Kasih Sayang dan Cinta Rasulullah yang Tak Tertandingi
Pidato kepada tamu non-Muslim di Jalsah Salanah Belanda
Pada Hari ke-2 Jalsah Salanah (Pertemuan Tahunan) Jamaah Muslim Ahmadiyah Belanda pada tanggal 19 Mei 2012, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad (aba), Khalifatul Masih V, Penerus Kelima dari Hadhrat Masih Mau’ud (as) dan Pemimpin Jamaah Muslim Ahmadiyah sedunia, menyampaikan pidato di hadapan sekitar 120 tamu non-Muslim. Para tamu termasuk Henmen, Wali Kota Nunspeet, dan H. Van Bommel, Anggota Parlemen dari Partai Sosialis. Di bawah ini kami sajikan salinan pidato utama yang disampaikan oleh Hadhrat Mirza Masroor Ahmad (aba).
Setelah membaca Tasyahud, Ta’awudz dan Bismillah, Hadhrat Khalifatul Masih V (aba) mengatakan:
“Seluruh hadirin yang terhormat, Assalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuhu“
Hari ini, Amir Nasional Jamaah Muslim Ahmadiyah Belanda meminta saya untuk berbicara di hadapan Anda sekalian, para sahabat kami. Memang ini pertama kalinya saya mendapat kesempatan di Belanda untuk berbicara langsung dengan orang-orang yang bukan anggota Komunitas kami.
Saya yakin Anda semua datang ke sini dengan harapan bahwa saya akan berbicara kepada Anda tentang ajaran Islam yang hakiki, dan memang ini akan menjadi fokus utama pidato saya. Namun sebelum itu, saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan terima kasih kepada Anda semua yang telah menerima undangan acara kami ini. Rasa terima kasih ini sangat beralasan mengingat kalian telah hadird ke sini walaupun menganut agama atau keyakinan berbeda. Alasan lain mengapa saya sangat berterima kasih kepada Anda semua adalah selama beberapa tahun terakhir terdapat kelompok-kelompok tertentu di Belanda yang menampilkan gambaran Islam yang sangat menyeramkan; tetapi Anda memilih untuk menerima undangan acara yang diselenggarakan oleh komunitas Muslim dan mendengarkan sudut pandangnya, tentu hal ini menunjukkan dan membuktikan tingginya tingkat toleransi, keluasan pikiran, dan keterbukaan hati Anda.
Anda telah menunjukkan pola pikir yang benar-benar adil, yang mana kalian tidak hanya mempercayai rumor dan propaganda yang tidak berdasar, Anda sekalian malah memilih untuk datang dan menyaksikan sendiri serta menilai fakta sebenarnya. Saya memuji sikap kalian ini, karena sikap inilah yang dapat menegakkan tuntutan keadilan, dan meletakkan dasar bagi perdamaian, keamanan, dan rekonsiliasi. Inilah sebabnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menasihati umat Islam agar mereka tidak hanya menerima begitu saja rumor dan desas-desus, namun harus berusaha memverifikasi apa yang telah mereka dengar sebelum membentuk opini. Jika seseorang gagal melakukan hal ini dan mempercayai semua yang didengarnya tanpa penyelidikan apa pun, hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman dan dendam. Kesalahpahaman seperti ini pada gilirannya dapat menyebabkan kekacauan dan perselisihan. Oleh karena itu, hal yang tampaknya sepele dan tidak penting ini berpotensi menyebabkan rusaknya perdamaian di masyarakat. Mengingat semua ini, saya sangat senang Anda telah bergabung dengan kami hari ini.
Sungguh kehadiran Anda merupakan cerminan dari standar moral yang tinggi. Oleh karena itu, yang pertama dan terpenting, adalah kewajiban saya untuk mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Anda semua karena telah menunjukkan nilai-nilai positif dan telah meluangkan waktu Anda yang berharga.
Dengan beberapa kata ini saya sekarang ingin melanjutkan dan berbicara singkat kepada Anda tentang ajaran Islam yang sejati. Bagi setiap muslim sejati, Pendiri Islam, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, adalah guru dan pembimbing mereka. Semasa hidupnya beliau memberikan ajaran akhlak dengan begitu mendalam dan rinci, bahkan aspek terkecil dalam kehidupan pun dibahas. Hal-hal kecil inilah yang mengarah pada pembentukan dan penciptaan masyarakat yang benar-benar harmonis.
