20 Ayat Al-Qur’an tentang Kebenaran Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as

ayat quran kebenaran mirza ghulam ahmad

Farhan Iqbal, Mubaligh, Ahmadiyya Muslim Community Canada

Al-Qur’an membuat pernyataan tegas dan memberitahu Rasulullah:

قُلۡ اِنۡ کُنۡتُمۡ تُحِبُّوۡنَ اللّٰہَ فَاتَّبِعُوۡنِیۡ یُحۡبِبۡکُمُ اللّٰہُ وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ذُنُوۡبَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ ﴿۳۲﴾

“Katakanlah, ‘Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, Allah pun akan mencintaimu dan akan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS Ali Imran [3]:32)

Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa kecintaan Allah dapat diraih hanya dengan cara tunduk dan taat kepada Rasulullah saw. Secara tersirat ayat ini juga menjelaskan bahwa Masih Mau’ud dan Imam Mahdi as akan menjadi pengikut Rasulullah saw. Ayat ini lebih lanjut menyiratkan bahwa kedatangan kembali seorang juru selamat yang ditunggu-tunggu oleh agama lain juga akan digenapi dalam pribadi Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (Masih Mau’ud dan Imam Mahdi).

Kita mengetahui bahwa sampai saat ini, tidak ada seorang pun yang telah wafat, naik ke langit atau menghilang, lalu telah kembali lagi ke dunia. Hal itu bertentangan dengan sunnatullah.  Kedatangan kembali atau kebangkitan kembali tidak lain adalah dalam makna rohani semata. Dalam corak seperti inilah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani as mendakwahkan dirinya.

Setiap orang yang mengaku berasal dari Tuhan dan menyampaikan nubuatan dan menunjukkan tanda-tanda Ilahi, haruslah diperhatikan dengan seksama. Al-Qur’an mengingatkan kita akan hal ini sebagaimana dinyatakan:

وَقَالَ رَجُلٌ مُّؤْمِنٌۖ مِّنْ اٰلِ فِرْعَوْنَ يَكْتُمُ اِيْمَانَهٗٓ اَتَقْتُلُوْنَ رَجُلًا اَنْ يَّقُوْلَ رَبِّيَ اللّٰهُ وَقَدْ جَاۤءَكُمْ بِالْبَيِّنٰتِ مِنْ رَّبِّكُمْ ۗوَاِنْ يَّكُ كَاذِبًا فَعَلَيْهِ كَذِبُهٗ ۚوَاِنْ يَّكُ صَادِقًا يُّصِبْكُمْ بَعْضُ الَّذِيْ يَعِدُكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِيْ مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ كَذَّابٌ

Dan seseorang yang beriman di antara keluarga Fir‘aun yang menyembunyikan imannya berkata, “Apakah kamu akan membunuh seseorang karena dia berkata, “Tuhanku adalah Allah,” padahal sungguh, dia telah datang kepadamu dengan membawa bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu. Dan jika dia seorang pendusta maka dialah yang akan menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika dia seorang yang benar, niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang melampaui batas dan pendusta. (QS Al-Mu’min [4]: 29)

Mari kita tinjau dan pelajari ayat-ayat Al-Qur’an berikut tentang kedatangan seorang nabi dari umat (pengikut) Rasulullah saw.

Ayat 1

فَقَدۡ لَبِثۡتُ فِیۡکُمۡ عُمُرًا مِّنۡ قَبۡلِہٖ ؕ اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ

“Sesungguhnya aku telah tinggan bersamamu dalam masa yang panjang sebelum ini; tidakkah kamu mempergunakan akal? (QS Yunus [10]: 17)

Rasulullah saw diperintahkan oleh Allah  Allah Ta’ala untuk memberitahu orang-orang bahwa kehidupan beliau sebelum menjadi nabi adalah bukti akan kebenaran dakwah beliau. Hal yang sama terjadi pada Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as. Ketika kita menilai kehidupannya sebelum pendakwahan diri, menjadi sangat jelas bahwa beliau adalah orang yang sangat jujur. Beliau sendiri menerima wahyu, “Aku telah menghabiskan seluruh hidup di antara kalian sebelum ini, lalu apakah kalian tidak mengerti? (Tadhkirah, hal. 111). Beliau juga menulis,

