Peringatan Al-Masih yang dijanjikan
Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis (ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz) pada 26 Maret 2021 (Aman 1400 Hijriyah Syamsiyah/12 Sya’ban 1442 Hijriyah Qamariyah) di Masjid Mubarak, Tilford, UK (United Kingdom of Britain/Britania Raya).
Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah
أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضالِّينَ. (آمين)
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ ()
“Dialah yang telah membangkitkan (mengutus) di tengah-tengah bangsa yang ummi seorang rasul dari antara merek, yang membacakan kepada mereka tanda-tanda-Nya dan mensucikan mereka serta mengajarkan kepada mereka Kitab dan hikmah, walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata.
وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ () Dan Dia akan membangkitkannya juga pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha- bijaksana. (Surah al-Jumu’ah, 62: 3-4)
Beberapa hari lalu adalah tanggal 23 Maret yang mana dalam Jemaat Ahmadiyah, tanggal tersebut diperingati karena bertepatan dengan peletakan pondasi Jemaat Ahmadiyah dan pada hari itu Hadhrat Masih Mau’ud (as) mengambil baiat. Alhasil, tanggal tersebut hendaknya mengingatkan kita setiap tahunnya bahwa tujuan dari kedatangan Hadhrat Masih Mau’ud (as) sesuai dengan nubuatan Al-Quran dan Hadhrat Rasulullah (saw). untuk memperbarui agama dan menyebarkan ajaran Islam sejati di dunia. Adapun kita yang menyatakan ikut serta baiat kepada beliau, untuk memenuhi tugas penting tersebut, hendaknya menjadi bagian didalamnya sesuai dengan kapasitas masing masing dan menjalinkan hubungan manusia yang telah tersesat dengan Tuhan dan mengingatkan manusia untuk memenuhi hak-hak satu sama lain. Jelaslah, untuk tugas tersebut, pertama, kita harus terlebih dulu memperbaiki diri.
Pada saat ini saya akan sampaikan beberapa rujukan dari tulisan Hadhrat Masih Mau’ud (as) yang di dalamnya dijelaskan tujuan dan maksud kedatangan beliau dan bagaimana tergenapinya nubuatan-nubuatan yang telah dikabarkan sebelumnya, baik itu nubuatan dari Al-Qur’an ataupun Rasulullah (saw) yang darinya terbukti kebenaran beliau (as) dan kemudian saya juga akan menyampaikan mengenai timbulnya perubahan suci dalam Jemaat yang beliau sampaikan yang merupakan perubahan suci yang timbul dalam diri para sahabat dan beliau juga menyampaikan mengenai penderitaan-penderitaan yang dialami para sahabat dan dialami juga oleh para anggota Jemaat. Alhasil, kita harus selalu mengingat hal-hal ini supaya kita sebagai suatu Jemaat meraih kemajuan dan tidak mengalami kejatuhan. Dengan menjadikan Tuhan sebagai saksi, beliau (as) mengumumkan mengenai pengutusan dan kebenaran beliau yang tentu saja akan memperkuat keimanan kita.
Jika kita terus merenungkan hal-hal ini dan mengingatnya setiap saat maka tentu saja ini akan terus menjadi sarana kemajuan bagi keimanan kita dan terus mengingatkan kita mengenai tujuan kita. Alhasil, sebagaimana telah saya sampaikan, sekarang saya akan menyampaikan kutipan-kutipan yang ditujukan bagi intern maupun ekstern Jemaat yang kepada mereka beliau menyampaikan dakwahnya dan yang menjelaskan secara gamblang status beliau sebagai Masih Mau’ud.
Ayat-ayat yang telah saya tilawatkan tadi dijelaskan di satu tempat oleh Hadhrat Masih Mau’ud (as) bersabda: “Maksud ayat ini adalah, Tuhan adalah Tuhan yang telah mengutus Rasul pada masa ketika orang-orang telah kosong dari ilmu dan hikmah dan ilmu-ilmu perihal keputusan-keputusan keagamaan yang dengan perantaraan itu mengantarkan ke arah kesempurnaan secara ilmu dan amalan pada penyempurnaan jiwa dan jiwa-jiwa kemanusiaan yang mana itu sama sekali telah hilang dan manusia telah terjerumus ke dalam kesesatan. Artinya, mereka telah sangat jauh dari Tuhan dan jalan-Nya yang lurus (siraath mustaqiim). Selanjutnya, pada masa seperti itu Allah Ta’ala mengutus Rasul-Nya yang Ummi dan Rasul ini menyucikan jiwa-jiwa mereka dan memenuhi mereka dengan ‘ilmul kitab dan hikmah, yakni menyampaikan mereka pada tingkatan keyakinan yang sempurna dengan tanda-tanda dan mukjizat serta menerangi hati mereka dengan nur pengetahuan tentang Tuhan.
Dan kemudian Dia berfirman bahwa ada golongan lain yang akan muncul pada akhir zaman. Mereka pun pada awalnya akan berada dalam kegelapan dan kesesatan dan jauh dari ilmu, hikmah dan keyakinan lalu Allah akan membawa mereka ke dalam corak para sahabat, yakni apa-apa yang telah disaksikan para sahabat akan diperlihatkan kepada mereka sehingga ketulusan dan keyakinan mereka juga menjadi seperti ketulusan dan keyakinan para sahabat.”[1]
Alhasil, setelah kita baiat kepada Hadhrat Masih Mau’ud (as), keyakinan seperti inilah yang harus ada pada diri kita terhadap kebenaran beliau (as) dan demikianlah hendaknya keadaan keimanan kita. Keimanan dan keyakinan kita kepada Allah Ta’ala, Hadhrat Rasulullah (saw) dan kebenaran Islam hendaknya seperti keimanan dan keyakinan para sahabat Rasulullah (saw). Sebagaimana belakangan ini saya tengah menguraikan dalam khotbah-khotbah mengenai keadaan para sahabat dan terbentang contoh-contoh di hadapan kita. Beliau (as) bersabda, “Dan terdapat dalam hadits bahwa pada saat menafsirkan ayat ini Hadhrat Rasulullah (saw) meletakkan tangannya pada pundak Hadhrat Salman Farsi (ra) dan bersabda, لَوْ كَانَ اْلاِيْمَانُ مُعَلَّقاً بالثُّرَيّا لَنالَهُ رَجُلٌ مِن فارِسَ lau kaanal iimaanu mu’allaqon bits tsurayya lanaalahu rojulun min faaris. Yakni jika iman telah terangkat ke bintang Tsurayya, yakni ke langit, maka seseorang yang berasal dari Farsi akan membawanya kembali.[2]
Ini mengisyaratkan di akhir zaman seseorang yang berasal dari Farsi (Persia) akan lahir, pada zaman yang mana mengenainya tertulis bahwa Al-Qur’an akan diangkat ke langit, inilah zaman yang merupakan zaman Masih Mau’ud.” Yakni ajaran Islam dan ajaran Al-Qur’an telah betul-betul dilupakan. “Dan orang yang berasal dari Farsi ini adalah ia yang namanya Masih Mau’ud, karena serangan salib yang untuk mematahkannya Masih Mau’ud harus datang, serangan tersebut adalah terhadap keimanan dan semua hadits-hadits ini telah diriwayatkan untuk zaman serangan salib dan tertulis bahwa dampak serangan ini pada keimanan manusia sangatlah buruk.”
Dan pada zaman ini merupakan zaman Hadhrat Masih Mau’ud (as) yang di masa kehidupan beliau serangan tersebut berlangsung sangat dahsyat bahkan serangan dahsyat ini masih terus berlangsung hingga beberapa masa kemudian dan sejarah menjadi saksi atas hal ini.
Beliau (as) bersabda, “Inilah serangan yang dalam kata lain disebut sebagai serangan Dajjal. Terdapat dalam Atsar (riwayat-riwayat hadits-hadits) bahwa pada masa serangan Dajjal ini banyak sekali orang bodoh yang meninggalkan Tuhan yang Maha Esa dan banyak sekali manusia yang kecintaannya pada keimanan menjadi dingin dan tugas terbesar Masih Mau’ud adalah memperbaharui keimanan karena serangan tersebut ditujukan pada keimanan dan dari hadits لو كانَ الإيمانُ lau kaanal iimaan yang berkenaan dengan seseorang dari Farsi membuktikan orang yang berasal dari Farsi tersebut akan datang untuk menegakkan kembali keimanan.
