MENCARI ISLAM SEJATI
Hazrat Mirza Masroor Ahmad – Khalifatul Masih V (aba), Jalsah Salanah, 29 Juli 2017

Setiap kali saya menghadiri acara-acara yang dihadiri oleh non-Muslim dan ketika saya menyampaikan tentang ajaran Islam yang indah dan damai, kebanyakan mereka bertanya dengan ketakjuban, “Apakah ini benar-benar ajaran Islam?” Reaksi dan pertanyaan ini tidak hanya dilontarkan oleh mereka yang tinggal di negara tertentu saja, tetapi dari semua negara. Saat ini, Ahmadiyah di berbagai negara, telah membagian selebaran yang menggambarkan ajaran Islam yang damai. Seperti yang saya sebutkan dalam laporan kemarin, di setiap negara selebaran ini sekarang telah dibagikan dalam jumlah ratusan ribu. Pada kesempatan-kesempatan seperti itu, setiap orang (yang sadar akan hal itu) mengungkapkan ketakjuban yang sama dengan mengatakan “Media telah menggambarkan Islam yang sangat berbeda dengan yang digambarkan oleh kalian,”. Dengan merujuk pada tindakan beberapa kelompok ektremis, media telah sedemikian rupa mencemarkan nama baik agama Islam di seluruh dunia, sampai-sampai (sentimen) yang sama diungkapkan juga oleh orang-orang yang tinggal di daerah paling terpencil di Afrika hingga mereka yang tinggal di Amerika.
Singkatnya, mayoritas non-Muslim, baik mereka yang tinggal di Amerika Selatan, Australia, Eropa dan Jepang, telah menyalahkan umat Islam dan ajaran Islam atas segala kekacauan, konflik dan tidak adanya perdamaian di dunia ini. Padahal sesungguhnya ajaran Islam adalah penjamim perdamaian sejati dan keamanan di dunia. Kata ‘Islam’ itu sendiri mengandung pesan perdamaian dan keamanan, selalu bersedia memberikan kedamaian dan ketenangan bagi semua orang, tanpa adanya pembedaan, diskriminasi atau preferensi apapun.
Islam dan Kesetaraan
Ajaran Islam yang indah sedemikian rupa menghilangkan setiap sikap inferior atau superior, segala bentuk diskriminasi dengan menyatakan bahwa semua manusia kedudukannya setara. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa orang Arab tidak lebih unggul dari non-Arab begitu juga Non-Arab tidak lebih unggul atas orang Arab, dan orang kulit putih tidak lebih baik dari orang kulit hitam, tidak juga orang kulit hitam melebihi orang kulit putih.1 Sebagai manusia, setiap orang adalah sama.
Selanjutnya Allah secara khusus telah menjadikan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai penjamin perdamaian dan keamanan dengan memberinya gelar rahmatan lil alamin. Tidak mungkin ajaran dan perilaku wujud yang dikirim sebagai rahmat bagi seluruh dunia dapat merusak perdamaian dan keamanan dunia.
Dan hal yang paling penting adalah, Islam meyakini bahwa Allah Taala merupakan Tuhan semesta alam, Maha Pencipta dan Pemelihara segala sesuatu yang ada di alam semesta, dan merupakan Tuhan bagi semua pengikut agama. Dan sesungguhnya, Tuhan telah memenuhi kebutuhan-kebutuhan duniawi bahkan kepada orang-orang yang tidak beriman kepada-Nya sekalipun, serta memberi mereka kedamaian. Tuhan dalam Islam adalah Tuhan yang mengajarkan bahwa konsep ketuhanan yang disampaikan oleh ajaran setiap agama pada realitanya menunjuk pada Satu Tuhan yang sama. Dia berfirman: “Aku adalah Maha Pemberi Rezeki segala sesuatu”.
Berbagai agama telah menetapkan berbagai sebutan kepada-Nya sesuai dengan bahasa nabi dari agama masing-masing. Sehingga sebagian orang ada yang meyakini bahwa Tuhan (mereka) berbeda dengan (agama lain), dan hal ini telah menyebabkan banyak perselisihan. Islam dengan jelas menyatakan bahwa tidak perlu berselisih dan saling menggorok leher masing-masing atas nama agama. Hanya ada Satu Tuhan, yaitu wujud yang merupakan Tuhannya Yahudi dan juga Kristen, Hindu, Muslim dan pengikut agama lain. Dia adalah Tuhan semua orang.
Jadi seluruh ciptaan adalah milik-Nya dan Dia memelihara semua makhluk-Nya. Kasih sayangnya meliputi segala sesuatu.
Jika kasih sayang-Nya mencakup semua orang dan kepunyaan Dia lah segala ciptaann-Nya dan jika Dia adalah Pemelihara semua orang, mengapa manusia berupaya menciptakan kekacauan karena perbedaan agama atau hal-hal lainnya?
Di zaman ini, Masih Mau’ud (Almasih yang Dijanjikan) telah memberi kita wawasan tentang masalah ini dengan menyatakan bahwa dasar terjadinya perselisihan dan kekacauan adalah ketika orang-orang atau suatu bangsa menumbuhkan sikap superioritas; yaitu mereka merasa bahwa “Tuhan hanya milik kami” dan “Dia tidak memiliki hubungan dengan bangsa atau agama lain”. Namun, Islam menyatakan bahwa “Tuhan kami adalah Robbul alamiin, Tuhan untuk seluruh dunia,” 2
Hal itu menarik perhatian kita pada satu fakta bahwa jika Tuhan dari masing-masing agama itu adalah Satu, yaitu Dia sang Pemelihara dan Pencipta kita, maka kita akan hidup dalam kedamaian dan rukun satu sama lain. Oleh karena itu, di satu tempat Hadhrat Masih Mau’ud bersabda:
“Tuhan Yang Maha Kuasa memulai Alquran dengan ayat berikut yang terkandung dalam Surah Al-Fatihah: الحَمدُ لِلَّهِ رَبِّ العالَمينَ Yaitu, segala kesempurnaan dan kesucian hanya milik Allah, Tuhan semesta alam.’ 3
Hadhrat Masih Mau’ud selanjutnya bersabda:
“Kata ‘aalam mencakup seluruh manusia di segala zaman dan semua bangsa. Dimulainya Al-Qur’an dengan ayat ini dimaksudkan untuk melawan pandangan orang-orang yang berusaha memonopoli kasih sayang Tuhan yang tak terbatas, khusus untuk bangsa mereka sendiri. Mereka menganggap bahwa bangsa-bangsa lain bukanlah kepunyaan Allah atau setelah menciptakan bangsa lain, Tuhan membuang mereka seperti tanpa guna, atau mereka disisihkan dan dilupakan oleh-Nya bahkan mereka tidak diciptakan oleh Dia. (Naudzubillah min dzaalik).4
Jadi, mereka yang berpikir bahwa Tuhan telah menjadikan mereka lebih unggul daripada orang lain, dan orang lain itu bukan ciptaan Tuhan, atau Tuhan telah menciptakan (penganut agama lain) dan kemudian menyisihkan dan menolak mereka, sebenarnya adalah orang-orang yang menciptakan kekacauan di dunia saat ini dan menghancurkan kedamaian dunia karena sikap superioritas mereka.
