Akidah dan Keyakinan Hazrat Mirza Ghulam Ahmad

akidah keyakinan hazrat mirza ghulam ahmad

Berikut adalah ringkasan akidah dan keyakinan Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (as), Almasih dan Mahdi yang Dijanjikan, yang dikutip dari berbagai tulisan Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (as).

Keyakinan Kami

“Lima hal yang mendasari Islam [Rukun Islam] merupakan akidah kami. Firman Allah, yaitu Al-Qur’an yang diperintahkan kepada kita untuk dipegang teguh, sungguh kami berpegang teguh padanya. Dan seperti [Umar] Faruq radhiyallahu ‘anhu, kami senantiasa mengucapkan di mulut kami حَسْبُنَا كِتَابُ اللَّهِ [Cukuplah bagi kami Kitabullah]. Dan seperti Hazrat Aisyah radhiyallahu ‘anha, kami lebih memilih Al-Qur’an ketika ada perbedaan pendapat dan kontradiksi antara Hadits dan Al-Qur’an. Terutama pada teks-teks sejarah yang dianggap oleh semua mazhab sebagai sesuatu yang memansukhkan.

Dan kami beriman bahwa tidak ada yang patut disembah kecuali Allah Ta’ala dan Sayyidina Muhammad Mustafa shallallahu ‘alaihi wasallam adalah rasul-Nya dan Khatamul Anbiya. Dan kami beriman bahwa para malaikat benar adanya, kebangkitan jasad setelah kematian itu benar, hari penghisaban itu benar, surga dan neraka itu benar adanya. Kami meyakini bahwa semua hal tersebut yang telah difirmankan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan yang disabdakan oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam adalah benar.

Kami percaya bahwa siapapun yang berusaha mengurangi sekecil apapun atau menambahkan walau hanya satu titik pada syariat Islam dan juga siapapun yang mengabaikan hukum dan praktik-praktik Islam, berarti tidak beriman, seorang penyangkal Islam.

Kami menasihati jamaah kami untuk beriman dengan tulus ikhlas kepada kalimah thayyibah

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ

dan rela mati untuknya, dan juga beriman kepada para nabi dan semua kitab yang kebenarannya telah ditetapkan oleh Al-Qur’an; melaksanakan secara zahir maupun batin puasa, sholat lima waktu, zakat dan haji, dan semua perintah dan larangan yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Ringkasnya, semua perkara yang disepakati dan diamalkan oleh Salafus Shalih, yaitu, semua perkara yang diterima sebagai bagian dari Islam melalui ijma‘ Ahlus Sunnah, wajib bagi mereka untuk beriman. Kami menjadikan langit dan bumi sebagai saksi bahwa ini adalah agama dan keyakinan kami.” (Ayyamul Sulh hal. 86-87)

2

أنّا نحن مسلمون، نؤمن بالله الفرد الصمد الأحد، قائلين لا إله إلا هو، ونؤمن بكتاب الله القرآن، ورسوله سيدنا محمد خاتم النبيين، ونؤمن بالملائكة ويوم البعث، والجنة والنار، ونصلى ونصوم، ونستقبل القبلة، ونحرّم ما حرم الله ورسوله، ونُحِلُّ ما أحَلَّ الله ورسوله، ولا نزيد فى الشريعة ولا ننقص منها مثقال ذرة، ونقبل كل ما جاء به رسول الله صلى الله عليه وسلم وإن فهمنا أو لم نفهم سِرَّه ولم ندرك حقيقته، وإنا بفضل الله من المؤمنين الموحدين المسلمين.

