Istighfar dan Tobat adalah dua hal yang terpisah. Dari satu sudut pandang, istighfar didahulukan sebelum pertobatan karena istighfar merupakan permohonan bantuan dan kekuatan dari Allah sedangkan Tobat berarti berdiri di atas kakinya sendiri.
Sudah menjadi Sunatullah, ketika seorang manusia memohon bantuan kepada-Nya, Dia akan menganugerahkan kekuatan dan dengan kekuatan itu si pemohon akan mampu berdiri di atas kakinya sendiri guna melakukan suatu hal yang baik yang disebut sebagai “berpaling kepada Tuhan.” Keadaan ini merupakan akibat alamiah dari istighfar. Dianjurkan kepada para pencari agar mereka memohonkan kekuatan kepada Allah dalam segala keadaan. Sebelum ia mendapatkan kekuatan dari Tuhan-nya, seorang pencari tidak akan bisa melakukan apa pun.
Kekuatan melakukan pertobatan didapat setelah istighfar. Tanpa adanya istighfar maka fitrat pertobatan tidak berfungsi. Jika kalian mengikuti istighfar dengan pertobatan, maka hasilnya akan sebagaimana dinyatakan dalam ayat:
يُمَتِّعكُم مَتاعًا حَسَنًا إِلىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى
“Dia akan menganugerahkan barang-barang perbekalan yang baik sampai saat yang ditentukan.” (QS. 11, Hud: 4).
Demikian itulah cara Ilahi dimana mereka yang melakukan pertobatan setelah istighfar akan memperoleh keluhuran derajat yang mereka dambakan. Setiap indera mempunyai keterbatasan dalam mencapai keluhuran derajat karena tidak setiap orang bisa menjadi Nabi, Rasul, Siddiq atau pun Syahid. (Malfuzat, vol. II, hal. 68-69).
Istighfar adalah Suatu Olah Rohani
وَأَنِ استَغفِروا رَبَّكُم ثُمَّ توبوا إِلَيهِ
“Supaya kamu minta ampunan kepada Tuhan-mu, kemudian kembalilah kepada-Nya.” (QS. 11, Hud: 4).
Ingatlah bahwa umat Islam telah dikaruniai dengan dua hal yaitu, pertama adalah cara memperoleh kekuatan, dan yang kedua ialah penampakan kekuatan yang telah diperoleh tersebut. Istighfar merupakan cara untuk mendapatkan kekuatan, atau dengan kata lain mencari bantuan. Para kaum Sufi menyatakan bahwa sebagaimana kekuatan jasmani dapat ditingkatkan melalui olah jasmani, begitu pula istighfar sebagai suatu olah rohani. Cara demikian itulah yang harus dilakukan jika jiwa ingin mendapatkan kekuatan dan hati memperoleh keteguhan. Mereka yang menginginkan kekuatan, harus selalu beristighfar. (Malfuzat, vol. II, hal. 67).
Gerbang Rahmat Ilahi Tidak Pernah Tertutup
Pintu gerbang rahmat dan kasih Ilahi tidak pernah ditutup. Siapa pun yang berpaling kepada-Nya dengan hati yang tulus dan lurus, maka Dia bersifat Maha Pengampun dan Maha Penyayang serta menerima pertobatan. Adalah suatu kedurhakaan mempertanyakan berapa banyaknya pendosa yang akan diampuni Allah Swt. Khazanah rahmat-Nya tidak mengenal batas. Dia tidak berkekurangan apa pun dan gerbang- gerbang menuju kepada-Nya tidak dihalangi. Barangsiapa yang tiba di hadirat-Nya akan mencapai derajat tinggi. Semua itu merupakan janji yang hakiki. Seseorang yang berputus-asa akan Tuhan Yang Maha Kuasa dimana maut di akhir hayatnya tiba dalam keadaan ia sedang tidak menyadari, adalah orang yang amat sial karena ia akan menemukan pintu rahmat dalam keadaan terhalang oleh dirinya sendiri. (Malfuzat, vol. III, hal. 296-297).
