Menyingkapkan Tabir Keraguan Mengenai Orang-orang Ahmadiyah:
2. Tentang Malaikat
Dari antara orang-orang yang masih belum mengenal Ahmadiyah itu ada yang menuduh bahwa orang-orang Ahmadiyah tidak percaya kepada adanya malaikat-malaikat dan syaitan. Tuduhan ini pun hanya bikin-bikinan belaka. Sebutan mengenai malaikat terdapat di dalam Al-Qur’an demikian juga tentang syaitan. Bagaimanakah orang-orang Ahmadi dalam keadaan mengaku beriman kepada Al-Qur’an Karim, dapat mengingkari hal-hal yang disebut-sebut oleh Al-Qur’an Karim? Dengan karunia Allah kami beriman sepenuh-penuhnya atas adanya malaikat-malaikat, bahkan oleh sebab merekalah kami menerima berkat dari wujudnya Jemaat Ahmadiyah; dan tidaklah kami ini beriman saja, bahkan kami juga berkeyakinan teguh bahwa berkat pertolongan Al-Qur’an Karim kami dapat mengadakan hubungan dengan para malaikat dan dengan perantaraan mereka ini kami dapat mempelajari ilmu-ilmu kerohanian.
Penulis sendiri (Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad, Khalifah ke-2 Ahmadiyah, red) telah banyak mendapat berbagai-bagai ilmu kerohanian melalui para malaikat. Sekali peristiwa satu malaikat telah mengajarkan kepada saya tafsir dari Surah Al-Fatihah. Semenjak saat itu hingga sekarang, demikian rupa terbukanya rahasia arti dan makna dari Surah Al-Fatihah itu sehingga tidak ada taranya. Saya mendakwakan bahwa seandainya ada seseorang dari sesuatu agama atau aliran yang dapat menguraikan masalah dari salah satu cabang ilmu kerohanian berdasarkan isi dari seluruh kitabnya, maka saya dengan karunia Allah dapat mengupasnya hanya dengan isi Surah Al-Fatihah saja. Sejak lama saya mengajukan tantangan ini kepada dunia tetapi tidak ada muncul seorang pun yang menerima tantangan ini. Tentang bukti adanya Tuhan, bukti keesaan Tuhan (Tauhid Ilahi), pentingnya kenabian, ciri-ciri syariat yang sempurna dan apa kepentingannya bagi umat manusia, doa, takdir, kebangkitan sesudah mati, neraka dan surga – kesemuanya masalah ini sedemikian rupa terangnya dapat diuraikan berdasarkan isi dari Surah Al-Fatihah, sehingga ribuan halaman keterangan yang diambil dari kitab-kitab lainpun tidak menjelaskan sejelas itu kepada manusia.
Pendeknya tentang keingkaran kepada wujud malaikat hendaknya tidak perlu dipersoalkan lagi; tinggal lagi sekarang mengenai masalah syaitan. Syaitan adalah satu makhluk yang kotor. Untuk beriman kepadanya tidak perlu dipersoalkan. Ya, kita mengetahui tentang wujudnya ialah dari Al-Qur’an Karim dan kami mengakui adanya, bahkan Allah Taala telah meletakan kewajiban untuk mematahkan kekuatan syaitan dan menghapuskan kekuasaannya. Dalam mimpipun saya melihat bahwa saya beradu gulat dengan syaitan dan dengan pertolongan Allah Taala serta berkat kalimat ta’awudz (A`ūdzu billāhi minas-syaitānir-rajīmi) saya pun dapat mengalahkannya. Sekali peristiwa Allah Taala pernah mengatakan kepada saya bahwa di dalam tugas yang dipikulkan Allah kepada saya, syaitan dan anak-anaknya akan mengadakan bermacam-macam rintangan dan engkau jangan menghiraukan rintangan-rintangan itu, maka melangkahlah maju terus sambil mengucapkan “Dengan karunia Allah dan Rahim-Nya”. Kemudian saya menuju arah ke jurusan mana Allah Taala mengisyaratkan kepada saya, lalu terlihat oleh syaitan dan anak-anaknya mulai berusaha dengan bermacam-macam cara untuk mengancam dan menakut-nakuti. Di beberapa tempat nampak makhluk-makhluk dengan hanya kepala-kepalanya saja menghampiri dan mencoba menakut-nakuti saya. Beberapa tempat nampak pemandangan yang menyeramkan. Di beberapa tempat syaitan-syaitan itu berganti rupa seperti singa, seperti gajah, akan tetapi sesuai dengan perintah Ilahi, saya tidak mengacuhkan godaan-godaan mereka dan seraya menyebut “Dengan karunia Allah dan Rahim-Nya” saya melangkah terus. Manakala saya mengucapkan kalimah itupun nampak kosong. Tetapi sebentar kemudian datang lagi mereka dengan rupa dan bentuk yang baru dan dalam pergumulan kali ini saya berhasil mengalahkan mereka hingga akhirnya mereka pontang-panting lari meninggalkan gelanggang. Maka berdasarkan ru’ya (mimpi) inilah saya senantiasa menulis di atas tulisan-tulisan saya yang penting-penting. “Dengan karunia Allah dan Rahim-Nya”. Tegasnya kami beriman kepada malaikat dan kami mengakui adanya wujud syaitan.
Adapula beberapa orang yang mengatakan bahwa orang-orang Ahmadi tidak percaya kapada mukjizat. Hal ini pun bertentangan dengan kenyataan. Jangankan lagi terhadap mukjizat Nabi Muhammad saw, bahkan kami juga percaya bahwa Allah Taala menganugerahkan mukjizat kepada pengikut Nabi Muhammad saw yang sejati. Al-Qur’an Karim itu penuh berisi mukjizat-mukjizat dari Nabi Muhammad saw dan hanyalah orang-orang yang mata-rohaninya buta sebuta-butanya dapat mengingkari kenyataan itu.