“Sekarang renungkanlah bahwa Allah telah menyediakan ribuan tanda untuk mendukung dakwahku, sehingga kalian dapat memutuskan dan menilai kebenaran dan keunggulan orang yang telah mengundang kalian ke dalam silsilah (Jemaat) ini; seperti apa tingkat makrifat yang ia miliki dan dalil apa yang ia berikan. Kalian tidak dapat menunjukkan aib dalam kehidupanku sejak awal bahwa aku pernah melakukan fitnah, kebohongan, atau penipuan. Jadi pikirkanlah bahwa orang yang terbiasa sedari awal melakukan kebohongan dan fitnah maka ia akan berbohong nantinya. Adakah di antara kalian yang dapat menunjukkan kekurangan dan kelemahan seperti itu dalam hidupku? Atas karunia-Nya Allah Taala telah menjadikan diriku selalu menapaki jalan ketakwaan sejak awal. Ini adalah tanda bagi orang-orang yang berpikir.  (Tadhkiratush Shahadatain, Ruhani Khaza’in, vol. 20, hal. 64).

Ayat 2:

وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ كَذَّبَ بِاٰيٰتِهٖۗ اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الظّٰلِمُوْنَ

“Dan siapakah yang lebih aniaya dari orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang aniaya itu tidak akan berhasil.” (QS Al-An’am [6]: 22)

Dalam ayat ini, musuh-musuh Rasulullah saw diberitahu bahwa orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah ia tidak akan pernah berhasil. Tetapi faktanya adalah Rasulullah saw mencapai keberhasilan sehingga membuktikan bahwa beliau memang benar diutus oleh Allah Ta’ala. Begitu juga dengan Hazrat Masih Mau’ud as , beliau menantang lawan-lawannya dan tidak ada satupun dari mereka yang terbukti berhasil melawannya.

Ayat 3

کَتَبَ اللّٰہُ لَاَغۡلِبَنَّ اَنَا وَ رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿۲۲﴾

“Allah telah menetapkan, ‘Aku dan Rasul-rasul-Ku pasti akan menang.” (QS Al-Mujadalah [58]: 22)

Dalam ayat ini dinyatakan dengan jelas bahwa jamaah yang didirikan oleh Allah melalui para Utusan-Nya selalu menang atas lawan-lawannya. Musuh Hazrat Masih Mau’ud as juga telah melakukan segala upaya selama 130 tahun untuk membinasakan jamaah ini, tetapi mereka tidak pernah berhasil. Jemaat Ahmadiyah sebaliknya selalu menang atas mereka.

Ayat 4

فَاَنْجَيْنٰهُ وَاَصْحٰبَ السَّفِيْنَةِ وَجَعَلْنٰهَآ اٰيَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ ﴿۱۶﴾

“Tetapi Kami selamatkan ia dan penumpang-penumpang yang besertanya dalam bahtera; dan Kami jadikan peristiwa itu suatu tanda untuk seluruh alam.” (QS Al-Ankabut [29]: 16)

Di zaman Nabi Nuh as, banjir datang membinasakan musuh-musuh beliau, hanya Nabi Nuh dan para pengikutnya yang selamat dalam bahtera. Dengan cara yang sama, di masa Hazrat Masih Mau’ud as terjadi sebuah wabah yang besar sesuai dengan nubuatan beliau. Banyak orang yang meninggal termasuk para penentang Hazrat Masih Mau’ud as. Di tengah wabah inilah Hazrat Masih Mau’ud mendapat wahyu, “Aku akan melindungi setiap orang yang berada dalam tembok rumahmu“.

Dalam menjelaskan wahyu tersebut, beliau menulis: Ini tidak boleh diartikan bahwa hanya orang-orang yang tinggal di rumahku yang terbuat dari batu bata ini yang akan diselamatkan, tetapi ini juga termasuk orang-orang yang mengikuti beliau sepenuhnya dan tinggal di rumah rohaniku.” (Bahtera Nuh, hal. 19)

Dan faktanya seperti itulah yang terjadi. Sejarah menunjukkan setiap orang dalam rumah Hazrat Masih Mau’ud as benar-benar aman secara fisik dari wabah yang terjadi, dan para pengikut beliau yang tulus juga tetap aman.

