Mungkin ada yang bertanya, dari siapa dan dari mana datangnya pemikiran baik atau buruk yang muncul dalam benak seseorang sebagai hasil dari suatu perenungan atau observasi. Jawabannya adalah bentuk- bentuk pemikiran demikian merupakan ciptaan Allah Swt dan bukan perintah- Nya. Ada perbedaan di antara penciptaan dan perintah.
Yang dimaksud dengan penciptaan ialah dimana Allah Swt menghasilkan sesuatu melalui pemanfaatan sarana fisikal dan mengatribusikannya kepada Wujud-Nya sendiri karena Dia adalah Kausa dari segala kausa. Adapun perintah adalah sesuatu yang datang secara langsung dari Allah Swt tanpa perantaraan sarana apa pun. Wahyu yang datang dari Tuhan, berasal dari aspek perintah dan bukan dari aspek penciptaan. Pikiran yang muncul dalam benak seseorang sebagai konsekuensi dari observasi dan perenungan, semuanya berasal dari aspek penciptaan dimana kekuasaan Ilahi bekerja di belakang tabir berbagai sarana. Tuhan telah menciptakan manusia di tengah sarana duniawi yang dilengkapi dengan berbagai bentuk kekuatan dan fitrat serta melengkapinya dengan berbagai karakteristik dimana jika manusia memanfaatkan hasil telaahnya untuk kebaikan atau kejahatan, pikiran mereka akan mencari sendiri rencana jalan yang akan ditempuh untuk mencapainya. Karena sudah merupakan bagian dari hukum alam bahwa ketika manusia membuka matanya ia akan melihat sesuatu dan ketika ia mengarahkan telinganya ke arah suara ia akan bisa mendengar, begitu pula jika ia mempertimbangkan cara pencapaian suatu rancangan yang baik atau jahat maka akan muncul dengan sendirinya di kepalanya suatu gagasan.
Seorang yang berhati baik dengan merenungi gagasan-gagasan yang baik hanya akan berfikir tentang hal-hal yang baik saja, sedangkan seorang pencuri misalnya hanya akan menekuni berbagai cara untuk mengambil harta dari orang yang akan menjadi mangsanya. Sebagaimana seseorang bisa merenung secara mendalam tentang cara-cara melakukan kejahatan, maka begitu juga jika ia memanfaatkan fitrat dirinya guna mencapai kebaikan dengan cara-cara yang baik. Seperti juga pikiran jahatnya, betapa dalam sekali pun perenungannya, tidak bisa dianggap sebagai wahyu, begitu juga dengan pikiran-pikiran baik tidak lantas merupakan wahyu. Singkat kata, apa pun pikiran baik yang muncul dalam benak seorang yang baik dan apa pun pikiran atau gagasan jahat yang timbul di kepala seorang pencuri, perampok, pezina, pendusta atau pun pembunuh, semuanya merupakan hasil dari perenungan dan observasi sebagai bagian dari pemanfaatan fitrat alamiah dirinya. Karena Tuhan itu adalah Kausa dari segala kausa, maka semua itu merupakan bagian dari ciptaan-Nya dan bukan dari perintah-Nya. Semua hal itu adalah sifat-sifat alamiah manusia sama halnya dengan jenis tanaman yang bisa bersifat sebagai pencahar atau jenis lain yang bisa memampatkan pencernaan.
Sebagaimana Tuhan telah membekali segala benda dan makhluk dengan berbagai sifat, Dia juga telah membekali kemampuan berpikir manusia manakala dibutuhkan untuk menyusun suatu rencana atau gagasan yang baik atau pun buruk. Pikiran seorang penyair yang sedang menyusun bait-bait untuk mengejek seseorang akan bergerak ke arah tersebut dan ia akan berhasil membuat sajak-sajak bersangkutan. Jika ada penyair lain yang ingin memuja orang yang sama, maka bait-bait yang indah akan muncul di kepalanya. Bentuk pikiran buruk dan baik seperti itu tidak bisa dikatakan sebagai cerminan dari keinginan Ilahi dan tidak mungkin disebut sebagai firman-Nya.
Firman suci Tuhan adalah kata-kata yang berada jauh di atas kemampuan fitrat manusia serta penuh dengan kesempurnaan, keagungan dan kesucian. Syarat utama dari manifestasinya adalah keadaan dimana semua fitrat kemanusiaan dipadamkan terlebih dahulu dan dianggap tidak berfungsi sama sekali. Pada saat seperti itu tidak ada perenungan atau pun pemikiran dan orang bersangkutan harus seperti dalam keadaan mati. Semua sarana pengantar dan penghubung haruslah dalam keadaan sirna dan yang ada hanya realitas Allah Yang Maha Kuasa saja yang menurunkan firman-Nya ke dalam hati manusia yang memang telah dipilih-Nya.