“Sesungguhnya kami adalah Islam. Kami beriman kepada Allah Yang Maha Esa, dengan mengatakan ‘Laailaaha ilAllah”. Kami beriman pada Kitab Allah, Al-Qur’an dan kepada Rasul-Nya, Sayyidina Muhammad, Khatamun Nabiyyin. Kami beriman kepada para malaikat dan hari kebangkitan, surga dan neraka. Kami sholat dan berpuasa. Kami menghadap kiblat. Kami mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya, dan kami menghalalkan apa yang dihalalkan Allah dan Rasul-Nya. Kami tidak menambahkan ataupun mengurangi pada Syariat, walaupun sebesar zarrah. Kami menerima apapun yang dibawa oleh Rasulullah, shallallahu ‘alaihi wasallam, baik kami memahami atau tidak memahami rahasianya, dan tidak mengetahui hakikatnya. Dengan karunia Allah, kami termasuk di antara mukminin, muwahhidin [bertauhid] dan muslimin.” (Nur al-Haq I, hal 5)

Keyakinan Mirza Ghulam Ahmad pada Allah Ta’ala

1

“Aku ingin menjelaskan kepada seluruh umat Islam, Kristen, Hindu dan Arya, bahwa aku tidak memiliki musuh di dunia. Aku mencintai umat manusia layaknya seorang ibu yang penuh kasih mencintai anak-anaknya. Bahkan lebih dari itu. Aku hanyalah musuh bagi keyakinan palsu, bagi kepercayaan yang bertentangan dengan kebenaran. Bersimpati kepada umat manusia adalah tugasku, menolak kepalsuan, kemusyrikan, kezaliman, segala jenis perbuatan jahat, ketidakadilan, dan perbuatan tidak bermoral adalah prinsipku.

Terkait:   Apakah Nama Ahmadiyah Berasal dari nama Mirza Ghulam Ahmad?

Motivasi sebenarnya atas semangat dari rasa simpatiku adalah karena aku telah menemukan tambang emas, dan aku telah diberitahu tentang sebuah tambang permata yang tidak terbatas. Di dalam tambang itu aku telah menemukan permata yang cemerlang dan tanpa cacat, yang tak ternilai harganya. Begitu tak ternilainya sehingga bila kubagikan kepada sesama manusia, setiap orang akan menjadi lebih kaya dari orang yang memiliki emas dan perak terbanyak di dunia saat ini.

Permata apakah itu? Tuhan yang benar. Untuk mencapai Nya berarti kita harus mengenali-Nya, memiliki iman sejati kepada-Nya, menciptakan hubungan dengan-Nya dalam cinta sejati dan menerima berkat dari-Nya.

Maka merupakan suatu kezaliman yang besar, jika setelah mendapatkan kekayaan yang begitu banyak, aku tidak memberitahukan kepada umat manusia dan membiarkan mereka kelaparan sementara aku mendapatkan kemewahan. Ini tidak akan pernah terjadi padaku. Hatiku hancur melihat kemiskinan dan kelaparan mereka. Jiwaku tertekan karena kehidupan mereka yang gelap dan sempit. Aku ingin melihat rumah mereka dipenuhi dengan kekayaan samawi. Aku ingin melihat mereka dipenuhi dengan permata kebenaran dan keyakinan sehingga diri mereka penuh dengan potensi.” (Arbain No.1 hal 2-3)

2

“Tuhan adalah suatu Khazanah kesayangan, maka hargailah Dia! Sebab, Dia adalah Penolong-mu dalam tiap langkah tindakanmu. Tanpa Dia kamu sekalian tak berarti sedikit pun; begitu pula daya-upayamu tiada berarti. (Kishti-i Nuh, hal 20)

3

“Karena itu tertulis bahwa dalam segala kecantikan-Nya, Tuhan adalah wāhid lā syarīk (Esa tidak ada sekutu-Nya), tidak ada sedikitpun cacat di dalamnya. Ia adalah sumber segala sifat yang sempurna dan mazhar (manifestasi) dari seluruh qudrat suci serta tempat kembali seluruh makhluk. Mata air seluruh karunia, pemilik pembalasan, dan tempat kembali segala perkara. Dia dekat kendatipun jauh, dan Dia jauh meskipun dekat. Dia adalah yang paling Tinggi tetapi tidak dapat dikatakan bahwa di bawah-Nya ada juga yang lain. Dia lebih tersembunyi dari segala sesuatu tetapi tidak dapat dikatakan bahwa ada yang lebih zāhir (nampak) dari-Nya. Dia Maha Hidup dengan Dzat-Nya dan setiap benda hidup karena-Nya. Dia berdiri dengan Dzat-Nya dan setiap benda berdiri karena-Nya. Dia telah menyokong setiap benda tetapi tidak ada sesuatupun yang menyokong-Nya. Tidak ada sesuatupun yang terlahir dengan sendirinya tanpa Dia, atau hidup dengan sendirinya tanpa Dia. Dia meliputi segala sesuatu tetapi tidak dapat diterangkan bagaimana cara meliputinya. Dia adalah Nur segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, setiap nur bercahaya dengan tangan-Nya, dan merupakan cerminan Dzat-Nya. Dia adalah Tuhan Pemelihara alam semesta.” (Pidato Lahore, hal 5)