Misalnya, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menasihati umat Islam untuk selalu bersyukur dan mengungkapkan rasa terima kasih jika perlu, karena beliau mengajarkan bahwa seseorang yang tidak bersyukur kepada sesamanya, sebenarnya ia tidak bersyukur kepada Tuhan; dan Dia yang tidak bersyukur kepada Tuhan tidak akan dapat benar-benar memperoleh nikmat dan pahala-Nya. Jika seorang muslim sejati memilih jalan lurus dengan niat dan harapan memperoleh pahala dari Tuhan, maka setiap tindakan dan perbuatannya harus sesuai dengan ajaran Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.
Ada dua prinsip dasar Islam yang harus dipatuhi oleh umatnya. Pertama adalah memenuhi hak-hak ibadah yang menjadi hak Allah Ta’ala, dan kedua adalah memenuhi hak-hak makhluk Allah. Dua hal ini adalah ajaran utama Islam. Kedua tujuan tersebut hanya dapat tercapai bila hati seseorang dipenuhi dengan kesucian, keikhlasan, dan keinginan untuk berbuat baik.
Allah Ta’ala memiliki kecintaan yang besar kepada makhluk-Nya. Salah satu perwujudan cinta ini adalah Dia menghendaki agar semua orang memperlakukan satu sama lain dengan cinta, kasih sayang, dan rasa hormat, sehingga mereka dapat memperoleh berkah dan pahala-Nya. Wujud kecintaan hakiki yang Allah Ta’ala miliki untuk makhluk-Nya adalah petunjuk sempurna dan tak tertandingi yang telah Dia berikan kepada umat manusia dalam bentuk Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an, Allah telah menggambarkan Rahmat dan Kasih Sayang-Nya yang menyeluruh, tetapi di samping itu, Dia juga telah memerintahkan umat manusia untuk memenuhi hak-hak satu sama lain, setiap saat. Karena alasan inilah Allah mengutus Nabi Suci Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai ‘rahmat bagi seluruh umat manusia’.
Saya harus menunjukkan di sini bahwa baik Al-Qur’an maupun Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah mengklaim bahwa belaiu telah diutus hanya sebagai rahmat bagi umat Islam, melainkan, rahmat dan kasih sayang-Nya ditujukan kepada semua umat manusia, terlepas dari perbedaan agama atau keyakinan.
Sesungguhnya, Nabi Suci shallallahu ‘alaihi wasallam diutus bukan hanya sebagai sumber rahmat dan kasih sayang bagi manusia, tetapi juga bagi semua hewan dan makhluk hidup. Ketika seseorang secara khusus diutus sebagai sumber cinta, kasih sayang, dan pengampunan bagi seluruh dunia, maka tentu saja mustahil ajarannya dapat menjadi sumber marabahaya atau penderitaan bagi siapa pun. Demikian pula, tindakan dan perbuatan beliau mustahil melanggar hak siapa pun atau menyebabkan mereka terluka dengan cara apa pun. Sebaliknya, orang yang benar-benar tulus menginginkan supaya orang lain harus diperlakukan dengan penuh kebaikan dan kasih sayang, sudah pasti ia akan rela menanggung rasa sakit dan berbagai penderitaan demi memberi manfaat pada orang lain.
Beginilah cara kita mendapati kehidupan dan karakter Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Tidak diragukan lagi bahwa amalan beliau semata-mata didasarkan pada ajaran yang diwahyukan kepadanya oleh Allah Ta’ala.
Di sini, saya ingin mengatakan bahwa terlepas dari apakah non-Muslim percaya Islam itu benar atau tidak, yang pasti adalah keyakinan teguh kami bahwa sistem kenabian yang ditetapkan oleh Allah Ta’ala telah mencapai puncaknya dalam pribadi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kami percaya beliau adalah Nabi pembawa Syariat Terakhir. Kami percaya bahwa syariat yang diwahyukan kepada beliau dalam bentuk Al-Qur’an adalah Syariat Terakhir dan Sempurna. Kami percaya bahwa petunjuk Al-Qur’an bersifat universal dan abadi.
