Menjadi seorang Muslim bukanlah seperti permainan anak-anak. Hal ini membutuhkan penyerahan diri sepenuhnya dalam segala hal kepada Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam). Jangan menganggapnya sepintas lalu saja. Ini adalah hal yang perlu diperhatikan secara mendalam. Jangan berpuas diri sebelum kalian benar-benar menaati Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam). Jika kalian menyebut diri sebagai Muslim tanpa melakukan hal itu, maka kalian hanya memiliki cangkang tanpa isi. Seorang yang bijak tidak akan senang hanya dengan memiliki cangkang atau menyandang nama kosong semata.
Dahulu kala ada seorang Muslim yang hanya nama saja mencoba memasukkan seorang Yahudi ke dalam Islam. Orang Yahudi itu menegurnya yang hanya senang dengan bentuk lahiriah saja tanpa realitas batin. Ia mengatakan:
“Apalah arti sebuah nama? Aku menamai putra saya Khalid, sesuai dengan nama pahlawan Muslim yang berumur panjang dan meraih banyak kemenangan yang gemilang untuk Islam. Tetapi sebelum malam saya harus menguburkan anak saya.”
Jadi jangan senang dengan nama belaka, sebaliknya carilah hakikat batin. Sungguh sayang, kalian mengaku mengikuti Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam), nabi paling agung dari semua nabi, tetapi kalian hidup seperti orang kafir.
Maka, jalanilah hidup kalian seperti Nabi Suci (shallallahu ‘alaihi wasallam) dan bentuklah pikiran kalian seperti beliau. Jika kalian tidak melakukan seperti itu, kalian mengikuti setan.
Mudah dipahami bahwa tujuan hidup sejatinya adalah menjadi kekasih Allah Ta’ala. Sebelum seseorang menjadi seperti itu, ia belum meraih keberhasilan dalam hidup. Tetapi tujuan itu tidak akan tercapai sebelum kalian benar-benar menaati Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam).
Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) telah menunjukkan melalui amalan beliau tentang arti makna hakiki Islam. Jadi ikutilah Islam seperti itu, jika kalian ingin menjadi kekasih Allah.
(Alhakam, 24 Januari 1901)
Sumber: Alislam.org
Comments (1)