Kelebihan Rasulullah diatas Nabi-nabi Lain
Kitab Suci Al-Quran mengungkapkan bahwa semua Nabi-nabi adalah pengikut dari Yang Mulia Rasulullah saw sebagaimana di firmankan:
ثُمَّ جاءَكُم رَسولٌ مُصَدِّقٌ لِما مَعَكُم لَتُؤمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنصُرُنَّهُ ۚ
‘Kemudian datang kepadamu seorang rasul yang menggenapi wahyu yang ada padamu maka haruslah kamu beriman kepadanya dan haruslah kamu membantunya’ (QS.3 Ali Imran:82).
“Dari sana bisa disimpulkan bahwa semua Nabi-nabi menjadi pengikut dari Yang Mulia Rasulullah saw ”
(Barahin Ahmadiyah, bag. V, Rohani Khazain, vol. 1, hal. 300, London, 1984).
***
YANG MULIA RASULULLAH saw menggabung semua nama-nama para Nabi dalam wujud beliau dengan pengertian bahwa beliau memiliki semua kelebihan dari masing-masing Nabi tersebut. Dengan demikian beliau itu adalah juga Musa, Isa, Adam, Ibrahim, Yusuf dan Yakub. Hal ini di indikasikan dalam ayat:
أُولٰئِكَ الَّذينَ هَدَى اللَّهُ ۖ فَبِهُداهُمُ اقتَدِه ۗ
‘Mereka itulah orang-orang yang terhadap mereka Allah memberi petunjuk maka ikutilah petunjuk mereka’ (QS.6 Al-Ana’am:91)
yang berarti agar Yang Mulia Rasulullah saw menggabungkan dalam diri beliau semua petunjuk yang berbeda-beda yang telah diturunkan kepada Nabi-nabi lain. Berarti semua kehormatan dari para Nabi-nabi telah menjadi satu dalam diri Yang Mulia Rasulullah saw dan karena itu jugalah nama beliau sebagai Muhammad saw berkonotasi yang amat terpuji karena pujian luhur seperti itu hanya bisa dibayangkan jika semua keunggulan dan sifat-sifat khusus para Nabi lainnya menjadi satu dalam wujud Yang Mulia Rasulullah saw. Banyak ayat di dalam Kitab Al-Quran yang menyatakan secara tegas bahwa wujud Yang Mulia Rasulullah saw karena keluhuran fitratnya adalah merupakan gabungan dari para Nabi lainnya. Setiap Nabi yang pernah ada akan bisa menemukan keterkaitan dirinya dengan beliau sehingga menubuatkan bahwa beliau akan datang atas nama dirinya. Di suatu tempat Al-Quran mengemukakan bahwa Yang Mulia Rasulullah saw memiliki kedekatan yang sangat dengan Nabi Ibrahim as (QS.3 Ali Imran:69). Dalam salah sebuah Hadits Bukhari, Yang Mulia Rasulullah saw menyatakan bahwa beliau memiliki hubungan yang dekat dengan Nabi Isa as dan bahwa wujud beliau menjadi satu dengan wujud Nabi Isa tersebut. Hal ini mengkonfirmasikan nubuatan Nabi Isa as yang menyatakan bahwa Yang Mulia Rasulullah saw akan muncul dengan namanya dan begitu jugalah yang terjadi ketika Al-Masih kita datang untuk menyelesaikan karya dari Al-Masih Nasrani dan memberi kesaksian atas kebenaran dirinya serta membebaskannya dari fitnah yang dilontarkan oleh umat Yahudi dan Kristen dan dengan cara demikian telah memberikan ketenteraman pada ruh dari Nabi Isa as.”
(Ayena Kamalati Islam, Qadian, Riyadh Hind Press, 1893; Rohani Khazain, vol. 5, hal. 343, London, 1984).
***
“WAHYU ILAHI MERUPAKAN CERMIN dimana sifat-sifat sempurna dari Allah Yang Maha Agung bisa dilihat, dan kemampuan melihat ini tergantung kepada kadar kebersihan daripada Nabi yang menjadi penerima wahyu. Mengingat Yang Mulia Rasulullah saw derajatnya jauh melampaui semua Nabi-nabi dalam masalah kemurnian jiwa, daya serap penalaran, kesucian, kerendahan hati, ketulusan, kepercayaan, ketaatan dan cintanya kepada Tuhan maka Allah Yang Maha Luhur telah mengurapi beliau dengan wewangian khusus yang jauh lebih harum daripada para Nabi lainnya. Dada dan hati beliau yang lebih jembar, suci, polos, cemerlang dan welas asih dianggap lebih berhak menerima wahyu Ilahi yang paling sempurna, lebih kuat, lebih luhur dan lebih lengkap dibanding wahyu yang diturunkan kepada mereka sebelum atau setelah beliau. Karena itulah maka Kitab Al-Quran memiliki keunggulan yang demikian luar biasa sehingga kecemerlangan semua Kitab-kitab yang diwahyukan sebelumnya menjadi suram dibanding keperkasaan Nur dari Al-Quran.”