Ayat 5

وَ لَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ ﴿ۙ۴۵﴾  لَاَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِيْنِۙ ﴿ۙ۴۶﴾  ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِيْنَۖ ﴿۫۴۷﴾ 

Terkait:   Kebenaran Mirza Ghulam Ahmad Menurut Al-Quran dan Hadits

“Dan sekiranya ia mengada-adakan Sebagian perkataan atas nama Kami, niscaya Kami akan menangkapnya dengan tangan kanan, kemudian tentulah Kami memotong urat nadinya.” (QS Al-Haqqah [69]: 45-47)

Ayat ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw adalah seorang Nabi yang benar karena beliau diberikan umur panjang setelah mengabarkan kepada dunia bahwa beliau menerima wahyu dari Allah. Kita tahu bahwa Rasulullah saw hidup selama 23 tahun setelah menerima wahyu pertamanya. Oleh karena itu, seorang nabi palsu yang mengaku menerima wahyu Ilahi tidak dapat hidup untuk jangka waktu lebih dari 23 tahun.

Ketika kriteria ini diterapkan pada Hadhrat Masih Mau’ud as, kita mengetahui bahwa wahyu pertama yang diterima olehnya pada akhir tahun 1860-an dan beliau terus menerima wahyu dari Allah selama lebih dari 45 tahun. Hal ini membuktikan bahwa pendakwahannya itu benar, karena Allah tidak akan memberikan tenggat waktu yang begitu lama kepada pendakwah palsu yang menerima wahyu.

Muslim non-Ahmadi, mengklaim bahwa Hadhrat Masih Mau’ud as adalah palsu meskipun telah menerima wahyu untuk jangka waktu lebih dari 23 tahun. Jika itu benar, pertanyaan kami kepada mereka adalah: Sekiaranya ada pendakwah palsu dapat terus mendapat wahyu palsu untuk jangka waktu 23 tahun, bagaimana kita menjelaskan  ayat di atas bahwa Rasulullah saw benar-benar seorang pendakwah yang benar, karena beliau hanya menerima wahyu selama 23 tahun? Dengan kata lain, posisi non-Ahmadi telah membatalkan argumen utama yang disajikan dalam ayat di atas.

Ayat ke-6

عٰلِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلٰى غَيْبِهٖٓ اَحَدًاۙ ﴿ۙ۲۷﴾  اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ

“Dia-lah Yang Maha Mengetahui yang gaib, dan Dia tidak menampakkan rahasia gaib-Nya kepada siapapun, kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai.” (Surah Al-Jin [72]: 27-28)

Seorang Nabi Allah yang benar diberikan banyak pengetahuan tentang hal ghaib. Hazrat Masih Mau’ud as juga menerima pengetahuan ini yang menjadikannya sebagai seorang utusan Allah sejati. Untuk mempelajari lebih dalam tentang Nubuatan Hazrat Masih Mau’ud as, buku yang bagus untuk dipelajari adalah Haqiqatul Wahi yang di dalamnya memuat daftar nubuatan beliau yang telah tergenapi. Buku lain yang lebih ringkas yang dapat dipelajari adalah  buku Invitation to Ahmadiyya (Da’watul Amir)

Ayat 7

وَّاٰخَرِيْنَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوْا بِهِمْۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُۙ

“Dan Dia akan membangkitkannya juga pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka, Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha-bijaksana. (QS Al-Jumu’ah [62]:4)

Konteks ayat ini adalah tentang kedatangan Rasulullah saw, kepada ‘mereka yang belum pernah bertemua dengan mereka. Ini mengacu kepada kedatangan kedua Nabi Muhammad saw yang digenapi secara metafora dalam wujud Hazrat Masih Mau’ud as.

Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari bahwa Abu Hurairah meriwayatkan:

“Kami sedang duduk-duduk dekat Nabi saw ketika surah Al-Jumu’ah diturunkan kepada beliau. Para sahabat bertanya, siapa yang dimaksud dalam ayat itu? Di antara kami terdapat seorang yang bernama Salman Al-Farsi. Kemudian Rasulullah saw meletakkan tangannya ke atas pundak Salman seraya bersabda: “Jika iman telah terbang ke bintang Tsurayya, beberapa orang laki-laki atau seorang laki-laki di antara orang ini (asal Persia) akan mengambilnya kembali.” (Bukhari)

