Bagaimana Keadaan Jasmani, Akhlak dan Rohani Manusia?

FAQ: Bagaimana Keadaan Jasmani, Akhlak dan Rohani Manusia?


Dalam Islam terdapat konsep yang jelas tentang kondisi jasmani, akhlak dan rohani manusia. Ketiga kondisi atau tahapan ini telah disebutkan di dalam Al-Qur’an sebagai tiga tingkatan. Ketiga tingkatan itu saling terikat dan berhubungan satu sama lain.

Kondisi pertama digambarkan sebagai nafsu alami yang disebut nafs ammarah, diri yang selalu condong pada keburukan yang bertentangan dengan kesempurnaannya serta bertolak belakang dengan keadaan akhlaknya. Hal ini juga disebut sebagai kondisi alamiah manusia di mana naluri merupakan cara hidupnya. Dalam kondisi ini manusia lebih sibuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang mendesak. Tidak ada pertimbangan akal dari tindakan yang dilakukan seperti makan, minum, tidur, bangun, marah dan provokasi, seperti layaknya yang terjadi pada binatang. Dan manakala manusia mulai memikirkan segala tindakannya, dan semuanya dilakukan dalam pertimbangan akal, tujuan dan logika, maka ia mulai masuk dalam kondisi akhlak.

Terkait:   Bagaimana Keyakinan Umat Islam tentang Nabi dan Kitab Suci Sebelum Islam?

Sumber keadaan akhlak dalam Islam disebut sebagai Nafs Lawwaamah yaitu jiwa yang ‘mencela diri sendiri’. Artinya nafs atau diri mulai mengajukan pertanyaan untuk setiap tindakannya dan membawanya di bawah rasionalitas; jadi dalam kondisi ini ia memasuki kondisi akhlak. Dalam kondisi ini seseorang dapat terjerumus kembali ke kondisi alamiahnya, kemudian ia bertobat dan kemudian berupaya kembali ke kondisi akhlak. Singkatnya, kondisi ini adalah tingkatan akhlak manusia ketika ia berupaya menghimpun sifat-sifat akhlak mulia dalam dirinya, dan ia tidak senang dengan kedurhakaan, tetapi ia belum dapat menguasai diri sepenuhnya.

Kemudian ada sumber ketiga yang boleh dikatakan merupakan sumber keadaan rohani. Al-Qur’an menyebut sumber ini Nafs Muthma’innah, yaitu jiwa yang tentram. Ini adalah derajat ketika jiwa manusia memperoleh keselamatan dari segala kelemahan, lalu dipenuhi dengan kekuatan-kekuatan rohaniah dan sedemikian rupa menjadi satu dengan Allah Ta’ala sehingga ia tidak dapat hidup tanpa Dia. Dalam kondisi ini manusia telah berdamai dengan dirinya sendiri dan selalu dalam keselarasan sempurna dengan Allah Ta’ala.

Terkait:   Apa itu Hukum Syariah?

Dan hendaklah diketahui bahwa menurut Al-Quran Syarif perbuatan dan tingkah laku jasmani bepengaruh pada akhlak dan rohani, begitu juga ruh berpengaruh pada tubuh jasmani. Seorang yang rohaninya turun, maka ia akan menunjukkan merosotnya akhlak dan kemudian juga berpengaruh pada jasmani. Begitu pula kebiasaan buruk akan berakibat pada menurunnya akhlak dan menghambat perkembangan rohani. Itulah sebabnya dalam Islam terdapat tingkatan fisik, akhlak dan rohani, dan hubungan yang baik antara semuanya telah dijelaskan dan ditunjukkan dengan sempurna oleh para nabi.

Sumber: Alislam.org

Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.