“Tidak ada penalaran yang mampu mengemukakan suatu kebenaran baru yang tidak terdapat di dalam Kitab Al-Quran dan tidak ada argumentasi yang belum direpresentasikan di dalamnya. Tidak ada kata-kata yang bisa demikian mempengaruhi hati seperti firman-firman perkasa yang menjadi berkat bagi jutaan hati manusia. Tidak diragukan lagi bahwa Kitab ini merupakan cermin jernih yang merefleksikan sifat-sifat sempurna Ilahiah dimana semuanya bisa ditemukan apabila diinginkan seorang pencari kebenaran untuk mencapai tingkat pemahaman tertinggi.”
(Surma Chasm Arya, Qadian, 1886; Rohani Khazain, vol. 2, hal. 71-72, London, 1984).
***
“KARENA YANG MULIA RASULULLAH saw adalah sebaik-baiknya Nabi dan memiliki derajat yang lebih tinggi dibanding semua Rasul dan karena Allah swt juga mentakdirkan beliau sebagai penghulu dari semua Nabi maka sepantasnya pula jika beliau dinyatakan kepada dunia sebagai manusia yang lebih baik dan lebih luhur dari semuanya. Karena itu maka Allah Yang Maha Agung meluaskan penyebaran berkat-Nya kepada seluruh umat manusia agar segala usaha dan upaya beliau dapat dimanifestasikan secara umum dan tidak terbatas pada satu bangsa tertentu sebagaimana halnya dengan ajaran Nabi Musa as dan Nabi Isa as. Dengan demikian karena aniaya yang ditimpakan kepada beliau dari segala jurusan dan oleh berbagai jenis bangsa maka sewajarnya beliau berhak atas ganjaran akbar yang tidak akan diberikan kepada Nabi-nabi lainnya.”
(Barahin Ahmadiyah, Rohani Khazain, vol. 1, hal. 653-654, London, 1984).
“Adalah menjadi keyakinanku bahwa misalnya, dengan mengesampingkan Yang Mulia Rasulullah saw, jika semua Nabi-nabi yang mendahului beliau itu digabungkan untuk melaksanakan tugas-tugas mereka serta melancarkan reformasi yang dibawa oleh Yang Mulia Rasulullah saw maka mereka semua itu tidak akan ada yang mampu. Mereka tidak ada memiliki tekad dan kekuatan sebagaimana yang telah dikaruniakan kepada Yang Mulia Rasulullah saw. Kalau ada seseorang yang menyatakan bahwa apa yang aku kemukakan ini sebagai penghinaan kepada Nabi-nabi lain maka sama saja dengan orang itu telah mengutarakan fitnah terhadap diriku. Adalah bagian dari keimananku untuk menghormati dan menghargai Nabi-nabi tersebut, hanya saja Yang Mulia Rasulullah saw berada di atas semuanya. Nabi-nabi yang lain merupakan bagian dari keimananku juga dan keseluruhan diriku diresapi oleh keimanan demikian. Adalah sesuatu yang berada di luar kemampuan diriku untuk meniadakannya. Biarlah para lawanku yang buta mengatakan apa yang mereka mau, yang jelas Nabi Suci kita telah melaksanakan tugas yang jika pun dikerjakan secara bersamaan atau pun sendiri-sendiri oleh para Nabi lain, tetap saja mereka tidak akan mampu melaksanakannya. Hal ini merupakan rahmat Allah swt yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki.” (Malfuzat, vol. II, hal. 174).
***
“KITAB SUCI UMAT YAHUDI jelas menyatakan bahwa seorang juru selamat seperti Nabi Musa as akan dikirimkan kepada mereka. Berarti bahwa juru selamat ini akan muncul ketika umat Yahudi sedang mengalami keadaan penderitaan dan penghinaan mirip dengan keadaan pada masa Firaun dahulu. Mereka akan diselamatkan dari siksaan dan penghinaan jika mereka mau beriman kepadanya. Tidak diragukan lagi bahwa sosok yang ditunggu-tunggu umat Yahudi selama berabad-abad tersebut serta yang telah dinubuatkan oleh Kitab Taurat adalah junjungan dan penghulu kita Hadhrat Muhammad saw. Ketika beberapa suku Yahudi beriman kepada beliau, lalu muncullah di antara mereka beberapa raja-raja agung. Hal ini menjadi bukti bahwa Allah Yang MahaKuasa telah mengampuni dosa-dosa mereka karena mereka menerima Islam dan mengasihi mereka sebagaimana dijanjikan dalam Taurat.”
(Ayyamus Sulh, Qadian, Ziaul Islam Press, 1899; Rohani Khazain, vol. 14, hal. 302-303, London, 1984).
***
“KEAGUNGAN YANG DIKARUNIAKAN kepada Nabi Isa as adalah karena beliau mengikuti Yang Mulia Nabi Muhammad saw karena Nabi Isa telah diberitahukan mengenai Nabi Suci ini dan beliau beriman kepadanya dan dengan demikian mencapai keselamatan berkat keimanannya tersebut.”