Alhasil, dalam keadaan di mana masa Masih Mau’ud dan seorang yang berasal dari Persia itu sama dan tugasnya pun sama yakni menegakkan kembali keimanan maka secara meyakinkan terbukti bahwa Masih Mau’ud sendirilah yang merupakan orang yang berasal dari Farsi tersebut dan ayat ini adalah mengenai Jemaatnya. وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ ۚ Wa aakhariina minhum lammaa yalhaquu bihim.
Arti ayat ini adalah, setelah kesesatan mencapai puncaknya, hanya ada dua kelompok yang meraih petunjuk dan hikmah serta menyaksikan mukjizat dan keberkatan Hadhrat Rasulullah (saw), yang pertama adalah para sahabat Hadhrat Rasulullah (saw) yang sebelum kedatangan Hadhrat Rasulullah (saw) mereka terjerumus dalam kegelapan kemudian setelah itu dengan karunia Allah Ta’ala mereka mendapati zaman kenabian dan menyaksikan mukjizat dengan mata mereka sendiri dan menyaksikan nubuatan-nubuatan, dan keyakinan telah menciptakan satu perubahan dalam diri mereka sehingga seolah-olah hanya tersisa satu ruh. Golongan yang kedua adalah kelompok Masih Mau’ud yang menurut ayat di atas adalah seperti para sahabat, karena kelompok ini pun seperti halnya para sahabat menyaksikan mukjizat Hadhrat Rasulullah (saw) dan setelah masa kegelapan dan kesesatan mereka mendapatkan petunjuk. Dan dalam ayat آخَرِينَ مِنْهُمْ aakhariina minhum yang mana kelompok ini dengan khazanah minhum ini diberikan bagian nikmat persamaan dengan para sahabat, ini mengisyaratkan pada kenyataan tersebut.”
Beliau (as) bersabda, “Maka dari itu, saat ini terjadi bahwa setelah masa 1300 tahun pintu mukjizat Hadhrat Rasulullah (saw) telah terbuka dan orang-orang menyaksikan dengan mata mereka sendiri bahwa khusuf dan kusuf terjadi di bulan Ramadhan sesuai dengan Hadits Daaruqutni dan Fataawaa Ibnu Hajar, yakni gerhana bulan dan matahari terjadi di bulan Ramadhan.[3] Sebagaimana isi hadits tersebut, demikianlah gerhana bulan terjadi pada malam pertama dari malam-malam biasa terjadi gerhana bulan dan gerhana matahari terjadi pada hari pertengahan dari hari-hari biasa terjadi gerhana matahari pada masa ketika terdapat orang yang mendakwakan diri sebagai Mahdi dan corak seperti ini belum pernah terjadi sejak langit dan bumi diciptakan karena sampai sekarang tidak ada seorang pun yang bisa membuktikan bandingannya dalam lembaran sejarah. Jadi, ini adalah satu mukjizat Hadhrat Rasulullah (saw) yang disaksikan orang-orang dengan mata mereka.
Kemudian bintang Dzus Siniin yang kemunculannya telah disebutkan terjadi pada zaman Mahdi dan Masih Mau’ud dan ribuan orang menyaksikan kemunculannya.[4] Demikian juga mengenai api dari Jawa yang mana ratusan ribu orang telah menyaksikannya.[5] Demikian juga, tersebarnya tha’un dan peristiwa larangan melakukan haji pun semua orang menyaksikannya dengan mata kepala sendiri.[6] Dibangunnya rel kereta api di negeri ini dan tidak digunakannya unta-unta, ini semua adalah mukjizat Hadhrat Rasulullah (saw) yang pada zaman ini disaksikan sebagaimana para sahabat (ra) menyaksikan mukjizat-mukjizat.
Dikarenakan hal ini Allah Jalla Sya’nuhu menyebut kelompok terakhir ini dengan kata minhum supaya mengisyaratkan bahwa dalam hal penyaksian mukjizat mereka pun satu corak dengan para sahabat. Coba perhatikan apakah selama 1300 tahun terakhir ada yang pernah mengalami masa yang sangat mirip dengan masa Rasulullah (saw) Jemaat kita yang telah didirikan pada zaman ini dalam banyak hal mirip dengan para sahabat radhiyAllahu ‘anhum. Mereka menyaksikan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda sebagaimana para sahabat telah menyaksikan. Mereka meraih nur dan keyakinan dari tanda-tanda dan dukungan-dukungan yang segar dari Allah Ta’ala sebagaimana yang telah para sahabat raih. Mereka menanggung ejekan, cemoohan dan celaan orang dan menanggung penganiayaan serta yang dialami para sahabat. Berkat tanda-tanda yang jelas dari Allah Ta’ala dan pertolongan-pertolongan samawi serta ajaran-ajaran hikmah mereka meraih kehidupan yang suci sebagaimana yang telah diraih oleh para sahabat radhiyAllahu ‘anhum.”
Ini adalah hal yang sangat penting. Kita hendaknya selalu ingat bahwa kita harus meraih kehidupan yang suci dengan ajaran-ajaran hikmah. Hendaknya merenungkan Al-Quran yang mulia dan ini sangatlah penting.
Beliau (as) bersabda, “Banyak di antara mereka yang menangis dalam shalat dan membasahi tempat sujud mereka dengan air mata sebagaimana para sahabat radhiyAllahu ‘anhum menangis. Banyak di antara mereka yang mendapatkan mimpi-mimpi yang benar dan dikaruniai dengan wahyu Ilahi sebagaimana terjadi pada para sahabat Rasulullah (saw). Banyak di antara mereka yang membelanjakan uang hasil jerih payahnya untuk Jemaat, murni untuk meraih keridhoan Allah Ta’ala sebagaimana yang dilakukan para sahabat. Di antara mereka didapati orang-orang yang mengingat kematian. Ini juga adalah hal yang sangat penting, hendaknya selalu mengingat kematian. Dan berhati lembut serta menapaki ketakwaan yang sejati. Alhasil, ini adalah hal-hal yang sangat penting yang beliau (as) sampaikan yang mana kita harus mengingatnya setiap saat.”
(walhasil, apa yang telah beliau terangkan ini adalah hal-hal sangat penting, yang setiap saat harus kita perhatikan; seperti teladan para sahabat radhiyAllahu ‘anhum).
“Mereka adalah golongan Tuhan yang Tuhan sendiri sedang jaga dan hari demi hari Dia terus menyucikan hati-hati mereka dan memenuhi dada mereka dengan hikmat-hikmat keimanan…” (hendaknya kita menilai, apakah semua hal ini pun tengah tumbuh di dalam diri kita) “…dan dengan tanda-tanda Samawi, Dia menarik mereka kearah-Nya; seperti dulu Dia telah menarik para sahabat. Jadi, semua ciri-ciri itu, yaitu yang terkandung dalam kata-kata آخرین منھم terdapat dalam Jemaat ini dan pastilah bahwa firman Allah Ta’ala suatu hari akan terpenuhi.”[7]
Kemudian beliau bersabda, “Zaman ini adalah zaman yang di dalamnya Allah Ta’ala telah berkehendak akan membuat berbagai golongan menjadi satu kaum. Yaitu, seraya mengakhiri perselisihan-perselisihan keagamaan, pada akhirnya Dia menyatukan semuanya dalam satu agama. Terkait zaman ini yang merupakan zaman تلاطم أمواج ‘terjadinya gelombang-gelombang yang saling menggulung’, dimana Allah Ta’ala berfirman di dalam Al-Quran Syarif [Surah al-Kahfi, 18:100], وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَجَمَعْنَاهُمْ جَمْعًا () ; yang mana dengan menghubungkan ayat ini dengan ayat-ayat sebelumnya, ini bermakna: Di zaman tatkala akan muncul kegemparan hebat pada agama-agama dunia – dimana suatu agama terhadap agama lain laksana satu gelombang yang menggulung gelombang lainnya dan saling ingin menghabiskan satu sama lain – pada saat itulah Tuhan langit dan bumi, di masa ‘terjadinya gelombang yang menggulung’ itu, Dia akan menumbuhkan satu Jemaat baru dengan tangan-Nya tanpa sarana-sarana duniawi, dan akan mengumpulkan mereka semua di dalamnya, yaitu [jiwa-jiwa] yang memiliki kemampuan dan kesesuaian. Maka saat itulah mereka akan memahami apakah agama itu dan akan ditiupkan ruh kehidupan dan ketakwaan sejati di dalam diri mereka, dan mereka akan dituangkan cawan makrifat Tuhan.