Ayat 8

اِنَّآ اَرْسَلْنَآ اِلَيْكُمْ رَسُوْلًا ەۙ شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَآ اَرْسَلْنَآ اِلٰى فِرْعَوْنَ رَسُوْلًا ۗ

“Sesungguhnya Kami telah mengirimkan kepada kamu seorang rasul, yang menjadi saksi atasmu, sebagaimana Kami telah mengirimkan seorang rasul kepada Fir’aun.” (QS Al-Muzammil [73]:16)

Dalam ayat ini, Rasulullah saw disamakan dengan Nabi Musa as. Keduanya adalah nabi yang membawa syariat dan memiliki banyak kesamaan. Salah satu kesamaannya adalah kaum mereka juga mirip satu satu sama lain. Sebagaimana orang-orang yang dikasihi Allah terus datang di zaman Musa as, maka orang-orang yang dikasihi Allah juga akan muncul di zaman Muhammad (saw).

Oleh karena itu, silsilah kenabian Muhammad mirip dengan silsilah kenabian Musa. Dan agar kesamaan itu menjadi lengkap dan sempurna, maka perlu, sebagaimana Almasih muncul di abad ke-14 setelah Musa as, maka Almasih juga akan muncul pada abad ke-14 setelah Nabi Muhammad saw. Almasih tersebut adalah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as.

Ayat 9

اَفَمَنْ كَانَ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّهٖ وَيَتْلُوْهُ شَاهِدٌ مِّنْهُ وَمِنْ قَبْلِهٖ كِتٰبُ مُوْسٰىٓ اِمَامًا وَّرَحْمَةًۗ اُولٰۤىِٕكَ يُؤْمِنُوْنَ بِهٖ

“Maka apakah orang yang berdiri atas dalil yang nyata dari Tuhan-nya dan ia akan disusul oleh seorang saksi dari-Nya untuk membuktikan kebenarannya, dan yang sebelumnya telah didahului oleh Kitab Musa sebagai pedoman dan rahmat dapat dikatakan seorang penipu? (QS Hud [11]:9)

Terdapat tiga argumen dalam ayat ini yang mendukung Rasulullah saw, (a) ‘orang yang berdiri di atas dalil yang nyata dari Tuhan-nya’, (b) untuk membuktikan kebenarannya ia akan disusul oleh seorang saksi dari-Nya, (c) ‘yang sebelumnya telah didahului oleh Kitab Musa’.

Dalil nyata dari Tuhan-nya’ adalah revolusi besar yang dibawa oleh Rasulullah saw untuk kaummnya yang telah rusak dan bobrok.

akan diikuti saksi dari-Nya’, artinya akan banyak terdapat orang-orang pilihan Tuhan yang akan mengikuti Rasulullah saw dan bersaksi tentang kebenarannya, seorang saksi yang paling besar adalah Hazrat Masih Mau’ud as.

Kemudian kata ‘yang sebelumnya telah didahului oleh Kitab Musa’ menunjukkan pada nubuatan-nubuatan yang terdapat dalam Alkitab tentang Rasulullah saw.

Ayat 10

وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى الْاَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْۖ

“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dari antara kamu dan berbuat amal saleh, bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka itu khalifah di bumi ini, sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah orang-orang yang sebelum mereka.” (QS An-Nur [24]:56)

Ayat ini juga menjelaskan tentang kesamaan antara silsilah Nabi Muhammad saw dan silsilah Nabi Musa as. Keduanya adalah nabi pembawa syariat dan diikuti oleh para penerus spesial Allah Ta’ala (khalifah). Dan khalifah penting yang datang setelah Musa as adalah Nabi Isa as, Almasih yang datang di akhir silsilah Musa, yaitu 1400 tahun setelah Musa as. Dengan cara yang sama, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as, juga merupakan Almasih nabi Muhammad saw, yang datang 1400 tahun setelah beliau.

Lebih lanjut, menurut hadits dalam Sahih Bukhari (KItab para Nabi), Almasih disebut sebagai imamukum minkum (Imam kalian dari antara kalian). Kata ‘minkum’ juga digunakan dalam ayat Al-Qur’an di atas yang artinya ia bukanlah seorang yang berasal dari luar umat Islam. Sebaliknya ia akan lahir di kalangan umat Islam dan ditugaskan oleh Allah untuk memimpin.

