Menjawab Irshad Manji Perihal Islam Perlu Direformasi
Judul Asli: Muslims, Not Islam, Need Reform
Oleh Qasim Rashid
Irshad Manji, dalam opini terbarunya di Wall Street Journal menyatakan bahwa tidak hanya umat Islam, tetapi Al-Qur’an dan Islam itu sendiri perlu direformasi.
Ketika menggabungkan keduanya, Manji mengabaikan kemungkinan bahwa buku petunjuknya mungkin baik-baik saja, sedangkan masalah sebenarnya terletak pada orang yang menjalankan buku petunjuk tersebut.
Manji menyimpulkan dengan berasumsi, yang sekali lagi keliru, bahwa umat Islam tidak menangani kekerasan antar Muslim atau ‘ideologi’ kekerasan para ekstremis.
Al-Qur’an memerintahkan umat Islam untuk menelaah makna Al-Qur’an secara mendalam (4:94) dan, seperti yang dikatakan Manji, harus meneliti berulang kali (2:219), dan merenungkan maknanya (4:82).
Al-Qur’an memperingatkan bahwa orang-orang yang hatinya condong pada kesesatan mereka akan mengabaikan ayat-ayat Al-Qur’an yang jelas, dan mereka berusaha memanipulasi ayat-ayat interpretatif (mutasyabihat) yang memicu perselisihan dan penafsiran yang salah (QS 3:7).
Pendekatan fatalis Manji untuk “mengakui dan menafsirkan kembali ayat-ayat Al-Qur’an yang janggal’ tidak menyelesaikan apapun karena tidak menjelaskan kepada para ekstrimis, atau kepada dunia, mengapa pengertian para ekstrimis mengenai Islam itu salah.
Hal ini penting, karena jika tidak dijelaskan, tuduhan palsu mengenai Islam mendukung kekerasan akan dibiarkan tak terjawab. Jika Manji benar, bahwa Bin Laden representasi dari interpretasi Islam sesungguhnya, maka siapakah yang diperingatkan Al-Qur’an mengenai orang-orang yang memiliki pemahaman sesat?
Menurut Manji, mungkin saja orang-orang itu adalah Muslim moderat. Meskipun Manji dan saya setuju bahwa Al-Qur’an diselewengkan, kami sangat tidak sependapat dengan solusinya.
Manji menyelidiki petunjuk Al-Qur’an untuk menginvestigasi, kemudian menunjukkan kepada publik bahwa terdapat ayat-ayat yang janggal, dan kemudian ia membuat penafsiran baru, sambil berharap muslim garis keras akan dengan mudah melupakan makna-makna janggal tersebut.
Sebaliknya, solusi sebenarnya adalah berdasarkan pada logika dan penjelasan Al-Qur’an sendiri,
“… tidak ada yang mengetahui kebenaran takwilnya kecuali Allah, dan orang-orang yang memiliki pengetahuan mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya, semuanya berasal dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak ada yang meraih nasihat kecuali orang-orang yang berakal.” (3:7).
Hanya dengan landasan ilmu yang kuat dan investigasi yang kongkrit – bukan penyangkalan yang buta – seseorang dapat mengerti Al-Qur’an dengan baik, termasuk pengertian mengenai tuduhan ayat-ayat janggal.
Ekstrimis seperti Bin Laden bisa sampai pada pemahaman Islam yang menyimpang itu dikarenakan ketidaktahuan bercampur kurangnya penyelidikan yang dalam.
Sementara di sisi lain, orang-orang yang menyatakan diri sebagai reformis seperti Manji dapat sampai pada pemahaman Islam yang fatalis tersebut disebabkan karena alasan yang sama. Perbaikan tidak akan terwujud terhadap orang-orang yang mendukung tafsir kekerasan Al-Quran dengan solusi yang ditawarkan Manji.
