Syahadat Ahmadiyah adalah “Asyhadu allaailaaha illallaahu wa asyhadu anna muhamadarrosulullahu”.
Salah satu tuduhan kepada Ahmadiyah adalah syahadat Ahmadiyah berbeda dengan umat Islam lainnya.
Jawaban:
Setiap orang Ahmadiyah meyakini dan mengaku beragama Islam, maka kalimah syahadat nya sama persis dengan kalimah syahadat yang dibaca dan diakui oleh kaum muslimin lainnya, yaitu
أشهد أن لا اله الا الله وأشهد ان محمد رسول الله
“Asyhadu allaailaaha illallaahu wa asyhadu anna muhamadarrosulullahu”.
Lafaz syahadat itu pula yang dikumandangkan dalam azan dari masjid-masjid Ahmadiyah di 190 negara di seluruh dunia ketika datang shalat wajib lima waktu. Demikian juga ketika seseorang baiat masuk ke dalam Ahmadiyah, ia wajib membaca dua kalimah syahadat tersebut. Jadi kalimah syahadat itu adalah harga mati untuk seorang muslim ahmadi yang sejati.
Berkenaan dengan kalimah syahadat ini, Pendiri Ahmadiyah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad menulis:
“Inti dari kepercayaan kami adalah: Laa Ilaaha Illallahu, Muhammadur-Rosulullahu (Tak ada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah). Kepercayaan kami inilah yang menjadi tempat bergantung dalam hidup ini, dan yang padanya – dengan rahmat dan karunia Allah – kami berpegang teguh sampai akhir hayat kami. (Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Izalah Auham, 1891: 137) [1]
Pendiri Ahmadiyah menjelaskan tentang syahadat:
Aku telah menekankan berulang-kali bahwa kalian tidak boleh hanya cukup puas kalau kalian itu termasuk umat Islam dan telah menyatakan:
لآَ اِلٰهَ اِلاَّ اللهُ
“Tidak ada yang patut disembah selain Allah.”
Mereka yang telah mempelajari Al-Quran tahu betul kalau Tuhan itu tidak puas hanya dengan omongan manusia saja. Al-Quran mengemukakan riwayat umat Yahudi, bagaimana mereka pada awalnya dikaruniai Allah swt dengan berbagai anugerah akbar. Tetapi ketika mereka kemudian hanya berucap di mulut saja sedangkan hatinya menjadi penuh dengan kedengkian, keculasan dan pikiran jahat, maka Allah Ta’ala lalu menimpakan berbagai azab di atas mereka, sedemikian rupa sampai ada dari golongan mereka yang disebut sebagai monyet dan babi. (Hadirat Mirza Ghulam Ahmad, Khutbah dalam Jalsah Salanah, 1906; hal. 1-5).
Lihat juga: Hakikat Kalimah Syahadat
[1] Syamsir Ali (2009). Madu Ahmadiyah Untuk Para Penghujat. Wisma Damai, hal. 1