Beberapa hari yang lalu, seorang politikus yang juga merupakan teman dekat Presiden Amerika Serikat, menyatakan dengan jelas di televisi bahwa ras kulit putih lebih besar dan lebih unggul dari ras lain di dunia maka wajar mereka memerintah (ras lain) dengan sesuka hati mereka. Selanjutnya ia mengatakan orang kulit hitam dan orang Afrika merupakan ras yang paling inferior. Lebih jauh lagi ia mengatakan bahwa karena warna kulit itu, mereka tidak dapat memiliki kapasitas inteletual yang sama dengan orang kulit putih.
Jadi dengan kesombongannya ia begitu lancangnya sehingga ia berani menempatkan dirinya setara dengan Allah taala. Mereka yang ingin mencemarkan nama baik Islam harus bercermin dan merenungkan apakah pernyataaan semacam itu dapat menciptakan perdamaian? Pernyataan ini menampakkan apa yang ada di dalam hati orang-orang yang sombong tersebut. Tak peduli berapa banyak nyanyian keadilan, kedamaian dan kerukunan yang mereka kemukakan di permukaan, tetapi pada kenyataannya mereka berupaya mencapai tujuan dan agenda yang telah mereka ungkapkan, seperti yang baru saja saya sebutkan.
Melanjutkan penjelasan ayat الحَمدُ لِلَّهِ رَبِّ العالَمينَ Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda:
“Allah taala memulai Alquran dengan ayat ini: الحَمدُ لِلَّهِ رَبِّ العالَمينَ Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam.5 Melalui Al-Qur’an Dia dengan jelas dan tegas menyatakan bahwa keliru jika mengatakan bahwa nabi-nabi Allah hanya muncul di sebagian negara atau bangsa tertentu saja. Sebaliknya, Allah tidak meluputkan bangsa lain. Al-Qur’an menjelaskan banyak contoh bahwa sebagaimana Allah telah menjaga perkembangan fisik manusia di setiap bangsa sesuai dengan kebutuhan mereka, demikian pula Dia memberkati setiap bangsa dan setiap orang dengan perkembangan rohaninya. “
Hadhrat Masih Mau’ud as melanjutan:
“Seperti difirmankan oleh Allah taala di dalam Alquran: وَإِن مِن أُمَّةٍ إِلّا خَلا فيها نَذيرٌ Yaitu ‘tidak ada bangsa yang tidak dikirim nabi atau rasul.”6
Lebih lanjut Hadhrat Masih Mau’ud bersabda:
“Ini adalah fakta yang tak terbantahkan bahwa Allah Yang Maha Benar, Maha Sempurna – yang setiap orang wajib beriman kepada Nya – adalah Tuhan semesta alam. Pemeliharaan-Nya (Rabubiyyat) tidak terbatas pada kaum, bangsa, atau masa tertentu, melainkan Dia adalah Tuhan semua kaum, Tuhan untuk setiap zaman, Tuhan setiap tempat atau Tuhan untuk semua bangsa. Dia adalah sumber segala manfaat, dan Sumber kekuatan jasmani dan rohani. Dialah yang memelihara dan menopang segala sesuatu yang berwujud, dan setiap makhluk disokong dan dilindungi oleh-Nya. 7
Kemudian beliau bersabda:
“Berkat-berkat Ilahi bersifat umum bagi semua orang dan diberikan kepada semua kaum dan bangsa sepanjang zaman. Hal ini supaya tidak ada suatu kaum yang mengeluh dan menuduh bahwa Tuhan hanya mengasihi kaum tertentu saja dan tidak pada kaum lain, atau Allah hanya menurunkan Firman-Nya yang berisi petunjuk kepada kaum tertentu dan tidak yang lain, atau melalui wahyu-Nya dan mukjizat-Nya, Allah mewujudkan diri-Nya hanya untuk zaman tertentu saja tetapi Dia tersembunyi di zaman yang lain. Jadi dengan mengaruniakan karunia-karunia-Nya secara universal, Dia menghilangkan semua kritik dalam bentuk apapun. Dia menunjukkan kebaikan yang tanpa batas itu sehingga tidak melupakan kaum manapun dari karunia fisik dan rohani, dan tidak melupakan zaman manapun dari berkat-berkat-Nya.”
Jadi, mereka yang mengatakan bahwa orang kulit putih lebih cerdas dan memiliki kemampuan superior sangatlah keliru. Allah taala telah memberikan kemampuan dan karunia kepada semua orang. Terlepas dari orang-orang duniawi, yang menganggap diri mereka lebih unggul dan lebih baik daripada orang lain dalam aspek-aspek tertentu, tidak ada agama manapun yang secara lugas mendukung kesetaraan di antara orang-orang seperti yang diajarkan Islam. Hanya Islam yang mengajarkan bahwa Allah taala telah memperlakukan umat manusia secara setara dalam hal kerohanian yaitu dengan mengutus nabi kepada setiap kaum. Semua nabi membawa pesan yang sama dari Allah dan tidak ada perbedaan di antara mereka. Jadi menurut Al-Qur’an, hanya umat Islam yang meyakini semua nabi dari semua kaum, meski tanpa harus bergabung dengan pengikut agama lain. Al-Qur’an mengajarkan kita bahwa para nabi turun kepada setiap orang dan kami meyakini mereka semua.
Sebagaimana kami meyakini semua nabi dari kaum lain, kami tidak akan pernah menyatakan bahwa nabi tertentu dari kaum lain adalah palsu atau ajarannya sesat. Umat Islam tidak mungkin membuat pernyataan seperti itu, karena dengan berbuat demikian sama saja mereka menyalahkan Alquran, naudzubillah min dzaalik!. Hal ini membuktikan bahwa Islam tidak ada bandingannya dengan semua agama dalam hal toleransi beragama dan ajaran yang damai. Sebaliknya, orang Kristen atau seorang Yahudi lah atau pengkikut agama lain yang membuat komentar miring tentang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Islam Menghormati Agama Lain
Seorang Muslim, tentu saja, diajarkan untuk menghormati nama Yesus (Nabi Isa), Nabi Musa as atau para pendiri dan nabi-nabi agama lain. Sementara pengikut agama lain suka memfitnah Nabi saw dengan ucapan yang tidak pantas, sebaliknya kita sebagai umat Islam mengirim salam keselamatan dengan menggunakan kata-kata ‘alaihissalam’ (kedamaian beserta mereka) ketika menyebut setiap nabi, sehingga hal itu membangun rasa homat dan memuliakan mereka. Dengan demikian hanya Islam saja yang menganjurkan perdamaian dan kerukunan setinggi mungkin dengan memerintahkan para pemeluknya meletakkan dasar kerukukan dalam segala situasi.
