Bagaimana Saya Menerima Ahmadiyah – Islam Yang Sejati

Bagaimana saya menerima Ahmadiyah

Ditranskrip dari Review of Religions

Saya berasal dari keluarga muslim yang religius di Mesir, dimana saya dididik dan dibesarkan di sana. Setelah saya menyelesaikan studi saya di Universitas Kairo, saya menikah dan pergi ke Inggris bersama suami saya pada tahun 1979.

Saya selalu tertarik terhadap agama karena saya selalu khawatir terhadap mereka yang tidak percaya kepada agama atau bahkah tidak percaya dengan adanya wujud Tuhan. Hal ini menjadikan saya sangat bersemangat untuk membaca banyak buku tentang Islam, dan juga saya menjadi sangat bersemangat utuk mempelajari Al-Qur’an, dengan harapan saya mendapatkan argumen-argumen yang bagus untuk memuaskan orang-orang ini.

Ketika saya datang ke Inggris, saya mulai berbaur dengan orang lain dari berbagai negara, dan hal ini meningkatkan pengetahuan saya tentang agama-agama di dunia. Saya juga mulai mengetahui lebih banyak tentang agama Kristen, khususnya melalui beberapa orang dari Saksi-Saksi Yehova yang biasa mengunjungi saya secara rutin untuk menyampaikan tentang agama mereka. Saya menyambut mereka dengan tujuan untuk menyampaikan Islam kepada mereka, dan karena alasan ini saya mulai membaca Al-Kitab dan buku-buku lainnya tentang agama Kristen. Hati saya sangat tersakiti ketika saya mendapati ada orang yang menyembah Tuhan lain selain Allah Ta’ala, pencipta kita, dan saya merasa sangat tidak tenang karena tidak ada orang muslim yang melakukan suatu hal untuk menghentikan hal ini.

Saya menjadi semakin tertarik untuk meningkatkan ilmu pengetahuan saya tentang Islam. Terbaginya umat Islam ke dalam beberapa golongan sangat mengganggu saya. Saya tidak bisa menerima apa yang mereka lakukan. Saya dapat melihat bahwa umat Islam tidak melaksanakan ajaran Islam yang sejati, sesuai dengan yang dijelaskan Al-Qur’an, sehingga mereka memberikan kesan yang sangat buruk tentang agama mereka karena mereka menunjukkan Islam sebagai agama terorisme dan penumpah darah. Saya benar-benar antusias untuk menyebarkan agama Islam dan menjelaskan kepada orang-orang non-muslim bahwa apa yang mereka lihat tentang umat Islam saat ini bukanlah ajaran Islam yang sejati.

Beberapa orang mengingatkan saya agar tidak membicarakan tentang agama saya kepada non-muslim, karena hal ini berbahaya untuk keimanan saya dan karena Islam bukanlah agama misionaris. Namun saya memiliki pandangan yang berbeda. Saya merasa bahwa Islam adalah agama yang indah, dan jika Allah telah menganugerahkan kepada saya hadiah yang sangat indah ini maka kewajiban saya untuk membagikannya kepada orang lain. Saya merasa bahwa menyebarkan agama Islam adalah salah satu jenis zakat, dan saya yakin bahwa jika keimanan saya terpengaruh karena berbicara kepada orang lain tentang ini, maka artinya saya tidak mengikuti agama yang benar.

Kemudian pada tahun 1989 ada suatu kegaduhan besar yang dilakukan oleh umat Islam di seluruh dunia untuk menentang buku Satanic Verses. Hal ini benar-benar membuat kesabaran saya habis. Tentu saja saya tidak mendukung penulis buku tersebut, tidak pula saya setuju dengan apa yang telah ia tulis, namun saya juga tidak bisa menolerir reaksi umat Islam yang menurut saya sama sekali tidak Islami. Mereka berfikir bahwa mereka sedang bertindak atas nama Islam, tapi saya rasa Islam tidak ada kaitannya dengan apa yang mereka klaim, dan saya merasa sangat bersalah kepada para non-muslim yang telah diperlihatkan gambaran yang salah dari agama yang penuh dengan kedamaian ini dan karena itu lah mereka menolak Islam.

