Kemenangan Rasulullah saw
Komunitas pengikut Yang Mulia Rasulullah saw telah mengembangkan persatuan dan kesatuan kerohanian dimana melalui semangat persaudaraan Islam, mereka semua seolah-olah menjadi anggota dari tubuh yang satu. Nur sinar Kenabian mewarnai kehidupan mereka sehari-hari serta perilaku yang nyata atau pun tersembunyi, sehingga mereka itu telah menjadi cerminan dari diri beliau. Adalah suatu mukjizat akbar dalam perubahan internal kalbu manusia dimana yang tadinya penyembah berhala kemudian berubah menjadi penyembah Tuhan yang tulus, sedangkan mereka yang tadinya tenggelam dalam keduniawian kemudian menciptakan hubungan yang begitu dekat dengan Tuhan-nya dimana mereka mengalirkan darah mereka seperti air di jalan Allah swt. Semua itu karena mereka menjalani kehidupan mereka secara tulus bersama-sama dengan seorang Nabi yang sempurna dan benar.”
(Fatah Islam, Qadian, Riyaz Hind Press, 1308 H; Rohani Khazain, vol. 3, hal. 21-22, London, 1984).
***
“KEHIDUPAN YANG MULIA RASULULLAH saw merupakan kehidupan yang amat berhasil. Baik sifat akhlak mulia beliau, kekuatan kerohanian, keteguhan hati, kesempurnaan ajaran yang beliau bawa, contoh ibadah serta pengabulan doa beliau, singkat kata, dalam keseluruhan aspek kehidupannya beliau telah memperlihatkan tanda-tanda yang demikian cemerlang sehingga seorang yang bodoh sekalipun selama ia tidak mengidap rasa permusuhanatau dendam, akan terpaksa mengakui bahwa beliau adalah suri teladan yang sempurna dari sifat-sifat Ilahi dan bahwa beliau adalah manusia yang sempurna.”
(Al-Hakam, 10 April 1902, hal. 5).
***
“APAKAH KALIAN MEMPUNYAI bayangan tentang kejadian aneh yang berlangsung di tanah berpadang pasir Arabia dimana ratusan ribu orang yang sudah mati dihidupkan kembali dalam jangka waktu singkat dan mereka yang salah jalan selama beberapa generasi telah memperoleh warna Ilahi, sedangkan mereka yang buta memperoleh penglihatan dan mereka yang bisu mulai berbicara tentang pemahaman Ilahiah, dan dunia yang mengalami suatu revolusi yang tidak pernah didengar sebelumnya? Adalah doa seorang yang larut dalam kecintaan kepada Allah swt pada malam-malam yang gelap, yang telah menimbulkan kegegeran di dunia dan memunculkan keajaiban-keajaiban yang mestinya tidak mungkin datang dari seorang tidak terpelajar dan tidak berdaya demikian. Ya Allah swt , turunkanlah berkat dan salam-Mu atas diri beliau dan para pengikut beliau setara dengan kerisauan beliau terhadap umatnya serta curahkanlah Nur Rahmat-Mu atas beliau selama-lamanya.”
(Barakatud Dua, Qadian, Riyaz Hind Press, 1310 H; Rohani Khazain, vol. 6, hal. 10-11, London, 1984).
***
“APA PUN YANG TERJADI di awal sejarah Islam adalah hasil dari doa yang dipanjatkan Yang Mulia Rasulullah saw yang disampaikan kepada Allah swt dengan cucuran air mata di jalan-jalan kota Mekah. Semua bentuk kemenangan akbar yang telah merubah seluruh aspek kehidupan dunia adalah hasil dari doa beliau tersebut. Betapa lemahnya kondisi keadaan para sahabat beliau bisa dilihat dari kenyataan bahwa pada saat perang Badar, di antara mereka itu hanya ada tiga buah pedang terbuat dari kayu.”
(Al-Hakam, 17 September 1906, hal. 4).
***
Kemenangan Rasulullah Bersifat Menyeluruh
“Pembaruan yang dibawa oleh penghulu dan junjungan kita Yang Mulia Rasulullah saw bersifat merata dan menyeluruh serta diakui oleh semua pihak. Tingkat pembaruan seperti itu belum pernah berhasil dicapai oleh para Nabi-nabi sebelum beliau. Kalau kita mempelajari sejarah tanah Arab, kita akan menyadari betapa fanatiknya para penyembah berhala, umat Yahudi dan umat Kristen pada masa itu karena sampai saat itu mereka telah berputus asa atas pembaruan diri mereka selama berabad-abad. Lalu muncul ajaran Kitab Suci Al-Quran yang sama sekali bertentangan dengan akidah mereka, dan yang telah menyapu bersih segala akidah palsu serta segala bentuk kejahatan. Meminum minuman keras dilarang, perjudian tidak boleh lagi dilakukan, pembunuhan anak-anak tidak lagi diperkenankan dan segala hal yang bertentangan dengan perikemanusiaan, keadilan dan kesalehan selanjutnya ditekan. Mereka yang melanggar kemudian dihukum setimpal menurut kesalahannya. Dengan demikian tidak ada seorang pun yang bisa menyangkal keagungan dari pembaharuan yang dibawa beliau.”
(Noorul Quran, no. 1, Rohani Khazain, vol. 9, hal. 366, London, 1984).
Tulisan ini dikutip dari buku “Inti Ajaran Islam Bagian Pertama, ekstraksi dari Tulisan, Pidato, Pengumuman dan Wacana Masih Mau’ud dan Imam Mahdi, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as”. Neratja Press, hal 322-325, ISBN 185372-765-2