Dunia ini pasti tidak akan berakhir selama belum sempurna nubuatan yang telah disebarkan Al-Quran Syarif semenjak seribu tiga ratus tahun silam ini. Mengenai akhir zaman ini – yang di dalamnya seluruh golongan akan dikumpulkan dalam satu agama – Tuhan tidak hanya telah menyampaikan satu tanda saja, namun telah banyak tertulis tanda-tanda di dalam Al-Quran Syarif.
Salah satu diantaranya adalah, di zaman itu akan mengalir banyak saluran dari sungai-sungai, kemudian barang-barang tambang terpendam bumi akan sangat banyak ditemukan, dan ilmu-ilmu pengetahuan duniawi akan banyak tersingkap.
Juga, akan timbul sarana-sarana yang dengannya buku-buku akan banyak tersebar.
Kemudian, di masa itu akan muncul suatu kendaraan yang akan meniadakan unta-unta, dan yang dengan perantaraanya, cara untuk bertemu akan menjadi mudah. Dengannya, komunikasi antar manusia di dunia akan menjadi semakin mudah, dan seseorang akan dengan mudah menyampaikan informasi kepada yang lain (bahkan dewasa ini, terus muncul banyak sarana-sarana kemudahan).
Tanda selanjutnya, di masa tersebut akan terjadi gerhana bulan dan matahari di bulan yang sama [ramadhan].
Lalu selanjutnya, akan tersebar wabah taun hebat di bumi, hingga tidak ada kota maupun desa yang tidak terjangkit dari tha’un itu, dan akan banyak terjadi kematian di dunia, dan dunia akan menjadi seperti terbengkalai. Beberapa kampung akan sangat binasa, dan tak akan tersisa apapun darinya. Sebagian tempat ada yang terjerat azab itu hingga batas tertentu lalu ia akan diselamatkan. Hari-hari ini akan menjadi hari kemarahan besar Tuhan; karena, mereka telah tidak menerima tanda-tanda yang telah nyata di masa ini untuk utusan-Nya; mereka telah menolak Nabi Allah yang telah datang untuk perbaikan manusia, dan mereka telah menganggapnya pendusta. ini semua adalah tanda-tanda di masa ini yang telah kita saksikan pemenuhannya. Bagi mereka yang bijaksana, ini adalah jalan yang jelas lagi cemerlang, yaitu Tuhan telah mengutus saya di waktu semua tanda-tanda yang tertera di dalam Al-Quran Syarif telah tampak untuk diutusnya saya.”[8] (dan sejarah telah menjadi bukti bahwa semua hal ini telah sempurna di zaman beliau, dan beberapa darinya terus terpenuhi hingga kini).
Kemudian beliau bersabda: “Ketika Allah Ta’ala melihat keadaan masa kini, di mana bumi penuh dengan berbagai corak kefasikan, dosa, dan kesesatan, maka Dia mengutus saya untuk menyampaikan kebenaran dan melakukan perbaikan. Zaman ini pun adalah sedemikian rupa sesuai, dimana manusia telah mencapai awal abad ke-empat belas. Lalu, sesuai dengan perintah ilahi ini, saya pun mulai menyerukan dengan perantaraan selebaran-selebaran dan pidato-pidato, bahwa wujud yang telah dinantikan akan datang dari Tuhan pada permulaan abad ini untuk pembaharuan agama itu, sayalah orangnya; supaya, saya menegakkan kembali iman yang telah terangkat dari bumi; dan seraya mendapatkan dukungan tangan Tuhan, dengannya saya menarik dunia ke arah perbaikan, ketakwaan, dan kesucian; dan supaya saya menjauhkan kesalahan-kesalahan keyakinan dan amalan mereka.
Kemudian melalui wahyu Ilahi, telah disingkapkan secara jelas kepada saya beberapa tahun kemudian, bahwa sosok Almasih yang sejak awal telah dijanjikan untuk umat ini, dan sosok Mahdi terakhir yang telah dibangkitkan melalui takdir Ilahi di masa kemunduran Islam dan di zaman tersebarnya kesesatan untuk menyampaikan kembali hidangan samawi itu kepada segenap manusia seraya meraih petunjuk langsung dari Tuhan yang mana kabar suka tentangnya telah diberikan 1300 tahun silam oleh Rasul Mulia (saw), sayalah orangnya itu.
Bimbingan wahyu ilahiah terkait hal ini sedemikian rupa jelas dan terus-menerusnya, dimana tak tersisa lagi keraguan tentangnya. Setiap wahyu yang datang itu telah menancap kuat di hati saya laksana paku besi dan seluruh rangkaian wahyu ilahiah ini penuh dengan kabarsuka-kabarsuka luar biasa yang sempurna laksana terangnya hari. Kedatangannya yang terus menerus dan banyak, serta karisma mukjizat kekuatannya telah mendorong saya untuk menyerukan, bahwa ini adalah kalam Tuhan yang Maha Esa dan tiada sekutu-Nya, yang salah satu kalam-Nya adalah Al-Quran Syarif.
Dalam hal ini saya tidak menyebut Taurat dan Injil karena Taurat dan Injil telah sedemikian rupa mengalami penyisipan dan perubahan di tangan para pengubah sehingga kini kitab-kitab itu tidak dapat lagi dikatakan sebagai kalam Tuhan.
Jadi, wahyu Tuhan yang telah turun padaku itu adalah sedemikian rupa yakin dan pasti, di mana melaluinya saya mampu meraih kedekatan dengan Tuhan saya. Dan wahyu tersebut tidak hanya telah sampai pada tingkatan haqqul yakin, melalui tanda-tanda samawi, namun bahkan setiap bagiannya telah terbukti sesuai dengan kalam Tuhan yang ada dalam Al-Quran; dan tanda-tanda samawi telah turun laksana hujan untuk mendukungnya.
Di hari-hari itulah, di bulan ramadhan, telah terjadi juga gerhana matahari dan bulan, sebagaimana telah tertera di dalamnya, bahwa di masa Mahdi itu akan terjadi gerhana matahari dan bulan di bulan Ramadhan; dan di hari-hari itu jugalah telah terjangkit wabah taun yang hebat di Punjab, sebagaimana kabar ini pun terdapat di dalam Al-Quran Syarif, dan para Nabi sebelumnya pun telah mengabarkannya, bahwa akan banyak kematian di zaman tersebut hingga tiada desa maupun kota yang akan terjaga dari bencana itu. dan inilah yang telah dan sedang terjadi. Tuhan telah mengabarkan kepadaku kurang lebih 22 tahun silam sebelum kemunculan ta’un ini, tatkala di negeri ini tidak diketahui sedikit pun tentang ta’un itu.”[9]
Kemudian, beliau bersabda mengenai pengakuan beliau, “Saya-lah orangnya yang diutus tepat pada waktunya, tatkala di langit terjadi gerhana bulan dan matahari di bulan Ramadhan, yang sesuai dengan kabar-kabar suka di dalam Al-Quran, Hadits, Injil, maupun nabi-nabi lainnya. Saya-lah orangnya, yang di masanya telah tersebar wabah ta’un secara luar biasa di negeri ini sesuai dengan nubuatan segenap nabi, dan Al-Quran Syarif. Saya-lah orangnya, yang pada masanya, sesuai dengan Hadits sahih, haji telah dilarang. Saya-lah orangnya, yang pada masanya, telah tampak bintang yang dahulu juga tampak pada masa Almasih Ibnu Maryam. Saya-lah orangnya, yang di masanya, kereta api muncul dan meniadakan sarana perjalanan menggunakan unta. Dan telah dekat, bahkan tak lama lagi akan datang masa, tatkala Makkah dan Madinah pun akan terhubung dengan rel kereta api, dan semua unta akan ditinggalkan” (dulu terhubung melalui jalan biasa, kini telah terhubung dengan rel kereta api) “dan semua unta itu akan ditinggalkan, meskipun semenjak 13 abad (1300 tahun) silam, perjalanan penuh berkat [haji] itu ditempuh melalui jalan biasa tersebut. Maka di saat itulah Hadits tentang unta-unta tersebut yang terdapat di dalam sahih Muslim akan menjadi sempurna, yaitu وَلَيتتْرَكَنَّ الْقِلَاصُ فَلَا يُسْعَى عَلَيْهَا ‘walayutrakannal qilaashu falaa yus’a ‘alaiha’ – unta-unta betina akan ditinggalkan, mengacu pada munculnya kereta api. [10] Hal itu artinya, di masa Almasih kelak, unta akan ditinggalkan dan tidak ada yang akan bepergian dengannya. Demikian pula, saya-lah orangnya, yang di tangannya telah nyata beratus-ratus tanda. Apakah kini ada manusia di permukaan bumi ini yang mampu unggul menandingi saya dalam memperlihatkan tanda ini?
