“Ketika buku saya ini [Al-Masih di Hindustan atau Yesus di India] diterbitkan, mereka yang berulang kali melontarkan tuduhan dan bertanya apa yang telah dicapai dengan kedatangan saya juga akan mendapatkan jawabannya.
Ketika saya mendengar keberatan semacam ini, saya heran. Apakah hal-hal tersebut dicapai dengan semacam mantra sihir? Katakanlah kepada saya; lagipula, Nuh, (as) telah berdakwah selama sembilan ratus lima puluh tahun, maka dalam pandangan orang-orang seperti itu, apa yang telah beliau capai? Orang-orang ini akan melihat – dan tentunya Allah Ta’ala akan memperlihatkan dengan jelas kepada mereka – apa yang telah saya kerjakan. Celakanya! Andai saja orang-orang ini merenungkan keadaan saat ini.
Enam belas tahun dari abad ini telah berlalu dan kegelapan telah mencapai titik ekstrem; jadi tidak ada seorang pun yang muncul sebagai Pembaharu? Orang-orang seperti itu sedikitpun tidak bertindak dengan keadilan. Dalam melontarkan tuduhan terhadap saya, mereka pada akhirnya menentang Tuhan. Karena dalam pandangan mereka, saya telah datang dan tidak melakukan apa pun dan Tuhan tidak mengutus seorang pun yang akan melakukannya.
Padahal, jika kebutuhan zaman sekarang dikesampingkan sejenak, menurut orang-orang yang tidak bijak ini, sudah datang orang yang menyesatkan mereka, tetapi meskipun demikian, Mahdi yang sebenarnya belum muncul dan tidak diutus oleh Tuhan. Abad keempat belas seharusnya diberkahi, tetapi berkah apa yang dibawanya ketika bersamanya muncul seorang Dajjal!
Siddiq Hasan dan Abdul Hayy, yang merupakan pendakwah, meninggal di awal abad itu; kalau tidak, mungkin keduanya dapat menghibur orang-orang ini. Akan tetapi, Tuhan telah menunjukkan melalui karunia-Nya bahwa pekerjaan ini bukan untuk mereka lakukan, tetapi untuk orang lain.
Setiap kali seorang pembaharu (mujaddid) muncul, mereka melakukan (pembaruan) sesuai kebutuhan zaman itu, bukan untuk mengajarkan orang-orang tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan bagaimana mereka harus membersihkan diri setelah menjawab panggilan alam [buang hajat] atau berwudhu. Apakah Tuhan, Yang Maha Bijaksana tidak melihat bahwa angin mematikan dari naturalisme dan filsafat telah melanda negeri ini dan ribuan orang telah binasa? Orang-orang Kristen, yang menyembah salib, telah memisahkan ratusan dan ribuan orang dari Tuhan.
Oleh karena itu, pada saat ini, bukankah dibutuhkan seorang Reformis yang akan “mematahkan salib” dan menunjukkan melalui argumentasi dan fakta meyakinkan bahwa agama salib tidak memiliki cahaya kebenaran; dan manusia tidak dapat menjadi pewaris keselamatan melalui kepercayaan pada kayu salib?
Setiap hari, umat Kristen terus menerbitkan dan menyebarkan selebaran yang jumlahnya mencapai 50.000 dan bahkan 100.000. Seperti segerombolan belalang, wanita, anak-anak, tua dan muda terlibat dalam pekerjaan menyerang Islam dengan cara yang memungkinkan. Pada saat ini, serangan gencar yang dilancarkan terhadap Islam tidak mengenal batas. Di satu sisi, Allah telah berjanji:
وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ
“Sesungguhnya Kami benar-benar akan memeliharanya.”
Di sisi lain, para kritikus kita yang bodoh begitu “bijaksana” sehingga mereka mengklaim tidak seorang pun muncul dalam Islam dengan cahaya wawasan ilahi untuk melindungi Agama; dan pada kenyataannya, seorang Dajjal telah muncul sebagai gantinya. Aduh! Sungguh disayangkan! Seribu kali disayangkan! Ini adalah waktu yang tepat bagi Tuhan untuk menunjukkan tangan-Nya yang bersinar sebagai dukungan dan pertolongan-Nya. Saya katakan, dalam hal apa pun, Dia telah melakukannya. Tuhan akan memanifestasikan cahaya-Nya. Dia akan mempermalukan para penentang saya dan menunjukkan kepada mereka apa yang telah dicapai oleh sosok yang telah datang.
(Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as, Malfuzat, Vol. 2, hal. 19-20)
Sumber: Alhakam.org
Penerjemah: Mln. Dildaar Ahmad Dartono