Perlu dimengerti bahwa sebagaimana halnya sinar matahari hanya datang dari langit dan tidak bisa diproduksi di dalam bola mata, begitu juga nur wahyu yang turun dari Tuhan dan gagasan-Nya, bukan merupakan sesuatu yang bisa muncul dari diri manusia sendiri. Mengingat Tuhan itu sesungguhnya eksis, melihat, mendengar, mengetahui dan berbicara, maka firman-Nya hanya akan turun dari Diri-Nya dan bukan merupakan hasil rekaan pikiran manusia. Pikiran kita sendiri bisa saja menghasilkan hal-hal yang baik atau pun buruk yang merupakan bagian dari fitrat diri kita masing-masing, namun pengetahuan Allah Swt yang tanpa batas serta kebijakan-Nya yang tidak bertepi, tidak mungkin begitu saja bermukim di hati kita. Alangkah takaburnya manusia yang menganggap bahwa semua khazanah pengetahuan dan kebijakan Ilahi serta misteri-misteri yang tersembunyi, ada semua di dalam hati kita. Keadaan seperti itu sama saja dengan menganggap diri kita sebagai Tuhan dan tidak ada Wujud lain di luar kita yang Tegak dengan Dzat-Nya sendiri, yang memiliki sifat-sifat Ilahi dan disebut sebagai Tuhan. Karena jika Tuhan memang wujud ada-Nya dan pengetahuan-Nya yang tanpa batas merupakan sifat yang khusus bagi Diri- Nya, dimana hati kita sendiri tidak akan mungkin menjadi tolok ukur-Nya, maka jelas merupakan suatu kekeliruan untuk menganggap bahwa hakikat pengetahuan Tuhan yang tidak berbatas memenuhi hati kita berikut segala kebijakan-Nya mewadah di kalbu kita. Hal demikian sama saja dengan mengaku diri sebagai Tuhan. Apakah mungkin kalbu manusia memahami seluruh keagungan Ilahi? Mungkinkah sebutir zarah menjadi matahari? Jelas tidak.
Kami telah mengemukakan bahwa karakteristik Ilahi seperti pengetahuan-Nya akan segala hal yang tersembunyi, keluasan kebijakan-Nya serta berbagai tanda-tanda alamiah, tidak mungkin dimanifestasikan oleh manusia. Firman Tuhan mengandung ciri Keagungan, Kekuatan, Berkat, Kebijaksanaan dan Ketiadataraan Ilahi. Semua karakteristik tersebut terkandung di dalam Kitab Suci Al-Quran yang bukti-buktinya akan kami kemukakan pada saatnya yang tepat. Kalau mereka dari kalangan Brahmo Samaj tetap saja menyangkal eksistensi wahyu, maka mereka sepatutnya mempelajari Al-Quran secara tekun agar mereka mengetahui bahwa dalam Firman Suci tersebut terbuka samudera luas mengenai segala hal yang tersembunyi serta manifestasi kekuasaan yang berada di luar kemampuan manusia. Dalam hal mereka tidak mampu karena tidak memiliki wawasan yang memadai guna menemukan sendiri semua keluhuran Al-Quran, sekurang-kurangnya mereka bisa membaca buku karanganku ini secara tekun agar mereka dapat menemukan beberapa contoh dari khazanah hal- hal tersembunyi dan misteri-misteri keagungan yang memenuhi Al-Quran.
Kaum Brahmo Samaj3] perlu mengetahui juga bahwa sebagai bukti dari eksistensi wahyu yang turun dari Tuhan yang mencakup hal-hal tersembunyi, ada jalan lain yang terbuka yaitu bahwa Allah Swt selalu menciptakan dari antara orang-orang Muslim yang mendasarkan keimanan mereka pada agama yang benar, sekelompok orang-orang yang diberkati dengan wahyu dari Tuhan Yang Maha Esa yang membukakan hal-hal tersembunyi yang berada di luar kemampuan manusia untuk mengetahuinya. Allah Yang Maha Agung hanya mengaruniakan wahyu suci ini kepada para mukmin yang sepenuhnya beriman kepada Al-Quran sebagai Firman Tuhan dan menerapkan ajarannya setulus hati, serta beriman kepada Muhammad Saw sebagai Nabi yang benar dan sempurna yang lebih agung dari semua Nabi-nabi lainnya serta Khatamul Anbiya dan menerima beliau sebagai pembimbing dan penunjuk jalan.