Jika kita menilik sejarah para utusan Allah di masa lalu, kita menemukan bahwa orang-orang dan bangsa-bangsa yang menolak mereka pada akhirnya selalu dihukum oleh Allah Ta’ala, dan hukuman tersebut terwujud melalui berbagai cara. Beberapa kekuatan dan bangsa dihancurkan dalam dunia ini juga, sementara yang lain, menurut keyakinan kami, dihukum oleh Allah Ta’ala di akhirat. Dengan cara yang sama, ketika ajaran Islam diwahyukan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau juga percaya bahwa mereka yang tidak hanya menolak pesan beliau, tetapi juga telah melampaui batas dalam penentangan dan penganiayaan terhadap beliau dan para pengikutnya, akan menjadi sasaran kemurkaan Allah, baik di dunia ini maupun di akhirat.
Seperti yang telah saya jelaskan, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah ‘Rahmat bagi seluruh Umat Manusia’, dan ini berarti bahwa beliau terus-menerus merasa cemas dan gundah bagaimana supaya umat manusia diselamatkan dari akibat hukuman Allah. Oleh karena itu, setelah menghabiskan seluruh hari-harinya bekerja tanpa lelah di jalan Islam, beliau kemudian setiap hari menghabiskan hampir sepanjang malam bersujud di hadapan Allah memohon dan berdoa dengan sungguh-sungguh, agar umat manusia diselamatkan dari kehancuran. Melihat keadaan gelisah ini, Allah Ta’ala berbicara langsung kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an yang berbunyi:
لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ اَلَّا يَكُوْنُوْا مُؤْمِنِيْنَ
“Boleh jadi engkau akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak mau beriman.” (QS. Asy-Syura 26: 4)
Ayat ini dengan indah menggambarkan rasa cinta dan kasih sayang yang tak tertandingi terhadap umat manusia yang dirasakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena kecintaan inilah beliau menginginkan agar manusia di dunia mengenali Pencipta mereka dan meninggalkan segala bentuk penyembahan berhala dan konsep politeisme. Keinginan beliau yang kuat adalah agar manusia benar-benar teguh dalam keyakinannya bahwa Pemilik Segala Kekuatan adalah Tuhan Yang Maha Esa.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menginginkan semua ini karena beliau tahu bahwa mereka yang tidak mengakui Tuhan Yang Maha Kuasa maka mereka akan mendapatkan kemurkaan-Nya. Oleh karena itu, ketika Allah Ta’ala melihat keadaan beliau yang dilanda kesedihan, Dia mengingatkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam agar beliau tidak membiarkan diri beliau binasa karena kesedihan, karena Allah Ta’ala telah menugaskan beliau hanya sebagai penyampai pesan dan menasihati serta membimbing manusia menuju Tuhan. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diingatkan bahwa pada akhirnya Allah-lah yang membimbing siapa pun yang Dia kehendaki menuju Kebenaran dan dengan demikian tahap akhir penerimaan Islam hanya dapat diselesaikan melalui Rahmat Tuhan.
Itulah sebabnya Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah Ayat 257 telah menyatakan dengan tegas bahwa “Tidak ada paksaan dalam agama.” Oleh karena itu, menurut Islam, semua orang berhak memilih untuk menganut atau tidak menganut agama tertentu, karena agama dianggap sebagai urusan pribadi antara dirinya dengan Tuhan. Islam tidak mengajarkan paksaan dalam hal keimanan dan tidak pula disebarkan dengan paksaan, seperti yang sering dituduhkan secara keliru.
Islam secara tegas mengajarkan bahwa tidak seorang pun boleh dipaksa untuk menerima suatu agama. Karena jika seseorang dipaksa untuk memeluk suatu agama, tetapi hatinya tidak meyakini kebenaran agama itu, maka kapan pun ada kesempatan, dia akan segera meninggalkan agama tersebut. Merupakan kebenaran abadi bahwa hati dan pikiran tidak pernah dapat ditaklukkan dengan paksaan; namun jika kita melihat contoh umat Islam awal, kita akan menemukan bahwa mereka adalah orang-orang yang memberikan pengorbanan yang besar demi agama dan demi keimanan mereka. Mayoritas umat Islam awal adalah orang-orang yang sangat miskin atau budak, dan karena mereka masuk Islam, mereka harus menanggung kekejaman dan penganiayaan yang mengerikan. Namun, mereka tidak pernah berpaling atau melepaskan keyakinan mereka.