(Al-Hakam, 30 Juni 1901, hal. 3).
***
“SEKARANG AKAN KITA BANDINGKAN Nabi Isa as dengan Yang Mulia Rasulullah saw berkaitan dengan perlakuan para pemerintahan atau raja-raja pada masa itu terhadap mereka dan bagaimana manifestasi dari harkat keagungan dan bantuan Ilahi kepada mereka masing-masing. Dari hasil telaah akan kita temui bahwa berbeda dengan Yang Mulia Rasulullah saw ternyata Nabi Isa as selain tidak ada menunjukkan sifat-sifat ketuhanannya bahkan beliau ini gagal memperlihatkan tanda-tanda sebagai seorang Nabi.”
“Ketika Yang Mulia Rasulullah saw mengirimkan pesan kepada para penguasa atau raja-raja di masa itu, Kaisar Roma ketika menerima pesan beliau menarik nafas panjang mengeluhkan bahwa ia terperangkap di antara umat Kristiani dan kalau saja ia orang merdeka maka ia akan berbangga hati untuk bisa menghadap Yang Mulia Rasulullah saw dan membasuh kaki beliau sebagaimana laiknya seorang hamba sahaya.
Namun raja yang berhati kejam yaitu Khosroe dari Iran merasa terhina dan mengirimkan dua orang prajurit untuk menangkap Yang Mulia Rasulullah saw. Mereka tiba di Medinah menjelang senja dan memberitahukan kepada Yang Mulia Rasulullah saw bahwa mereka dikirim untuk menangkap beliau. Beliau mengabaikan apa yang mereka kemukakan dan mengajak mereka untuk masuk Islam. Saat itu beliau sedang berada di dalam mesjid ditemani oleh tiga atau empat orang sahabat namun nyatanya utusan raja itu bergetar tubuhnya karena pesona beliau. Pada akhirnya mereka bertanya, jawaban apakah yang harus mereka bawa kepada raja mereka berkaitan dengan tugas penangkapan beliau itu. Yang Mulia Rasulullah saw meminta mereka untuk menunggu sampai besok hari. Keesokan harinya ketika mereka menghadap, beliau berkata kepada mereka: ‘Ia yang kalian sebut sebagai raja dan tuhan adalah bukan tuhan sama sekali. Tuhan adalah wujud yang tidak akan pernah mengalami kerusakan atau kematian. Tuhan kalian telah terbunuh tadi malam. Tuhan-ku yang sesungguhnya telah mendorong Sherweh melawan dirinya dan tadi malam ia telah dibunuh oleh tangan putranya sendiri. Inilah jawabanku.’”
“Kejadian ini merupakan mukjizat akbar dimana sebagai kesaksiannya maka beribu-ribu bangsa negeri itu lalu beriman kepada Yang Mulia Rasulullah saw karena merupakan suatu kenyataan bahwa Khusro Pervez Sang Khosroe Iran telah terbunuh malam itu. Hal ini bukanlah suatu pernyataan samar-samar sebagaimana yang diajukan oleh Kitab Injil mengenai kemenangan Nabi Isa as namun didukung oleh fakta sejarah. Mr. Davenport juga ada mengemukakan hal ini dalam bukunya.”
“Berbanding terbalik dengan hal di atas, bagaimana kurang ajarnya perlakuan penguasa di masa Nabi Isaa.s. terhadap beliau sudah sama diketahui. Barangkali Kitab Injil masih ada mengungkapkan bagaimana Herodes telah mengirimkan Nabi Isa as kepada Pontius Pilatus sebagai seorang tertuduh. Yesus ditahan beberapa waktu dalam penjara namun sifat ketuhanannya ternyata tidak muncul. Tidak ada satu pun raja datang menawarkan dengan berbangga hati bersedia melayani dan membasuh kaki beliau. Pilatus kemudian menyerahkan nasib Yesus kepada umat Yahudi. Apakah ini merupakan tanda ketuhanannya? Betapa berbedanya keadaan di antara kedua sosok manusia yang menghadapi keadaan yang sama tetapi dengan akhir yang jauh berbeda. Di satu sisi seorang raja yang angkuh telah digoda Syaitan untuk menangkap seorang yang mengaku sebagai Nabi namun dirinya kemudian ditimpa kutukan Ilahi dan mati terbunuh secara hina di tangan putranya sendiri. Pada sisi lain seseorang yang diangkat oleh para pengikutnya naik ke surga malah nyatanya mengalami penangkapan, penahanan dan diusung sebagai seorang pesakitan dari satu kota ke kota lain.”
(Noorul Quran, no. 2, Rohani Khazain, vol. 9, hal. 384-386, London, 1984).
Tulisan ini dikutip dari buku “Inti Ajaran Islam Bagian Pertama, ekstraksi dari Tulisan, Pidato, Pengumuman dan Wacana Masih Mau’ud dan Imam Mahdi, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as”. Neratja Press, hal 274-275, ISBN 185372-765-2