Bentuk lain dari ibadah adalah naik Haji ke Mekah. Pelaksanaan ibadah Haji tidak asal sebagai pelaksanaan formalitas berangkat ke Tanah Suci berbekal uang yang diperoleh secara halal atau tidak halal dan setelah melaksanakan tawaf serta ritual lainnya yang ditetapkan berdasar petunjuk yang menjadi pemelihara Ka’bah, lalu pulang membual dan menyombongkan diri bahwa ia telah melaksanakan ibadah Haji. Tujuan ibadah Haji sebagai¬mana diinginkan Allah taala tidak akan dapat dicapai dengan cara demikian itu. Hakikat daripada tahap terakhir perjalanan seorang pencari kebenaran adalah menarik diri sepenuhnya dari segala tuntutan dan nafsu egonya serta menenggelamkan diri sepenuhnya dalam kasih Allah taala dan pengabdian kepada-Nya.
Tawaf di sekeliling Ka’bah menggambarkan secara visual bentuk pengorbanan dari seorang pecinta sejati yang bersedia mengorbankan jiwa dan kalbunya. Sebagaimana ada sebuah Rumah Allah di bumi ini, begitu juga ada sebuah lagi yang ada di surga. Sampai seseorang bisa menyelesaikan tawaf mengitari Rumah Allah yang di surga maka tawafnya mengitari Rumah Allah di bumi belum bisa dianggap sempurna.
Mereka yang melaksanakan tawaf mengitari Rumah Allah yang di bumi, melakukannya dengan melepaskan semua pakaian dan hanya menyisakan selebar kain ihram untuk menutup tubuhnya, tetapi mereka yang bertawaf di sekitar Rumah Allah di surga malah melepaskan seluruh penutup tubuh hanya karena demi Allah yang disembahnya. Tawaf merupakan tanda dari para pecinta Tuhan. Mereka berputar di sekeliling Ka’bah seolah-olah mereka tidak lagi memiliki keinginan pribadi dan hanya mengabdi sepenuhnya kepada Wujud-Nya.
Khalid, A.Q (Penerjemah). 2017. Inti Ajaran Islam Bagian Kedua, Ekstrak dari Tulisan, Pidato, Pengumuman dan Wacana Masih Mau’ud dan Imam Mahdi, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. Jakarta: Neratja Press, hal. 297