Allah telah memberi petunjuk kepada umat Islam untuk menghindari perselisihan atas dasar agama dan harus hidup dengan damai, sebagaimana Dia berfirman:
وَلا تَسُبُّوا الَّذينَ يَدعونَ مِن دونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدوًا بِغَيرِ عِلمٍ ۗ كَذٰلِكَ زَيَّنّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُم ثُمَّ إِلىٰ رَبِّهِم مَرجِعُهُم فَيُنَبِّئُهُم بِما كانوا يَعمَلونَ
“Dan, janganlah kalian memaki apa yang diseru mereka selain Allah, maka mereka memaki Allah karena rasa permusuhan, tanpa ilmu. Demikianlah Kami menampakkan indah kepada tiap-tiap umat amalan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, maka Dia akan memberitahukan kepada mereka apa-apa yang dahulu mereka kerjakan.” 8
Betapa agungnya cara ini dalam menghilangkan perselisihan di dunia dan menjadikan orang-orang hidup secara damai! Ayat ini tertuju kepada para penyembah berhala bukan menyembah Allah, mereka telah terjerumus pada kemusyrikan (menyekutukan Allah) – syirik merupakan satu dosa yang sangat besar dalam pandangan Allah – tetapi sungguhpun demikian, tetap saja Allah mengatakan bahwa seseorang tidak boleh menjelek-jelekkan berhala-berhala mereka.
Setiap orang memiliki sensitifitas perasaan terhadap keyakinan masing-masing. Terlepas apakah perasaan itu benar atau salah, jika seseorang tidak menerapkan hikmah dan menghina berhala-berhala mereka, maka mereka pun akan membalas dengan menghina Allah taala. Pada gilirannya hal itu akan melukai perasaannya sendiri dan juga dapat menyulut api perselisihan dan pertengkaran; oleh karena itu, orang-orang harus menghindari hal ini. Kita semua akan menghadap kepada Allah setelah kematian, dan di sana Allah akan menunjuk mana kepada kita mana Tuhan yang benar; yaitu Wujud yang pemelihara dan menyediakan semua kebutuhan kita dan Tuhan yang Maha Pemberi Ganjaran dan Maha Menghukum. Ini adalah sebuah prinsip emas yang tidak saja dapat menghilangkan perselisihan dan pertengkaran, tetapi juga memberikan ajaran perdamaian, dan sebagai sarana meningkatkan standar akhlak umat Islam.
Dalam menjelaskan hal ini lebih lanjut, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda:
“Allah taala telah mengajarkan kepada kita melalui Al-Quran supaya kita menunjukkan perilaku yang lembut dan penuh rasa hormat sehingga Allah memperingatkan: وَلا تَسُبُّوا الَّذينَ يَدعونَ مِن دونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدوًا بِغَيرِ عِلمٍ Dengan kata lain, janganlah kita memaki sembahan para penyembah berhala, jika tidak mereka akan memaki Tuhan kalian karena ketidaktahuan mereka”. 9
Beliau lebih lanjut menyatakan:
“Sekarang camkanlah perintah Al-Qur’an tersebut bahwa walaupun kita menganggap berhala-berhala itu tidak memiliki makna sama sekali, tetapi Allah mengajarkan kepada umat Islam untuk menjauhkan diri dari sikap menghina berhala-berhala itu dan sebagai gantinya umat Islam harus menerapkan cara pendekatan yang lembut; jangan sampai mereka (para penyembah berhala) terprovokasi, yang pada akhirnya mereka akan mencaci Allah.”10
Jika seorang Muslim gagal bertindak berdasarkan ajaran ini, maka letak kesalahannya ada pada individu tersebut, bukan pada ajarannya. Sebagian non-Muslim sering mengutarakan bahwa ajaran Islam itu salah sembari mengejeknya tanpa dipikir terlebih dahulu. Pada dasarnya, inilah orang-orang yang merusak perdamaian dunia, bukan ajaran Islam. Tiada kesalahan yang dapat tertuju pada ajaran Islam. Jika ada kesalahan dari orang Islam yang melakukan kejahatan, maka itu adalah kejahatan yang dilakukan atas nama dirinya sendiri dan tidak memiliki kaitan dengan ajaran Islam. Jadi, jika ada non muslim, walaupun ia mengetahui ajaran Islam yang benar, tetapi kemudian ia tetap memfitnah Islam sehingga mengakibatkan kekacauan dan kerusuhan, maka non-muslim itulah yang bertanggung jawab atas kesalahannya itu.
Tidak Ada Paksaan Dalam Islam
Terdapat banyak contoh serupa di dalam ajaran-ajaran Islam yang melarang pemaksaan ataupun perselisihan. Sampai pada taraf sehingga Islam tidak ada banding dengan agama lain dalam hal mempromosikan pesan perdamaian, persatuan, ketakwaan dan kerukunan. Misalnya dalam surah Yunus, Allah taala berfirman:
وَلَو شاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَن فِي الأَرضِ كُلُّهُم جَميعًا ۚ أَفَأَنتَ تُكرِهُ النّاسَ حَتّىٰ يَكونوا مُؤمِنينَ
“Dan sekiranya Tuhan engkau menghendaki, niscaya orang yang ada di bumi akan beriman semuanya. Apakah engkau akan memaksa manusia hingga mereka menjadi orang beriman?”11
Jadi jika umat Islam (dianggap) memaksa orang-orang di dunia untuk meyakini Islam, atau menerapkan pemaksaan pada orang-orang kafir atau mempertentangkan keyakinan mereka sehingga menggangu kedamaian, maka ketahuilah bahwa Allah sendiri tidak memperkenankan mereka untuk memaksa orang lain untuk menjadi muslim.
Allah taala menyatakan bahwa jika Dia menghendaki – dan memang Dia berkuasa atas hal itu – Dia bisa saja memaksa seluruh dunia untuk menerima Islam, tetapi Allah taala tidak menginginkan itu terjadi karena itu adalah tindakan pemaksaan. Ketika Allah tidak menghendaki itu, otomatis Dia memberitahu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau juga tidak boleh memaksa orang-orang untuk menjadi Muslim. Dan kalau Allah saja tidak memberikan wewenang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka bagaimana mungkin orang lain memiliki otoritas untuk melakukan hal itu? Para ulama dan teroris, yang mengaku dapat memaksa orang lain untuk beriman, maka hal itu bertentangan dengan ajaran Islam.
Allah taala selanjutnya berfirman:
وَقُلِ الحَقُّ مِن رَبِّكُم ۖ فَمَن شاءَ فَليُؤمِن وَمَن شاءَ فَليَكفُر
“Inilah hak dari Tuhan-mu; maka barangsiapa menghendaki, maka berimanlah, dan barangsiapa menghendaki, maka ingkarlah.”12
Oleh karena itu, jika junjungan kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak diberi wewenang untuk memaksa orang lain menerima Islam, maka bagaimana bisa ulama ataupun organisasi agama, memiliki hak menggunakan kekerasan untuk menyebarkan Islam dan merusak nama baiknya? Oleh karena itu, jika ada orang yang melakukan kesalahan dengan mengatasnamakan Islam maka yang salah adalah mereka sendiri, bukan ajaran Islam. Islam adalah agama persatuan, perdamaian, cinta dan kerukunan. Islam adalah agama yang memberi kedamaian.