Terkait:   Semangat Hazrat Mirza Ghulam Ahmad untuk Kemenangan Islam

Ayat 11

وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ

“Dan mereka yang beriman kepada apa yang diturunkan kepada engkau, juga kepada apa yang telah diturunkan sebelum engkau dan mereka yakin kepada hari yang akan datang.” (QS Al-Baqarah [2]:5)

Ayat ini memuat tentang Wahyu Allah Ta’ala. Orang mukmin percaya pada tiga jenis wahyu:

  1. Wahyu Al-Qur’an (yang diturunkan kepada engkau)
  2. Wahyu yang akan datang setelah Al-Qur’an (yang diturunkan sebelum engkau)
  3. Wahyu-wahyu yang akan datang setelah Al-Qur’an (hari yang akan datang)

Di antara wahyu-wahyu tersebut adalah wahyu yang turun kepada Hazrat Masih Mau’ud as

Ayat 12

اَللّٰهُ يَصْطَفِيْ مِنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ رُسُلًا وَّمِنَ النَّاسِۗ اِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌۢ بَصِيْرٌ ۚ

“Allah senantiasa memilih rasul-rasul-Nya dari antara para malaikat dan dari antara manusia. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS Al-Hajj [22]: 76)

Adalah kebiasaan Allah untuk mengutus para Rasul-Nya dan kebiasaan ini tidak pernah berhenti. Kata ‘yastafi’ yang digunakan dalam ayat ini adalah bersifat present dan future tense yang dalam bahasa Arab disebut fiil mudhari. Jadi, jika di masa depan Allah memilih Rasul-Nya guna memperbaiki manusia dan membimbing mereka ke jalan yang benar, maka Dia akan melakukannya. Nubuatan tentang masa Hazrat Masih Mau’ud as menyatakan tentang masa ketika dibutuhkannya kedatangannya disebabkan orang-orang akan meninggalkan jalan yang benar pada saat itu.

Ayat 13

وَجَاۤءَ مِنْ اَقْصَا الْمَدِيْنَةِ رَجُلٌ يَّسْعٰى قَالَ يٰقَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِيْنَۙ ﴿ۙ۲۱﴾ اتَّبِعُوْا مَنْ لَّا يَسْـَٔلُكُمْ اَجْرًا وَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ ﴿۲۲﴾ وَ مَا لِیَ لَاۤ اَعۡبُدُ الَّذِیۡ فَطَرَنِیۡ وَ اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ ﴿۲۳﴾  ءَاَتَّخِذُ مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةً اِنْ يُّرِدْنِ الرَّحْمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغْنِ عَنِّيْ شَفَاعَتُهُمْ شَيْـًٔا وَّلَا يُنْقِذُوْنِۚ ﴿ۚ۲۴﴾   اِنِّیۡۤ اِذًا لَّفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ﴿۲۵﴾  اِنِّیۡۤ اٰمَنۡتُ بِرَبِّکُمۡ فَاسۡمَعُوۡنِ ﴿ؕ۲۶﴾ قِيْلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَ ۗقَالَ يٰلَيْتَ قَوْمِيْ يَعْلَمُوْنَۙ ﴿ۙ۲۷﴾  بِمَا غَفَرَ لِیۡ رَبِّیۡ وَ جَعَلَنِیۡ مِنَ الۡمُکۡرَمِیۡنَ ﴿۲۸﴾ ۞ وَمَآ اَنْزَلْنَا عَلٰى قَوْمِهٖ مِنْۢ بَعْدِهٖ مِنْ جُنْدٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَمَا كُنَّا مُنْزِلِيْنَ ﴿۲۹﴾ اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ خَامِدُوْنَ ﴿۳۰﴾  یٰحَسۡرَۃً عَلَی الۡعِبَادِ ۚؑ مَا یَاۡتِیۡہِمۡ مِّنۡ رَّسُوۡلٍ اِلَّا کَانُوۡا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ ﴿۳۱﴾

