Jum’at (17/12/2021), setelah cuaca panas mengawali Yogyakarta di siang hari kemarin, segarnya udara selepas hujan mengantarkan dua mahasantri, yaitu Nur Sofwatul Qulub dan Uswatun Hasanah bersilaturahmi dengan Lajnah Imaillah di masjid Fadhli Umar.
Kunjungan ini merupakan rangkaian study tour mahasantri Ma’had Aly Kebon Jambu Cirebon semester delapan. SRILI sebagai fasilitator menjadi penghubung berbagai tempat ibadah dan ormas/komunitas yang akan dikunjungi mereka selama di Yogyakarta. Sebelumnya mereka telah berkunjung ke Vihara, Pura, dan akan berkunjung ke komunitas penghayat.
Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy didirikan oleh K.H. Muhammad (Alm) dan Nyai Hj. Masriyah Amva pada 20 November 1993 di bawah naungan Yayasan Tunas Pertiwi. Pondok pesantren yang sekarang, 1440 H, santrinya telah mencapai lebih dari 1000 orang, terletak di Desa Babakan Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon.
SRILI (Srikandi lintas iman) adalah sebuah komunitas yang lahir di Yogyakarta. Anggota komunitas ini terdiri dari para perempuan dari berbagai agama. Komunitas ini lahir dari kepedulian perempuan untuk duduk bersama, berdiskusi, bertukar gagasan dan melahirkan program-program untuk mengelola keberagaman.
Begitu hujan reda, dua mahasantri dan seorang wakil dari SRILI (Rahmawati) pun hadir sebagai tamu perdana di Masjid Fadhli Umar yang baru selesai direnovasi ini. Kedua mahasantri ini menceritakan bahwa tadi driver ojol/ojek online sempat cerita bahwa masjid ini baru direnovasi. Kita semua patut bersyukur ternyata para driver ojol sudah familier dengan komunitas Ahmadiyah Yogyakarta.
Setelah diawali dengan sepatah kata dan perkenalan dari Ketua Lajnah Yogyakarta dan Ketua Daerah serta pengurus lainnya, maka sambil melepas sejuknya udara sore itu dengan hangatnya chai dan snack box obrolan pun berlangsung. Perbincangan diawali dengan pengantar dari SRILI lalu perkenalan dari kedua mahasantri. Mahasantri ini berasal dari Jurusan Hukum Keluarga Islam (Ahwalu syakhshiyyah).
Sepanjang perbincangan, walaupun terlihat segan dan malu-malu. Namun, setelah beberapa pengurus Lajnah membuka pembicaraan, akhirnya mengalirkan beberapa pertanyaan seputar Ahmadiyah dari mereka. Diawali dengan pernyataan bahwa menurut mereka, akhir-akhir ini isu tentang Ahmadiyah begitu hangat terutama di media sosial. Selain itu, mereka menanyakan mengenai pengakuan ada nabi lagi setelah Rasulullah saw, juga bagaimana sikap Ahmadiyah dalam menyikapi perbuatan anarkis, kenapa Khalifah berada di Inggris, kemudian, apakah betul di Ahmadiyah ada brainwash. Dari pertanyaan tersebut secara bergantian Ketua Daerah dan para pengurus Lajnah saling melengkapi jawabannya sehingga perbincangan sore itu semakin hangat.
Terlihat wajah excited (bersemangat) memancar dari ketiga tamu, sehingga di sela-sela penjelasan, dari mereka terlantar, “Oh, begitu ya…”. Bahkan perwakilan SRILI yang ternyata asli Makassar dan beraliran tarekat pun sangat bersemangat ketika menceritakan pengalamannya sebagai komunitas berbeda di Makassar.
Begitu banyak pengenalan, pemahaman, wawasan, baik ilmu dan toleransi yang mengalir sore itu. Dari sikap segan, malu-malu, dan ragu di wajah para tamu, sampai akhirnya berganti bersemangat dan lebih sumeh menutup kunjungan mereka. Kegiatan ini ditutup dengan doa dan pemberian souvenir dari Lajnah Imaillah Yogyakarta serta foto bersama.
Kontributor: Maridah Rahmahesti, Mln. Murtiono Yusuf Ismail_Yogyakarta