Sekarang aku akan memperjelas apa yang dimaksud dengan buah dari Islam.
Ketika seorang pencari kebenaran Tuhan memutuskan untuk menerima Islam dan seluruh pancainderanya mulai menapaki jalan Allah Yang Maha Kuasa tanpa ada kepura-puraan maka hasil dari upayanya itu akan berbentuk bimbingan Ilahi dalam manifestasi yang lebih tinggi lagi, bebas dari segala hambatan, langsung menuju kepada Wujud-Nya. Berbagai macam berkah akan turun atas dirinya dan semua akidah serta perintah yang tadinya diterima hanya karena mendengar atau diyakini, sekarang dialami sebagai suatu realitas dan kepastian melalui media ru’ya, kasyaf dan wahyu.
Rahasia-rahasia keimanan dan syariah dibukakan kepadanya dan ia diberikan kesempatan untuk melihat kerajaan Ilahi, dan dengan demikian ia mencapai tingkat keyakinan dan pemahaman keimanan yang sempurna. Karunia berkah akan memberi tanda pada lidah, perkataan, tindakan dan semua gerakannya. Ia akan dikaruniai keberanian dan keteguhan yang luar biasa, dan kemampuan pemahamannya akan berkembang ke tingkat yang amat tinggi. Ia akan terbebas dari berbagai hambatan manusiawi seperti kekejian, kekikiran, kecenderungan untuk tersandung, kesempitan pandangan, godaan hawa nafsu, akhlak yang rendah serta semua kegelapan dalam egonya, dan ia akan diisi dengan Nur dari sifat-sifat Ilahi.”
“Dengan demikian ia akan menjalani perubahan total dan seolah-olah mengenakan pakaian dari suatu kelahiran baru. Ia selanjutnya mendengar melalui Allah Yang Maha Kuasa, melihat melalui Dia, bergerak bersama-Nya, berhenti karena Dia, kemarahan dirinya menjadi kemurkaan Allah s.w.t. dan kasih sayang dirinya menjadi kasih dari Dia yang Maha Perkasa.”
“Ketika ia sampai pada taraf demikian maka doa-doanya telah didengar sebagai pertanda bahwa ia itu telah terpilih dan bukan semata-mata sebagai suatu percobaan. Ia akan menjadi bukti eksistensi Allah s.w.t. di muka bumi dan menjadi lambang keamanan dari Tuhan. Langit bergembira atas keadaannya dan berkat dengan nilai yang paling tinggi akan dikaruniakan kepadanya dalam bentuk firman Tuhan yang bebas dari segala keraguan yang akan langsung turun ke hatinya, seperti sinar bulan yang menembus langsung tanpa ada kabut yang menghalangi. Nur tersebut membawa rasa kesenangan yang efektif dan memberikan kepuasan, kenyamanan dan keamanan.
Perbedaan di antara komunikasi dengan Tuhan seperti ini dibanding dengan wahyu adalah wahyu merupakan sumber mata air yang mengalir abadi bagi hamba-hamba Allah s.w.t. yang terpilih. Mereka itu berbicara, melihat dan mendengar bersama Roh Kudus dan segala niat mereka merupakan hembusan nafas Roh Kudus. Sesungguhnya mereka itu menjadi cerminan dan peneguhan dari ayat:
وَما يَنطِقُ عَنِ الهَوىٰ إِن هُوَ إِلّا وَحيٌ يوحىٰ
‘Ia tidak berkata-kata menurut kehendak sendiri. Perkataannya tidak lain melainkan wahyu bersih yang diwahyukan oleh Allah’ (QS.53 An-Najm:4-5).
“Hal itu hanya bisa digambarkan sebagai manifestasi khusus dari Allah Yang Maha Agung yang disampaikan melalui malaikat pilihan. Tujuannya adalah memberikan kesan dari terkabulnya doa-doa yang bersangkutan, atau untuk memberitahukan sesuatu yang baru atau rahasia, atau menyangkut suatu kejadian di masa depan, atau menyampaikan keridhoan atau teguran Ilahi mengenai apa pun, atau juga untuk memberikan kepastian dan pemahaman mengenai suatu hal. Semua itu merupakan firman Ilahi yang dimanifestasikan dalam bentuk percakapan dalam rangka menciptakan pemahaman dan kepuasan. Sulit untuk menjelaskannya lebih lanjut. Semuanya itu berbentuk suara yang datang dari Allah s.w.t. dan diterima dalam bentuk kata- kata yang memberikan kenikmatan penuh dengan berkat, dilambari manifestasi dari keagungan samawi, serta bebas sama sekali dari refleksi atau perasaan dirinya sendiri.”
(Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Ayena Kamalati Islam, Qadian, Riyadh Hind Press, 1893; Ruhani Khazain , vol. 5, hal. 226-233, London, 1984).
“Aku hanya beriman kepada Islam saja sebagai satu-satunya agama yang benar dan menganggap agama-agama lain sebagai kumpulan berkas kepalsuan. Aku meyakini bahwa dengan beriman kepada agama Islam maka curahan Nur mengalir di seluruh tubuhku. Melalui kecintaan kepada Yang Mulia Nabi Muhammad Rasulullah s.a.w. aku telah mencapai tingkat kedekatan samawi yang tinggi, serta terkabulnya doa-doaku yang hanya bisa dicapai oleh seorang pengikut Nabi yang benar Yang Mulia Rasulullah s.a.w. dan bukan dengan cara lain. Kalau umat Hindu dan Kristen atau pun yang lainnya memohon kepada tuhan-tuhan palsu mereka, bahkan sampai mati pun mereka tidak akan pernah mencapai tingkatan tersebut. Aku benar-benar mendengar suara Tuhan, yang bagi orang lain baru menjadi teori saja. Aku telah diperlihatkan dan diberitahukan serta dijadikan menyadari bahwa hanya Islam saja yang merupakan agama yang benar di dunia. Juga diungkapkan kepadaku bahwa semua yang aku terima itu adalah karena berkat dari mengikuti Hadhrat Khatamul Anbiya s.a.w. dan padanannya tidak akan ditemukan pada agama lainnya, karena semua agama itu adalah palsu.”
(Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Ayena Kamalati Islam, Qadian, Riyadh Hind Press, 1893; Ruhani Khazain , vol. 5, hal. 275-276, London, 1984).
“Beribu syukur bagi Allah Yang Maha Kuasa yang telah menganugerahkan kepada kita sebuah agama yang bisa menjadi sarana untuk memperoleh pengetahuan mengenai dan ketakutan kepada Tuhan yang tidak ada padanannya sepanjang masa. Beribu berkah semoga diturunkan kepada Yang Mulia Nabi Suci s.a.w. melalui siapa kita masuk dalam agama ini dan beribu rahmat semoga dilimpahkan kepada para sahabat beliau yang telah mengairi taman ini dengan darah mereka.”
“Islam adalah agama yang demikian diberkati dan dekat dengan Tuhan sehingga orang yang mengikutinya dengan tulus dan mematuhi semua ajaran dan petunjuknya sebagaimana diutarakan dalam Kitab Suci Allah Yang Maha Luhur yaitu Al-Quran, maka ia akan berjumpa Tuhan bahkan dalam kehidupan ini sekarang. Untuk mengenali Tuhan yang tersembunyi dari pandangan dunia di belakang ribuan cadar, tidak ada cara lain kecuali dengan mengikuti ajaran Al-Quran. Al-Quran Suci menuntun kita menuju Allah Yang Maha Perkasa melalui penalaran dan tanda-tanda samawi dengan cara yang mudah. Kitab ini mengandung berkah dan kekuatan magnetis yang akan menarik seorang pencari Tuhan ke arah Wujud- Nya serta memberikan Nur, kepuasan dan kenyamanan.
Seorang yang beriman sepenuhnya kepada Al-Quran tidak hanya akan merenungi bahwa selayaknya ada sosok Pencipta dari alam yang begini indah sebagaimana yang dilakukan para filosof, tetapi ia juga akan memperoleh wawasan batin dan dikaruniai kasyaf mulia yang dilihat dengan keyakinan pandangan bahwa Sang Pencipta itu memang benar ada. Ia yang dikaruniai dengan Nur dari Firman Suci itu tidak hanya akan menerka-nerka saja sebagaimana mereka yang bersandar kepada logika semata bahwa Tuhan itu Esa, tanpa sekutu, tetapi melalui beratus tanda-tanda cemerlang yang menuntunnya keluar dari kegelapan, melihat sebagai suatu kenyataan bahwa Allah s.w.t. memang tidak mempunyai sekutu, baik dalam Wujud-Nya mau pun dalam Sifat-sifat-Nya. Ia akan mampu menunjukkan kepada dunia bahwa ia meyakini Ketauhidan Ilahi. Keagungan dari Ketauhidan Ilahi memenuhi seluruh relung kalbunya sehingga sejalan dengan kehendak Ilahi, ia akan memandang seluruh dunia ini tidak lebih baik daripada melihat serangga mati dan bahkan tidak berarti apa-apa sama sekali.”
(Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Barahin Ahmadiyah, bag. V, Ruhani Khazain , vol. 21, hal. 25-26, London, 1984).