahmadi hal 25).
- “Aku bersumpah bahwa aku memiliki kecintaan sejati kepada Al Masih as, tidak seperti kecintaan yang kamu miliki. Dan padamu tidak terdapat cahaya yang dengan itu aku dapat mengenalnya. Tidak diragukan bahwa ia adalah Nabi yang dikasihi dan disayangi Allah”. (Da’watul Haq).[2]
[1] Syamsir Ali (2009). Madu Ahmadiyah Untuk Para Penghujat. Wisma Damai, hal. 42
[2] Ahmad Sulaiman, Ekky (2011). Klarifikasi Terhadap Kesesatan Ahmadiyah dan Plagiator, Neratja Press. Hal. 68. ISBN 978-602-14539-3-3