Saya melihat sekeliling saya dan saya tidak bisa menemukan seorang pun yang mengamalkan Islam yang sejati, termasuk saya sendiri. Saya memikirkan bangsa saya di Mesir. Mereka juga tidak mengamalkan Islam yang sejati. Bahkan yang paling religius di antara mereka masih bukan orang yang bisa saya sebut sebagai muslim sejati. Mereka sangat lemah dan tidak berdaya, dan mereka juga sangat pasif. Mereka membatasi agama mereka untuk diri mereka sendiri, mereka tidak menyebarkannya kepada orang lain.

Saya juga memikirkan tentang para sahabat nabi ra. Mereka mengamalkan ajaran Al-Qur’an dalam perkataan dan perbuatan nya. Mereka adalah orang-orang yang saleh, baik, kuat dan aktif. Mereka menikmati kesatupaduan. Mereka berperang melawan musuh mereka bersama-sama seperti satu tangan. Mereka bersatu di bawah satu panji dan mengikuti satu pemimpin, serta mereka mempunyai satu jujuan bersama yang ingin dicapai, yaitu untuk menaati perintah-perintah Allah dan menyebarkan pesan Islam ke seluruh dunia. Mereka inilah yang saya sebut muslim sejati.

Akan tetapi di mana mereka hari ini? Saya tidak bisa melihat mereka di sekeliling saya. Mereka hanya hidup 1400 tahun yang lalu. Saya berharap saya dilahirkan pada masa mereka supaya dapat merasakan berkah perjuangan di jalan Allah dan bisa menyebarkan pesan-Nya ke seluruh dunia.

Saya ingin melindungi Islam, namun saya membutuhkan bimbingan. Saya memerlukan seseorang untuk menjelaskan kepada saya ajaran Al-Qur’an yang benar dan mengajari saya bagaimana cara untuk menjadi muslim yang sejati. Saya merasa tidak berdaya dan depresi. Saya berdoa dengan sepenuh hati kepada Allah agar Dia membawa Kembali Islam-Nya yang sejati ke dunia dengan seluruh keagungan dan kekuatannya, serta memenangkannya atas semua agama.

Waktu itu adalah bulan Ramadhan, dan Allah Yang Mahapemurah sangat cepat mengabulkan doa saya, karena kolega non-ahmadi muslim di tempat saya bekerja mulai mengetahui ketertarikan saya untuk menyebarkan Islam kepada orang lain. Karena itu dia mengatakan bahwa dia mengetahui tentang sebuah golongan Islam yang disebut Ahmadiyah, yang pengikutnya juga menyebarkan Islam, akan tetapi mereka beriman kepada seorang nabi yang datang setelah Rasulullah saw. Saya berpikir bahwa kelompok ini juga adalah golongan Islam lain yang benar-benar telah menyimpang. Namun saya tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang golongan ini sehingga saya bisa mengetahui mengapa orang-orang jauh dari agama mereka yang sejati.

Terkait:   Baiat Pertama dalam Sejarah Ahmadiyah

Kolega saya memberi saya beberapa literatur Ahmadiyah yang diberikan kepadanya oleh seorang Ahmadi, teman isterinya. Saat itu dia memperingati saya dengan mengatakan bahwa para Ahmadi ini dianggap kafir oleh muslim yang lainnya.

Saya mulai membaca literatur Ahmadiyah. Salah satu bukunya adalah “Pengantar Mempelajari Al-Qur’an” karya Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad. Buku ini memiliki keindahan tersembunyi di dalamnya yang tidak bisa diungkapkan dalam kata-kata, namun hanya bisa dirasakan oleh hati. Cara buku tersebut menunjukkan agama Islam melalui kehidupan Rasulullah saw dan caranya menyampaikan dengan menjelaskan ayat-ayat Al-Kitab sangat menakjubkan. Saya bisa merasakan kecintaan mendalam yang dimiliki oleh penulis terhadap nabi Islam saw.