Saya bersumpah demi Tuhan yang jiwa saya ada di tangan-Nya, bahwa hingga kini telah muncul lebih dari 200.000 tanda melalui tangan saya dan mungkin ada sekitar 10.000 orang yang telah melihat Rasulullah (saw) di dalam mimpi yang mana beliau (saw) telah membenarkan saya. Ada beberapa ahli kasyaf terkenal negeri ini yang memiliki murid hingga tiga ratus ribu atau empat ratus ribu banyaknya yang kepada mereka telah diperlihatkan melalui mimpi bahwa hamba ini adalah berasal dari Tuhan.
Ada beberapa diantara mereka yang bahkan baru saja 30 tahun berlalu, seperti halnya seorang suci bernama Gulab Shah dari distrik Ludhiana. Beliau telah mengabarkan kepada Mia Karim Bakhsh Almarhum dari Jamalpur, bahwa Isa telah lahir di Qadian dan ia juga akan datang ke Ludhiana. Mia Karim Bakhsh adalah sesosok yang saleh, taat, dan berusia lanjut. Ia telah berjumpa dengan saya di Ludhiana dan ia telah menyampaikan seluruh nubuatan ini. Karena inilah para maulwi kerap menimpakan banyak kesulitan kepadanya, namun ia tidak menghiraukannya. Ia mengatakan kepada saya bahwa Gulab Shah berkata kepadanya, ‘Isa ibnu Maryam tidaklah hidup, tetapi ia telah mati dan ia tidak akan kembali ke dunia. Mirza Ghulam Ahmad adalah Isa bagi umat ini, dimana kudrat dan kebijaksanaan Tuhan telah menjadikannya serupa dengan Isa yang sebelumnya; dan di langit, ia telah dinamakan Isa.’
Ia [Gulab Shah] berkata, ‘Wahai Karim Bakhs [yaitu muridnya], tatkala sosok Isa itu akan muncul, engkau akan melihat betapa para Maulwi akan melawannya.’ (Mereka akan sangat menentangnya, namun mereka akan terus gagal, dan hingga sekarang terus gagal.) Ia datang ke dunia untuk menghilangkan penafsiran yang salah terhadap Al-Quran itu, memperbaiki penafsirannya dan memperlihatkan wajah Al-Quran yang sebenarnya kepada dunia.’
Di dalam nubuatan tersebut, sosok suci itu dengan jelas telah mengisyaratkan bahwa muridnya itu akan meraih umur yang sedemikian panjang, di mana ia akan melihat sosok Isa ini.”[11] Artinya, di sini pun terkandung nubuatan tentang usia muridnya tersebut.
Kemudian Hadhrat Masih Mau’ud (as) bersabda, “Ingatlah, nama Tuhan pun adalah Ghofur [الغفور, Maha Pengampun]. Maka, mengapakah Dia tidak memaafkan orang yang kembali kepada-Nya?. Salah satu diantara kekeliruan-kekeliruan yang terdapat di dalam umat ini adalah kekeliruan tentang jihad. saya heran, bahwa ketika saya mengatakan jihad adalah haram, suntak matanya memerah; padahal, ia sendirilah yang meyakini bahwa hadits-hadits tentang Mahdi penumpah darah adalah meragukan. Maulwi Muhammad Husain Batalwi pun telah menuliskan risalah-risalah terkait hal ini. (jadi, ia pun telah menerimanya). Dan ini jugalah keyakinan yang dipegang oleh Mian Nazir Husain Dehlawi.”
(dewasa ini pun sebagian ulama telah meyakini hal ini) dan ia tidaklah menganggapnya sahih. Lalu, mengapa saya pun dikatakan pendusta?
Hal yang sebenarnya adalah, tugas Masih Mau’ud dan Mahdi tiada lain adalah menutup rangkaian peperangan dan akan mengumandangkan Islam dengan pena, doa dan ajakan.” (jadi, ini jugalah sekarang pekerjaan para pengikutnya yaitu pena (penulisan dan publikasi), doa dan ajakan)
Sayang sekali, orang-orang tidak memahami hal ini karena mereka lebih tertarik pada kebendaan daripada agama. Kita pun harus menelaah keadaan kita masing masing, setelah beriman, apakah perhatian kita tertuju lagi kepada duniawi ataukah tidak? Setelah Tenggelam dalam kekotoran dunia dan amoralitas, bagaimana mereka bisa berharap bahwa marifat Al Quran akan terbuka kepada mereka, karena Al Quran dengan jelas mengatakan, لا يَمَسُّهُ إِلا الْمُطَهَّرُونَ Laa yamassuhuu illal muthahharuun.” (Al-Waqi’ah, 56:80)
Dengarkan baik-baik tujuan pengutusan saya (apakah tujuan mendasar diutusnya saya?), yaitu untuk memperbaharui dan meneguhkan kembali Islam. Janganlah diartikan saya datang dengan membawa hukum atau Syariah baru atau serupa dengan yang diperoleh pada saat Badar, yakni perintah baru atau kitab baru akan diturunkan. Sama sekali tidak. Jika seseorang berpikir demikian, menurut hemat saya dia sangat tersesat dan tidak beriman. Kenabian dan Syariat telah sampai pada titik absolutnya dan ekspresi totalnya dalam pribadi Nabi Muhammad (saw). Syariat baru tidak akan bisa datang lagi. Al-Qur’an adalah kitab yang terakhir dan sempurna, tidak ada perubahan apapun, bahkan tidak setitik atau pun tanda. Namun demikian, benar juga bahwa berkah dan karunia Nabi Suci dan buah dari ajaran dan petunjuk Al-Qur’an tidak ada habisnya. Mereka hadir di setiap zaman, selalu segar dalam kemurniannya. Untuk membuktikan karunia dan keberkatan inilah Allah Ta’ala telah menunjuk saya. Keadaan Islam yang menyedihkan saat ini bukanlah rahasia. Semua orang sepakat bahwa kaum Muslim menderita segala macam kekurangan dan kemerosotan. Mereka merosot dalam setiap aspek.” (Terlebih sekarang, keadaan lebih buruk lagi seperti yang kita saksikan)
“Mereka hanya berbicara dan berbuat basa-basi kepada Islam. Hati mereka tidak ada di dalamnya. Islam telah menjadi seperti anak yatim piatu. Begitulah keadaan di mana Tuhan telah mengutus saya sehingga saya dapat mendukung Islam sebagai penjaganya. Terlebih lagi, Tuhan telah mengutus saya untuk memenuhi janji-Nya, karena Dia telah menyatakan, إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ Innaa nahnu nazzalna adz dzikra wa innaa lahuu lahaafizhuun – ‘Sesungguhnya kami telah menurunkan adz-Dzikra (Al-Qur’an) dan Kamilah yang menjaganya’ (15:10). Jika saat ini bantuan dan pertolongan dan perlindungan tidak diberikan, lantas kapan lagi?