“Maka datang dari bagian terjauh kota itu seorang laki-laki dengan berlari-lari, ia berkata, ‘Wahai kaumku, ikutlah rasul-rasul itu. ‘Ikutlah mereka yang tidak meminta upah darimu dan mereka yang telah mendapat petunjuk.’ Dan mengapakah aku tidak menyembah Yang menciptakan aku, dan kepada Dia-lah kamu akan dikembalikan. Apakah aku menjadikan selain Dia sembahan-sembahan lain? Sekiranya Yang Maha Pemurah menghendaki suatu kemudaratan bagiaku, syafa’at mereka tidak bermanfaat bagiku sedikitpun, dan mereka tidak dapat menyelamatkanku? Sesungguhnya jika aku berbuat demikian, niscaya berada dalam kesesatan yang nyata. ‘Sesungguhnya aku beriman kepada Tuhanmu, maka dengarlah aku. Dikatakan kepadanya, ‘Masuklah ke dalam surga.’ Ia berkata, ‘Ah alangkah baiknya jika kaumku mengetahui, betapa Tuhanku telah mengampuniku dan telah menjadikanku dari antara orang-orang yang dimuliakan.’ Dan tidaklah Kami menurunkan atas kaumnya sesudah ia suatu laskar dari langit dan Kami tidak pernah pula menurunkanya. Tiada lain itu hanyalah suatu ledakan dahsyat, tiba-tiba mereka itu musnah. ‘Ah, sayang bagi hamba-hamba-Ku, tidak pernah datang kepada mereka seorang rasul melainkan mereka senantiasa mencemoohkannya.’ (QS Yasin [36]: 21-31)

Ayat ini berbicara tentang laki-laki atau rajulun, dan secara tersirat mengarahkan kepada Hazrat Masih Mau’ud as. Hazrat Masih Mau’ud telah disebut rajulun oleh Rasulullah saw seperti yang dibahas dalam ayat nomor 7. The five volume commentary of the Quran mencantumkan poin-poin berikut dari bagian yang merujuk pada Hazrat Masih Mau’ud as:

  1. Kota mungkin merujuk pada Rasulullah saw seperti yang ditunjukkan dalam 36:14
  2. Kata-kata ‘bagian terjauh’ menunjukkan bahwa Almasih akan muncul jauh dari Mekah
  3. Kata ‘Yas’aa’ berarti usaha atau perjuangan dan ini menunjukkan bahwa Almasih akan melakukan upaya besar untuk kebangkitan Islam
  4. Hazrat Masih Mau’ud as mengundang dunia untuk menerima kebenaran semua Nabi, sebagaimana ditunjukkan dalam 36: 21
  5. Dijelaskan dalam 36:23 bahwa menyambah kepada Allah Ta’ala menyiratkan pada janji khusus yang diucapkan oleh setiap Ahmadi ketika beriman kepada Hazrat Masih Mau’ud as: Aku akan mendahulukan agama daripada semua urusan duniawi.
  6. 36:24 menunjukkan bahwa pada zaman Hadhrat Masih Mau’ud as, orang-orang akan menyembah sembahan-sembahan lain.
  7. 36:26 menunjukkan bahwa Hadhrat Masih Mau’ud as akan mengajak manusia kepada Allah, dan tidak meletakkan dasar bagi sebuah agama baru.
  8. 36:27 menyebutkan secara khusus surga yang mengacu pada fakta bahwa berdasarkan bimbingan Ilahi, Hadhrat Masih Mau’ud as membuat bahishti maqbarah (kuburan surgawi) di mana orang-orang saleh dimakamkan. Mereka adalah orang-orang yang membuat komitmen khusus untuk mengikuti Syariah dan membelanjakan 1/10 dari penghasilannya di jalan Allah.
  9. 36:30 mengacu pada senjata atom dan nuklir, dan jenis bom yang dahsyat lainnya yang akan ditemukan pada zaman Hadhrat Masih Mau’ud as dan menyebabkan orang mati dalam sekejap.

Ayat 14

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ

“Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. (QS Al-Fatihah [1]:7)

Setiap Muslim senantiasa meminta nikmat Allah setiap hari. Salah satu nikmat itu adalah nikmat kenabian. Sebagaimana kaum-kaum terdahulu telah diberikan nikmat ini, umat Islam pun juga akan dianugerahkan nikmat ini. Hal ini terbukti pada masa Hazrat Masih Mau’ud as ketika umat Islam menyimpang dari jalan yang benar maka dibutuhkan seorang Nabi untuk membawa mereka kembali ke jalan yang benar.