Jika kita telaah lebih jauh sejarah awal Islam, kita akan menemukan bahwa sebagai akibat dari penderitaan dan kekejaman yang berkepanjangan yang menimpa umat Islam di Makkah, mereka terpaksa berhijrah ke Madinah. Jika agama Islam belum tertanam kuat dalam hati mereka dan mereka tidak memiliki keyakinan yang teguh akan kebenarannya, lalu mengapa umat Islam berus menanggung cobaan dan kesengsaraan seperti itu dan meninggalkan tanah air mereka?
Setelah hijrah ke Madinah, kondisi umat Islam yang sebelumnya dianiaya dan ditindas di Mekkah membaik secara signifikan, jumlah mereka pun mulai bertambah.
Terkait dengan periode pasca-hijrah inilah, seringkali Islam dituduh atau dipertanyakan, bahwa karena keadaan mereka yang relatif membaik, umat Islam kemudian memutuskan untuk berperang melawan orang-orang kafir. Namun tuduhan tersebut tidak berdasar. Hal ini sangat keliru dan muncul sebagai akibat propaganda palsu yang para penentang Islam.
Pertempuran pertama yang terjadi setelah umat Islam hijrah ke Madinah adalah Pertempuran Badar. Semua catatan sejarah membuktikan fakta bahwa kemampuan militer non-Muslim jauh lebih unggul dibandingkan dengan kemampuan militer yang dimiliki umat Islam. Jumlah tentara umat Islam bahkan kurang dari sepertiga jumlah tentara kafir. Selain itu, orang-orang kafir mempunyai persediaan senjata dan artileri dalam jumlah besar, sedangkan kaum Muslimin hanya mempunyai pedang di tangan dan beberapa anak panah untuk mempertahankan diri.
Lebih jauh lagi, anggapan bahwa perang diprakarsai oleh umat Islam sama sekali tidak benar. Kebenarannya adalah perang itu dipaksakan kepada mereka. Para penentang yang telah mengusir mereka dari Mekkah kemudian tetap tidak membiarkan mereka hidup damai di Madinah dan malah mendatangi rumah-rumah mereka dan melancarkan serangan dashyat.
Hati dan pikiran umat Islam dipenuhi dengan keimanan dan keyakinan yang begitu kuat sehingga mereka terdorong untuk membela diri dengan keberanian dan keteguhan yang patut dicontoh. Keberanian dan keimanan seperti itu menunjukkan bahwa mereka tidak dipaksa untuk masuk Islam, tetapi karena keimanan mereka yang benar-benar tulus.
Meskipun ada kesenjangan besar dalam sumber daya dan tenaga, kemenangan besar diraih oleh umat Islam. Kemenangan ini merupakan tanda agung bahwa Pertolongan Tuhan menyertai mereka. Seperti yang saya katakan, pertempuran ini adalah perang defensif yang terjadi hanya setelah Allah memberikan izin kepada umat Islam untuk melakukan melawan. Alasan Allah memberikan izin tercantum dalam Al-Qur’an yang menyatakan bahwa:
“Telah diizinkan untuk mengangkat senjata bagi mereka yang telah diperngi, disebabkan mereka telah dianiaya, dan sesungguhnya Allah berkuasa menolong mereka. Orang-orang yang telah diusir dari rumah-rumah mereka tanpa hak, hanya karena mereka berkata, ‘Tuhan kami ialah Allah,’ dan sekiranya Allah tidak menahan sebagian manusia dengan sebagian yang lain, maka biara-biara serta gereja-gereja Nasrani dan rumah-rumah ibadah Yahudi serta masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah, tentu telah dihancurkan, dan pasti Allah akan menolong siapa yang menolong agama-Nya. Sesungguhnya Allah Mahakuasa, Mahaperkasa.” (QS Al-Hak, 22: 40-41)
Setelah mendengar ayat-ayat ini, Anda akan menyadari bahwa izin untuk melakukan perang defensif tidak diberikan oleh Al-Qur’an hanya untuk melindungi umat Islam, tetapi sebenarnya melalui izin ini, umat Islam diperintahkan untuk mempertahankan dan melindungi tempat-tempat ibadah, semua agama lain juga.
