Nabi Isa as tidak akan turun atau datang kembali ke dunia ini. Jika memang terjadi, maka kata ‘Ruj`u’ pastinya digunakan untuk kedatangan beliau as dan bukan kata ‘Nuzul’.
Oleh: Anshar Raza
Pada semua bahasa yang ada di dunia, istilah yang digunakan untuk menyatakan perpindahan seseorang dari satu tempat ke tempat lain akan berbeda dengan istilah yang digunakan untuk menjelaskan perpindahan kembali dari tempat kedua ke tempat pertama.
Jika seseorang berpindah dari titik A ke titik B, maka ia akan dikatakan pergi dari tempat pertama menuju ke tempat kedua. Akan tetapi, setelah mencapai titik B dan kembali ke titik A, orang tersebut tidak lagi dianggap pergi ke tempat pertama, melainkan balik ke tempat pertama. Begitu pula dalam bahasa Arab, pergi dari satu tempat ke tempat lain disebut Nuzul (نزول), sedangkan kembali dari tempat kedua menuju ke tempat pertama disebut Ruj`u (رجوع).
Ada kepercayaan bahwa nabi Isa as telah naik ke langit dan di akhir zaman akan datang kembali ke bumi. Jika menurut kaidah bahasa yang dijelaskan sebelumnya, maka kembalinya nabi Isa as dari langit ke bumi seharusnya dinyatakan dengan kata “Return [kembali]” dalam bahasa Inggris, dan kata “رجوع” dalam bahasa Arab. Namun kenyataannya, dalam hadis, setiap kali disebutkan tentang kedatangan kembali beliau as di akhir zaman, maka selalu menggunakan kata Nuzul (نزول) sebagai ganti dari kata Ruj`u (رجوع).
Namun, perlu diingat bahwa menurut kepercayaan non-Ahmadi, beliau as tidak sekadar datang dari surga ke bumi, tetapi juga “coming back” sebagaimana beliau as dianggap naik dari bumi ke surga.
Banyak sekali contoh dari berbagai bahasa yang dapat dikutip untuk mendukung kaidah ini, bahwa kembali ke titik asal perpindahan disebut ‘رجوع’ (pulang/kembali). Contoh yang serupa dari literatur Islam tersebut membuktikan kaidah ini tidak hanya sahih secara linguistik tetapi juga autentik berdasarkan kitab suci.
Hal ini terbukti dari pernyataan Umar ra berikut ini, khususnya kata yang beliau gunakan pada saat wafatnya Nabi Muhammad saw, bahwa lafaz yang beliau gunakan untuk kata “Kembali” adalah Ruj`u (رجوع) dan bukan Nuzul (نزول). Dalam statemen ini Umar ra tidak mengatakan bahwa Nabi saw akan nuzul (turun) setelah bertemu dengan Tuhannya, seperti halnya Nabi Musa as. Namun beliau mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw akan ruj`u (return) sebagaimana Nabi Musa as ruj`u (kembali).
’’ان رجالا من المنافقین یزعمون أن رسول اللّٰہ ﷺ قد توفي، و ان رسول اللّٰہ ما مات، ولکنہ ذھب الی ربہ کما ذھب موسی بن عمران، فقد غاب عن قومہ أربعین لیلۃ، ثم رجع الیھم بعد أن قیل مات، وواللّٰہ لیرجعن رسول اللّٰہ ﷺ کما رجع موسی، فلیقطعن أیدي رجال و أرجلھم زعموا أن رسول اللّٰہ ﷺ مات۔‘‘(السیرۃ النبویۃ لأبن أسحٰق جلد 1-2، ص۔713، السیرۃ النبویہ لأبن ہشّام جلد۔ 4، ص۔306)
“Sesungguhnya, beberapa kaum munafik beranggapan bahwa Rasulullah saw telah wafat. Sesungguhnya, Rasulullah saw itu tidak wafat, tetapi pergi menemui Tuhannya sebagaimana Nabi Musaas ibnu Imran pergi kepada-Nya. Dia pergi meninggalkan kaumnya selama 40 hari. Lalu, ia kembali (ruju’) lagi kepada mereka setelah dikabarkan beliau telah wafat. Demi Allah, Rasulullah saw benar-benar akan kembali, sebagamana Nabi Musa (as) kembali. Sungguh beliau saw akan memotong tangan dan kaki mereka yang menganggap bahwa beliau saw telah wafat.” (Sirah Nabawiyah Ibn Ishaq, Jilid 1-2, hal. 713; Sirah Nabawiyah Ibn Hisyam, Jilid 4, hal. 306).
