Pidato kepada para tamu Jalsah Salana Jerman 2013
Sudah menjadi kebiasaan bagi Hazrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih V (aba), Pemimpin Jemaat Muslim Ahmadiyah sedunia untuk berpidato di hadapan para hadirin non-Muslim pada hari ke-2 Jalsah Salanah Jamaah Muslim Ahmadiyah Jerman. Selama Jalsah Salanah di Jerman 2013, Huruz berpidato di hadapan lebih dari 1000 tamu termasuk para politisi, guru, profesor universitas, mahasiswa, pengacara dan orang-orang dari berbagai kalangan. Sebelum pidato dari Huzur, beberapa pejabat menyampaikan pidato singkat, termasuk Anggota Parlemen Nasional Jerman Bpk. Kilic, Anggota Parlemen Nasional Makedonia, Dr. Pachemski dan Walikota Heidelberg Dr. Dr. Pachemski mempersembahkan bendera nasionalnya dan sebuah perisai kepada Huzur.
Pidato Utama oleh Hazrat Mirza Masroor Ahmad(aba), Khalifatul Masih V, Pemimpin Jamaah Muslim Ahmadiyah Sedunia pada tanggal 29 Juni 2013.
Setelah membaca Tasyahud, Ta’awwudz dan Bismillah, Hazrat Khalifatul Masih V(aba ) menyampaikan:
Para tamu sekalian – Assalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatohu
Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua tamu yang telah datang dan menghadiri acara Jalsah Salanah (Pertemuan Tahunan) ini. Acara ini, di mana saya berkesempatan untuk berbicara kepada teman-teman non-Ahmadi, telah menjadi ciri khas Jalsah Salana Jerman.
Karena mayoritas dari Anda adalah non-Muslim, topik yang saya pilih untuk dibicarakan hari ini adalah pandangan Islam tentang Tuhan. Tidak ada cukup waktu untuk membahas topik ini secara mendalam, namun demikian, saya akan mencoba untuk menjelaskan sifat-sifat Tuhan yang mendasar menurut kepercayaan Islam yang benar. Alasan saya memilih topik ini adalah karena ketika ajaran Islam tentang Tuhan menjadi jelas, maka otomatis berbagai keraguan atau keberatan tentang Islam akan hilang.
Ada kesan umum di dunia saat ini bahwa Tuhan yang ditampilkan oleh Islam sangat kejam dan mendominasi. Tuhan dianggap melakukan pemaksaan, dan satu-satunya tugas Tuhan adalah memberikan hukuman dan memasukkan orang ke neraka. Bahkan pada umumnya menganggap bahwa Tuhan dalam Islam pasti akan menghukum setiap kesalahan atau dosa, tidak peduli dosa kecil ataupun yang bersifat remeh. Padahal anggapan ini sepenuhnya salah dan keliru.
Tuhan yang kami sembah dan yang kami yakini memiliki semua kekuatan sepenuhnya berdaulat, karenanya Dia memiliki kekuatan untuk melakukan apa pun. Pada saat yang sama, Dia adalah Maha Penyayang. Oleh karena itu dalam Al-Qur’an, Allah memberikan kabar gembira kepada manusia bahwa rahmat dan kasih sayang-Nya meliputi segala sesuatu. Hal ini tertulis dalam Surah 7 ayat 157.
Dalam ayat lain Allah berfirman bahwa orang-orang zalim dan melampaui batas terhadap diri mereka sendiri tidak boleh berputus asa (dari rahmat Allah). Dalam ayat ini menjelaskan bahwa Allah mengampuni semua dosa, karena Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS 39:54). Di tempat lain Allah telah berfirman bahwa seandainya bukan karena Rahmat dan kasih sayang-Nya, maka akibat perbuatan buruk dan fitnahan-fitnahan mereka, azab yang besar akan menimpa penduduk dunia. (QS. 24:15) Contoh lain dari kasih sayang Allah yang tak terbatas adalah Dia berfirman bahwa pahala dari perbuatan baik akan dilipatkgandakan sepuluh kali lipat dari nilai perbuatan tersebut, sedangkan hukuman untuk perbuatan jahat hanya sebesar perbuatan jahat itu.
