ALLAH BERBUKA DAN BERPUASA
أُفْطِرُ وَأَصُومُ
(Ufthiru wa ashumu)
Aku berbuka dan berpuasa
Sebagian Ulama keberatan mengakui pernyataan tersebut sebagai wahyu Allah swt yang telah diturunkan kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, karena Dia itu Tuhan Yang Maha Hidup dan Wujud-Nya ada dengan sendiri-Nya tanpa bantuan dari lain-Nya. Allah berbuka dengan memakan makanan dan minuman menunjukkan sifat yang lemah dan mustahil hal itu terjadi pada Diri Tuhan, bahkan hal itu merupakan penghinaan terhadap-Nya.
Jawaban Ahmadiyah:
Sehubungan dengan wahyu tersebut, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad menjelaskan tentang wahyu ini:
Jelas bahwa Allah subhanahu wa ta’ala bebas dari menjalankan ibadah berbuka dan puasa. Kata-kata ini artinya tidak dapat dinisbahkan kepada-Nya. Oleh karena itu wahyu tersebut harus dipahami secara kiasan. Adapun maksud yang sebenarnya adalah Aku (Allah) terkadang memperlihatkan kemarahan-Ku dan terkadang Aku memberikan tempo, persis seperti orang yang kadang-kadang makan dan kadang-kadang berpuasa serta menahan dirinya dari makan. Kiasan seperti itu banyak terdapat di dalam kitab-kitab Allah sebagaimana di hari Qiamat Tuhan akan mengatakan bahwa Aku dulu sakit, Aku dulu lapar, dan Aku dulu telanjang.” (Haqiqatul Wahyi hal 104).
Kemudian beliau melanjutkan:
Aku akan membagi waktu-Ku menjadi beberapa bahwa sebagian tahun Aku akan berbuka, yakni Aku akan menghancurkan orang-orang dengan wabah Ta’un dan untuk beberapa tahun Aku akan berpuasa, yakni akan datang suasana aman dan Ta’un akan berkurang atau sama sekali tidak akan tersisa lagi. (Daafi’ul-Bala hal 817 lihat Tazkiroh hal 395 catatan kaki (alif ba))
Hadhrat Masih Mau’ud memberikan refrensinya dari Hadits Muslim yang berbunyi:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَا ابْنَ آدَمَ مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِي … يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَطْعَمْتُكَ فَلَمْ تُطْعِمْنِى … يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَسْقَيْتُكَ فَلَمْ تَسْقِنِي
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Huroiroh rodhiyAllohu ’anhu ia berkata: bahwa Rasulullah shollAllohu ‘alaihi wa sallam bersabda: Bahwa pada hari kiamat Allah Azza wa Jalla akan berkata; Wahai anak adam, Aku dulu sakit, tapi kamu tidak menjenguk-Ku, Wahai anak Adam, Aku dulu minta makanan kepadamu namun kamu tidak memberi makan kepada-Ku. Wahai anak Adam, Aku dulu meminta minum air kepadamu namun kamu tidak memberi air kepadaku.” (Riyadhush-Shoolihin, hal. 205 cetakan Mesir)
Dengan demikian, berdasarkan Hadits tersebut timbul pertanyaan, apakah Tuhan dapat sakit, dapat lapar dan dapat haus, tetapi Dia subhanahu wa ta’ala tidak dapat berpuasa? Jadi, ibarat Al-Quran wahyu yang diturunkan kepada Pendiri Jemaat Ahmadiyah tersebut termasuk mutasyabihah yang harus ditafsirkan sedemikian rupa agar sesuai dengan ayat-ayat muhkamat sehingga memberikan makna yang dapat menambah keimanan dan kedalaman ilmu keruhanian.