Kehidupan Hadhrat Rasulullah SAW (VII): Peristiwa di Dalam Perang Badar

-+=

ِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Ringkasan Khutbah Jum’at

Ringkasan Khotbah Jum'at yang disampaikan oleh Hadhrat Khalīfatul-Masīh V aba pada tanggal 14 Juli 2023 di Masjid Mubarak, Islamabad, Tilford, UK.

KEHIDUPAN HADHRAT RASULULLAH SAW. (VII):
PERISTIWA DI DALAM PERANG BADAR

Setelah membaca tasyahud, ta’awwudz dan surah Al-Fatihah, sembari melanjutkan kisah mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di Perang Badr berdasarkan riwayat kehidupan Hadhrat Rasulullah saw., Hadhrat Khalifatul Masih Al-Khamis aba. bersabda bahwa perang Badr telah berakhir dan Allah Ta’ala telah menuntun orang-orang kafir menuju ajal mereka. Di antara orang-orang kafir, tujuh puluh orang terbunuh, termasuk banyak di antaranya adalah beberapa pemimpin dan panglima mereka.

Kita mendapati sebuah riwayat di dalam Ṣhaḥiḥ Bukhari bahwasanya pada suatu waktu, ketika Hadhrat Rasulullah saw. sedang mendirikan shalat di Ka’bah dan pada saat beliau saw. tengah dalam keadaan sujud, orang-orang kafir Mekah meletakkan isi perut hewan kurban di bahu beliau saw. dan kemudian mereka tertawa terbahak-bahak dan mengolok-olok beliau saw. Meskipun demikian, Hadhrat Rasulullah saw. tetap dalam keadaan sujud. Ḥaḍhrat Faṭimah ra. kebetulan lewat di sana dan kemudian beliau ra. memindahkan kotoran yang berat itu dari bahu beliau saw. Hadhrat Rasulullah saw. kemudian berdoa, “Ya Allah! Hukumlah orang-orang Quraisy.” Beliau saw. kemudian menyebut nama ‘Amr bin Hisyam, ‘Utbah bin Rabi’ah, Shaibah bin Rabi’ah, Walid bin ‘Utbah, Umayyah bin Khalaf, dan orang-orang kafir lainnya, sembari memohon, “Ya Allah! Hukumlah mereka semua.” Sang perawi, yaitu Ḥaḍhrat ‘Abdullah ra. bersaksi, “Demi Allah! Saya menyaksikan mereka semua terbaring mati pada hari Badr. Selanjutnya, mereka diseret dan dikuburkan di sebuah sumur di Badr.” Pada kesempatan itu, Hadhrat Rasulullah saw. menyatakan, “Orang-orang yang berada di dalam sumur itu adalah orang-orang yang terkutuk.”

Menurut riwayat Ḥaḍhrat Abu Ṭalḥa Anṣari ra., pada hari Perang Badr, Hadhrat Rasulullah saw. memerintahkan agar dua puluh empat pemuka kaum kafir Quraisy dilemparkan ke dalam lubang sumur di Badr. Hadhrat Rasulullah saw. berdiri di tepi lubang itu dan memanggil nama-nama orang kafir Mekah, bersama dengan nama ayah mereka, dan bersabda, “Alangkah bahagianya jika Anda mematuhi Allah dan Rasul-Nya! Kami sungguh benar-benar telah menemukan kebenaran yang dijanjikan Tuhan kami kepada kami.” Ketika menyebutkan perihal kejadian ini, Ḥaḍhrat Mirza Basyir Aḥmad ra. mengatakan bahwa kata-kata, “Wahai para penghuni sumur! (orang-orang yang ada di dalam sumur) Kalian telah berperang melawan saya, sedangkan yang lainnya justru telah menolong saya,” semakin memperjelas bahwasanya pertempuran ini diawali dan diinisiasi oleh orang-orang kafir. Hadhrat Rasulullah saw. kemudian meresponnya semata-mata hanya untuk membela diri.