Keyakinan pada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam

1

“Suatu hal ajaib yang telah terjadi di padang pasir tanah Arab yang gersang ialah ratusan ribu manusia yang mati telah hidup kembali dalam waktu yang singkat. Mereka yang telah mati ruhaninya dari generasi ke generasi telah hidup kembali dan menjadi orang-orang yang berakhlak suci dan shalih. Yang buta mulai melihat, yang tuli dan bisu mulai mendengar dan menerangkan kebenaran-kebenaran Ilahi. Revolusi ruhani yang hebat seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya; belum pernah mata melihatnya dan belum pernah telinga mendengarnya.

Apakah kalian tahu apa penyebabnya? Penyebab semua itu tidak lain adalah do’a yang dipanjatkan oleh seorang fanã fillãh di kegelapan malam yang menggemparkan seluruh dunia. Do’a-do’a yang menggetarkan arasy Ilahi dan membangkitkan revolusi yang demikian dahsyat sehingga tak seorang pun mampu menghubungkannya dengan seorang yang buta huruf seperti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ya Allah, turunkanlah shalawat dan salam kepada beliauS.a.w. dan umatnya sesuai dengan derita dan kesusahan yang beliau alami demi umatnya, dan curahkanlah kepada beliau cahaya dan rahmat Engkau.” (Barakatud Dua, hal 10-11)

Terkait:   Tahun Baru Periode Tahrik Jadid ke-86 (November 2019-Oktober 2020)       

2

“Beribu-ribu duruud [shalawat] dan salam, rahmat dan berkat tercurah kepada Nabi Muhammad Mustafa shallallahu ‘alaihi wasallam yang melalui beliau kita telah menemukan Tuhan yang Hidup.” (Nasim-i Dawat, hal 1)

3

“Penyelamat sejati yang menawarkan buah keselamatan hari ini sampai sampai kiamat, adalah sosok yang telah muncul di tanah Hijaz. Ia datang demi keselamatan seluruh umat manusia dan sepanjang zaman.”(Dafiul-Bala, ‘Sampul Belakang Bagian Dalam)

4

“Jelas dari Al-Qur’an bahwa setiap nabi adalah bagian dari umat Muhammad, shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

لَتُؤْمِنُنَّ بِهٖ وَلَتَنْصُرُنَّهٗ

Kalian harus beriman kepadanya dan menolongnya. (Qs Ali Imran, 3:82) Dengan demikian, semua Nabi adalah umat Nabi Muhammad, shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Barahin-i-Ahmadiyya V, appendix hal 133)

5

“Adapun insan yang paling sempurna dan merupakan Insan kamil, Nabi kamil dan datang dengan membawa keberkatan yang kamil yang mana disebabkan oleh kebangkitan ruhani yang beliau ciptakan, terjadilah kiamat dunia yang pertama, berkat kedatangannya, alam yang telah mati menjadi hidup kembali. Nabi beberkat yang dimaksud itu adalah Hadhrat Khatamul Anbiya Imamul Asfiya Khatamul Mursaliin, Fakhrun nabiyyiin, Hadhrat Muhammad Mustafa shallallahu ‘alaihi wasallam.