Sampai sejauh ini, semua yang saya sampaikan, bukan hanya membantah pandangan non-Muslim yang menyebut Islam sebagai agama ekstremisme, penyebab huru hara dan kekacauan, tetapi juga membantah orang-orang Islam yang melakukan tindakan teror yang mengatasnamakan Islam dan berupaya merusak perdamaian dunia. Tentu saja meski memiliki ajaran yang indah, sungguh disayangkan tindakan beberapa umat Islam telah mendorong non-Muslim untuk mengkritik Islam. Demikianlah kondisinya, karena kerusakan yang disebabkan oleh ulama Islam hal ini menjadi tak terelakkan. Di zaman ini, sesuai dengan janjinya, Allah taala mengutus Hadhrat Masih Mau’ud untuk mereformasi ajaran-ajaran keliru tersebut. Ia menampakkan keindahan Islam berdasarkan ajaran al-Quran dan sunguh hal itu telah terwujud.
Al-Quran adalah kitab suci yang diagungkan oleh umat Islam. Hanya dengan mengikuti Al-Quran lah ajaran-ajaran Islam yang benar dan indah dapat ditampilkan dan diikuti. Inilah yang dijelaskan dan ditunjukkan oleh Masih Mau’ud kepada kita di zaman ini.
Ka’bah Simbol Perdamaian
Dengan mengacu pada status kesucian Ka’bah atau Mekkah, Al-Quran menyatakan:
وَمَن دَخَلَهُ كانَ آمِنًا
“Barangsiapa memasukinya maka amanlah ia”13
Disini kata ‘ءَامَنَ’ memiliki dua makna. Yaitu, barang siapa yang memasukinya ia akan dilindungi, dan siapa yang beriman kepadanya ia akan aman dan mereka akan memberikan kedamaian kepada orang lain juga. Kondisi ini pertama kali dicontohkan saat Fattah Mekkah, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memaafkan para penentang yang paling ganas dengan mengumumkan perdamaian dan amnesti kepada mereka, dan menyelamatkan hidup mereka.
Pada saat itu, seorang pemimpin Ansar menyerukan bahwa sekarang mereka akan melakukan balas dendam kepada orang Qurays dan menghinakan mereka. Abu Sufyan mendengar ini dan memberitahu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang apa yang dikatakan oleh pemimpin Anshor ini. Ia bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Pada hari ini tidakkah engkau akan memberi kami kemanan di kota ini, terlepas dari permusuhan kami yang terdahulu? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Pada hari ini, terlepas dari semua kekejaman (kalian), kalian akan diampuni, karena kota ini telah dinyatakan sebagai tempat tinggal yang damai. Ka’bah sekarang telah dinyatakan sebagai tempat tinggal yang damai.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian menegaskan bahwa apa yang dikatakan oleh pemimpin Anshor itu tidak benar. Sejak saat itu, dan berkat kesucian kota dan Ka’bah, ajaran pengampunan, perdamaian dan kerukunan telah menyebar ke seluruh dunia. Selanjutnya, karena perkataan dari pemimpin Anshor itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil bendera darinya dan menyerahkannya kepada pemimpin yang lain. Jadi nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan teladannya telah memperlihatkan contoh nyata status perdamaian dan keamanan kota ini. 14
Oleh karena itu, ajaran Islam sangatlah damai, yang menasihatkan kepada kita bahwa sekalipun umat Islam telah menaklukkan musuh yang keras, mereka harus menunjukkan pengampunan kepada musuh tersebut dan memperlakukan mereka dengan kasih sayang, bukan dengan hukuman. Dalam masyarakat dunia yang beradab saat ini, siapa yang dapat menampilkan tindakan semacam ini?.
Kemudian terkait dengan ajakan kepada orang lain ke arah perdamaian, telah disebutkan di dalam Alquran:
وَاللَّهُ يَدعو إِلىٰ دارِ السَّلامِ
Dan Allah menyeru ke tempat keselamatan.”15
Selain memerintahkan kita untuk menuju kedamaian dan memasuki tempat perdamaian, Allah taala juga menyeru orang-orang untuk memasuki ‘Islam’; yang artinya mereka yang menyebarkan dan menegakkan kedamaian. Jika seseorang tidak menyadari kesucian firman ini, maka itu adalah kesalahan mereka sendiri.
Salam Perdamaian
Lebih lanjut, saat saling bertemu dengan orang lain, Islam mengajarkan untuk mengucapkan Assalamualaikum, yaitu menyampaikan salam keselamatan kepada orang lain.16 Orang yang benar-benar tulus mengucapkan assalamualaikum, akankan ia kemudian mengangkat pedang dan menyebabkan pertumpahan darah dan merusak perdamaian?
Demikian pula, ketika kita selesai melaksanakan shalat, kita mengucapkan Assalamualaikum warohmatullahi (dengan menolehkan kepala) ke kiri dan ke kanan. Dengan kata lain, setelah menyelesaikan shalatnya, seseorang menyampaikan pesan kedamaian dan keamanan kepada orang yang duduk di kanan dan kiri, atau yang duduk di depan atau di belakang. Oleh karena itu, Islam tidak akan pernah menjadi agama yang merusak perdamaian atau memaksa orang lain, sebaliknya ajarannya begitu indah dengan mengajarkan perdamaian dan kerukunan melebihi agama lain.
Al-Qur’an kemudian mengajarkan kita bahwa tempat suci ini (yaitu Ka’bah) adalah pusat perdamaian dan kerukuan sejati:
أَوَلَم يَرَوا أَنّا جَعَلنا حَرَمًا آمِنًا وَيُتَخَطَّفُ النّاسُ مِن حَولِهِم ۚ أَفَبِالباطِلِ يُؤمِنونَ وَبِنِعمَةِ اللَّهِ يَكفُرونَ
“Apakah mereka tidak memperlihatkan, bahwa Kami telah menjadikan tanah suci Mekkah aman, dan manusia dibawa secara paksa dari sekeliling mereka di luar Mekkah? Maka apakah mereka akan beriman kepada yang bathil dan akan ingkar kepada karunia Allah?” 17
Ayat ini menyatakan bahwa tujuan sebenarnya Ka’bah adalah untuk menciptakan kedamaian dan kemanan. Ini juga merupakan tanggungjwab besar yang dibebankan di pundak umat Islam agar mereka menjadikan tempat ini sebagai pusat perdamaian. Allah taala menyatakan bahwa barangsiapa yang terikat dengan tempat ini maka akan mendapatkan jaminan kedamaian. Dengan kata lain, kemanan hakiki hanya diberikan kepada mereka yang menciptakan ikatan dengan rumah Allah, semata karena Allah.