Tentu saja, sepanjang Islam sejati dipraktikkan, yaitu pada masa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan para Khalifah Rasyidah, umat Islam tidak pernah memulai peperangan apa pun. Bahkan ketika mereka dipaksa untuk membela diri, mereka terikat oleh instruksi ketat yang diberikan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sehubungan dengan aturan perang. Misalnya, beliau memerintahkan umat Islam bahwa selama peperangan, tidak boleh ada gereja atau tempat ibadah lainnya yang dirusak; beliau memerintahkan agar jangan ada pendeta atau pemimpin agama yang boleh dilukai; beliau memerintahkan agar jangan ada perempuan, anak-anak atau orang lanjut usia yang dilukai; beliau memerintahkan agar jangan ada seorang Muslim pun yang boleh menyerang siapa pun yang tidak menyerang.
Aturan-aturan pertempuran yang diberikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak hanya terbatas pada melindungi manusia saja, tetapi lebih dari itu. Oleh karena itu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan bahwa dalam peperangan tidak boleh ada pohon yang ditebang dan tanaman yang dirusak. Semua petunjuk ini diberikan sebagai hasil dari ajaran indah Al-Qur’an. Inilah Islam yang sesungguhnya dan inilah Islam yang hakiki.
Berkebalikan dengan ajaran-ajaran ini, di dunia saat ini kita menyaksikan sering terjadi penembakan dan pemboman tanpa pandang bulu di berbagai dunia. Kita melihat kota-kota yang berpenduduk padat menjadi sasaran sehingga warga sipil yang tidak bersalah terbunuh dan rumah-rumah mereka dihancurkan; dan lingkungan juga tidak terhindar, pepohonan dan tanaman juga dihancurkan.
Jadi, berdasarkan apa yang telah saya kemukakan, apakah Islam dapat dikatakan sebagai agama yang mengajarkan atau mendorong ekstremisme?
Saya telah menyebutkan bahwa umat Islam awwalin di Mekkah mengalami kekejaman yang luar biasa. Saya akan mengutip satu contoh saja, yang berhubungan dengan seorang pandai besi yang merupakan penentang Islam. Setelah mengetahui bahwa budaknya telah menjadi seorang Muslim, dia melakukan penyiksaan yang sangat mengerikan terhadapnya. Sang pandai besi berulang kali membaringkan budaknya di atas bara api hanya karena budak tersebut menyatakan bahwa, “Tuhan itu Esa dan Muhammad adalah Utusan-Nya.”
Budak Muslim tersebut dipaksa berbaring di atas bara api sampai bara pai itu sendiri mendingin, karena kontak yang terlalu lama dengan kulitnya. Namun terlepas dari kekejaman dan kebiadaban tersebut, ketika Makkah akhirnya ditaklukkan oleh umat Islam, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan belas kasihan yang tak tertandingi, memilih untuk memaafkan semua orang yang telah menindas umat Islam dengan kejam selama bertahun-tahun.
Pengampunan ini diberikan tanpa syarat dan tanpa memandang apakah mereka menerima Islam atau tidak. Satu-satunya ketentuan yang ditetapkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah pihak lawan tidak boleh menyerang umat Islam di masa depan. Tindakan belas kasih dan kasih sayang yang tak tertandingi ini begitu menakjubkan sehingga berhasil memenangkan hati musuh-musuh Islam yang tersisa. Ini adalah ajaran sejati Nabi Muhammad Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan Islam.
Dengan menyesal saya harus mengakui, bahwa saat ini beberapa kelompok Muslim bertindak dengan cara yang sangat bertentangan dengan ajaran tersebut. Demikian pula, beberapa pemerintahan Muslim tampaknya tidak mengikuti ajaran-ajaran ini dalam kebijakan dan tindakan mereka. Namun, kesalahan dalam hal ini tidak bisa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam atau Al-Qur’an. Kami, Muslim Ahmadi, mengikuti ajaran sejati yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau sendiri menubuatkan bahwa masa kegelapan rohani akan muncul di masa depan dimana mayoritas umat Islam tidak lagi mengikuti ajaran Islam yang hakiki. Beliau lebih lanjut menubuatkan, bahwa pada saat seperti itu, Allah Ta’ala akan mengirimkan seseorang sebagai Masih Mau’ud (Almasih yang Dijanjikan) dan Imam Mahdi. Ia akan diutus untuk menegakkan kembali ajaran Islam yang hakiki di dunia. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan bahwa ketika wujud seperti itu datang, ia harus diterima.