Situasi di abad keempat belas ini keadaannya sama seperti yang terjadi ketika perang Badr yang mana Allah berfirman, وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ Wa laqod nasharakumullaahu bi–badrin wa antum adzillah – ‘Kami telah menolong kalian di perang Badr dan pada saat itu kalian sangat lemah’ (Ch.3: V.124). Ayat ini sebenarnya menyiratkan sebuah nubuatan: Ketika Islam menjadi lemah dan rentan di abad keempat belas Hijriah, sesuai janji perlindungan-Nya, Tuhan akan mendatangkan pertolongan-Nya. Lantas mengapa kalian merasa heran jika Allah memberikan pertolongan kepada Islam?”
Dalam menjelaskan berkenaan dengan kelancangan mulut para penentang, Hadhrat Masih Mau’ud (as) bersabda, “Saya tidak peduli jika saya disebut pembohong dan dajjal atau pun menjadi sasaran luntaran fitnah. Karena memang sudah semestinya saya mendapatkan perlakuan seperti yang telah dialami oleh para utusan Tuhan yang datang sebelum saya dan menjadi bagian dari sunnah yang terus berkangsung sejak zaman dulu.
Nyatanya, bagian yang saya alami dari penderitaan dan kesulitan ini tidak ada artinya. Namun penderitaan dan kesulitan yang dihadapi oleh junjungan kita Nabi Muhammad (saw) bandingannya tidak dijumpai dalam seluruh sejarah para nabi. Beliau menderita kesulitan sedemikian rupa demi Islam hingga tidak bisa dilukiskan dengan pena maupun lisan. Ini menunjukkan betapa luar biasa dan luhurnya tekad beliau sebagai seorang nabi. Jika dukungan dan pertolongan Ilahi tidak menyertai beliau, tidaklah mungkin bagi beliau untuk dapat menghadapi gunung cobaan dan kesengsaraan seperti itu dan jika ini menimpa Nabi selain beliau maka Nabi tersebut akan gagal.
Namun, Islam yang beliau sebarkan disertai dengan penderitaan dan kesulitan yang beliau alami seperti itu berada dalam keadaan yang begitu mengerikan pada hari ini sebagai gambaran menantang yang tidak mampu saya menjelaskannya!”[12]
Inilah keadaan umat Islam yang telah sedemikian rupa merubah keadaan Islam dan tidak mau beriman kepada orang yang datang untuk menciptakan penyegaran keimanan.
“Melalui tulisan, saya telah menampilkan sepenuhnya cara yang dapat membantu Islam agar berhasil dan menegakkan supremasinya atas semua agama. Tulisan-tulisan risalah saya dikirim ke Amerika dan Eropa. Allah Ta’ala memberikan kecerdasan kepada kaum itu dan mereka telah memahami hal tersebut dengan bantuan kecerdasan pemberian Tuhan itu. Namun, ketika sudut pandang yang sama disajikan ke hadapan seorang Muslim, itu membuatnya berbusa di mulut, seolah-olah dia gila atau ingin membunuh saya.” Pada kenyataannya itu juga yang tengah mereka lakukan saat ini kepada orang-orang Ahmadi. “Padahal Al-Qur’an mengajarkan untuk, ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ idfa billaatiy hiya ahsan – ‘Tanggapilah dengan cara yang lebih baik.’ (23: 97).
Tujuan ajaran ini adalah untuk mengubah musuh menjadi teman melalui perilaku yang baik dan sopan sehingga mereka terpaksa untuk mendengarkan dengan sabar dan tenang.
Saya bersumpah demi Allah Yang Maha Esa, bahwa saya berasal dari-Nya; Dia tahu bahwa saya bukanlah pembohong atau penipu. Sekalipun saya telah menyatakan sumpah dengan nama Allah, dan sekalipun kalian telah menyaksikan tanda-tanda yang Tuhan telah tunjukkan sebagai dukungannya padaku, namun kalian masih menyebutku sebagai pembohong dan penipu.”
Maksudnya, “Silahkan berikan saya contoh jika memang ada, seorang penipu yang meskipun setiap hari berdusta dan mengada adakan kedustaan atas nama Tuhan, namun Allah Ta’ala memberikan dukungan dan pertolongan-Nya.” Pada masa ini Jemaat Ahmadiyah yang menyebar di seluruh dunia menjadi bukti yang jelas bahwa dukungan Allah Ta’ala senantiasa menyertai Hadhrat Masih Mau’ud (as).
“Seharusnya orang pendusta seperti itu dibinasakan oleh Tuhan, tetapi yang terjadi dalam kasus saya justru sebaliknya. Sekali lagi saya bersumpah demi Tuhan bahwa saya berada diatas kebenaran dan telah diutus oleh-Nya. Meskipun saya pada gilirannya disebut pembohong dan penipu, Tuhan membantu saya dalam setiap kasus yang di dalamnya pihak penentang melibatkan saya. Terlebih lagi, Dia membantu saya dengan menanamkan kecintaan kepada saya kedalam hati ratusan ribu orang, baik yang dekat maupun jauh.”
Tidak hanya di Hindustan saja, bahkan di Eropa, Amerika, di Afrika, amerika Selatan, di kepulauan, di Australia, di negeri negeri Arab juga. Allah Ta’ala telah menanamkan rasa cinta di dalam hati ratusan ribu orang.
“Sungguh aneh, seperti inikah perlakuan Allah Ta’ala terhadap seorang pendusta? Saya menganggap hal ini sebagai bukti kebenaran saya. Tunjukkan pada saya contoh seorang penipu dan mengada-ada kedustan kepada Allah Ta’ala yang meskipun demikian Allah Ta’ala memberikan pertolongan padanya dan membiarkannya hidup sampai sekian masa dan menyempurnakan apa yang menjadi keinginannya.
Merupakan kewajiban bagi umat Islam untuk menghargai cahaya dan berkah yang saat ini turun dari langit dan bersyukur kepada Tuhan atas bimbingan yang tepat waktu ini untuk membantu mereka pada saat-saat sulit sesuai dengan janji-Nya. Jika Muslim tidak menghargai karunia Ilahi ini, Tuhan Yang Maha Kuasa tidak akan peduli terhadap mereka. Dia tidak akan berhenti sebelum menyelesaikan tugas-Nya dan akan membiarkan mereka menyesali penderitaan mereka. Saya menyatakan dengan segenap penekanan, keyakinan dan pemahaman penuh, bahwa Tuhan telah memutuskan untuk mengunggulkan Islam diatas semua agama lain dan membiarkan Islam menang dan menjadi kuat. Sekarang. Tidak ada tangan atau kekuatan yang dapat menolak atau menghentikan pemenuhan Kehendak Tuhan ini karena Dia adalah فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ [Maha Mengerjakan yang Dia kehendaki, QS al-Buruj, 87:17].”[13]
Beliau bersabda, “Wahai umat Muslim, Ingatlah! Dengan perantaraan saya, Tuhan telah mengabarkan kepada kalian dan saya telah menyampaikan pesan saya dengan sepatutnya. Sekarang terserah kalian untuk mengindahkan atau tidak. Benar bahwa Hadhrat Isa (as) sudah wafat dan saya bersumpah demi Tuhan bahwa orang yang telah dijanjikan akan datang itu saya-lah orangnya. Dan ini juga fakta yang tidak dapat disangkal bahwa kehidupan Islam terletak pada kematian Isa (as).”[14]
“Setiap hari Tuhan terus memberikan aib kepada para penentang saya yang tidak tahu apa-apa, dengan memanifestasikan segala macam tanda. Saya bersumpah demi Dia bahwa, sebagaimana Dia bercakap-cakap dengan Nabi Ibrahim (as) dan juga Ishak (as), Ismail (as), Yakub (as), Yusuf (as), Musa (as) dan Isa bin Maryam (as); setelah bercakap-cakap dengan mereka, Dia berbicara kepada Nabi suci kita Muhammad (saw) dengan menurunkan wahyu suci yang kejelasan dan kemurniannya tak tertandingi, begitu pula Dia menganugerahi saya percakapan dan wahyu-Nya. Namun kehormatan ini dianugerahkan kepada saya semata-mata karena saya sepenuhnya tunduk kepada Nabi Muhammad (saw).