Tetapi sangat disesalkan, umat Islam saat ini – teruatama para penguasa negara-negara Muslim – walaupun mengetahui jaminan seperti itu, tetapi mereka melakukan kekejaman dengan sokongan kekayaan dan kekuasaan mereka, bukannya mewujudkan perdamaian dan keamanan dengan mengarahkan perhatian mereka kepada Allah dan tujuan dari pembangunan Ka’bah seperti yang disebutkan oleh Allah dalam Alquran. Mereka menganggap sekutu atau pemimpin duniawi mereka sebagai penjamin kedamaian mereka. Allah taala telah menyatakan bahwa Dia telah menetapkan kedamaian di tanah suci ini dan pada faktanya, karena Allah taala semata, mereka yang tetap terikat kepadanya akan diberi kemanan.
Jika rencana-rencana negara adidaya dunia mengarah pada perdamaian maka kekacauan dan kekisruhan saat ini tidak akan ada. Di dunia saat ini, kekacauan dan kegelisahan terjadi kerena orang-orang lebih fokus pada dunia materi dibandingkan kepada Allah. Jadi orang-orang duniawi sedang mempersiapkan kehancuran mereka sendiri karena meninggalkan Allah taala. Tetapi umat Islam harus menyadari bahwa pada saat ini, ketika keimanan pada Tauhid telah hilang, maka tempat suci yang telah ditetapkan untuk menegakkan ketauhidan dipercayakan kepada para pengikut sejati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka (yakni Muslim), harus mengikuti beliau sehingga mereka dapat memperoleh manfaat sejati dari tempat tinggal yang damai ini, jangan sampai mereka juga jatuh ke dalam kehancuran seperti negara-negara lain di sekitar mereka. Status sebagai kota perdamaian tetap akan dan selalu seperti itu.
Jadi Allah akan memastikan bahwa yang akan berkuasa adalah para pemimpin yang adil dan saleh bukan para pemimpin tiran yang tidak memiliki nilai kerohanian. Kedamaian sejati tidak dapat ditegakkan tanpa nilai kerohanian. Oleh karena itu para pelayan Haramain, yaitu Mekkah dan Madinah perlu mencari kerohanian sejati untuk membangun kedamaian. Untuk mencapai hal ini, sangat penting bagi mereka supaya beriman kepada pecinta sejati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Hal ini diperlukan agar ajaran Islam yang benar dan damai dapat terwujud bagi seluruh dunia; muslim maupun non-Muslim.
Kemudian apa tanggapan orang-orang yang menolak Islam dapat kita temukan di dalam Alquran:
وَقالوا إِن نَتَّبِعِ الهُدىٰ مَعَكَ نُتَخَطَّف مِن أَرضِنا
Dan mereka berkata, “Jika sekiranya kami mengikuti petunjuk bersama engkau, tentulah kami akan diusir dari negeri kami.” 18
Jadi, jika Islam adalah agama yang melakukan kesewenangan, pemaksaan dan ekstremisme, maka orang kafir Mekkah tentu tidak akan mengatakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa mereka akan diusir dari kampung halaman mereka. Bukanlah umat Islam yang melakukan tindakan aniaya dan kesewenang-wenangan, melainkan para penguasa non Muslim saat itu, sehingga karena takut kepada mereka, masyarakat Mekkah tidak mau menerima Islam, walaupun orang-orang Mekkah itu sepakat bahwa ajaran Islam itu damai. Oleh karena itu, inilah alasan mereka mengatakan bahwa jika mereka bergabung dengan umat Islam dan beramal sesuai dengan ajarannya dan menerima Islam, maka mereka akan ditangkap dan diasingkan dari rumah mereka. Dengan demikian, hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya saat itu non-Muslim mengakui bahwa ajaran Islam itu adalah damai. Mereka berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Engkau telah mengajarkan kepada kami untuk menyebarkan kedamaian dan kerukunan, tetapi jika kami menerapkan jalan ini, kami akan dihancurkan oleh kaum lain di sekitar kami.”
Perlombaan Senjata, Ancaman Perdamaian
Di dunia saat ini, perlombaan senjata dan bom atom tengah berkembang secara signifikan, dengan justifikasi bahwa semua itu berfungsi sebagai penghalau dan pencegah dari ancaman negara lain. Sekarang, sekitar sembilan atau sepuluh negara di dunia telah memiliki senjata nuklir. Selain Pakistan, tidak ada negara Islam yang memiliki senjata nuklir, bahkan tidak memiliki kemampuan untuk itu. Jika terjadi perang di masa mendatang, bahaya terbesarnya adalah senjata nuklir tersebut.
Demikian pula, senjata-senjata kelas wahid diproduksi oleh negara-negara non-Muslim. Kalaupun terdapat negara-negara Muslim yang menggunakan senjata semacam itu, hal itu mereka dapatkan dari negara-negara non-Muslim tersebut. Begitupun senjata-senjata yang digunakan oleh organisasi teroris dalam melakukan kekejaman atas nama Islam, mereka mendapatkan senjata dari negara-negara non-Muslim, negara-negara yang terus menjual senjata untuk mendapat keuntungan dalam bisnis mereka. Inilah kondisi terkini pihak-pihak yang mengatakan bahwa Islam adalah agama ekstremisme dan mengajarkan kekejaman serta kekerasan.
Negara-negara yang berada di garis depan perlombaan sejata adalah negara yang terus memasok senjata kepada orang yang melakukan tindakan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Sekali lagi, seperti yang saya sebutkan, negara-negara yang terdepan menuduh ajaran Islam sebagai ancaman perdamaian dunia adalah negara-negara yang mendistribusikan senjata, dan pada gilirannya ini akan menghancurkan perdamaian.
Ajaran Islam sangat damai, sampai-sampai orang-orang berpikir bahwa jika mereka mengikuti Islam, mereka akan dibunuh karena memberitakan pesan tentang perdamaian dan keamanan. Namun sangat disayangkan, di masa sekarang ini orang-orang yang menyebut diri mereka Muslim mendapatkan senjata dari negara-negara yang mencemarkan dan mengkritik Islam, lalu menggunakan senjata tersebut bukan hanya untuk melawan sesama muslim tetapi juga orang lain. Akibatnya, mereka menjadi sumber perusak perdamaian dunia.
Beberapa dekade yang lalu, seorang sarjana non-Muslim yang jujur telah menulis sebuah buku. Sambil menjabarkan wajah sebenarnya dari non-Muslim, dia menulis bahwa selama masa hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, paling maksimal hanya beberapa ratus musuh mati terbunuh dalam pertempuran yang beliau hadapi. Sebaliknya, dalam satu perang dunia saja, ratusan ribu orang yang terbunuh. Tetapi tetap saja Rasulullah saw dituduh menyebarkan perselisihan di dunia ini karena beliau mengajarkan ajaran (yang katanya) merusak kedamaian dan kerukunan dunia dan merupakan agama yang menyebarkan ekstremisme dan kekerasan.