Kami para Ahmadi yakin bahwa Al-Masih dan Mahdi yang akan datang itu telah tergenapi dalam pribadi Pendiri Jamaah Muslim Ahmadiyah bernama Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (as) dari Qadian. Semasa hidupnya beliau telah menyinari ajaran Islam yang benar dan hakiki, dan berkat bimbingan beliau, Jamaah kami, Jamaah Muslim Ahmadiyah telah menyebarkan pesan cinta, kasih sayang dan perdamaian ke seluruh dunia.
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (as) sendiri menguraikan tujuan utama diutusnya beliau. Beliau mengatakan bahwa tugas utamanya adalah mendekatkan umat manusia kepada Allah Ta’ala dan menarik perhatian umat manusia terhadap pemenuhan hak-hak satu sama lain. Beliau diutus untuk mengakhiri semua peperangan agama dan menyebarkan ajaran Islam yang sejati, yaitu cinta, kasih sayang dan perdamaian, serta untuk menegakkan nilai-nilai kemanusiaan yang sejati. Oleh karena itu, kami, Muslim Ahmadi, menyebarkan ajaran ini ke seluruh dunia.
Namun demikian, ketika kelompok-kelompok anti-Islam tertentu memilih untuk mengejek atau mengolok-olok Kitab Suci kami, Al-Qur’an atau menghina junjungan kami, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, atau melontarkan tuduhan palsu terhadapnya, maka hal ini tentu saja mengakibatkan perasaan kami terluka dan tersakiti. Selain itu, masih banyak umat Islam lain dari berbagai aliran yang juga merasa sangat tersakiti oleh tindakan menyedihkan tersebut.
Dari sudut pandang Jamaah Muslim Ahmadiyah, saya dapat mengatakan dengan pasti bahwa kami tidak pernah menunjukkan reaksi yang salah atau tidak pantas dan tidak pernah berusaha membalas dendam, dan kami tidak pernah main hakim sendiri. Sebaliknya, kami terus berupaya untuk menyajikan ajaran Islam yang benar dan indah kepada dunia, dan dengan cara ini, menghilangkan semua keraguan dan kecurigaan yang mungkin timbul terhadap agama ini. Sayangnya, kelompok atau individu Muslim tertentu bereaksi terhadap provokasi dengan cara yang salah dan membalas dendam, sehingga perselisihan dan kekacauan menyebar di masyarakat.
Oleh karena itu, melalui acara hari ini saya ingin menyampaikan pesan bahwa kita harus berupaya untuk selalu memperhatikan dan menghormati perasaan satu sama lain; dan saya juga meminta Anda semua untuk membantu dan mendukung upaya kami untuk memenuhi tujuan penting ini. Kita harus berusaha untuk mendorong perdamaian dan rekonsiliasi dalam masyarakat, karena jika tidak api kebencian dan konflik akan terus berkobar, dan akan melanda seluruh dunia.
Oleh karena itu, doa dan keinginan saya adalah semoga Anda semua membantu kami meningkatkan cinta, kasih sayang, kerukunan dan persaudaraan di seluruh masyarakat. Dalam lingkungan Anda sendiri, saya ingin mendorong Anda untuk menyebarkan kepada orang lain pentingnya menghormati dan menghargai satu sama lain, karena ini adalah satu-satunya cara kita dapat menyelamatkan dunia dari kehancuran yang akan datang; karena kita telah melihat bahwa di sebagian besar dunia, kekacauan dan rasa putus asa sudah menyebar luas. Jika hal ini dibiarkan terus berlanjut, hal ini dapat memicu perang dunia lagi – dan akibat akhir dari perang tersebut adalah kehancuran dan kebinasaan yang sangat besar, yang belum pernah kita lihat sebelumnya.
Semoga Allah mengasihidunia, dan semoga seluruh umat manusia menyadari betapa pentingnya memenuhi hak-hak yang menjadi hak Allah Ta’ala, dan makhluk-Nya, karena hanya dengan cara inilah dunia dapat diselamatkan dari malapetaka.
Akhir kata, sekali lagi saya ucapkan terima kasih kepada seluruh tamu terhormat yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk bisa bersama kami hari ini. Semoga Allah membalas Anda dengan limpahan karunia. Terima kasih banyak.
Sumber: Alislam.org – The Holy Prophet’s Unparalleled Love & Compassion For All
Penerjemah: Muflihah Firdaus Ilyas