Ayat 15

وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَالصّٰلِحِيْنَ ۚ وَحَسُنَ اُولٰۤىِٕكَ رَفِيْقًا

“Dan barangsiap taat kepada Allah dan Rasul ini maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang Allah telah beri nikmat kepada mereka yakni nabi-nabi, sidiq-sidiq, syahid-syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah sahabat yang sejati.” (QS An-Nisa [4]: 70)

Terkait:   Gerhana Bulan dan Matahari: Tanda Kedatangan Reformer (Juru Selamat)

Ada empat kedudukan rohani yang disebutkan dalam ayat ini:

  1. Orang saleh
  2. Para syuhada
  3. Orang-orang Sidiq
  4. Para Nabi.

Ayat tersebut dengan jelas menyebutkan bahwa orang-orang yang mentaati Allah dan Nabi Muhammad saw akan diberikan salah satu dari derajat ini. Dalam ayat Al-Qur’an lain dinyatakan, “Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya, mereka adalah orang-orang yang benar dan syahid di sisi Tuhan mereka” (57:20). Dengan demikian, mereka yang menjadi pengikut Nabi Suci saw diberikan semua tingkatan, termasuk tingkatan Nabi.

Satu-satunya poin penting yang harus diingat adalah tahapan ini diberikan kepada orang-orang yang taat kepada Nabi Muhammad saw. Kenabian Hazrat Masih Mau’ud as bukanlah kenabian baru. Sebaliknya, itu adalah kenabian di bawah Nabi Muhammad saw. Hal ini menggambarkan mulianya kenabian Nabi Muhammad saw.

Ayat 16

اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ

“Sesungguhnya, “Kami-lah yang telah menurunkan peringatan ini, dan sesungguhnya Kami-lah Penjaganya. (QS Al-Hijr [15]:10)

Adalah janji Allah untuk menjaga Al-Qur’an, baik secara fisik dan kata-katanya, maupun esensi rohaninya. Tidak mungkin umat Islam dibiarkan menyimpang dari jalan yang benar dan tidak dibawa kembali kepada ajaran yang benar oleh Allah. Itulah sebabnya kedatangan Khulafa dan Mujaddidin telah dijanjikan. Kedatangan mereka dimaksudkan untuk menjaga esensi rohani dan ajaran Al-Qur’an. Untuk abad ke-14, kedatangan Hazrat Masih Mau’ud as dinubuatkan sebagai masa tersebarnya berbagai bentuk perselisihan.

Ayat 17

وَوَهَبْنَا لَهٗٓ اِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَجَعَلْنَا فِيْ ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتٰبَ وَاٰتَيْنٰهُ اَجْرَهٗ فِى الدُّنْيَا ۚوَاِنَّهٗ فِى الْاٰخِرَةِ لَمِنَ الصّٰلِحِيْنَ

“Dan Kami anugerahkan kepadanya Ishak dan Yakub, dan Kami berikan kenabian dan al-kitab kepada keturunannya Ibrahim, dan Kami berikan kepadanya ganjarannya di dunia; dan sesungguhnya ia di akhirat termasuk di antara orang-orang saleh.” (QS Al-Ankabut [29]: 28)

Umat Islam senantiasa membaca shalawat di setiap shalat dan mereka juga dianjurkan untuk membacanya di berbagai kesempatan dalam sehari. Kalimat shalawat yang dibaca adalah:

“Ya Allah, limpahilah rahmat atas keluarga Nabi Muhammad. Seperti rahmat yang Engkau berikan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Ya Allah, limpahilah berkah atas Nabi Muhammad beserta para keluarganya. Seperti berkah yang Engkau berikan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Engkaulah Tuhan yang sangat terpuji lagi sangat mulia di seluruh alam.”

Di sini jelas kita memohon kepada Allah untuk menurunkan rahmat dan berkah kepada Nabi Muhammad saw dan para pengikutnya. Dalam ayat di atas, disebutkan bahwa para pengikut Ibrahim as dianugerahi nubuwwah (kenabian) sebagai salah satu nikmat Allah Ta’ala. Maka berkat ini juga diberikan kepada para pengikut Nabi Muhammad saw, dan sesuai nubuatan, Hadhrat Masih Mau’ud as diutus sebagai Nabi Allah.