Wahai Tuhan yang tercinta! Curahkanlah rahmat dan shalawat kepada Nabi tercinta ini yang tidak pernah Engkau curahkan kepada siapapun semenjak bumi ini diciptakan. Jika seandainya nabi agung ini tidak datang ke dunia, maka kami tidak memiliki bukti akan kebenaran sekian banyak Nabi-nabi kecil yang telah datang ke dunia ini seperti halnya Nabi Yunus as, Ayub as, Masih Ibnu Maryam as, Malaki as, Yahya as, Zakaria as dan yang lainnya, meskipun kesemuanya adalah sahabat, mulia dan kekasih Allah Ta’ala. Ihsan sang Nabi-lah yang membuat para Nabi itu diyakini benar. Allaahumma shalli wa sallim wa baarik alaihi wa aalihii wa ashaabihii ajmaiin.” (Itmamul Hujjah, hal28)

6

“Dan di banyak tempat dalam Al-Qur’an telah disebutkan – baik secara implisit maupun eksplisit – bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manifestasi Keilahian yang paling sempurna; ucapannya adalah ucapan Tuhan, Turunnya adalah turunnya Tuhan, kedatangannya adalah kedatangan Tuhan. Oleh karena itu, terdapat ayat tentang ini di dalam Al-Qur’an:

وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا

yakni, Katakanlah, Kebenaran telah datang dan kebatilan telah pergi, dan kebatilan telah lenyap’.

Di tempat ini yang dimaksud dengan kebenaran adalah Allah Ta’ala, Al-Qur’an Syarif dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam… maka lihatlah bagaimana Allah memasukkan nama Nabi Muhammad dengan nama-Nya sendiri dan bagaimana kedatangan Nabi (saw) sebagai kedatangan Tuhan.” (Surma Chashm-i-Arya, hal. 229-38 catatan kaki)

7

“Walhasil, aku senatiasa memandang dengan pandangan yang takjub kepada nabi dari bangsa Arab yang bernama MuhammadSaw ini—[aku memanjatkan] ribuan salawat untuk beliau—betapa luhurnya martabat beliau. Puncak ketinggian maqamnya tidak mungkin dapat diketahui dan bukanlah tugas manusia untuk memperkirakan daya pengaruh sucinya. Sangat disayangkan dunia tidak memberikan
penghormatan kepada martabatnya dengan selayaknya. Dialah pahlawan yang telah mengembalikan lagi Tauhid yang sudah lenyap dari dunia ini.

Ia mencintai Tuhan dengan kecintaan yang sempurna dan jiwanya telah sangat larut dalam menebarkan rasa simpati kepada umat manusia, karena itu Tuhan yang Maha Mengetahui rahasia hatinya telah menganugerahkan keutamaan kepadanya di atas segenap para nabi, yang terdahulu dan yang kemudian, dan akhirin dan telah menyempurnakan segala yang menjadi tujuannya di dalam hidupnya. Dialah yang merupakan sumber mata air setiap keberkatan.” (Haqiqat al-Wahy pg. 115-116)

8.

“Di dunia ini hanya ada dua kehidupan yang patut dihargai, pertama adalah kehidupan Tuhan Sendiri Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri, Yang merupakan Sumber segala keberkatan. Kedua, kehidupan yang menganugerahkan keberkatan dan menjadi penampakan Tuhan. Kami bisa membuktikan bahwa kehidupan demikian itu adalah kehidupan Yang Mulia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang baginya Langit telah memberikan kesaksian di setiap abad sebagaimana juga yang terdapat sekarang ini. Mereka yang tidak mengikuti kehidupan yang baik sama saja dengan orang yang sudah mati.

Terkait:   Masa Depan Ahmadiyah

Aku bersaksi demi Allah, bahwa Dia telah memberikan kepadaku bukti dari kehidupan abadi, keagungan penuh dan kesempurnaan dari Junjungan kita Yang Mulia Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang kepadanya kita patut patuh, dimana dengan mengikuti dan mengasihi beliau aku telah melihat Tanda-tanda Samawi yang turun atas diriku, sehingga hatiku penuh dengan Nur kepastian.” (Tiryaq al-Qalub, hal. 6)