Pada tahap ini, tentunya saya tidak berpikir untuk mempercayai Ahmadiyah dikarenakan kenabian yang diumumkan oleh pendiri Gerakan ini. Saya sangat menyukai perjuangan Ahmadiyah, dan saya rasa menyebut Ahmadiyah kafir adalah suatu kesalahan besar. Saya memutuskan untuk bercakap-cakap dengan para Ahmadi tersebut dan mencoba untuk merubah kepercayaan mereka terkait kenabian, karena sebenarnya saya dapat melihat bahwa mereka ini benar-benar muslim sejati.

Jadi saya pergi bertemu dengan wanita Ahmadi yang menyediakan literatur yang saya baca. Saya sangat memperhatikan setiap perkataan dan perbuatannya, dan saya dapati bahwa dia adalah seorang muslim yang baik. Kami menjadi teman dengan sangat cepat dan kami mendiskusikan banyak topik. Salah satunya adalah, “apa yang terjadi kepada Isa as setelah penyaliban?” Sebelumnya saya tidak mempunyai keyakinan tentang ini dan saya tidak pernah perduli untuk memikirkan tentang itu sebelumnya. Namun saat itu saya teringat ibu saya pernah berkata kepada saya bahwa beberapa umat muslim percaya bahwa Isa as akan kembali ke dunia sebelum kiamat. Namun beliau sendiri tidak yakin akan hal itu. Ketika saya bertanya kepada beliau, “bagaimana kita bisa mengenalinya (Isa as) jika dia benar-benar kembali?”, beliau menjawab bahwa jika seseorang mengaku sebagai dirinya (Isa as) dan tidak merubah Al-Qur’an atau ajaran Islam, serta dia mengagungkan Allah dan menghormati Rasulullah saw, maka pasti ia benar dalam pengakuannya.

Saja menjadi bingung. Saya membaca lebih banyak literatur Ahmadiyah. Tulisan-tulisan dari pendiri gerakan ini sangatlah bagus dan sempurna, sehingga dengan membacanya memberi saya kegembiraan yang luar biasa. Di dalam setiap kata pada tulisan-tulisannya terdapat kecintaan kepada Allah dan Rasulullah saw. Namun keyakinan saya bahwa Rasulullah saw adalah nabi terakhir yang datang ke dunia sangat kuat, sehingga hal ini menghalangi saya untuk sekedar memikirkan pengakuannya (pendiri Ahmadiyah). Saya juga berpikir bahwa jika hal ini benar, maka kami, umat muslim Arab, seharusnya sudah mengetahuinya sejak lama. Dan kadang-kadang saya takut, jangan-jangan saya membuat Allah tidak senang dengan memikirkan hal ini.

Lalu beberapa minggu kemudian teman saya yang merupakan seorang Ahmadi mengajak saya untuk mengunjungi Islamabad di Tilford. Kunjungan ini telah merubah hidup saya. Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri sebuah komunitas Muslim yang terorganisir, yang misi utamanya adalah menyebarkan Islam dengan damai tanpa adanya paksaan, dan Islam mereka inilah yang saya sebut Islam sejati.