Beberapa contoh ini menggambarkan sifat hakiki Tuhan dalam Islam. Apakah contoh-contoh ini memberikan gambaran tentang Tuhan yang kejam dan tiran, atau justru menunjukkan Tuhan yang penuh kebajikan, belas kasih dan kasih sayang? Dan sesungguhnya, ada banyak sekali ayat-ayat di dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang Rahmat, Kasih Sayang dan Kebajikan Tuhan. Saya hanya memberikan beberapa contoh saja.
Tentu saja, Islam memang menetapkan bahwa siapa pun yang melakukan perbuatan baik, atau sebaliknya siapa pun yang melakukan dosa, akan diberi pahala atau hukuman yang setimpal. Tidak mungkin satu orang yang melakukan suatu perbuatan, namun orang lain yang harus mempertanggungjawabkannya. Dalam sistem hukum duniawi, kita tidak akan pernah mentolerir atau menerima prinsip pengalihan tanggung jawab di mana satu orang akan dihukum karena kesalahan orang lain. Jadi, bagaimana kita dapat menerima bahwa dalam Sistem Hukum Allah, satu orang dapat dihukum atas kejahatan orang lain? Keadilan dan kebijaksanaan Tuhan sama sekali tak tertandingi dan dan berada di luar jangkauan akal, kebijaksanaan, dan keadilan manusia. Jadi, bagaimana mungkin kita dapat membayangkan bahwa Tuhan dapat membuat keputusan yang tidak memiliki keadilan dan kebijaksanaan atau lebih rendah daripada keputusan yang dibuat oleh umat manusia?
Tentu saja, jika sebuah keputusan dikaitkan dengan Tuhan bahwa suatu kejahatan dilakukan oleh satu orang tetapi hukumannya ditimpakan kepada orang lain, maka kita tidak punya pilihan lain selain menganggap Tuhan itu kejam dan tidak adil. Sebagai contoh; seorang anak berbuat dosa tetapi ayahnya yang menanggung hukumannya. Tuhan yang melakukan kesalahan keadilan seperti itu harus dianggap sebagai tuhan yang tidak adil dan pendendam. Namun, Tuhan Islam benar-benar bebas dari segala bentuk ketidakadilan dan kekejaman; sebaliknya, Dia telah mengatakan bahwa rahmat dan kasih sayang-Nya sangat luas dan luas jangkauannya dan karena sifat-sifat ini, Dia adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.
Lebih jauh lagi, saya harus menjelaskan bahwa Allah dalam Islam adalah Ia yang merupakan ‘Malik’. Dan seorang Malik (Penguasa) memiliki hak untuk mengampuni hamba-hambanya. Setelah kita memahami poin ini, maka tidak ada lagi keberatan yang dapat diajukan pada Allah atau Islam, mengapa Allah mengampuni dan lebih jauh lagi, mengapa Dia menyelimuti manusia dengan jubah Rahmat dan Pengampunan-Nya.
Melalui contoh-contoh yang telah saya sajikan dari Al-Qur’an, saya telah membuktikan bahwa kritik yang disampaikan oleh orang-orang tertentu tentang pandangan Islam terhadap Tuhan tidak lain merupakan kesalahpahaman dan kekeliruan. Anggapan keliru tersebut muncul karena kurangnya pengetahuan atau karena keinginan untuk memfitnah dan mendiskreditkan Islam.
Seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya, sekarang saya akan membahas tentang beberapa Sifat Allah yang telah disebutkan dalam surah pertama Al-Qur’an, yang diucapkan oleh seorang Muslim dalam setiap salat wajib maupun salat sunnah. Saya tidak akan dapat menjelaskan hal ini secara mendalam, tetapi setidaknya saya akan memberikan gambaran umum tentang sifat-sifat dasar ini.