Bukti bahwa ajaran Islam itu damai terletak pada jawaban beberapa suku kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka takut jika mereka beriman kepada Islam, ajarannya Islam damai dan tentram itu akan membuat mereka binasa, karena Islam mengajarkan tidak boleh ada peperangan yang tidak perlu. Suku-suku itu yakin jika mereka bertindak sesuai ajaran Islam maka para pemimpin lalim akan menganiaya mereka, karena orang-orang jahil tersebut terus berperang dan mengincar pihak lain. Mereka tidak ingin membahayakan nyawa mereka sehingga mereka tetap seperti pendirian semula. Bergabung dengan Islam sama artinya mereka akan menjadi sasaran penganiayaan.
Dengan melihat sejarah kita dapat menyaksikan dengan jelas bahwa Islam telah menghilangkan kerusakan di Jazirah Arab. Jawaban dari suku-suku itu menunjukkan bahwa dengan mengikuti ajaran Islam mereka tahu bahwa mereka akan diliputi oleh kesulitan. Mereka tidak mengetahui karunia-karunia Allah taala karena mereka tidak beriman, mereka hanya mempertimbangkan realitas yang nampak. Mereka tahu dengan mengikuti ajaran damai ini di saat kejahatan dan kekacauan sedang merajalela di sekitar mereka, sama saja dengan kematian.
Namun setelah Fatah Mekkah, Islam berkembang dan ketika suku-suku tetangga mengetahui perjanjian damai antara orang-orang Mekkah dan Madinah, mereka menyadari bahwa ajaran damai Islam inilah yang akan membuat mereka sukses secara duniawi maupun rohani. Sebagian menerima Islam setelah menyaksiakan tanda-tanda dan tidak ada yang memaksa mereka. Sementara mereka yang mengejar kekayaan duniawi, mereka terus dalam kekufuran.
Jika mereka dipaksa untuk beriman maka tentu Allah tidak akan menyatakan kepada Rasulullah saw:
وَقيلِهِ يا رَبِّ إِنَّ هٰؤُلاءِ قَومٌ لا يُؤمِنونَ- فَاصفَح عَنهُم وَقُل سَلامٌ ۚ فَسَوفَ يَعلَمونَ
Dan ucapannya. “Hai Tuhan-ku, Sesungguhnya mereka ini kaum yang tidak beriman,” Maka maafkanlah mereka, dan ucapkanlah, “Selamat sejahtera.” Maka mereka segera akan mengetahui.” 19
Dengan kata lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengadu kepada Allah dengan mengatakan bahwa orang-orang tidak memahami ajaran perdamaian dan keamanan yang beliau bawa dari Allah taala. Mereka tidak mau beriman, sebaliknya terus terlibat dalam pertengkaran, perang dan kekacauan. Rasulullah dianiaya di Mekkah selama 13 tahun dan kemudian pasukan Mekkah juga menyerang beliau sampai ke Madinah.
Rasulullah saw menyatakan bahwa orang-orang yang telah mendapatkan dakwah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang pesan damai Islam tidak berhenti mengganggu beliau, justru mereka menggunakan kekejaman dan keaniayaan. Allah taala tidak memerintahkan beliau untuk menanggapi mereka dengan cara yang sama yaitu mengobarkan perang dan kekerasan, sebaliknya Allah taala berfirman:
فَاصفَح عَنهُم
“Maka maafkanlah mereka”,20karena mereka tidak dapat memahami keagungan dan pentingnya ajaran damai ini. Itulah sebabnya sehingga mereka bertindak dengan cara demikian. Meskipun begitu, Allah taala memerintahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengirim salam damai kepada mereka dan beliau terus melakukannya saat beliau berjumpa mereka dengan pesan damai. Segera setelah itu dunia mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membawa kedamaian dan keamanan pada dunia, tidak ada yang lain. Dan dalam periode singkat dunia Arab telah menyaksikan ini untuk diri mereka sendiri.
Dengan demikian, pesan damai dan keamanan Islam tidak hanya untuk mereka yang beriman, tetapi juga untuk mereka yang tidak beriman.
Alasan Adanya Perang Dalam Islam
Selanjutnya, non-Muslim mengajukan pertanyaan bahwa jika beliau mengajarkan pesan kedamaian mengapa terjadi peperangan? Tanggapan untuk hal ini adalah, di saat orang-orang kafir melancarkan serangan ke Madinah dengan tujuan untuk membinasakan Islam sampai ke akar-akarnya, pada saat itulah Allah taala menyatakan:
أُذِنَ لِلَّذينَ يُقاتَلونَ بِأَنَّهُم ظُلِموا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ عَلىٰ نَصرِهِم لَقَديرٌ
“Telah diizinkan bagi mereka yang telah diperangi, disebabkan mereka telah dianiaya.” 21
Umat Islam telah mengalami kekejaman hanya karena menyatakan bahwa Allah adalah Tuhan mereka sehingga mereka diusir dari rumah-rumah mereka.
Dalam ayat berikutnya Allah taala menyatakan bahwa jika kejahatan mereka tidak mendapat reaksi yang tegas maka para penentang agama tersebut akan melampaui batas dan akan menghancurkan gereja-geraja, sinagog, dan tempat-tempat ibadah agama lain serta masjid. Jadi izin yang diberikan tersebut semata-mata untuk menegakkan perdamaian.
Kata jihad bukan berarti melakukan kekejaman dan ketidakadilan. Kami sangat beruntung karena Masih Mau’ud telah membimbing kami dalam segala aspek. Dalam menguraikan ayat-ayat Al-Qur’an ini, Masih Mau’ud as bersabda:
“Islam tidak memulai mengangkat pedang. Sebaliknya Islam hanya memberikan izin untuk mengangkat senjata pada kondisi khusus untuk membangun perdamaian. Lebih lanjut, Islam tidak pernah mengizinkan untuk membunuh wanita, anak-anak, para rahib. Sebaliknya yang menjadi sasaran pedang adalah mereka yang memulai mengangkat pedang melawan Islam.”22
Hadhrat Masih Mau’ud melanjutkan:
“Taurat mengandung ajaran paling banyak dalam hal bertarung dengan pedang dan akibatnya tak terhitung para wanita dan anak-anak yang terbunuh. Jika Allah yang melihat peperangan yang keras dan tanpa ampun itu dianggap dapat diterima dan dilakukan atas perintah-Nya, maka sungguh suatu ketidakadilan yang besar bagi Tuhan yang sama dibenci karena peperangan Islam yang diperjuangkan oleh Rasulullah saw, yang dilakukan dalam kondisi tertindas dan untuk tujuan membangun perdamaian.