Saya bertemu dengan lebih banyak Ahmadi pada hari itu dan saya sangat terkesan terhadap pandangan dan keyakinan mereka. Yang membuat saya lebih terkesan adalah penafsiran mereka terhadap beberapa ayat Al-Qur’an. Saya selalu berpikiran bahwa orang-orang Arab adalah orang-orang terbaik yang dapat memahami maksud sebenarnya dari Al-Qur’an. Namun setelah hari itu hal ini tidak lagi menjadi keyakinan saya. Saya bisa merasakan kecintaan dan ketulusan orang-orang yang saya temui. Mereka bekerja bersama-sama seperti satu tim dan mereka mengikuti satu pemimpin. Saya merasa bahwa tangan Allah menolong dan menjaga mereka. Sebuah perasaan yang sangat aneh saya rasakan, seolah-olah saya sedang melihat sahabat nabi saw dengan mata kepala saya sendiri, karena mereka serupa dengan para sahabat dalam banyak segi.

Hari itu saya pulang ke rumah dengan perasaan yang berbeda. Saya ingin menjadi bagian dari komunitas ini. Tapi kepercayaan akan kenabian Masih Mau’ud as menghalangi saya untuk bergabung. Saya mulai merenungkan dengan mendalam terkait masalah ini dan saya bertanya kepada diri saya sendiri, “bagaimana mungkin seorang yang dapat menulis buku sesempurna ini adalah pendusta? Bagaimana mungkin seorang yang pengikutnya dapat meraih semua kebaikan ini adalah salah? Bagaimana mungkin seorang yang di hatinya memiliki rasa cinta yang sejati kepada Allah dan Rasulullah saw berpura-pura menjadi seorang nabi?” Dan untuk pertama kalinya saya mulai berpikir bahwa ada kemungkinan Masih Mau’ud as benar dalam pengakuannya.

Saya berdoa kepada Allah, memohon petunjuk-Nya menuju jalan yang benar, dan saya menghabiskan malam itu dengan merenung dan berdoa, lalu pada keesokan harinya kebenaran nampak kepada saya seterang matahari di hari yang cerah.

Saya bisa melihat bahwa Allah Yang Mahamelihat, Mahamendengar, dan Mahamengetahui, sadar akan apa yang sedang terjadi di dunia. Dan karena Dia itu Mahapemurah lagi Mahapenyayang, Dia tidak bisa mengabaikan hamba-Nya. Saya bisa memahami bahwa Allah, yang telah mengutus nabi-Nya di masa lampau, tidak akan menghentikan karunia ini sekarang, ketika kita benar-benar membutuhkannya.

Terkait:   Siapa Saja para Khalifah Ahmadiyah?

Saya bisa memahami bahwa Rasulullah saw tidak datang untuk mengakhiri karunia kenabian dan memahrumkan manusia dari keberkatannya, namun beliau datang untuk memberikannya kepada para pengikutnya dan mengajarkan kepada mereka bagaimana cara untuk meraih karunia tersebut. Saya bisa melihat bahwa obat dari segala penyakit di dunia ini ada di dalam Ahmadiyah.

Ahmadiyah adalah naungan bagi umat muslim yang tak berdaya, lagi tersesat, terasing dan lemah. Allah telah mendirikan komunitas yang akan menyatukan mereka di bawah satu panji, dan komunitas itu akan menjadi sumber kekuatan bagi mereka. Komunitas ini adalah obat bagi non-muslim yang tidak mengetahui Islam sejati. Allah telah mengirim sebuah komunitas yang anggotanya dapat menunjukkan gambaran sejati Islam melalui karakter mereka dengan mengikuti ajaran Al-Qur’an. Allah telah mendirikan sebuah komunitas yang akan melindungi Islam dan membawa kembali kekuatan dan keagungannya. Semua ini tidak akan mungkin tanpa adanya seseorang yang diutus oleh Allah dan dibimbing oleh-Nya untuk menanam benih jemaat ini.

Faktanya, saya menyadari bahwa doa yang saya panjatkan dua bulan yang lalu pada bulan Ramadhan telah dikabulkan oleh Allah Yang Mahapemurah seratus tahun yang lalu, pada diri Hadhrat mirza Ghulam Ahmad-Isa yang dijanjikan-, dan kesalahan ada pada diri saya karena saya tidak mengenali beliau. Akan tetapi Allah Ta’ala itu sempurna, tanpa ada kesalahan apapun. 

