Apakah Nabi Muhammad (shallallahu ‘alaihi wasallam) terlibat dalam tindakan tidak pantas (yaitu mengharapkan perceraian Zainab dan Zaid? Tidak ada kritikan yang tertuju kepada Beliau semasa hidupnya.
Lagipula Zainab adalah sepupu Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) dan jika ingin menikahi Zainab tentu beliau memiliki banyak kesempatan untuk melakukannya sebelum Zainab menikah dengan Zaid dan bahkan sangat memungkinkan. Jadi tidak berdasar mengatakan bahwa tiba-tiba Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) memendam cinta kepada Zainab begitu Zainab menikah dengan Zaid.
Sementara tidak ada kritikan yang muncul semasa hidup Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) yang dikaitkan tindakan-tindakan tercela Beliau, para kritikus kontemporer entah bagaimana memiliki kesempatan untuk melemparkan kritikannya. Untuk membungkam para kritikus tersebut, cendikiawan Kristen Boswell Smith menulis:
“Akan tetapi harus diingat bahwa sebagian besar pernikahan Muhammad bisa dijelaskan, paling tidak, karena rasa kasihan pada kondisi menyedihkan dari orang-orang yang terlantar, dan motif lainnya. Hampir semua istrinya adalah para janda yang diperhatikan bukan karena kecantikan ataupun kekayaannya, tetapi justru kebalikannya. Apakah fakta ini tidak cukup, bahwa kesetiaan Beliau pada Khadijah yang tak diragukan lagi hingga kewafatannya, yaitu hingga Beliau berusia 50 tahun, memberikan kita alasan tambahan bahwa telah terjadi fitnah dan kesalahpahaman atas kisah Zainab ini.” [1]
Para kritikus di masa hidup Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) dan cendikiawan zaman sekarang sepakat bahwa Nabi Muhammad (shallallahu ‘alaihi wasallam) tidak berbuat salah.
[1] Reverend Boswell Smith, Mohammed and Mohammedanism, page 89 (London, 1874).
Sumber: MuhammadFactCheck.org– Did Muhammad connive Zainab and Zaid to Divorce?
Penerjemah: Lisa Aviatun Nahar