Surah pertama Al-Qur’an (yaitu Al-Fatihah) menyatakan bahwa ‘Tuhanmu adalah Allah,’ dan arti dari ‘Allah’ adalah Wujud Tertinggi yang merupakan pemilik dari semua sifat-sifat yang sempurna, yang sepenuhnya bebas dari segala cacat dan kekurangan. Dia adalah Pemilik Tunggal dari semua sifat dan kualitas yang bisa dibayangkan manusia. Selain itu, Dia juga memiliki sifat-sifat yang tak terhitung jumlahnya yang tidak dapat dipahami oleh manusia karena keterbatasan pemahaman mereka. Kata ‘Allah’ adalah nama yang khas yang hanya dapat digunakan untuk menggambarkan Wujud Sempurna yang tidak hanya bebas dari segala kekurangan dan potensi kekurangan, tetapi juga memiliki semua sifat dan karakteristik yang sempurna. Ketika kita menyatakan bahwa Allah itu ‘Sempurna’, hal itu didasarkan pada kenyataan, karena definisi kesempurnaan itu sendiri didasarkan pada dua sifat dasar.
Pertama, agar sesuatu dapat dianggap sempurna, keindahan dan penampilannya haruslah benar-benar sempurna dan tanpa cacat. Kedua, jika sesuatu atau seseorang mengklaim dirinya sempurna, maka ia haruslah memiliki kebaikan dan kemurahan hati yang tak tertandingi terhadap orang lain. Maka kita mendapati bahwa keagungan dan keindahan segala sesuatu di langit dan bumi sebenarnya merupakan tampilan keindahan Allah dan nikmat-nikmat-Nya kepada ciptaan-Nya, dan dengan demikian merupakan bukti kesempurnaan-Nya. Ketika kita mengamati pahala dan nikmat yang telah Allah berikan kepada umat manusia, hal ini secara alamiah menuntun kita untuk bersyukur atas kebaikan dan nikmat-Nya kepada kita.
Sifat Robbul ‘Aalamiin
Al-Qur’an lebih lanjut mengatakan bahwa keagungan, kebaikan dan keindahan Allah tidak ada bandingannya. Salah satu sifat Allah yang paling penting dan mendasar adalah Dia adalah Robbul ‘aalamiin (Tuhan semesta alam). Ini berarti bahwa Dia adalah Tuhan yang memelihara dan menopang semua orang. Dia memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan dan menyediakan sarana kehidupan bagi semua orang, tanpa diskriminasi dalam bentuk apa pun.
Tuhan, menurut Islam, adalah Tuhan bagi seluruh dunia. Dia adalah Tuhan bagi umat Islam yang menyediakan perbekalan dan makanan bagi mereka. Dia juga Tuhannya orang Kristen dan Yahudi, di mana Dia menyediakan semua yang mereka butuhkan di dunia ini. Dia juga Tuhan bagi umat Hindu, Sikh dan orang-orang dari semua agama dan kepercayaan sehingga Dia telah menganugerahi mereka semua dengan sarana kehidupan dan rezeki. Tuhan bahkan menyediakan bagi mereka yang tidak percaya kepada-Nya atau kepada orang yang percaya bahwa apa pun yang mereka miliki adalah hasil dari usaha mereka sendiri atau karena kemajuan ilmu pengetahuan.
Namun, seorang Muslim sejati percaya bahwa kemajuan ilmu pengetahuan juga merupakan hasil langsung dari anugerah dan berkah Allah, yang telah menetapkan hukum alam-Nya, yang memungkinkan buah dari kerja keras dan penelitian dapat dipetik. Dan karena hukum alam Tuhan, siapa saja yang berusaha maka ia akan mendapatkan imbalan atas usahanya. Inilah Tuhan yang telah menanamkan dalam diri manusia berbagai kemampuan dan kapasitas sehingga ia dapat mengambil bagian dan mendapatkan manfaat dari berkat dan karunia Tuhan.
Tuhan dalam Islam telah berfirman bahwa sebagaimana Dia telah menyediakan makanan dan minuman untuk memenuhi kebutuhan manusia, Dia juga telah menyediakan obat dan penyembuhan untuk melindungi mereka. Dia telah menempatkan obat untuk beberapa penyakit dan gangguan kesehatan dalam hal-hal tertentu untuk kepentingan kita dan ada saat-saat di mana Allah sendiri yang memberikan obat tersebut. Pada saat-saat seperti itu, sistem ‘upaya dan penelitian’ Tuhan tidak bekerja, tetapi Tuhan sendiri yang secara langsung membimbing dalam kasus-kasus seperti itu.
