“Pada tingkat pemahaman yang sempurna, Islam bukanlah hanya semata istilah tetapi merupakan pencapaian semua realitas tersebut di atas dimana batin manusia akan menyungkurkan diri dihadapan Ketauhidan Ilahi.”
“Setelah itu maka dari kedua sisi akan terlontar kata-kata: ‘Apa pun yang menjadi milikku adalah milikmu juga.’ Maksudnya, ketika batin manusia berseru dan mengakui: ‘Ya Allah, apa pun milikku adalah kepunyaan-Mu’ sedangkan Tuhan akan berfirman memberitahukan: ‘Wahai hamba-Ku, langit dan bumi yang beserta-Ku adalah besertamu juga.’ Tingkatan ini diindikasikan dalam ayat:
يا عِبادِيَ الَّذينَ أَسرَفوا عَلىٰ أَنفُسِهِم لا تَقنَطوا مِن رَحمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغفِرُ الذُّنوبَ جَميعًا ۚ
‘Hai hamba-hamba-Ku yang telah berdosa terhadap jiwa mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa akan rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa’(QS.39 Az-Zumar:54).
“Dalam ayat tersebut tidak digunakan kata ‘Hai hamba-hamba Allah’ melainkan digunakan kata ‘Hai hamba-hamba-Ku.’ Ayat ini diwahyukan dalam bentuknya tersebut agar manusia mengerti bahwa Allah swt bermaksud memberitahukan kabar gembira tentang adanya rahmat tanpa batas dan dengan demikian bisa menghibur hati mereka yang telah patah karena dosa-dosanya. Dengan demikian Allah Yang Maha Agung bermaksud memperlihatkan contoh dari rahmat-Nya dan memanifestasikan seberapa jauh Dia akan mengagungkan seorang hamba yang setia dengan berkat-berkat khusus. Dengan menggunakan kata-kata ‘Hai hamba-hamba-Ku’ sebenarnya Tuhan bermaksud mengutarakan: ‘Tengoklah Rasul-Ku yang tercinta dan lihat betapa tingginya derajat yang telah dicapainya berkat kepatuhannya yang sempurna kepada-Ku sehingga sekarang ini apa yang menjadi milik-Ku adalah juga menjadi miliknya. Siapa yang menginginkan keselamatan, sepatutnya menjadi hambanya juga, dengan pengertian bahwa mereka harus mematuhinya secara sempurna sebagaimana laku seorang hamba. Maka semua dosa-dosanya akan diampuni.’
“Perkataan ‘abd’ dalam istilah bahasa Arab berarti hamba sahaya seperti yang diungkapkan dalam ayat:
وَلَعَبدٌ مُؤمِنٌ خَيرٌ مِن مُشرِكٍ
‘Sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik’ (QS.2Al-Baqarah:222).
“Pada ayat di muka itu telah dikemukakan bahwa ia yang mengharapkan keselamatan, agar menciptakan hubungan sebagai hamba sahaya kepada Rasul ini, dengan pengertian bahwa ia tidak akan melanggar semua perintah beliau dan mengikatkan dirinya sebagaimana seorang sahaya terikat kepada majikannya, barulah ia akan mendapatkan keselamatan. Kita patut mengasihani mereka yang berhati gelap yang membenci nama-nama seperti Ghulam Nabi, Ghulam Rasul, Ghulam Mustafa, Ghulam Ahmad dan Ghulam Muhammad saw karena menganggapnya sebagai menyekutukan Yang Mulia Rasulullah saw dengan Allah swt padahal nama-nama itu sebenarnya menggambarkan keberkatan. Sebagaimana seorang ‘abd’ mengimplikasikan bahwa seseorang yang bernama demikian harus membatasi diri dari segala kemerdekaan dan hanya patuh sepenuhnya kepada majikannya saja, karena itulah para pencari kebenaran yang mencari keselamatan, dianjurkan untuk menyesuaikan dirinya pada kondisi demikian itu. Ayat ini memiliki konotasi yang sama dengan ayat:
قُل إِن كُنتُم تُحِبّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعوني يُحبِبكُمُ اللَّهُ وَيَغفِر لَكُم ذُنوبَكُم ۗ وَاللَّهُ غَفورٌ رَحيمٌ
‘Katakanlah: “Jika kamu mencintai Allah swt , maka ikutilah aku, kemudian Allah swt pun akan mencintaimu dan akan mengampuni dosa-dosamu”’ (QS.3 Ali Imran:32).