Wahyu seperti itu tidak diturunkan kepada umat Yahudi, Kristen, Arya dan Brahmo karena hanya dikhususkan bagi para penganut hakiki dari Al-Quran, baik yang ada sekarang maupun yang akan diberikan kepada mereka di masa mendatang. Meskipun wahyu khusus berkaitan dengan Kerasulan telah diputus karena tidak diperlukan lagi, namun wahyu yang diturunkan kepada para hamba Hadhrat Rasulullah Saw yang tulus tidak akan pernah dihentikan. Wahyu ini merupakan bukti akbar yang memalukan bagi para musuh Islam. Mengingat wahyu berberkat berikut segala keluhuran dan keagungannya sekarang ini hanya dikhususkan bagi para hamba mulia yang merupakan pengikut dari Hadhrat Rasulullah Saw maka para penganut agama lainnya tidak lagi memperoleh nur sempurna yang menggambarkan kedekatan dan keridhaan Allah Swt tersebut. Dengan demikian, wahyu suci tersebut tidak saja telah membuktikan eksistensinya, tetapi juga membuktikan bahwa hanya umat Muslim saja yang diridhai oleh Allah Swt karena telah mengikuti agama yang benar, sedangkan yang lainnya itu menyembah kedustaan, menyimpang dari akidah yang benar serta diancam kemurkaan Tuhan.
Mereka yang tuna ilmu akan mengatakan berbagai macam hal jika mendengar ini dan akan menggelengkan kepalanya sebagai tanda menyangkal, atau bahkan mencaci-maki diriku sebagai orang yang konyol dan jahat. Mereka sepatutnya menyadari bahwa penyangkalan dan pelecehan bukanlah cara-cara dari orang yang memiliki keluhuran batin atau orang yang mencari kebenaran, melainkan jalan orang-orang durhaka yang mengabaikan Tuhan dan kebenaran. Banyak sekali hal-hal di dunia ini yang memiliki sifat-sifat yang tidak mudah dicerna oleh penalaran dan hanya bisa disadari melalui pengalaman. Mereka yang bijak tidak akan meragukan fitrat dari sesuatu yang berulangkali dialami dan dari sana lalu menyimpulkan kebenaran eksistensinya. Hanya keledai saja yang tetap akan menyangkal setelah berulangkali mengalami suatu pengalaman. Sebagai contoh, daun kelembak (rhubarb)4] bisa menjadi pencahar sedangkan besi magnet mempunyai daya tarik walaupun tidak ada alasan logis mengapa benda-benda itu memiliki sifat demikian. Namun jika pengalaman berulang memperlihatkan bahwa benda-benda itu memang demikian sifatnya maka setiap orang yang waras akan mengakui kalau kelembak bersifat pencahar dan besi magnet mempunyai kekuatan daya tarik. Jika ada yang menyangkal dengan mengatakan bahwa hal itu tidak ada dasar logikanya maka orang tersebut akan dianggap aneh.
Karena itu kami menghimbau kepada kaum Brahmo dan para lawan lainnya bahwa segala sesuatu yang kami kemukakan mengenai wahyu (yang sebenarnya sekarang ini pun merupakan pengalaman biasa bagi mereka yang sempurna keimanannya dari antara umat Muslim) bukannya tanpa dasar karena bisa dibuktikan kepada para pencari kebenaran melalui percobaan dan pengalaman sebagaimana halnya beribu-ribu kebenaran lainnya yang ditemukan dengan cara sama. Kalau memang ada yang benar- benar berminat mencari kebenaran, kami akan mendemonstrasikan hal ini kepadanya dengan syarat yang bersangkutan membuat pernyataan tertulis bahwa dengan adanya bukti nantinya ia akan menerima Islam dan mengikuti kami dengan ketulusan dan itikad baik. Jika mereka menolak, sesungguhnya Tuhan lebih mengetahui siapa yang senang menciptakan kerusuhan.
“Jika mereka berpaling maka ingatlah bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui perusuh-perusuh.” (QS. 3, Ali Imran: 64).
3] Kaum Brahmo Samaj merupakan aliran di dalam agama Hindu yang didirikan oleh Ram Mohun Roy di Kalkuta dalam tahun 1828. Terpengaruh oleh agama Islam dan Kristen, aliran ini menjauhi polytheisme, penyembahan berhala dan sistem kasta. Sekarang ini pengaruhnya hanya tinggal sebatas wacana teori saja. (Penterjemah)
4] Disini mungkin lebih jelas dengan contoh minyak dari biji pohon jarak (castor oil) yang dahulu biasa digunakan sebagai pencahar atau urus-urus pencernaan. (Penterjemah)