Izinkan saya memberikan satu contoh. Beberapa waktu yang lalu seorang wanita Ahmadi didiagnosa menderita kanker rahim. Para dokter mengatakan bahwa penyakitnya sudah parah dan tidak ada obatnya. Bahkan, mereka mengatakan bahwa ia hanya memiliki waktu yang sangat singkat untuk hidup dan dengan demikian ia harus pulang ke rumah dan melakukan persiapan terakhirnya. Terlepas dari prognosis yang diberikan oleh para dokter, sekembalinya ke rumah dia diperlakukan dengan cara yang sangat menakjubkan oleh Tuhan yang memberinya hidup dan menyediakan segala yang dibutuhkannya.
Suatu malam dalam sebuah mimpi, ia melihat sebuah semak yang tumbuh di daerah Pakistan di mana ia pernah tinggal. Dalam mimpi itu ia melihat semak itu muncul di hadapannya dan sebuah suara memancar darinya dan berkata, “Akulah obatmu – jadi, gunakanlah aku.” Ini adalah suara dari semak tersebut. Sebagai hasil dari mimpi tersebut, ia menggunakan semak tersebut sebagai obat dan dengan Rahmat Allah, kankernya sembuh total. Para dokternya, yang telah putus asa, sangat terkejut dan mengatakan bahwa hal tersebut merupakan sebuah keajaiban yang nyata. Wanita itu, yang telah disembuhkan oleh Allah Ta’ala sendiri, memberitahu salah seorang dokter Ahmadi kita tentang kasusnya dan sejak itu para dokter dan ahli medis Ahmadi mulai meresepkan tanaman ini untuk kanker payudara dan kanker rahim. Dengan karunia Allah Ta’ala, hasilnya sangat positif dan begitu banyak wanita yang telah diselamatkan dari penyakit-penyakit yang mengerikan ini. Salah satu dokter Ahmadi kita yang tinggal di Inggris sedang melakukan penelitian terhadap tanaman ini dan dengan karunia Allah, hasilnya hingga saat ini cukup menjanjikan.
Ini adalah cara Tuhan memelihara umat manusia dan cara Dia melindungi Makhluk-Nya. Demikian pula, ada banyak hal lain yang tak terhitung jumlahnya yang dimanfaatkan oleh umat manusia. Baik udara yang kita hirup, air yang kita minum atau cahaya siang atau malam – semua hal ini dan masih banyak lagi telah disediakan oleh Tuhan untuk seluruh umat manusia. Bahkan, semua itu tidak hanya disediakan untuk manusia, tetapi juga untuk semua ciptaan Tuhan.
Jadi, inilah sifat Allah yang pertama kali disebutkan dalam surah pertama Al-Qur’an. Ketika seorang Muslim sejati mempelajarinya, di satu sisi, ia secara alamiah mengungkapkan rasa syukurnya atas karunia dan nikmat yang telah Allah sediakan sebagai sumber kehidupan bagi umat manusia, ia juga memperoleh wawasan tentang fakta bahwa Tuhan Islam adalah Tuhan bagi semua orang dan Dia menyediakan sarana kehidupan bagi semua orang tanpa memandang agama. Seorang Muslim sejati akan menyadari bahwa semua manusia dan semua makhluk hidup adalah bagian dari Ciptaan Tuhan. Itulah sebabnya mengapa setiap Muslim memiliki kewajiban untuk menjaga dan bersikap baik kepada semua orang dan selalu memikirkan bagaimana mereka memberi manfaat bagi umat manusia.
Jadi, dapat Anda lihat bahwa pemahaman dan penghayatan yang sungguh-sungguh akan makna Sifat Tuhan sebagai Robbul ‘aalamiin akan memotivasi seorang Muslim sejati untuk hidup sesuai dengan prinsip Tuhan untuk semua orang. Dengan memahami hal ini, seorang Muslim dapat mengetahui bahwa adalah kewajibannya untuk melayani umat manusia dan memberi manfaat bagi setiap orang, bahkan bagi seluruh ciptaan Tuhan. Inilah mengapa kami menggunakan slogan Love for Allah, Hatred for None (Cinta Untuk Semua, Kebencian tidak untuk Siapa pun).