“Menjadi pengikut yang sempurna menuntut adanya pengabdian dan kepatuhan sepenuhnya sebagaimana terkandung dalam perkataan ‘abd.’ Ayat yang menyatakan ‘Hai hamba-hamba-Ku’ secara intinya bermakna: ‘Wahai para pengikut-Ku yang bergelimang dosa, janganlah kalian berputus asa akan rahmat Allah swt , karena berkat kalian mengikuti aku, Allah swt akan mengampuni dosa-dosa kalian.’ Allah swt tidak akan memaafkan para penyembah berhala dan orang-orang kafir jika mereka tidak beriman dan mengikuti Yang Mulia Rasululllah saw. Dalam ayat tersebut tersirat bahwa para sahaya yang tulus dari Yang Mulia Rasulullah saw akan memperoleh karunia Nur Keimanan, kecintaan dan semangat yang akan menyelamatkan mereka dari segala sesuatu yang menyekutukan Allah swt, dan mereka akan dibebaskan dari dosa-dosa serta dikaruniai dengan kehidupan yang suci di dunia ini, bebas dari kuburan gelap nafsu-nafsu manusiawi. Hal ini diindikasikan dalam sebuah Hadits (Bukhari):
اَنَا اْلحَاشِرُ الَّذِى يَحْشُرُالنَّاسَ عَلَى قَدَمِى
‘Aku adalah yang membangkitkan kembali dan dengan mengikuti aku maka orang-orang akan dibangkitkan.’
“Kitab Suci Al-Quran penuh dengan idiom yang menyatakan bahwa dunia ini sebenarnya sudah mati dan Allah swt Yang Maha Agung telah menghidupkannya kembali dengan menurunkan Yang Mulia Rasulullah saw sebagaimana dinyatakan:
اعلَموا أَنَّ اللَّهَ يُحيِي الأَرضَ بَعدَ مَوتِها ۚ
‘Ketahuilah bahwasanya Allah swt menghidupkan bumi sesudah matinya’ (QS.57 Al-Hadid:18).
“Begitu pula mengenai para sahabat Yang Mulia Rasulullah saw dikatakan:
وَأَيَّدَهُم بِروحٍ مِنهُ
‘Dia telah meneguhkan mereka dengan ilham dari Dia Sendiri’ (QS.58 Al- Mujadilah:23).
“Ilham atau wahyu amat membantu dalam menghidupkan kembali batin seorang manusia dan menyelamatkannya dari kematian rohani serta memberikan seseorang indera yang pasti dan pengetahuan yang murni yang bisa membawa manusia kepada kedekatan dengan Tuhan-nya. Pengetahuan atas mana didasarkan keselamatan rohani tidak bisa didapat begitu saja tanpa kedekatan dengan jiwa yang diberkati rohul kudus. Kitab Al-Quran menegaskan bahwa kehidupan rohaniah hanya mungkin diperoleh dengan cara mengikut pada Yang Mulia Rasulullah saw sedangkan mereka yang menolak beliau sesungguhnya berada dalam keadaan mati.”
“Yang dimaksud dengan kehidupan rohaniah adalah kemampuan intelektual dan indera yang aktif yang dihidupkan oleh Rohul Kudus. Kitab Al-Quran mengemukakan ada enam ratus kaidah Ilahi yang harus diikuti oleh manusia. Sejalan dengan itu maka sayap malaikat Jibril pun terdiri dari enam ratus pula. Sebelum telur kemanusiaan diletakkan di bawah sayap Jibril yang bermakna enam ratus kaidah demikian maka belum atau tidak akan dilahirkan seorang bayi yang sepenuhnya fana kepada Ilahi. Realitas manusia sebenarnya memiliki kapasitas dari enam ratus telur. Seseorang yang enam ratus telurnya dierami oleh enam ratus sayap sifat dari Jibril adalah seorang yang sempurna dengan kelahiran rohaniah yang sempurna dan yang hidupnya menjadi sempurna. Kalau saja manusia mau memperhatikan maka ia akan melihat bahwa kelahiran rohaniah dari telur inti kemanusiaan sebagai hasil dari kepatuhan kepada Yang Mulia Rasulullah saw adalah yang sebenarnya berasal dari rohul kudus dan mereka ini jauh lebih sempurna dan lengkap dibanding anak-anak kerohanian dari Nabi-nabi lainnya. Hal ini di indikasikan dalam ayat:
كُنتُم خَيرَ أُمَّةٍ أُخرِجَت لِلنّاسِ
‘Kamu adalah umat terbaik, dibangkitkan demi kebaikan umat manusia’ (S.3 Ali Imran:111).
(Ayena Kamalati Islam, Qadian, Riyadh Hind Press, 1893; Rohani Khazain, vol. 5, hal. 186-197, London, 1984).
Tulisan ini dikutip dari buku “Inti Ajaran Islam Bagian Pertama, ekstraksi dari Tulisan, Pidato, Pengumuman dan Wacana Masih Mau’ud dan Imam Mahdi, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as”. Neratja Press, hal 211-215, ISBN 185372-765-2