9

“Adakah nabi yang masih hidup? Maka dialah Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam. Buku-buku telah ditulis oleh para penulis terkenal tentang kehidupan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau – Nabi kita – senantiasa hidup, dibuktikan dengan argumen-argumen yang kuat. Bukti yang tidak ada bandingannya dalam kehidupan nabi lainnya. Di antara bukti-bukti tersebut adalah seorang nabi yang hidup adalah dia yang berkat dan rahmatnya terus berlanjut selamanya.” (Al Hakam 17 Feb., 1906, pg. 3)

10

“Dan ini juga menjadi dalil yang kuat akan kehidupan kekal Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bahwa rahmat dari Hazrat Mamduuh [yang terpuji] terus berlanjut selamanya. Dan orang yang mengikuti jejak Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bahkan di zaman ini niscaya akan dibangkitkan dari kubur dan kehidupan rohani akan diberikan kepadanya.” (Aina Kamalat Islam hal. 221)

Keyakinan Pada Al-Qur’an

1

“Sebutan Khataman Nabiyin yang dikenakan kepada Yang Mulia Rasulullahs.a.w. mengharuskan bahwa Kitab yang diwahyukan kepada beliau adalah juga kitab yang paling sempurna dibanding semua kitab-kitab samawi lainnya serta merangkum keseluruhan keluhuran ajaran ruhani.” (Malfoozat jilid 3, hal. 36)

2.

“Aku pernah muda dan sekarang ini sudah tua, namun semua orang menyaksikan bahwa aku tidak pernah mempedulikan masalah-masalah duniawi dan hanya tertarik kepada masalah keimanan saja. Aku telah menemukan firman amat suci dan penuh dengan marifat keruhanian yang diberi nama Al-Quran. Kitab ini tidak mempertuhan seorang manusia dan tidak melecehkan Tuhan dengan cara mengecualikan ruh dan raga dari hasil ciptaan-Nya. Kitab Suci Al-Quran membawa berkat dalam hati manusia yang menjadikannya menganut suatu agama yang benar serta menjadikan dirinya sebagai pewaris dari rahmat Ilahi. Setelah berhasil menemukan Nur demikian, bagaimana mungkin kami kembali kepada
kegelapan dan setelah memperoleh mata bagaimana mungkin kami menjadi buta?” (Sanatan Dharam, hlm. 67)

3

“Ajaran Al-Quran yang memelihara setiap cabang pohon kehidupan manusia adalah sempurna dan suci. Al-Quran Suci tidak hanya menekankan satu sisi saja. Al-Quran Suci mengajarkan kasih sayang dan pengampunan, sedangkan pengampunan lebih dekat dengan kebijaksanaan. Al-Quran menetapkan hukuman bagi pelaku kejahatan, tetapi hukuman yang sesuai dengan waktu dan keadaan.” (Barahin-i-Ahmadiyya II, hlm. 91-92)

4

“Allah Yang Maha Agung yang mengetahui segala rahasia di dalam hati, menjadi saksi bahwa barangsiapa yang mampu menunjukkan adanya kelemahan dalam ajaran yang dibawah Al-Quran bahkan sampai seperseribu besarnya zarah debu atau bisa mengemukakan keunggulan kitabnya sendiri yang berbeda dengan Al-Quran serta menunjukkan bahwa kitabnya itu lebih unggul, maka kami bersedia dihukum mati sekali pun.” (Barahin-i-Ahmadiyya III, hal. 268 catatan kaki 2)

5

“Di antara kekuatan rohani Al-Qur’an yang agung, salah satunya adalah orang yang berserah diri kepadanya akan dikaruniai kekuatan untuk melakukan mukjizat dan melakukan perbuatan yang tidak biasa. Dalam jumlah yang sedemikian banyaknya, sehingga dunia tidak akan berpikir untuk menentangnya.” (Chashma-i-M’arifat, hlm. 4)

6

“Bahkan setitik pun dari Al-Quran tidak akan mengalami risiko kerusakan atau perubahan apa pun di tangan serangan kolektif awal ataupun akhir. Al-Quran adalah sebuah batu yang sangat kuat. Ia akan menghancurkan siapapun yang menimpanya dan siapapun yang jatuh di atasnya akan binasa.” (Aina Kamalat-e-Islam, Ruuhani Khazain Vol. 5, hal. 257 dst.)

Sumber: Alislam.org

Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.