Jika saya tidak menjadi bagian dari umat Nabi Muhammad (saw) dan tidak menjadi pengikut beliau (saw) dan sekalipun jika amal baik saya sama besarnya dengan seluruh gunung di dunia ini, tentu saya tidak akan pernah menerima kehormatan bercakap-cakap dengan Tuhan, karena semua kenabian telah berakhir kecuali kenabian Nabi Muhammad (saw). Tidak ada Nabi pembawa syariat baru yang bisa datang setelah beliau. Adapun Nabi yang tidak membawa syariat baru dapat datang, tetapi ia harus menjadi pengikut Nabi (saw) terlebih dahulu. Berdasarkan ini, saya adalah seorang Ummati dan juga Nabi. Kenabian saya, yaitu percakapan saya dengan Tuhan, tidak lain adalah refleksi dari kenabian Nabi Muhammad (saw). Tanpa itu, kenabian saya ini tidak berarti apa-apa. Kenabian Muhammadiyah itulah yang telah memanifestasikan dirinya melalui saya dan karena saya hanyalah refleksi dan juga pengikut beliau yang taat sehingga sedikit pun tidak mengurangi status keluhuran Nabi Muhammad (saw).
Percakapan dengan Tuhan yang saya alami sangatlah meyakinkan. Jika saya meragukannya walaupun untuk sesaat maka saya akan menjadi kafir dan kehidupan saya di akhirat akan hancur. Firman yang diungkapkan kepada saya itu merupakan sesuatu yang qath’i dan pasti. Sebagaimana setelah melihat matahari dan cahayanya, tidak ada yang dapat meragukan bahwa ini adalah matahari dan sinarnya. Demikian pula saya tidak dapat meragukan firman yang turun dari Allah Ta’ala kepada saya. Saya meyakininya seperti saya meyakini Kitab-Nya.”[15]
Beliau (as) selanjutnya bersabda, “Misi sebenarnya Tuhan mengutus saya adalah untuk menghilangkan keterasingan yang telah menciptakan jarak antara manusia dan Penciptanya dan membangun kembali hubungan kecintaan dan ketulusan antara dia (manusia) dan Tuhannya. Dia juga telah menunjuk saya untuk menghentikan peperangan agama dengan memperlihatkan kebenaran, untuk menciptakan kerukunan beragama, untuk mengungkapkan kebenaran agama yang telah lama tersembunyi dari pandangan mata dan untuk menampilkan keruhanian sejati yang terpendam di bawah kegelapan egois nafsu. Saya juga telah diutus untuk mendemonstrasikan dalam corak amalan dan tidak hanya dengan ucapan saja, bagaimana kekuatan Ilahi memasuki manusia dan bagaimana hal itu dimanifestasikan melalui doa dan tawajjuh (konsentrasi).
Tapi, pertama dan terpenting, saya telah diutus untuk selamanya menegakkan kembali kepercayaan yang hilang pada tauhid Ilahi yang murni dan bercahaya dan tidak tercemar oleh segala bentuk penyembahan berhala — Syirk. Semua ini tidak akan terpenuhi dengan kekuatan saya, tetapi oleh tangan Perkasa Tuhan pemilik langit dan bumi. Sementara Tuhan telah memberikan tarbiyat kepada saya dengan tangan-Nya sendiri dan telah mengilhami saya, melalui wahyu-Nya, dengan semangat untuk mewujudkan ishlah (perbaikan) ini, Dia juga telah mempersiapkan kalbu-kalbu yang siap menerima perkataan saya.
Sejak Tuhan mengutus saya, revolusi besar mulai terbentuk di dunia. Meskipun orang-orang Eropa dan Amerika sangat percaya pada keilahian Kristus, para sarjana mereka sendiri sekarang mulai menjauhkan diri dari doktrin ini. Orang-orang yang selama beberapa generasi tergila-gila dengan berhala dan dewa-dewi lainnya kini menyadari bahwa dewa-dewa mereka tidak berharga, dan, meskipun mereka tetap tidak menyadari keruhanian sejati dan masih berpegang pada ritual mereka, namun mereka telah berhasil membebaskan diri dari banyak hal yang sia-sia, tradisi, takhayul dan praktik penyembahan berhala serta hampir berdiri di ambang pintu untuk menerima tauhid Ilahi. Saya sangat berharap agar rahmat Tuhan segera akan mendorong mereka ke dalam benteng keesaan-Nya yang sejati dan sempurna — Tauhid, di mana seseorang dianugerahi kecintaan, ketakutan dan kesadaran yang sempurna. Ini bukan hanya angan-angan saya belaka, karena Tuhan sendiri telah memberi tahu saya tentang ini melalui firman-Nya yang suci. Tuhan, dalam kebijaksanaan-Nya, telah membawa perubahan ini sehingga semua orang yang berbeda di negara ini dapat menjadi satu dan pagi yang damai dan harmonis dapat menyingsing di atas bumi ini.”[16]
Semoga penduduk dunia khususnya umat Muslim dapat memahami hakikat ini, memahami pendakwaan beliau dan segera baiat kepada Al-Masih dan Al-Mahdi yang telah diutus oleh Allah Ta’ala untuk kebangkitan Islam yang kedua kali dan menjadikan kita orang-orang yang memenuhi hak baiat. Saya pun ingin menyampaikan permohonan doa lagi untuk para Ahmadi Pakistan dan Aljazair. Keadaan di sana semakin tidak kondusif atau turun naik sehingga kita tidak bisa mengatakan sudah aman dan tenteram sepenuhnya. Setiap hari ada saja kejadian yang terjadi di Pakistan.
Demikian pula para pejabat pemerintah tertentu telrihat tidak memiliki niatan baik, mereka ingin membuka lagi kasus. Semoga Allah Ta’ala melindungi para Ahmadi, baik di Pakistan maupun Aljazair. Begitu pula untuk para Ahmadi yang tengah menghadapi kesulitan dinegara manapun di dunia ini.
Seiring dengan itu para Ahmadi hendaknya menaruh perhatian untuk tunduk kepada Allah Ta’ala lebih giat dari sebelumnya, memenuhi hak-hak ibadahnya dan juga hak hak hambaNya, memperbaiki keadaannya dan menjalin hubungan yang khas dengan Allah Ta’ala. Semoga Allah Ta’ala memberikan taufik kepada kita untuk dapat mengamalkannya.[17]
Khotbah II
اَلْحَمْدُ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنُؤْمِنُ بِهِ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ
وَنَعُوْذ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ –
وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ‑
عِبَادَ اللهِ! رَحِمَكُمُ اللهُ!
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذكَّرُوْنَ –
أُذكُرُوا اللهَ يَذكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
[1] Ayyam-ul-Sulh, Ruhani Khazain, Vol. 14, pp. 304 (ایام الصلح۔ روحانی خزائن جلد14 صفحہ304).