Ayat 18

اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah,’ kemudian mereka istiqomah, malaikat-malaikat turun kepada mereka seraya berkata, ‘Janganlah kamu takut dan jangan pula bersedih; dan berilah kabar suka tentang surga yang telah dijanjikan kepadamu.” (QS Fussilat [41]:31)

Ayat ini dengan jelas menyatakan bahwa malaikat turun kepada orang-orang yang beriman dalam kehidupan ini dan orang-orang seperti itu dihibur melalui wahyu. Berdasarkan ayat ini, bagaimana kita dapat menganggap bahwa Allah tidak berbicara kepada hamba-hamba pilihan-Nya?

Ayat 19

وَ السَّمَآءِ ذَاتِ الرَّجۡعِ ﴿ۙ۱۲﴾  وَ الۡاَرۡضِ ذَاتِ الصَّدۡعِ ﴿ۙ۱۳﴾

“Demi langit yang berulang-ulang menurunkan hujan, dan demi bumi yang memiliki tumbuh-tumbuhan.” (QS At-Tariq [86]:12-13)

Sudah menjadi hukum alam Tuhan bahwa bumi mengering ketika tidak menerima hujan selama jangka waktu tertentu. Hal yang sama berlaku untuk alam rohani. Jika manusia tidak menerima wahyu dari Allah untuk waktu yang lama, mereka akan menyimpang dan tersesat. Akan muncul berbagai keraguan dan mulai menganggap bahwa wahyu sebagai bagian dari sejarah yang telah lama hilang. Oleh karena itu, adalah jalan Tuhan bahwa sebagaimana hujan yang sering turun di bumi, maka wahyu datang dari langit berkali-kali untuk menjaga orang-orang di jalan yang benar.

Ayat 20

وَاِذْ قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اِنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرٰىةِ وَمُبَشِّرًاۢ بِرَسُوْلٍ يَّأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِى اسْمُهٗٓ اَحْمَدُۗ فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ بِالْبَيِّنٰتِ قَالُوْا هٰذَا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ

“Dan ingatlah ketika Isa ibnu Maryam berkata, ‘Hai Bani Israil! Sesungguhnya aku Rasul Allah kepadamu sekalian, membenarkan apa yang ada sebelumku yaitu Taurat, dan memberi kabar suka tentang seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang bernama Ahmad,’ Maka tatkala ia datang kepada mereka dengan bukti-bukti yang nyata mereka berkata, ‘Ini adalah sihir yang nyata’. (QS Ash-Shaf [61]: 7)

Nubuat dalam ayat ini tertuju untuk Nabi Muhammad saw, tetapi sebagai akibat wajar hal itu juga berlaku untuk Hadhrat Masih Mau’ud dan Mahdi as karena nama aslinya adalah Ahmad dan beliau disebut “Ahmad” dalam wahyu Ilahi (Barahin-e-Ahmadiyya) , dan dalam dirinya terjadi Manifestasi Kedua atau Kedatangan Kedua Nabi Suci (sebagaimana dibahas di ayat 62:3-4 di atas).

Kesimpulan

Saya tutup dengan doa semoga Allah memberikan kita semua kebijaksanaan untuk membedakan kebenaran dari kepalsuan (Amin). Allah memperingatkan kita dalam Al-Qur’an:

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ اِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ رُسُلٌ مِّنْكُمْ يَقُصُّوْنَ عَلَيْكُمْ اٰيٰتِيْۙ فَمَنِ اتَّقٰى وَاَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ

“Wahai Bani Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul dari antaramu yang memperdengarkan ayat-ayat-Ku kepadamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka akan bersedih. (QS Al-A’raf [7]: 36)

قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًاۢ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۚفَاِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِّنِّيْ هُدًى ەۙ فَمَنِ اتَّبَعَ هُدٰيَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقٰى

“Dia berfirman, ‘Keluarlah kamu berdua dari sini; sebagian dari kamu adalah musuh sebagian yang lain. Lalu bila datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, maka ia tidak akan sesat, dan tidak pula ia menderita kesusahan.” (QS Taha [20]: 124)

Masih banyak lagi di dalam Al-Qur’an. Harta karun pengetahuan yang tersembunyi dalam Al-Qur’an adalah sesuatu yang harus kita temukan. Semoga Allah memberi taufik kepada kita untuk melakukannya. Aamiin.

Wallallahu ‘a’lam

Sumber: Alislam.org – Establishing the Truthfulness of the Promised Messiah(as) from the Holy Quran

Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.