Manji menggambarkan reaksi yang ia terima dari komunitas Islam dikarekan ‘seruan reformasinya’, seakan-akan seruannya itu belum pernah terjadi sebelumnya. Ia harus merujuk pada buku Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, yang mengandung seruan untuk mereformasi umat Islam – bukan Islam – 120 tahun yang lalu.
Mirza Ghulam Ahmad mendirikan Jamaah Muslim Ahmadiyah pada tahun 1889 dan menyatakan diri sebagai Almasih yang dijanjikan, yang bertujuan untuk menyatukan seluruh umat Islam melalui cinta, logika, dan perdamaian. Beliau mengecam segala jenis kekerasan atas nama Agama dengan menganggapnya sangat tidak Islami dan beliau memperjuangkan Jihad Pena.
Di antara 82 buku-bukunya dan ribuan esainya beliau menulis, “Bahwa keyakinan yang disebarkan dengan pedang adalah bukti kepalsuan keyakinan itu sendiri. Ia memotong tenggorokannya sendiri sebelum mencapai orang lain.”
Jamaah muslim Ahmadiyah, yang dijelaskan Manji sebagai jamaah yang disesatkan para pemimpin Muslim, didirikan dengan pemahaman Islam yang aplikatif, cinta perdamaian, dan sepenuhnya bersumber pada al-Qur’an. Muslim Ahmadi mendukung pemisahan antara masalah keagamaan dan kenegaraan (4:60), mengecam segala bentuk pemaksaan dalam agama (2:257), mendukung kebebasan beragama secara universal (22:41), mempercayai persamaan rohani dan keadilan antara lelaki dan perempuan (4:125), mengajarkan keselamatan untuk seluruh alam (2:63), dan mengajarkan bahwa perang hanya dilakukan untuk membela diri (22:40), dan benar-benar sebagai upaya terakhir (4:98).
Muslim Ahmadi percaya bahwa membunuh satu jiwa sama dengan membunuh seluruh umat manusia (5:33), dan menunjukkan bahwa gambaran Al-Qur’an sebagai ‘Berbuat fasad di muka bumi (fasad fil ardh), bukanlah sebagai peperangan politik, akan tetapi karena penganiayaan atas nama agama (22:39-40). Dikarenakan perang Irak adalah perang politik, maka Al-Qur’an tidak menyediakan “celah bagi [ekstrimis] Inggris’ seperti yang Manji ingini agar orang-orang percaya.
Tentu saja, Muslim Ahmadi bukanlah satu-satunya Muslim damai di dunia. Bahkan, mayoritas umat Islam di dunia adalah Muslim yang damai. Saya mencontohkan mereka sebagai salah satu contoh spesifik bahwa Islam damai dan praktis di atas berhasil.
Kita bisa perhatikan bahwa puluhan juta Muslim Ahmadi tinggal dengan damai di lebih dari 200 negara dunia, mereka menghadapi penganiayaan yang direstui negara, tetapi mereka sama sekali tidak pernah menghasut, membalas dengan kekerasan. Sebaliknya mereka secara terbuka mengecam kekerasan semacam itu (termasuk kekerasan Muslim terhadap muslim) dan menganjurkan untuk menahan diri seperti yang dianjurkan Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam).
Dengan bersatu di bawah naungan sistem Khilafah, Muslim Ahmadi terus menyerukan untuk melakukan reformasi diri dan reformasi umat Islam, karena mereka telah berhasil melakukannya lebih dari satu abad. Dengan melakukan hal ini, mereka secara langsung membantah dugaan “ayat-ayat aneh” tersebut.
Jadi, tidak seperti orang-orang fatalis seperti Manji yang tidak meraih apa-apa dengan menyembunyikan ayat-ayat tersebut di bawah karpet, Muslim Ahmadi secara efektif membongkar ideologi kekerasan para ekstimis dan membawa reformasi sejati ke dunia Muslim.
Sumber: Alislam.org
Penerjemah: Mayang Asri