Hadhrat Masih Mau’ud lebih lanjut mengatakan:
“Jika ini bukan pekerjaan Allah untuk menangkis beberapa orang dengan cara lain maka kekejaman dan ketidakadilan akan mencapai titik dimana mereka akan menurunkan cengkeraman sehingga orang-orang yang beribadah, gereja-gereja umat Kristen dan Sinagog umat Yahudi akan dihancurkan dan masjid-masjid umat Islam yang di dalamnya banyak disebut nama Allah akan diruntuhkan. Dengan demikian, Allah taala menegaskan bahwa Dia sendiri menjadi pelindung semua tempat ibadah tersebut. Oleh karena itu, merupakan kewajiban dalam Islam, jika misalnya, umat Islam menduduki sebuah negara yang mayoritas Kristen, mareka tidak boleh mengganggu tempat ibadah mereka dan melarang siapapun untuk menghancurkan gereja-gereja Kristen. Perintah yang sama juga dijumpai di dalam hadits. Telah dijelaskan di dalam hadis bahwa setiap kali seorang jendral Muslim dikirim ke medan perang, ia akan dilarang untuk menyerang tempat-tempat ibadah milik orang Kristen dan Yahudi; begitu juga terhadap biara-biara yang di dalamnya banyak orang-orang beribadah. Dari sini terbukti bahwa Islam sangatlah jauh dari segala jenis intoleransi dan prasangka, karena Islam memberikan perlindungan yang sama kepada gereja-gereja Kristen dan Sinagog Yahudi seperti halnya Masjid. Sungguh, Allah taala yang menurunkan agama Islam tidak menginginkan terjadinya kemusnahan Islam dari serangan-serangan para musuh, sehingga Dia mengizinkan kaum Muslimin melakukan peperangan yang bersifat defensif untuk melawan dan membela diri.”23
Jadi, tidak ada yang bisa menunjukkan bahwa agama Islam adalah perusak perdamaian atau mendukung penghancuran tempat ibadah agama lain. Orang-orang yang melakukan tindakan seperti itu bertentangan dengan ajaran Islam. Seperti kasus yang terjadi di Irak, Suriah dll, tempat-tempat ibadah agama lain dihancurkan, gereja-gereja diruntuhkan bahkan disini (di Barat) gereja-gereja dibakar. Orang-orang yang melakukan tindakan seperti itu bukannya akan mendapat ganjaran surga melainkan neraka.
Bahaya Menyebarkan Perselisihan
Kemudian terdapat faktor lain yang dapat merusak perdamaian dunia. Islam mengajarkan bahwa orang-orang harus menentang semua kejahatan yang dapat merusak perdamaian. Dinyatakan di dalam Al-Quran:
وَالفِتنَةُ أَشَدُّ مِنَ القَتلِ
Maknanya adalah “menciptakan kekacauan dan perselisihan lebih buruk daripada membunuh.”24 Tentu saja pembunuhan terhadap seseorang adalah masalah yang serius dan kita harus membenci orang yang membunuh. Al-Qur’an menyatakan bahwa meskipun membunuh seseorang merupakan kejahatan yang keji dan dosa besar, menciptakan kekacauan dan kerusuhan lebih buruk dari itu. Mengapa demikian? Karena ia membahayakan nyawa jutaan orang. Bahkan dalam situasi tertentu kami mengamati bahwa ratusan ribu jiwa benar-benar melayang karena tindakan kejahatan semacam itu, dan tindakan tersebut juga dapat menyebabkan bangsa-bangsa dan masyarakatnya saling berperang.
Oleh karena itu, Islam memerintahkan umat Islam untuk menghukum seseorang yang dinyatakan bersalah kerena menyebarkan kekacauan dan kerusuhan. Mereka yang melakukan hal tersebut menganggu ketenangan dan kedamaian di dalam masyarakat serta perdamaian dan kerukunan antar bangsa-bangsa.
Iklim politik saat ini dan persekongkolan yang dirancang tidak jauh dari hal ini. Sesungguhnya perselisihan yang terjadi adalah saat suatu negara berselisih dengan negara lain, kemudian mencari dukungan negara lain dengan membuat laporan palsu, atau membujuk para pemimpin lain dengan imbalan keuntungan supaya mereka menjadi sekutu dan dapat membantu mewujudkan tujuan mereka. Selain itu, pada saat ini mereka membuat lobi-lobi secara bersama dalam skala yang sangat besar sehingga negara manapun yang menentang persekongkolan ini, tidak akan dibiarkan sampai mereka dismusnahkan.
Islam menegaskan bahwa orang-orang seperti itu yang menghancurkan seluruh bangsa melalui api kekacauan dan kerusuhan, dan melakukannya secara licik dengan mengatasnamakan perdamaian, sebenarnya mereka patut dipersalahan atas pembunuhan dan harus dihukum secara sepantasnya. Tak dapat disangkal orang-orang ini sepantasnya dihukum, sayangnya mereka sangatlah berpengaruh dan sangat kuat, siapa yang berani menghukum mereka! Bagaimanapun Islam memerintahkan bahwa orang-orang seperti itu harus dihukum.
Islam Hakiki Sebagai Solusi Perdamaian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengajarkan kepada kita bahwa seorang Muslim adalah yang melaluinya Muslim lain terjaga dari bahaya lidah dan tangannya.25 Di tempat lain dinyatakan tidak hanya Muslim tetapi “orang lain pun terjaga atau terlindungi. 26Jadi ajaran Islam tidak hanya menjamin perdamaian bagi umat Islam tetapi juga membangun perdamaian diantara bangsa-bangsa lain dan orang-orang di dunia.
Dunia telah menyaksikan semua sistem, organisasi dan undang-undang yang diciptakan manusia, tetapi mereka gagal mengakhiri kekacauan dunia meskipun telah ditekankan untuk mematuhi hukum-hukum tersebut. Mereka tidak akan dapat melakukan ini sebelum mereka membangun sistem berdasarkan ajaran Islam yang hakiki. Jika ajaran Islam diterapkan dalam bentuk hakikinya, dunia akan terus dinaungi kedamaian dan ketenangan. Namun disayangkan, saat umat Islam melupakan ajaran Islam, mereka sendiri yang menjadi penindas yang paling bengis.
Islam telah merinci ajaran-ajaran tentang membangun perdamaian dan kerukunan, beberapa di antaranya sudah saya sebutkan selama Jalsah Salanah. Pertemuan ini dihadiri oleh banyak perwakilan pers dan media serta non Muslim lainnya, yang mengajukan berbagai pertanyaan dalam pertemuan pribadi dengan saya. Dengan cara ini, sampai batas tertentu pertanyaan-pertanyaan mereka dapat terjawab.
Situasi dunia saat ini sudah sedemikian rupa sehingga kekacauan dan perselisihan terus meningkat dari hari ke hari. Untuk itulah saya merasa perlu berbicara tentang kondisi saat ini; dengan harapan mereka akan memberitahukan kepada seluruh dunia. Ajaran-ajaran Islam sendiri memerintahkan orang-orang dari latar belakang yang berbeda, untuk hidup secara rukun dan damai. Dan ajaran Islam sendiri berusaha menganjurkan untuk membentuk perdamaian di antara semua bangsa. Ajaran inilah yang membimbing orang-orang di setiap tingkatan bagaimana cara hidup damai antara satu sama lain.