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur`an: “Lihatlah bagaimana Kami menjelaskan tanda-tanda itu dengan berbagai cara supaya mereka mengerti!” (QS. Al-An’am 6:66). Dengan cara yang sama, Hadhrat Masih Mau’ud as telah menjelaskan secara rinci masalah kewafatan Nabi Isa as dengan berbagai cara agar orang-orang dapat memahaminya. Salah satu cara yang digunakan oleh Hadhrat Masih Mau’udas adalah kaidah bahasa yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kata yang digunakan untuk orang yang kembali berbeda dengan kata yang digunakan untuk orang yang datang atau pergi.
“Kata yang digunakan untuk kedatangan Al-Masih adalah Nuzul dan bukan Ruj`u. Pertama, kata yang digunakan untuk orang yang kembali adalah Ruj`u (رجوع) dan kata ini tidak pernah digunakan untuk Hadhrat Isa as. Kedua, Nuzul (نزول) bukan berarti datang atau turun dari surga. Seorang pengembara pun disebut Nazil (نزيل).” (Malfuzat, Vol. 1, hal. 5, cetakan 20 Agustus 1960).
Di tempat yang lain, Hadhrat Masih Mau’ud as menulis:
’’ أتظنون أنَّ المسیح ابن مریم سیرجع الی الأرض مِن السّماء؟ ولا تجدون لفظ الرجوع فی کَلِمِ سیّد الرسل و أفضل الأنبیاء۔ أَ أُلْھِمْتم بھذا أو تنحِتون لفظ الرجوع مِن عند أنفسِکم کَالخَائینین؟ وَمِنَ الْمَعلُوم أن ھٰذا ھُو اللفظ الخَاص الذی یُستعمل لرَجُل یأتی بَعْد الذَّھاب۔ و یتوجّہ السَّفر الی الایاب، فھذا أبعدُ مِن أبلَغِ الْخَلقِ و امام الأنبیاء أن یترک ھٰھنا لفظ الرجوع و یَسْتَعْمل لفظ النزول ولا یتکلم کالفصحاء والبلغاء‘‘(مکتوب احمد، روحانی خزائن جلد۔11، ص۔150, 151)
“Apakah menurut kalian Isa ibn Maryam akan datang kembali dari langit ke bumi? Padahal kata Ruj`u (kembali) tidak ditemukan dalam pernyataan Rasulullah saw. Apakah kalian telah menerima wahyu tentang hal itu atau kalian sendiri yang mengarangnya layaknya orang-orang tidak jujur? Perlu diketahui bahwa kata ini secara khusus digunakan untuk orang yang baru kembali dari perjalanan. Oleh karena itu, tidak masuk akal bagi orang yang paling paham, sang Imamul Anbiya Rasulullah saw meninggalkan kata ‘Ruj`u’ dengan menggunakan kata ‘Nuzul’, dimana beliau seakan tidak berbicara layaknya orang-orang yang berilmu. (Makthub Ahmadi, Ruhani Khazain, Jilid. 11, hal. 150, 151).
Seiring dengan banyaknya referensi dari Al-Quran, Hadits, dan tulisan-tulisan para ulama terkemuka baik yang terdahulu (salafi) maupun terkini (khalafi), maka dari perspektif linguistik ini menunjukkan bahwa Hadhrat Isa as tidak akan turun atau datang kembali ke dunia ini. Jika memang terjadi, maka kata ‘Ruj`u’ pastinya digunakan untuk kedatangan beliau as dan bukan kata ‘Nuzul’.
Sumber: Alislam.org
Penerjemah: Mln. Yusuf Awwab
Comments (1)