JADILAH, MAKA IA PUN JADI
كُنْ فَيَكُونُ
(Kun Fa Yakuun)
Jadilah, maka ia ada
Sebagian Ulama keberatan menerima ungkapan tersebut sebagai wahyu dari Allah swt yang diturunkan kepada Pendiri Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, karena hanya Allah swt saja yang berhak dan berkuasa untuk itu.
Jawaban Ahmadiyah: Sebagai Ulama, seharusnya bersedia mendengarkan atau membaca penjelasan nara sumber yang tahu persis maksud wahyu tersebut, karena beliau sebagai khithob dari wahyu tersebut.
Wahyu Hazrat Mirza Ghulam Ahmad ini memang ada, tapi sebelumnya ada kata ‘Qul’ yang makhdzuf (dibuang). Sebagaimana sebelum surat Al-Fatihah ada kata ‘Qul’ yang makhdzuf, yakni berkenaan dengan ini Allah subhanahu wa ta’ala berfirman tentang Diri-Nya. Keberatan Ulama demikian ini sama dengan seorang Aria atau Kristen yang keberatan menerima surat Al-Fatihah dengan berkata: ‘Lihatlah Muhammad shollAllohu ‘alaihi wa sallam telah mendakwahkan diri bahwa Tuhan pun menyembahku, karena Tuhan telah berfirman kepada beliau shollAllohu ‘alaihi wa sallam:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ
Hanya kepada engkau Kami menyembah.
Dengan demikian apa yang menjadi jawaban Ulama, maka jawaban itu pula sebagai jawabanku. Dalam bahasa Arabnya:
مَا هُوَ جَوَابُكُمْ فَهُوَ جَوَابُنَا
(Maa huwa jawaabukum fahuwa jawaabunaa)
Demikian juga Hazrat Mirza Ghulam Ahmad telah menulis: ‘Ini adalah firman Tuhan yang diturunkan kepadaku, bukan dari kata-kataku sendiri (Barohin Ahmadiyah, jilid V, hal. 104).
Apabila Ulama tidak dapat menerima jawaban di atas, maka perhatikanlah perkataan Syekh Abdul Qodir Jaelani berikut ini: “Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman dalam sebagian Kitab-Nya:
يَا ابْنَ آدَمَ أَنَا اللهُ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنَا أَقُولُ لِشَيْئٍ كُنْ فَيَكُونُ أَطِعْنِي أَجْعَلُكَ تَقُولُ لِشَيْئٍ كُنْ فَيَكُونُ فَقَدْ فَعَلَ ذَلِكَ بِكَثِيرٍ مِنْ أَنْبِيَآءِهِ وَخَوَاصِهِ مِنْ بَنِي آدَمَ
Wahai anak Adam, Aku adalah Allah, tiada tuhan kecuali Aku, Aku berfirman kepada sesuatu: ‘Jadilah, maka ia ada. Ta’atlah kepada-Ku, Aku akan menjadikan engkau. Engkau berkata kepada sesuatu: ‘Jadilah, maka ia ada. Maka, sungguh Dia telah berbuat demikian begitu sering kepada sebagian Nabi-nabi-Nya dan orang-orang pilihan keturunan Adam (Futuhul-Ghoib, Maqolah, no. 16, catatan kaki Qolaidul-Jawahir Fi Manaqibil Syeh Abdul Qodir, cetakan Mesir, hal. 31)
ثُمَّ يُرَدُّ عَلَيْكَ التَّكْوِينُ وَتُكُوِّنُ بِاْلإِذْنِ الصَّرِيحِ الَّّذِي لاَ غَبَرَ عَلَيْهِ
Kemudian engkau akan dianugerahi tingkat penciptaan, dan kemampuan untuk menciptakan dengan izin yang jelas yang tiada cacat atasnya.
Singkatnya, sesudah itu engkau akan dianugerahi tingkat penciptaan, yakni kemampuan untuk menciptakan dan atas perintah sendiri serta dengan izin yang jelas engkau akan dapat menciptakan (Nidae Ghoib, hal. 24)
Sir Dr. Muhammad Iqbal mengatakan di dalam buku Bali Jibril:
Mantapkanlah kepribadianmu sampai sedemikian rupa, sehingga sebelum setiap takdir Tuhan datang, Tuhan Sendiri bertanya kepada hamba-Nya: ‘Beritahukanlah apa yang kamu inginkan!’