Kemudian saya berpikir tentang suami dan anak saya yang baru berumur enam tahun saat itu. Saya juga teringat akan keluarga dan teman-teman saya di kampung halaman saya, Mesir. Saya tahu bahwa saya mungkin akan kehilangan mereka semua jika saya menyatakan kebenaran Ahmadiyah. Akan tetapi kebenaran nan indah yang telah Allah turunkan kepada saya memanifestasikan rahmat-Nya yang tak terbatas dan saya merasa sangat bersyukur, oleh karena itu saya rela kehilangan segalanya demi Dia. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an:

“Katakanlah, jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum kerabatmu, kekayaanmu yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, serta tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah menurunkan keputusan-Nya; dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang tidak patuh.” (QS. 9:24)

Bagi saya tidak perlu untuk memilih atau memutuskan karena pasti Allah dan rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya lebih saya cintai dari pada apapun di dunia ini.

Saya membaca syarat-syarat untuk bergabung ke dalam Jemaat Ahmadiyah. Bahkan syarat ini pun adalah bukti lain bagi saya tentang kebenaran jemaat ini. Ini adalah hal yang benar-benar saya ingin lakukan dalam hidup saya, tanpa berpikir lebih panjang lagi saya mengambil baiat. Pada hari itu saya diberitahu bahwa jalan Ahmadiyah bukanlah suatu yang mudah. Saya sangat senang mendengarnya. Saya teringat harapan saya agar dilahirkan pada masa Rasulullah saw, sehingga saya bisa menolong beliau dalam menyebarkan pesan beliau yang sejati, dengan demikian saya bisa berjihad karena Allah, dan sekarang Allah telah meneganugerahi saya kesempatan untuk mewujudkan harapan saya.

Telah berlalu beberapa hari setelah saya mengambil baiat. Saat itu adalah hari Idul Adha. Ini adalah kali pertama bagi saya shalat di belakang imam seorang Ahmadi. Ini juga adalah kali pertama bagi saya menangis di dalam shalat saya. Saya menangis karena bersyukur kepada Allah untuk karunia besar yang telah Dia kirimkan ke dunia, dan karena telah menunjukkan kepada saya kebenarannya. Saya juga menangis untuk memohon ampunan dari-Nya karena saya tidak bisa mengenali dan mengikuti utusan-Nya sebelum hari itu.

Saya sangat gembira ketika mendengar khutbah pada hari itu, yang membahas tentang pengorbanan. Untuk pertama kalinya di dalam hidup saya, saya bisa menyadari tentang hikmah yang sebenarnya di balik perayaan Idul Adha yang saya rayakan berkali-kali sebelumnya, dan saya juga mengetahui tentang pengorbanan-pengorbanan para muslim Ahmadi, serta cerita tentang dua Ahmadi syuhada yang pertama.

Ini adalah pelajaran pertama yang saya dapatkan dari Ahmadiyah.

Saya tergerak oleh apa yang saya dengar, saya merasakan keinginan yang sangat kuat untuk bergabung ke dalam pengorbanan di jemaat ini. Waktu itu saya berdoa kepada Allah agar Dia mengizinkan saya untuk memberikan apapun yang saya miliki demi membantu penyebaran pesan Ahmadiyah ke dunia. Sejak saat itu saya merasa sangat senang kapanpun saya menghadapi kesulitan, atau kapanpun saya harus kehilangan sesuatu atau seseorang di jalan Allah, karena ini berarti Allah telah mengabulkan doa saya. Sebenarnya saya tidak bisa mengatakan bahwa saya benar-benar kehilangan sesuatu, karena apapun yang hilang dari saya, Allah telah memberikan kepada saya ganjaran yang jauh lebih baik sebagai gantinya, dan hari ini saya jauh lebih bahagia dibandingkan sebelumnya. Alhamdulilah.