[2] Abu Nu’aim al-Ashbahani dalam Tarikh Ashbahan menyebut salah satu riwayat berisi kata rijaalun (beberapa laki-laki): حدثنا محمد بن الفتح ثنا محمد بن داود بن سليمان ثنا حسين بن علي بن الأسود ثنا عمرو بن محمد ثنا إسرائيل عن أبي إسحاق عن عمارة عن علي بن أبي طالب قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم . Di dalam kitab ini juga mengandung kalimat nubuatan rajulun (salah seorang laki-laki dari Persia): عن سهيل بن أبي صالح عن أبيه عن أبي هريرة قال لما نزلت هذه الآية ” وإن تتولوا يستبدل قوما غيركم ثم لا يكونوا أمثالكم ” قالوا يا رسول الله من هؤلاء قال وسلمان جالس فقال Tatkala beberapa sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa gerangan mereka yang bila kami berpaling akan menggantikan kami itu kemudian mereka tidak seperti kami?” Rasulullah (saw) pun menjawab, هذا وقومه والذي نفسي بيده لو كان البر أو قال الدين منوطا بالثريا لناله رجل من فارس – “Orang ini (Salman) dan kaumnya. Demi Allah, seandainya kebaikan atau agama telah terbang ke bintang Tsurayya niscaya salah seorang laki-laki Persia akan mengambilnya kembali.” Kitab Majmauz Zawaid, karya Nuruddin Ali al-Hafizh al-Haitsami, Kitab al-Manaqib, bab Ma jaa-a fi naasun min abnaa-il Faaris: لَوْ كَانَ اْلاِيْمَانُ مُعَلَّقًا بِالثُّرَيَّا لَنَالَه’ رَجُلٌ مِنْ هؤُلاَءِ Lau kaanal iimaanu muallaqan bits Tsurayyaa lanalahu rajulum min haa-ulaa-i – “Seandainya iman telah tergantung di bintang Tsurayya niscaya akan mengambilnya kembali salah seorang laki-laki dari bangsa mereka.”
Di dalam Shahih Al-Bukhari, kitab At-Tafsiir; Tafsiir Surah Al-Jumu’ah di bawah ayat: wa aakhariina minhum lammaa yalhaquu bihim terdapat hadits yang menyebut rajulun (seorang laki-laki) dan juga rijaalun (beberapa laki-laki): عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأُنْزِلَتْ عَلَيْهِ سُورَةُ الْجُمُعَةِ {وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ} قَالَ قُلْتُ مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَلَمْ يُرَاجِعْهُ حَتَّى سَأَلَ ثَلَاثًا وَفِينَا سَلْمَانُ الْفَارِسِيُّ وَضَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ عَلَى سَلْمَانَ ثُمَّ قَالَ لَوْ كَانَ الْإِيمَانُ عِنْدَ الثُّرَيَّا لَنَالَهُ رِجَالٌ أَوْ رَجُلٌ مِنْ هَؤُلَاءِ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ أَخْبَرَنِي ثَوْرٌ عَنْ أَبِي الْغَيْثِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَنَالَهُ رِجَالٌ مِنْ هَؤُلَاءِ lau kaanal iimaanu ‘inda ts-tsurayyaa lanaalahu rijaalun au rajulun min haaulaa’i. Sementara itu, Shahih Muslim, Kitab al-Fadhail (Keutamaan), bab Fadhl Faaris (Keutamaan bangsa Persia), nomor 2546; riwayat Abu Hurairah, lafaznya ialah seorang laki-laki atau rajulun قال رسول الله صلى الله عليه و سلم لو كان الدين عند الثريا لذهب به رجل من فارس – أو قال – من أبناء فارس حتى يتناوله Lau kaanad diinu ‘indats Tsurayya ladzahaba rajulun min Faaris au min ab-naa-il Faaris hatta yatanaawaluh – “Seandainya agama telah berada di bintang Tsurayya niscaya salah seorang Persia akan mengambilnya kembali.”.
Jami’ at-Tirmidzi, Kitab Tafsir al Qur`an, Bab : Diantara surat Muhammad, No. Hadist : 3184 juga meriwayatkan: عَنْ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ قَالَ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ ذَكَرَ اللَّهُ إِنْ تَوَلَّيْنَا اسْتُبْدِلُوا بِنَا ثُمَّ لَمْ يَكُونُوا أَمْثَالَنَا قَالَ وَكَانَ سَلْمَانُ بِجَنْبِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخِذَ سَلْمَانَ وَقَالَ هَذَا وَأَصْحَابُهُ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ كَانَ الْإِيمَانُ مَنُوطًا بِالثُّرَيَّا لَتَنَاوَلَهُ رِجَالٌ مِنْ فَارِسَ dari Al Ala` bin Abdurrahman dari ayahnya dari Abu Hurairah berkata: Beberapa sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam berkata: Wahai Rasulullah, siapa gerangan mereka yang bila kami berpaling akan menggantikan kami itu kemudian mereka tidak seperti kami? Abu Hurairah berkata: Salman berada di sebelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam, beliau menepuk betis Salman dan bersabda: “Ini dan para sahabatnya, demi Dzat yang jiwaku berada ditanganNya, demi Allah, bila keimanan digantung di Tsurayya (sebuah gugusan bintang), pastilah akan didapatkan oleh orang-orang dari Persia.”
Syarhus Sunnah (شرح السنة – ج 12 – اللباس – الاستئذان – 3066 – 3415). Kanzul ‘Ummal (كنز العمّال : ۳۴۱۲۹) menyebutkan: لو كانَ الإيمانُ مُعَلَّقاً بالثُّرَيّا لا تَنالُهُ العَرَبُ لَنالَهُ رِجالٌ مِن فارِسَ “Bila keimanan telah digantung di gugusan bintang dan bangsa Arab tidak memperolehnya, pastilah akan didapatkan oleh orang-orang dari Persia.” Disebutkan juga: لو كان الإيمان معلقا بالثريا لناله رجال من العجم وأسعدهم به الفارس – “Bila keimanan telah digantung di gugusan bintang pastilah akan didapatkan oleh orang-orang ‘Ajam (bukan Arab) dan yang paling beruntung dari mereka ialah yang dari Persia.”
Kitab Majmauz Zawaid, karya Nuruddin Ali al-Hafizh al-Haitsami, Kitab al-Manaqib, bab Ma jaa-a fi naasun min abnaa-il Faaris, nomor 16686, 16687 dan 16688 menyebutkan sebuah sabda Nabi saw dalam riwayat Abu Hurairah: لو كان العلم بالثريا لتناوله ناس من أبناء فارس ‘Lau kaanal ‘ilmu bits Tsurayya la-tanaawalahu naasum min ab-naa-il Faaris.’ – “Seandainya ilmu telah berada di bintang Tsurayya niscaya akan mengambilnya kembali orang-orang dari anak keturunan Persia.” Riwayat Qais ibn Sa’ad: لو كان الإيمان معلقا بالثريا لناله رجال من أبناء فارس ‘Lau kaanal iimaanu mu’allaqan bits Tsurayya lanaalahu rijaalum min ab-naa-il Faaris.’ – “Seandainya iman telah tergantung di bintang Tsurayya niscaya akan mengambilnya kembali para laki-laki dari anak keturunan Persia.”
[3] Sunan ad-Daruquthni (سنن الدار قطني، باب صفة صلاة الخسوف والكسوف وهيئتهما) karya al-Hafizh ‘Ali bin ‘Umar al-Baghdadi ad-Daruquthni (الحافظ علي بن عمر البغدادي “الدار قطني”) yang hidup pada (918 إلى 995م، 306 إلى 385ه), riwayat dari Imam al-Baqir Muhammad bin ‘Ali Zainul ‘Abidin (الإمام الباقر محمد بن علي بن الإمام زين العابدين، رحمهم الله جميعا): إن لمهدينا آيتين لم تكونا منذ خلق السماوات والأرض: ينكسف القمر لأول ليلة من رمضان (أي أول ليلة من ليالي الخسوف القمري)، وينكسف الشمس في النصف منه (أي في اليوم الأوسط من أيام الكسوف الشمسي). ولم تكونا منذ خلق الله السماوات والأرض . Hadits ini juga tercantum dalam al-Fatawa al-Haditsiyah karya Ibnu Hajar Haitami (الفتاوى الحديثة للحافظ بن حجر الملكي، طبعة مصر ص31); Ahwalul Akhirah karya Hafizh Muhammad al-Khoki ( أحوال الآخرة، حافظ محمد اللخوكي، طبعة عام 1305ه); Akhiri Baat karya Maulwi Muhammad Ramadhan al-Hanafi al-Mujtabai (آخرى بات، مولوي محمد رمضان الحنفي المجتباي، طبعا 1278 ه); Hujajul Kiramah karya Nawab Shiddiq Hasan Khan (حجج الكرامة، نواب صديق حسن خان، ص344); ‘Aqaidul Islam karya Maulana ‘Abdul Haqq Muhaddats Dehlawi (عقائد الإسلام، مولانا عبد الحق المحدث الدهلوي، ص182، طبعة 1292ه); ‘Alaamaatul Qiyaamah oleh Hadhrat Syah Rafi’uddin (علامات القيامة (قيامة نامة فارسي) لحضرة شاه رفيع الدين المحدث الدهلوي); Iqtirabus Sa’ah karya Nawab Shiddiq Hasan Khan (إقتراب الساعة، نواب صديق حسن خان، ص106، طبعة 1301 ه); Maktubat Imam Rabbani (مكتوبات الإمام الرباني مجدد الألف الثاني، ج2، ص132) dan Kitab Syi’ah Bihaarul Anwar (بحار الأنوار، ج13، ص85) dan Ikmaluddin (إكمال الدين، ص368).
