Marwan Gill, Muballigh, Argentina
Salah satu tugas paling mendasar dari Hadhrat Masih Mau’ud (as), sebagaimana dinubuatkan oleh Nabi Muhammad (saw), adalah untuk “mematahkan salib” – untuk membantah doktrin-doktrin Kristen yang salah dengan argumen-argumen yang logis dan teologis.
Banyaknya buku dan pidato Hadhrat Masih Mau’ud (as) tentang Kristen merupakan kesaksian hidup dan tanda pemenuhan tugas ilahinya.
Dalam pengalaman pribadi saya sebagai mubaligh yang bertugas di Argentina, selalu mendapat manfaat dari argumen-argumen beliau selama percakapan saya dengan orang-orang Kristen, tetapi baru beberapa hari yang lalu saya melakukan debat publik pertama saya dengan seorang pendeta Kristen.
Saya harus mengakui bahwa saya agak gugup, bukan karena saya tidak yakin dengan argumen-argumen kami atau kebenaran kami, tetapi mengingat kekurangan-kekurangan pribadi saya. Saya terutama khawatir tentang kemampuan bahasa saya karena saya baru mulai belajar bahasa Spanyol tiga tahun yang lalu dan saya masih jauh berbicara seperti penutur asli.
Namun, sebelum debat, saya berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah agar Dia menutupi kekurangan-kekurangan saya demi Hadhrat Masih Mau’ud (as). Saya memohon kepada Allah agar menunjukkan sekilas tentang “mematahkan salib” karena saya akan mewakili Jamaah Hadhrat Masih Mau’ud (as) dalam perdebatan itu.
Dengan karunia Allah, selama perdebatan itu saya secara pribadi mengalami bagaimana argumen-argumen yang disampaikan oleh Hadhrat Masih Mau’ud (as) benar-benar mematahkan salib.
Pendeta Kristen itu telah menyiapkan semua argumentasinya berdasarkan pandangan umum Sunni tentang penyaliban.
Oleh karena itu, ketika saya menyampaikan sudut pandang Ahmadiyah yang didukung oleh ayat-ayat Al-Qur’an, ia benar-benar kehilangan pijakannya.
Pertama, ia terus bersikeras bahwa pandangan ini tidak diterima oleh sebagian besar umat Islam, yang saya jawab bahwa kriteria untuk menguji penjelasan tertentu tidak didasarkan pada persetujuan banyak umat Islam; melainkan pada dukungan dari Al-Qur’an.
Al-Qur’an dengan jelas mendukung sudut pandang Ahmadiyah sehubungan dengan penyaliban dan menolak kepercayaan umum Sunni [ahlus sunnah].
Kemudian, saya bahkan menyampaikan referensi Alkitab, yang mendukung penjelasan kami dan membantah doktrin Kristennya sendiri.
Awalnya, dia mengabaikan argumen saya (yang semuanya diambil dari tulisan-tulisan Hadhrat Masih Mau’ud (as) dan para Khalifahnya), tetapi yang mengejutkan, pada satu titik, dia benar-benar mengakui bahwa dia tidak bisa berkata apa-apa dan tidak menyangka akan dihadapkan oleh seorang Muslim dengan referensi Alkitab tentang keyakinan Kristen mereka sendiri.
Dia terus mengabaikan pertanyaan balik saya dan mengakhiri perdebatan dengan hanya mengatakan bahwa dalam program ini, dia tidak ingin memasuki perdebatan teologis tentang penyaliban.
Banyak non-Muslim bahkan bingung dengan sikapnya, bahwa “Jika Anda mengundang seorang Muslim untuk berdebat tentang penyaliban, kedengarannya kontradiktif daripada melarikan diri dari argumentasi teologis.”
Sebagai kesimpulan, siapa pun yang menonton perdebatan ini dengan pikiran yang tidak memihak akan menyimpulkan bahwa argumen yang disebutkan oleh Hadhrat Masih Mau’ud (as) adalah alat yang efektif untuk “mematahkan salib” Kristen dan membantah doktrin-doktrin palsu mereka.
Hal ini juga menjadi pengingat yang hebat bagi saya bahwa jika seorang Muslim ingin mengabdikan diri kepada Islam di medan pertempuran teologis melawan Kristen, ia harus menerapkan sudut pandang Jamaat Ahmadiyah.
Untuk menghilangkan akar Kristen, umat Islam harus membuktikan bahwa Yesus tidak mati di kayu salib. Dan untuk menjaga akar Islam tetap hidup, kita harus membiarkan Yesus mati secara wajar. Ini adalah ajaran Islam.
Sumber: Alhakam.org
Penerjemah: Mln. Dildaar Ahmad Dartono