Saya juga mempelajari hal penting lainnya. Jika saya ingin menyebarkan Islam, saya sendiri harus mengamalkan ajaran Islam yang sejati terlebih dahulu karena tidak ada seorangpun yang dapat memberikan sesuatu yang ia sendiri tidak memilikinya. Saya mulai memperbaiki diri saya. Saya mendedikasikan seluruh waktu yang saya bisa untuk mengikuti setiap ajaran di dalam buku yang saya baca. Dengan karunia Allah, saya telah membaca banyak buku pada saat itu, termasuk Five Volume English Commentary of the Holy Quran, yang memberi saya kegembiraan yang luar biasa. Hal itu menambah wawasan baru dalam pengetahuan saya tentang Al-Qur’an, namun saya tidak pernah menemukan sesuatu yang seperti “lima volume harta karun” ini.

Terkait:   Mengapa Kaum Muslim lainnya menyatakan Ahmadiyah Sebagai bukan Muslim?

Sampai saat itu saya masih belum bisa menemui pemimpin Jemaat Ahmadiyah, namun saya terus menulis surat kepada beliau untuk memohon doa dan saya mendengarkan pidato-pidato beliau yang saya dapat dalam bentuk rekaman, serta saya juga berusaha untuk mengikuti perintah-perintah beliau dengan seksama.

Saya menyadari bahwa saya tidak pernah mengenal Allah seperti saya mengenal-Nya sekarang.

Sebelum ini, bagi saya Allah adalah Wujud Yang menciptakan semua orang dan segala sesuatu yang ada di alam semesta, serta Yang menyediakan segala kebutuhan makhluk-Nya, kemudian dengan ini telah selesailah pekerjaan-Nya. Namun sekarang saya tahu bahwa Allah juga adalah Sang Pemelihara Yang Agung, Yang masih terus mengirimkan karunia-Nya ke dunia dan Yang menyediakan segala kebutuhan makhluk-Nya, serta saya mengetahui bahwa Dia adalah Pemberi keberkatan yang nikmat-Nya akan terus berlanjut dan tidak akan berakhir.

Sebelum itu saya pikir Allah adalah Raja Yang Agung yang duduk di langit, di atas singgasana-Nya, Dia mengawasi apapun yang tengah terjadi di kerajaan-Nya, meskipun hamba-Nya bisa memanjatkan doa-doa mereka kepada-Nya, namun mereka tidak diizinkan bertemu dengan-Nya, atau bahkan hanya sekedar untuk mendekati-Nya. Namun sekarang saya mengetahui bahwa Allah itu Mahapengasih lagi Mahapenyayang, yang tidak hanya melihat dan mendengar hamba-Nya, tapi juga bercakap-cakap dengan mereka, serta menjawab doa mereka. Dia adalah Wujud Yang pintunya selalu terbuka bagi orang yang mendatangi-Nya. Dia selalu siap untuk menuntun siapapun yang mencari qurub-Nya agar ke arah jalan yang lurus, yang akan menuntun sampai kepada-Nya.

Sebelumnya saya berpikir bahwa Allah adalah Wujud Yang Mahaperkasa, Yang tinggal sangat jauh, namun sekarang saya mengetahui bahwa Dia pun adalah Sahabat Karib Yang menemani semesta alam dan tinggal di dalamnya, di tengah-tengah hamba-Nya.

Dulu saya menganggap bahwa shalat saya adalah kewajiban saya terhadap Allah, sehingga jika saya sudah menyelesaikannya saya dapat melupakan Dia dan melanjutkan pekerjaan yang lain dalam hidup saya. Namun sekarang saya menganggap shalat saya adalah sarana yang melaluinya saya dapat meraih qurub Allah, sehingga setelah saya melaksanakan shalat, hubungan saya dengan-Nya akan semakin kuat dan dekat. Sekarang saya memahami tujuan saya diciptakan dan saya merasa senang hanya dengan zikir ilahi dan mematuhi perintah-perintah-Nya.