[4] https://www.cs.mcgill.ca/~rwest/wikispeedia/wpcd/wp/g/Great_Comet_of_1882.htm Komet besar pada tahun 1882.
[5] https://www.alfazl.com/2021/03/30/28504/: ایسا ہی جاوا کی آگ بھی لاکھوں انسانوں نے مشاہدہ کی ایسا ہی طاعون کا پھیلنا اور حج سے روکے جانا بھی سب نے بچشم خود ملاحظہ کر لیا۔ . Api dari Jawa, mungkin maksudnya meletusnya gunung Krakatau pada 1883. https://id.wikipedia.org/wiki/Krakatau Salah satu gambarannya ialah: Keesokan harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk Jakarta dan Lampung pedalaman tidak lagi melihat matahari. Gelombang Tsunami yang ditimbulkan bahkan merambat hingga ke pantai Hawaii, pantai barat Amerika Tengah dan Semenanjung Arab yang jauhnya 7 ribu kilometer. http://www.vansandick.com/familie/archief/In_het_Rijk_van_Vulcaan/?lang=en
https://www.dailymail.co.uk/news/article-1203028/Will-Krakatoa-rock-world-Last-time-killed-thousands-changed-weather-years-deadlier.html Mungkin juga mengena pada meletusnya gunung Tambora. Meski gunung Tambora bukan di pulau Jawa tapi bagi orang-orang di benua lain, ia seperti dari arah pulau Jawa. Letusan Tambora tahun 1815 adalah letusan terbesar dalam sejarah. Letusan gunung ini terdengar sejauh 2.600 km dan abu jatuh setidaknya sejauh 1.300 km. https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Tambora; https://science.sciencemag.org/content/224/4654/1191 : Stothers, Richard B. (1984). “The Great Tambora Eruption in 1815 and Its Aftermath”. Science. 224 (4654): 1191–1198. https://journals.sagepub.com/doi/10.1191/0309133303pp379ra : Oppenheimer, C. (2003). “Climatic, environmental and human consequences of the largest known historic eruption: Tambora volcano (Indonesia) 1815”. Progress in Physical Geography. 27 (2): 230–259
[6] https://www.arabiaweather.com/en/content/hajj-it-has-stopped-in-history-more-than-40-times-will-it-stop-again-because-of-corona-virus
Pada tahun 1831, 1837, 1846, 1858, 1864 dan 1892 terjadi wabah penyakit yang menyerang peziarah Haji. Wabah 1831 berasal dari peziarah India dan menewaskan 75 persen (tiga seperempat) dari mereka yang berhaji. Pada 1864 sekitar seribu peziarah Haji wafat tiap hari. Karena wabah inilah yang menyebabkan pemerintah masing-masing negara melarang berhaji bagi warganya.
[7] Ayyam-ul-Sulh, Ruhani Khazain, Vol. 14, pp. 304-307 (ایام الصلح۔ روحانی خزائن جلد14 صفحہ304-307).
[8] Lecture Lahore [2018 edition], pp. 44-46 [English Translation atau edisi terjemahan bahasa Inggris] dalam Ruhani Khazain jilid 20 terdapat di halaman 182-184 (لیکچر لاہور۔ روحانی خزائن جلد20 صفحہ182-184)
[9] Tadhkiratul Shahadatain, Ruhani Khazain, Vol. 20, pp. 3-4 (تذکرۃ الشہادتین۔ روحانی خزائن جلد20 صفحہ3-4).
[10] Shahih Muslim, Kitab al-Iman, bab Nuzul Isa ibn Maryam haakiman bi syari’ati Nabiyyina Muhammadin shallAllahu ‘alaihi wa sallam (bab tentang turunnya Isa putra Maryam sebagai hakim dengan syariat Nabi kita, Muhammad saw.) Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah saw. bersabda: «وَاللَّهِ لَيَنْزِلَنَّ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَادِلًا فَلَيَكْسِرَنَّ الصَّلِيبَ، وَلَيَقْتُلَنَّ الْخِنْزِيرَ، وَلَيَضَعَنَّ الْجِزْيَةَ، وَلَتُتْرَكَنَّ الْقِلَاصُ فَلَا يُسْعَى عَلَيْهَا، وَلَتَذْهَبَنَّ الشَّحْنَاءُ وَالتَّبَاغُضُ وَالتَّحَاسُدُ، وَلَيَدْعُوَنَّ إِلَى الْمَالِ فَلَا يَقْبَلُهُ أَحَدٌ» ‘Wallaahi! Layanzilanna bnu Maryama hakaman ‘aadilan falyaksirannash shaliiba, walayaqtulannal khinziira, walayadha’annal jizyata, walatutrakannal qilaashu falaa yus’aa ‘alaiiha, walatadzhabannasy syahnaa-u wat tabaaghudhu wat tahaasudu, walayad’uwanna ilal maali falaa yaqbaluhu ahad.’ – “Sungguh, demi Allah! Ibnu Maryam akan turun sebagai hakim yg adil, lalu dia mematahkan salib, membunuh babi, menghapuskan jizyah, unta-unta muda akan ditinggalkan dan takkan dibebani diatasnya, tak berusaha mendapatkannya, hilanglah permusuhan, saling melakukan kebencian dan hasad, dan ia akan mengajak untuk menerima harta namun tak ada seorang pun yang menerimanya.”
[11] Tadhkiratul Shahadatain, Ruhnai Khazain, Vol. 20, pp. 35-37 (تذکرۃ الشہادتین۔ روحانی خزائن جلد20 صفحہ35-37).
[12] Lecture Ludhiana [2003 English Edition], pp. 43-45 [atau halaman pada edisi terjemahan bahasa Inggris] dalam Ruhani Khazain jilid 20 terdapat di halaman 279-280 (لیکچر لدھیانہ۔ روحانی خزائن جلد20 صفحہ279-280).
[13] Pidato Ludhiana (محاضرة لدهيانة) atau Lecture Ludhiana [2003 English Edition], pp. 37-38.
[14] Pidato Ludhiana, Ruhani Khazain jilid 20 edisi Urdu di halaman 290 (لیکچر لدھیانہ۔ روحانی خزائن جلد20 صفحہ290) atau Lecture Ludhiana [200, English Edition], p. 59.
[15] Penampakan Kebesaran Tuhan (تجلیات الٰہیہ۔ روحانی خزائن جلد20 صفحہ411-412) atau Divine Manifestations [2006 English Edition], pp. 27-29.
[16] Pidato Lahore, Ruhani Khazain jilid 20, h. 180-181 (لیکچر لاہور۔ روحانی خزائن جلد20 صفحہ180-181) atau Lecture Lahore [2008 English Edition], p. 42-43].
[17] Original Urdu transcript published in Al Fazl International, 16th April 2021, pp. 5-9. Translated by The Review of Religions (الفضل انٹرنیشنل 16؍اپریل 2021ء صفحہ 5تا9). Penerjemah: Mln. Mahmud Ahmad Wardi, Syahid (London-UK), Mln. Fazli Umar Faruk (Indonesia) dan Mln. Muhammad Hasyim. Editor: Dildaar Ahmad Dartono. Rujukan pembanding: https://www.Islamahmadiyya.net (bahasa Arab)