Sifat Allah Ar-Rahman
Sekarang saya akan menyampaikan sifat Allah yang kedua, yang telah Allah jelaskan kepada kita. Selain sebagai Robbul ‘Aalamiin, Allah juga bersifat Ar-Rahman (Maha Pemurah). Di dalam Al-Qur’an, Allah telah berfirman bahwa orang-orang yang tidak percaya akan keberadaan Tuhan bertanya kepada orang-orang Islam: “Siapakah Tuhan yang Maha Pemurah yang kamu maksud?” Sebagai jawabannya, Al-Qur’an mengatakan bahwa mereka harus diberi tahu bahwa Tuhan yang Maha Pemurah adalah Dia yang menjadi sumber keberkatan dan dari-Nya segala kebaikan terpancar.
Tuhan yang Rahman-lah yang telah menciptakan alam semesta dan di dalamnya, Dia telah menciptakan matahari, bulan, bintang-bintang dan planet-planet. Semua ini telah diciptakan bukan hanya untuk kepentingan orang-orang Islam, melainkan untuk semua makhluk hidup, tanda diskriminasi atau prasangka. Orang-orang yang memahami semua ini, yang benar-benar beriman kepada Allah Ar-Rahman dan memahami cakupan kebaikan dan kebajikan-Nya, akan diliputi oleh rasa syukur kepada-Nya. Orang-orang seperti itu akan berjalan di bumi dengan kerendahan hati yang luar biasa dan hidup dengan cara yang baik dan ramah. Mereka tidak menyebabkan kerugian atau penderitaan bagi siapa pun, dan jika orang lain mendekati mereka dalam kemarahan atau dengan cara yang kasar, mereka membalasnya dengan cara yang bermartabat, dengan kedamaian dan kasih sayang. Mereka akan menanggapi cacian dan makian hanya dengan doa sehingga mereka mengembangkan kualitas-kualitas di dalam diri mereka yang mencerminkan Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Dengan kata lain, mereka berusaha untuk memberi manfaat dan berbuat baik kepada semua orang.
Saya telah menjelaskan sebelumnya bahwa Rahmat dan Karunia Tuhan sungguh sangat luas, dan dengan cara yang sama, mereka yang percaya kepada-Nya juga mewujudkan kebaikan dan kasih sayang yang besar. Dan memang seharusnya demikian.
Sifat Allah Ar-Rahim
Sifat dasar Tuhan yang ketiga yang disebutkan dalam Al-Qur’an adalah sifat Ar-Rahim (Penyayang). Sementara Sifat Rahmah Allah artinya berkat dan kebajikan-Nya diberikan secara merata kepada semua orang, sifat Rahim-Nya diberikan kepada manusia berdasarkan perilaku masing-masing. Sebagai Tuhan Rahim Allah memberikan ganjaran terbaik bagi mereka yang mengikuti perintah-Nya. Allah Ta’ala memberikan ganjaran kepada setiap orang yang berjuang dan berusaha di jalan kebaikan dengan hasil yang terbaik atas usahanya.
Sebagai Tuhan penuh simpati dan kebaikan, Dia mengabaikan dan menutupi segala kekurangan usaha seseorang dan tidak menyia-nyiakan usaha mereka, melainkan Dia menghargai dan mengganjarnya. Jika seseorang memiliki ikatan yang kuat dengan Tuhan, Dia akan membalasnya dengan cara-cara yang benar-benar ajaib dan dengan menjawab doa-doanya Dia akan memperlihatkan mukjizat.
Kami, para Muslim Ahmadi, tidak dipungkiri selalu menyaksikan mukjizat-mukjizat Tuhan. Sebagai contoh, ada banyak kejadian di mana para dokter telah putus asa dan mengatakan bahwa seorang pasien pasti akan meninggal, namun ketika para Ahmadi bersujud di hadapan Tuhan dan memohon Rahmat-Nya, hal itu justru membuat orang-orang kembali sembuh dan pulih seperti sedia kala. Saya telah memberikan satu contoh sebelumnya ketika saya menyebutkan seorang wanita Ahmadi yang menderita kanker. Ketika kasus-kasus seperti itu terjadi, hal itu selalu membuat para dokter tercengang dan mereka mengakui bahwa kesembuhannya merupakan mukjizat. Dalam hal ini, kita memiliki keyakinan yang kuat terhadap mukjizat Tuhan dan inilah Tuhan yang Hidup yang dihadirkan oleh Islam. Konsep Penyayang inilah yang menjadi alasan mengapa kita diselamatkan dari keraguan akan iman kita kepada Tuhan. Dengan menjawab doa-doa kita, Tuhan sendirilah yang menguatkan iman dan keyakinan kita akan keberadaan-Nya.