Kira-kira sembilan bulan setelah saya baiat, saya bisa bertemu dengan pimpinan Jemaat Ahmadiyah, wakil Allah yang masih hidup. Ini adalah pengalaman yang sangat luar biasa bagi saya. Saya bisa melihat dalam wujud beliau gambaran sempurna dari Ahmadiyah dan buah dari pohon khilafat yang telah ditaman oleh Hadhrat Masih Mau’ud as. Melalui beliau saya dapat melihat keesaan Allah, yang mana tujuan beliau adalah untuk menyatukan dunia di bawah naungan satu pemimpin, dan melalui beliau saya juga dapat melihat pemenuhan janji Allah Ta’ala kepada para mukmin sejati, yakni menjadikan bagi mereka ini khalifah di bumi dan menganugerahkan kemenangan akhir kepada Islam.

Semoga Allah menolong beliau dalam segala pekerjaan beliau yang mulia, dan menganugerahi semua usaha beliau dengan mahkota keberhasilan.

Saya tidak menyatakan bahwa saya telah mencapai perjalanan akhir saya dalam meraih Allah Ta’ala. Namun dengan mengikuti ajaran Ahmadiyah siapapun dapat meningkat dengan cepat dalam meniti jalan yang lurus, yang menuntun kepada Allah Ta’ala.

Saya bersyukur kepada Allah karena telah menunjukkan kepada saya kebenaran yang indah ini dan saya berdoa agar semua orang di dunia akan terobati dari penyakit rohani dan dibimbing menuju kebenaran tersebut. Semoga shalawat dan salam dari Allah Ta’ala senantiasa tercurahkan kepada nabi Islam yang agung saw, yang telah membawakan bagi kita agama Allah yang indah ini, dan yang merupakan teladan yang sempurna bagi manusia melalui amalan beliau saw yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an. Shalawat dan salam dari Allah semoga terlimpahkan juga kepada Hadhrat Masih Mau’ud yang telah menghidupkan kembali agama ini bagi kita semua, dan dengan mengikuti langkah kaki junjungannya (Rasulullah saw), beliau membuktikan kepada dunia bahwa hari ini pun siapa saja bisa menikmati pertemuan dengan Penciptanya. Beliau (Hadhrat Masih Mau’ud as) sendiri telah menulis:

“Surga kita itu ada pada tuhan kita. Kegembiraan kita yang tertinggi itu ada pada tuhan kita, karena kita telah melihat-Nya dan telah mendapati bahwa setiap keindahan ada di dalam Wujud-Nya. Kekayaan ini layak diperjuangkan meskipun seseorang mungkin harus mengorbankan hidupnya untuk mendapatkannya. Batu permata ini layak dibeli meskipun seseorang mungkin harus kehilangan dirinya sendiri untuk mendapatkannya. Wahai kalian yang merasa kekurangan, berlarilah ke sumber mata air ini, niscaya ia akan memuaskan dahagamu. Ini adalah sumber mata air kehidupan yang akan menyelamatkanmu. Apa yang harus saya lakukan? Dengan genderang apa saya harus mengumumkan bahwa inilah Tuhanmu, agar orang-orang dapat mendengar nya? Obat apa yang harus saya gunakan pada telinga mereka agar mereka mau mendengarkan? Jika kamu adalah milik Allah, yakinlah bahwa Allah pasti akan menjadi milikmu.” (Bahtera Nuh)

Semoga Allah Ta’ala memberikan kepada kita karunia untuk bisa mengikuti teladan ini supaya kita bisa mencapai tujuan kita, dan semoga kita bisa menyebarkan pesan Ahmadiyah ke seluruh dunia.

Aamiin.

Sumber: Alislam.org – How I Accepted Ahmadiyyat – True Islam
Penerjemah: Mln. Latif Nur Hasan

Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.