Terkait:   Tanda-tanda Kebenaran Hadhrat Masih Mau'ud as

Buku-buku tentang peri kehidupan Hadhrat Rasulullah saw. menyebutkan beberapa mukjizat beliau saw. dalam konteks Perang Badr. Disebutkan berkenaan dengan ‘Ukasah bin Miḥṣan bahwasanya pada hari Badr, dia terus berperang dengan pedangnya sampai pedangnya itu patah di tangannya. Dia kemudian mendatangi Hadhrat Rasulullah saw. yang memberinya sepotong kayu dan berkata, “Berperanglah dengan ini.” Ketika ‘Ukashah memegang potongan kayu tersebut, tiba-tiba potongan kayu itu berubah menjadi pedang di tangannya.

Diriwayatkan pula oleh Ḥaḍhrat Qatadah ra. bahwa pada hari Perang Badr, mata beliau ra. terkena pukulan dan menyebabkan bola matanya keluar. Beliau ra. kemudian bermaksud untuk membuangnya, tapi para sahabat lainnya mencegahnya. Ḥaḍhrat Qatadah ra. lalu pergi menemui Hadhrat Rasulullah saw. Beliau saw. lalu meletakkan bola mata di telapak tangannya dan memasukkannya kembali ke dalam rongganya. Penglihatan Ḥaḍhrat Qatadah pun menjadi pulih kembali dan sejak saat itu, mata beliau ra. tampak lebih indah dari mata yang lainnya.

Setelah kekalahan mereka, kaum musyrik melarikan diri menuju Mekah. Mereka begitu diliputi rasa malu dan penyesalan yang sedemikian rupa sehingga mereka sendiri segan untuk memasuki kota Mekah. Ketika orang-orang kafir memberi tahu penduduk Mekah yang lainnya tentang kematian pemimpin mereka, penduduk Mekah tidak dapat mempercayainya. Kaum Quraisy lalu melarang orang-orang untuk berkabung dan meratapi orang yang telah mati terbunuh. Di sisi lain, Hadhrat Rasulullah saw. mengutus Ḥaḍhrat Abdullah bin Rawahah ra. untuk pergi ke dataran tinggi kota Madinah untuk menyampaikan kabar gembira mengenai kemenangan yang telah diraih oleh umat Islam, sedangkan Ḥaḍhrat Zaid bin Ḥaritsah ra. dikirim ke dataran rendah Madinah. Ḥaḍhrat Usama bin Zaid ra. mengatakan bahwa kami menerima berita kemenangan ketika kami sudah selesai meratakan tanah di atas kuburan Ḥaḍhrat Ruqayyah ra., putri Hadhrat Rasulullah saw. dan istri Ḥaḍhrat Usman bin ‘Affan ra.

Terkait:   Nubuatan dan Pribadi Mushlih Mau'ud

Ketika Ḥaḍhrat Zaid bin Ḥaritsah ra. memasuki Madinah dengan mengendarai unta milik Hadhrat Rasulullah saw., orang-orang munafik dan Yahudi mulai mengatakan bahwa umat Islam telah kalah di medan pertempuran dan, naudzubillah Hadhrat Rasulullah saw. telah terbunuh. Sewaktu Ḥaḍhrat Zaid ra. menyampaikan berita kemenangan dan menyebutkan nama-nama pemimpin Quraisy yang mati terbunuh, orang- orang munafik lalu berteriak, “Bagaimana mungkin? Sepertinya karena kekalahan dalam pertempuran dan kematian Muhammad, Zaid telah kehilangan akal sehatnya.” Penduduk Madinah, dalam kegembiraan mereka atas kemenangan yang telah diraih, lalu pergi ke luar kota untuk menyambut Hadhrat Rasulullah saw. Kebahagiaan umat Islam ini tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Dalam pertempuran tersebut, umat Islam memperoleh 150 unta dan sepuluh kuda sebagai harta rampasan perang.

