Arif Rahman Hakim sang Pahlawan Ampera adalah seorang pemuda yang berasal dari kota Padang. Nama aslinya Adalah Attaurrahman atau biasa dipanggil Rahman. Dia anak ke 6 dari 9 bersaudara dari seorang ayah yang bernama Haji Syair dan Ibu Hakimah yang lahir pada 24 Februari 1943.
Ia dibesarkan dalam keluarga yang penuh kesederhanaan. Pada saat sekolah SD, pasar dimana toko Ayahnya berada terbakar, sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terpaksa ibunya berjualan kue pastel ke warung. Tugas seorang Rahman kecil adalah menumbuk singkong setiap malam hari dan keesokan paginya kue pastel tersebut dikirimkan ke warung-warung.
Dimasa sekolah SD, kecerdasannya sudah menonjol dengan selalu memperoleh juara 1 di kelasnya. Kelebihan lainnya adalah saat bermain kelereng bersama temannya dia selalu menang sehingga banyak memperoleh kelereng. Jika kelereng yang terkumpul sudah banyak, maka kelereng tersebut dijual dan uangnya diberikan kepada ibu untuk tambahan dapur.
Mimpi dia menjadi seorang dokter dimulai saat dia mengalami kecelakaan parah di bagian kepalanya yang membuatnya hampir kehilangan nyawa. Kejadian tersebut terjadi ketika di kelas 4 SD saat sedang mengikuti kegiatan dalam memperingati hari pahlawan di sekolah.
Dia dan teman-temannya menaiki truk untuk mengambil batu di sungai yang akan dibawa ke sekolah. Dalam perjalanan truk yang dinaikinya mengalami kecelakaan terguling dan dia mengalami luka yang paling parah. Kepalanya terluka dan gegar otak, bahkan dokter menyatakan bahwa umurnya ditentukan hari itu setelah jam 12 malam.
Jika berhasil hidup kata dokter ada kemungkinan besar syarafnya terganggu. Tetapi Allah swt mempunyai rencana yang luar biasa, dia berhasil hidup bahkan kecerdasannya meningkat setelah kecelakaan tersebut. Sejak kejadian ini, Apabila Rahman kecil ditanya cita-citanya maka dia menjawab ingin jadi dokter bedah, karena dokter bedahlah yang telah menyelamatkannya.
Cita-cita inilah yang menuntun dia akhirnya pindah sekolah ke SMA 7 Jakarta agar bisa masuk perguruan tinggi di Jakarta. Setelah lulus dan berhasil masuk perguruan tinggi Fakutas Kedokteran Universitas Indonesia, dia menulis surat meminta izin ke Ibunya untuk mengubah namanya menjadi Arif Rahman Hakim, dengan arti arif adalah bijaksana, rahman nama aslinya dan Hakim dari nama ibu (Hakimah). Setelah memperoleh izin dari ibunya maka saat mulai kuliah dia menggunakan nama Arif Rahman Hakim.
Untuk sampai ke kampus UI, Salemba, dia hanya minum air putih sebelum berangkat dan dia selalu jalan kaki setiap hari dari tempat tinggalnya di Tanah Tinggi. Tidurnya hanya beralaskan tikar dan sarung padahal nyamuk di tempat tinggalnya sangat banyak.
Sulitnya hidup dijalani tanpa keluhan, pakaian yang menempel hanyalah pemberian dari orang lain dan sudah penuh jahitan karena banyak yang sobek. Selesai kuliah, dia selalu belajar dan membaca buku cetak di perpustakaan kampus sampai sore dan pulang setelah maghrib. Dia berhasil kuliah di Fakultas kedokteran sampai tingkat 4 dengan hanya memiliki buku tulis karena mahalnya harga buku cetak.
Dia rutin sholat jumat di masjid Al Hidayah di jalan Balikpapan 1 no 10. Dia juga aktif dalam pengajian dan kegiatan sosial di masjid Al Hidayah serta ikut dalam MKAI yaitu Majelis khudamul Ahmadiyah Indonesia.
Pada tanggal 24 Februari 1966, saat demo yang terjadi hari Kamis pagi, dia berpamitan kepada kakaknya untuk ikut membantu demo dalam membagikan makanan kepada mahasiswa yang berdemo. Kakaknya berpesan hati-hati dalam berdemo karena kita orang susah, jangan sampai kena masalah.
Pada pukul 11.30 wib terdengar bunyi letusan tembakan, saat itu kakaknya hanya beripikir kasihan mahasiswa yang terkena tembak.
Sore harinya ada tentara yang datang ke tempat kakaknya di tanah tinggi dan mengajak ke RSPAD untuk menengok dia yang katanya terkena “tembakan di tangan”. Sampai di Rumah sakit sudah banyak mahasiswa yang menunggu dan banyak yang berbisik “kasihan ya..”. Akhirnya kakaknya baru sadar setelah sampai di depan kamar mayat dan Arif Rahman Hakim telah wafat terkena tembakan di dadanya.
Arif Rahman Hakim disemayamkan dirumah duka di tanah tinggi, Jakarta Pusat. Setelah sholat Jumat, sholat Jenazah dilaksanakan di Aula UI, Salemba, dipimpin oleh Bapak Mubalig Ahmad Nuruddin. Hampir semua golongan agama seperti Budha, Hindu dan Kristen ikut hadir mendoakan dalam pelepasan jenazah di Aula UI.
Jenazah Arif Rahman Hakim dikuburkan di Blok P, tetapi sekarang telah dipindahkan ke Pemakaman Pahlawan Ampera di Tanah kusir, Jakarta Selatan.
Penulis : Aryudi Prastowo
Cerita Didapat dari :
- Ibu Nurbaini, Adik Arif Rahman Hakim
- Ibu Numainar, Kakak Arif Rahman Hakim