Ada orang-orang yang memang menyadari apa yang namanya dosa, tetapi juga ada orang yang tidak mengenal apakah itu. Karena itulah Allah Swt telah mengajarkan istighfar dalam segala situasi agar manusia menyibukkan dirinya dengan beristighfar guna memelihara dirinya dari segala dosa, baik yang bersifat internal atau pun eksternal, apakah disadari atau pun tidak. Sepatutnya setiap manusia selalu memintakan ampun untuk segala macam dosa, baik yang dilakukan tangan, kaki, lidah, hidung, telinga atau pun mata. Kita ini sebaiknya berdoa sebagaimana doa Adam as yaitu:
رَبَّنا ظَلَمنا أَنفُسَنا وَإِن لَم تَغفِر لَنا وَتَرحَمنا لَنَكونَنَّ مِنَ الخاسِرينَ
“Wahai Tuhan kami, kami telah berlaku aniaya terhadap diri kami dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak mengasihani kami, niscaya kami akan termasuk orang-orang merugi.”(QS. 7, Al-Araf: 24).
Doa ini telah dikabulkan. Janganlah hidup tanpa kesadaran. Mereka yang selalu sadar akan diselamatkan dari musibah yang berada di luar kemampuan dirinya memikul. Tidak akan ada kesialan menimpanya tanpa perintah Tuhan. Karena itulah aku telah diajari sebuah doa melalui sebuah wahyu:
Robbi kullu syai’in khoodimuka, robbi fahfadznii, wanshurnii, warhamnii
“Ya Tuhan-ku, segalanya adalah khadim dan tunduk kepada-Mu, karena itu ya Tuhan-ku jagalah aku, tolonglah aku dan kasihanilah aku.” (Malfuzat, vol. IV, hal. 275-276).
Ketidak-acuhan sering muncul karena sebab-sebab yang tidak diketahui. Terkadang tanpa disadari seseorang, hatinya tiba-tiba dipenuhi karat dan kegelapan. Karena itulah perlu selalu beristighfar. Dengan cara itu bisa dihindari kalbunya dijangkiti noda karat dan kegelapan.
Umat Kristiani beranggapan bahwa istighfar menunjukkan si pelakunya telah melakukan suatu dosa. Padahal hakikat daripada istighfar adalah sebagai penjagaan agar manusia tidak melakukan dosa. Bila istighfar bermakna sebagai permohonan ampun atas dosa yang telah dilakukan, lalu istilah apa yang akan digunakan untuk menekan kecenderungan dosa di masa depan?
Semua Nabi-nabi memerlukan istighfar. Tambah rajin seseorang ber istighfar akan menjadi tambah suci kalbunya. Makna hakiki daripada istighfar adalah Tuhan telah menyelamatkan dirinya. Menyebut seseorang suci mengandung arti bahwa yang bersangkutan telah diampuni. (Malfuzat, vol. IV, hal. 255).
Keselamatan Berkat Rahmat Ilahi
Karena itu bangkitlah dan bertobat serta menangkan keridhaan Ilahi melalui amal saleh. Ingatlah bahwa hukuman bagi keimanan yang keliru akan diterima di akhirat. Apakah seseorang itu Hindu, Kristen atau pun Muslim akan ditentukan di Hari Penghisaban nanti. Namun orang- orang yang melampaui batas dalam melakukan pelanggaran, kedurhakaan dan kekejian, akan menerima hukumannya di dunia ini juga. Orang-orang seperti itu tidak akan mungkin lolos dari hukuman Tuhan.
Dengan demikian bergegaslah kalian mencari keridhoan Ilahi dan buatlah perdamaian dengan Tuhan-mu sebelum datang hari yang mengerikan yang telah diwartakan oleh para Nabi. Dia itu sesungguhnya Maha Pemurah. Berdasarkan satu saat saja pertobatan yang melumatkan hati, Dia bisa mengampuni dosa-dosa sepanjang rentang waktu lebih dari tujuhpuluh tahun. Jangan pernah mengatakan bahwa pertobatan tidak akan diterima. Ingatlah bahwa kalian bukan diselamatkan oleh apa yang kalian lakukan. Adalah rahmat Ilahi yang menyelamatkan kalian dan bukan hasil perbuatan kalian sendiri. “Ya Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, karuniakan kepada kami rahmat-Mu. Kami ini adalah hamba- Mu semata dan kami bersujud di hadirat-Mu. Amin.” (Khutbah Lahore, Lahore, Rifahi Aam Steam Press, 1904: Ruhani Khazain, vol. 20, hal. 174, London, 1984).
Sumber: Inti Ajaran Islam Bagian Kedua, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Neratja Press, 2017, hlm. 223-230