Kadang terjadi seorang pemohon telah mengajukan permohonan doanya dengan hasrat dan kepiluan hati namun ia merasakan bahwa hasilnya ditunda atau lambat. Apakah yang menjadi penyebabnya?
Berkaitan dengan hal ini perlu diingat bahwa selalu ada jenjang pertahapan dalam masalah-masalah di dunia. Berapa banyaknya tahapan yang dilalui seorang anak sebelum menjadi seorang dewasa penuh? Berapa lamanya waktu yang diperlukan sebutir benih sampai menjadi sebuah pohon? Begitu pula halnya dengan masalah-masalah samawi yang juga berlangsung secara bertahap. Selain itu mungkin terdapat alasan atau pertimbangan Ilahi yang bersifat khusus dalam penundaan tersebut seperti si pemohon agar menjadi lebih teguh dalam niat dan keberaniannya serta untuk penguatan pemahamannya. Sampai kepada tingkatan derajat apa yang diinginkan akan dicapai seseorang, sekian pula upaya yang harus dilakukan dan menunggunya.
Keteguhan hati dan niat merupakan fitrat yang baik karena tanpanya maka manusia sulit menahapi jenjang-jenjang keberhasilan. Karena itulah perlu bagi kita untuk pernah melalui berbagai kesulitan. Mengenai ini dinyatakan:
إِنَّ مَعَ العُسرِ يُسرًا
“Ya, sesungguhnya sesudah kesukaran ada kemudahan.” (QS. 94, Al-Insyirah: 7).
(Malfuzat, vol. III, hal. 202-203).
Dikabulkan Dalam Bentuk Lain
Kadang pula terjadi seseorang memohonkan doa untuk sesuatu, tetapi permohonannya sebenarnya karena ketidak-tahuan atau ketuna ilmuan. Ia menginginkan sesuatu dari Tuhan yang sebenarnya tidak akan berguna baginya. Dalam keadaan demikian maka Allah Swt tidak akan menolak doanya, bahkan mengabulkannya dalam bentuk lain. Sebagai misal, seorang petani yang memerlukan lembu untuk membajak ladang tetapi pergi ke rajanya untuk memohon seekor unta. Sang penguasa mengetahui bahwa yang baik baginya adalah seekor lembu dan karena itu lalu mengatur agar kepadanya diberikan seekor. Jika yang bersangkutan kemudian mengatakan bahwa permohonannya tidak dikabulkan, hal itu justru akan memperlihatkan ketuna ilmuannya karena jika ia mau berpikir maka apa yang terjadi atas dirinya adalah yang terbaik baginya.
Begitu juga dengan seorang anak yang melihat keindahan api yang membara lalu memintanya kepada ibunya, apakah seorang ibu yang berhati kasih akan mau memberikannya? Di samping itu terkadang ada situasi yang muncul berkaitan dengan suatu pengabulan doa di mana manusia yang tidak sabar atau tidak memiliki itikad yang baik menjadi penyebab maka doa mereka ditolak. (Malfuzat, vol. IV, hal. 435).
Sumber: Inti Ajaran Islam Bagian Kedua, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Neratja Press, 2017, hlm. 202-203