Selain itu, mereka juga memperoleh berbagai jenis barang, senjata, pakaian, banyak tahanan yang berhasil mereka tangkap, kulit dalam berbagai warna, wol, dll. Hadhrat Rasulullah saw. lalu membagikan semua harta ghanimah tersebut secara adil dan merata kepada para sahabat. Para sahabat menyisihkan sebilah pedang untuk Hadhrat Rasulullah saw. dan juga menghadiahkan seekor unta milik Abu Jahal kepada beliau saw. Pedang dan unta tersebut memegang peranan yang sangat penting. Pedang itu diberi nama “Dzul Fiqar” dan Hadhrat Rasulullah saw. selalu menggunakannya di dalam pertempuran- pertempuran selanjutnya di masa yang akan datang. Demikian pula, unta itu tetap bersama dengan Hadhrat Rasulullah saw. sampai dengan Perjanjian Ḥudaibiyyah, yaitu ketika beliau saw. mempersembahkannya sebagai hewan kurban.

Sambil membagikan harta rampasan perang, Hadhrat Rasulullah saw. juga memberikan bagian kepada ahli waris para syuhada. Demikian pula, para deputi dan Sahabat lainnya yang tidak dapat ikut serta di dalam pertempuran karena berbagai tanggung jawab juga diberikan bagian-bagiannya dari harta ghanimah tersebut. Para tawanan Perang Badr lalu dibebaskan dengan imbalan uang tebusan. Jumlah tebusan berkisar antara seribu hingga empat ribu dirham. Bagi mereka yang tidak mampu membayar tebusan, ditetapkan sebuah syarat bahwa mereka harus mengajari anak-anak Madinah membaca dan menulis. Dengan begitu, mereka akan dibebaskan. Beberapa tahanan juga ada yang dibebaskan dengan uang tebusan yang telah dikurangi atau bahkan ada juga yang dibebaskan tanpa uang tebusan.

Terkait:   Riwayat ‘Ali bin Abi Thalib (Seri 5) – Manusia-Manusia Istimewa Seri 99

Hudhur aba. bersabda bahwa beliau aba. akan melanjutkan topik ini di masa yang akan datang.

Shalat Jenazah Ghaib

Di akhir khotbah, Hudhur aba. menyampaikan secara rinci mengenai beberapa anggota Jemaat yang baru saja wafat. Hudhur aba. mengumumkan bahwa setelah shalat Jum’at, beliau aba. akan memimpin shalat jenazah ghaib. Hudhur aba. juga berdoa agar Allah Ta’ala meninggikan derajat almarhum/ah di surga.

Rana Abdul Hamīd Khan Sahib Kāthgharhi dari Pakistan, seorang mubaligh dan Na’ib Naẓim Maal Waqfe-Jadid, yang waafat di usia tujuh puluh tahun. Dari Agustus 1985 hingga Desember 1986, almarhum berkhidmat di Uganda. Almarhum juga berkhidmat sebagai mubaligh di berbagai tempat di bawah Nizam Waqfe-Jadid. Pada tahun 1993, almarhum diangkat sebagai Na’ib Naẓim Maal Waqfe-Jadid hingga kewafatan almarhum. Allah Ta’ala menganugerahkan kepada almarhum dengan seorang putra dan putri. Putranya, yaitu Dr. Abdul Rauf Khan Sahib, saat ini menjabat sebagai Presiden Majlis Khuddamul Aḥmadiyya Denmark. Almarhum sangat taat kepada Khilafat, taat kepada Jemaat, dan tetap istiqamah dalam waqf-nya sampai nafas terakhirnya.

Nuṣrat Jahan Aḥmad Sahiba, istri dari Mubashir Ahmad Sahib, seorang mubaligh di Amerika Serikat, yang baru saja wafat. Pada tahun 1972, almarhumah pindah ke AS bersama dengan keluarganya. Almarhum mendapatkan karunia untuk berkhidmat di Jemaat Washington. Pada tahun 1988, Mubashir Ahmad Sahib mewakafkan hidupnya untuk Jemaat, dan almarhumah mendukungnya dengan sepenuh hati. Almarhumah adalah orang yang saleh, rajin beribadah, taat dan setia kepada Khilafat dan juga Jemaat.

Diringkas oleh: Additional Wakilut Tabshir
Diterjemahkan oleh: Irfan HR

DOA KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنُؤْمِنُ بِهِ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ

وَنَعُوْذ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا

مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ

وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

 عِبَادَ اللهِ رَحِمَكُمُ اللهُ

 إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى

وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذكَّرُوْنَ  

أُذكُرُوا اللهَ يَذكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.