Jika mereka yang tidak menerima dan memahami ajaran-ajaran ini – karena ketidaktahuan mereka – melemparkan tuduhan terhadap ajaran ini dengan mengatakan bahwa Islam tidak memiliki cinta, perdamaian, dan persaudaraan, maka apa yang dapat dikatakan terhadap mereka adalah, mereka harus mengubah perbuatan mereka dan menghapus tabir prasangka dari pandangan mereka dan menggantinya dengan pandangan hakiki, yang dapat dicapai melalui pendekatan diri kepada Tuhan.
Jadi, hanya ada satu jalan untuk memperbaiki situasi dunia saat ini yang sedang menuju kepada kehancurannya sendiri, yaitu orang-orang harus mendekatkan diri kepada Tuhan dan Pencipta mereka, Wujud yang untuk menyelamatkan manusia dari kealpaan, mengajak mereka untuk tunduk di bawah naungan rahmat dan kedamaian-Nya. Sehingga, tidak peduli berapa banyak sistem yang diterapkan oleh orang-orang di dunia ini, tiada hukum, konstitusi, perjanjian atau upaya yang dapat mencegah dunia jatuh ke dalam jurang kehancuran.
Oleh karena itu saya mendesak semua orang di dunia; “Wahai para penduduk bumi yang mencari kedamaian dan ketenangan!, Janganlah membangkitkan penentangan terhadap ajaran-ajaran Islam, tetapi datanglah dan perhatikanlah suara pecinta sejati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah diutus oleh Allah taala di zaman ini untuk menyelamatkan manusia dari kehancuran dan kemurkaan-Nya, yang telah memberi peringatan:
‘Wahai penduduk Eropa, kalian tidak aman dan wahai penduduk Asia, kalian juga tidak luput dari itu. Wahai para penghuni berbagai pulau, tidak akan ada sembahan palsu yang akan menyelamatkan kalian. Aku menyaksikan kota-kota runtuh dan seluruh pemukiman dibinasakan. Maka, dunia harus berpaling kepada Dia, satu-satunya Sembahan, jangan sampai ini menjadi kenyataan.”27
Kemudian Hadhrat Masih Mau’ud lebih lanjut menyatakan:
“Suatu masa akan tiba saat matahari kebenaran akan terbit dari Barat dan Eropa akan mengenali Tuhan hakiki. Setelah itu pintu pertobatan akan ditutup; bagi mereka yang ingin masuk ia akan memasukinya dengan penuh semangat, mereka yang berada di luar tidak lain adalah mereka yang hatinya tertutup secara alami, mereka yang terpesona bukan kepada cahaya melainkan kegelapan. Suatu masa akan tiba ketika semua agama akan sirna kecuali Islam. Semua senjata akan dipatahkan kecuali senjata samawi Islam, karena senjata itu tidak akan rusak ataupun tumpul sebelum ia menghancurkan semua sifat tak bertuhan menjadi berkeping-keping. Suatu masa akan tiba bahwa Tauhid sejati yang sifatnya dirasakan bahkan oleh mereka yang tinggal di padang pasir atau mereka yang tidak menerima ajaran apapun, akan menyebar ke seluruh dunia. Pada masa itu tidak akan ada penebusan dosa atau tuhan palsu. Satu pukulan Tuhan akan menggagalkan semua rencana orang-orang kafir, bukan dengan pedang, atau senjata apapun, melainkan menganugerahi cahaya pada jiwa yang bersemangat dan dengan menyinari hati yang murni. Maka akan ada pemahaman tentang semua yang saya katakan.”28
Semoga Allah taala menjadikan kita orang-orang yang tulus dalam memahami makna Tauhid yang hakiki. Semoga kita menjadi ‘aabid (para penyembah Allah yang hakiki). Semoga kita menjadi penerima rahmat dan karunia Allah taala dan juga memberitahukan kepada dunia bahwa jika mereka benar-benar ingin selamat maka mereka harus mengenali Tuhan mereka. Semoga Allah Taala dapat membuat kita mengerjakannya.
Kita sekarang akan berdoa, di dalam doa kalian ingatlah juga para Ahmadi yang tinggal di Paksitan, dan juga Aljazair yang menghadapi kesulitan. Begitu juga kepada umat Islam secara umum, yang karena ketidaktahuan mereka, mengundang murka Ilahi atas diri mereka sendiri. Situasi dunia terus memburuk, oleh karena itu seperti yang saya katakan sebelumnya, senantiasalah ingat orang-orang pada umumnya di dalam shalat-shalat anda. Semoga Allah menurunkan rahmat-Nya dan semoga Allah memberikan kita kesempatan untuk menunaikan kewajiban kita. Mari kita berdoa.
Terakhir, kita akan mendengar laporan kehadiran. Tahun ini total peserta Jalsah adalah 37.393 dan dihadiri 114 perwakilan negara.
Penerjemah: Khaeruddin Ahmad Jusmansyah
Sumber: Review of Religions
Penerjemah: Khaeruddin Ahmad Jusmansyah
1 Musnad Ahmad bin Hanbal, vol 7, Hadith No: 23885 (Beirut: A’alimul Kutub, 1998), 760.
2 QS Al-Fatihah: 2
3 Ibid
4 Hazrat Mirza Ghulam Ahmadas, A Message of Peace (Tilford, Surrey: Islam International Publications, 2007), 7
5 QS Al-Fatihah: 2
6 QS 35:25
7 Hazrat Mirza Ghulam Ahmadas, A Message of Peace (Tilford, Surrey: Islam International Publications, 2007), 9-10.
8 QS 6:109
9 Ibid
10 Hazrat Mirza Ghulam Ahmadas, A Message of Peace (Tilford, Surrey: Islam International Publications, 2007), 32-33
11 QS 10:100
12 QS 18: 30
13 QS 3: 98
14 Sharah Zarqani, Vol 3, Bab Ghazwatul Fathil Azeem, (Beirut: Darul Ilmiya, 1996).
15 QS 10:25-26
16 Sunnan Al Tirmizi, Kitabul Istizaan, Hadith No. 2688
17 QS 29:68
18 QS 28: 58
19 QS 43:89-90
20 Ibid
21 QS 22:40
22 Hazrat Mirza Ghulam Ahmadas, Hujjatul Islam, Ruhani Khazain vol 6, (Tilford, Surrey: Islam International Publications, 2007), 46-47.
23 Hazrat Mirza Ghulam Ahmadas, Chashma-e-Ma’rifat, Ruhani Khazain vol 23, (Tilford, Surrey: Islam International Publications, 2007), 393-394
24 QS 2:192
25 Sahih Bukhari, Kitabul Iman, Hadith No. 10.
26 Sunnan Nisai, Kitabul Iman, Hadith No. 4998
27 Hazrat Mirza Ghulam Ahmadas, Haqeeqatul Wahi, Ruhani Khazain vol 22, (Tilford, Surrey: Islam International Publications, 2007), 269.
28 Majmu’ah Ishtiharaat vol 2, 304-305