Sifat Allah Malik
Sifat dasar Tuhan yang keempat menurut Islam adalah Allah bersifat Malik [Penguasa Hari Penghakiman]. Dia adalah penguasa atas hukuman dan pahala. Sifat ini tidak hanya berkaitan dengan penghakiman Tuhan di akhirat, tetapi bahkan dalam kehidupan ini pun ada pahala dan hukuman dari Tuhan. Manusia pasti akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya di kehidupan yang akan datang. Mereka akan diberi pahala atas perbuatan baik mereka dan dihukum atas kesalahan mereka.
Dalam sistem penghakiman duniawi, konsep balasan dan hukuman tampaknya didasarkan pada prinsip kesetaraan mutlak. Namun, Islam mengajarkan bahwa karena Allah adalah Penguasa segala sesuatu, Dia tidak terikat oleh hukum yang harus menghukum setiap perbuatan buruk. Bahkan, ketika sifat-sifat Allah yang lain seperti Rahman dan Rahim ikut berperan, Dia dapat mengampuni sepenuhnya seseorang sebagai balasan atas satu tindakan kebaikan.
Contoh dari unsur kebaikan Allah ini diriwayatkan dalam sebuah hadis Rasulullah(saw) di mana beliau mengatakan bahwa suatu ketika seseorang telah membunuh 100 orang dan setelah melakukan hal itu akhirnya bertobat atas dosa-dosanya. Dia tulus dalam penyesalannya dan kemudian dia pergi untuk mencari pertobatan yang sejati, namun pada saat itu dia meninggal dunia. Namun demikian, Allah senang dengan tindakan pertobatan terakhirnya dan mengampuninya atas semua pembunuhan yang telah dilakukannya, dan memasukkannya ke dalam Surga.
Dalam hal ini, Kedaulatan Allah dan keberadaan-Nya sebagai ‘Malik‘ mulai berlaku. Dengan cara yang sama, dalam kehidupan ini, Allah mengabaikan banyak kesalahan atau kekeliruan yang dilakukan oleh manusia dan menyelamatkannya dari dampak buruk dan bahaya yang terkait dengan tindakan-tindakan tersebut. Bahkan, karena Rahman dan Rahim-Nya, terkadang Allah memberikan hasil yang baik dan bermanfaat dari kesalahan-kesalahan tersebut. Inilah perbedaan antara Hukum Allah dan hukum buatan manusia, karena di dalam hukum buatan manusia, dosa dan perbuatan salah hanya akan berujung pada sanksi.
Oleh karena itu, sebagai kesimpulan, Allah telah menyebutkan empat Sifat dasar Tuhan ini dalam Al-Qur’an sebagai bukti keberadaan-Nya, sehingga kita diperintahkan untuk menyembah Tuhan yang memiliki sifat-sifat ini. Ketika penyembahan yang tulus kepada Allah yang memiliki sifat-sifat sempurna ini dilakukan, seseorang akan mengalami mukjizat-mukjizat rohaniah Allah dengan cara yang benar-benar baru.
Saya juga harus menyampaikan bahwa Allah telah memerintahkan Mukmin hakiki untuk berusaha mengembangkan sifat-sifat ini di dalam diri mereka. Jadi, di satu sisi seorang Muslim sejati mengembangkan ikatan yang kuat dengan Allah, ia juga menjadi sarana membangun perdamaian dan keharmonisan di dunia.
Dengan kata-kata ini, saya berharap dan berdoa agar pada tingkat tertentu Anda dapat belajar dan memahami konsep Tuhan yang sebenarnya dalam Islam. Pada akhirnya, izinkan saya sekali lagi mengucapkan terima kasih kepada Anda semua yang telah bergabung dengan kami hari ini. Semoga Allah memberkati Anda semua. Terima kasih banyak.”
Sumber: Alislam.org – The Four Fundamental Attributes of God
Penerjemah: Attiyatul Mujeeb Yuda