Salah satu keberatan orang-orang terhadap Mirza Ghulam Ahmad adalah beliau telah menerima wahyu, hal yang menurut pendapat mereka wahyu sudah terputus setelah wafatnya Rasulullah saw.
Ya, benar beliau telah mendapatkan wahyu dari Allah swt. Pengalaman beliau itu membuktikan kebenaran firman Allah swt dalam Al-Qur’an yang memberitahukan bahwa Dia akan terus berbicara kepada manusia yang Dia kehendaki (As-Syuro, 42:52).
وَما كانَ لِبَشَرٍ أَن يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلّا وَحيًا أَو مِن وَراءِ حِجابٍ أَو يُرسِلَ رَسولًا فَيوحِيَ بِإِذنِهِ ما يَشاءُ ۚ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكيمٌ
Dan tidak ada bagi manusia bahwa Allah berbicara kepadanya, kecuali dengan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengirimkan seorang utusan guna mewahyukan dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya, Dia Mahaluhur, Mahabijaksana.
Allamah Allusi dalam kitabnya Ruhul-Maani yang terkenal itu menulis yang artinya:
“Ketahuilah bahwa sebagian ulama mengingkari turunnya Malaikat ke dalam hati orang selain Nabi, dikarenakan tiadanya pengalaman mereka tentang itu. Yang sebenarnya ialah sesungguhnya malaikat tetap turun namun dengan syariat Nabi kita, Muhammad saw.” (Ruhul-Maani, juz 7, hal 326).
Imam Abdul Wahab As-Sya’rani juga mengaku telah menerima wahyu dan Ilham ghair syar’i (bukan syari’at) sebagaimana pernyataan beliau sebagai berikut:
“Ketauhilah kami tidak mendapat kabar dari Allah swt bahwa wahyu syariat masih bisa turun setelah yang Mulia Nabi Muhammad saw. Namun demikian kami mendapat wahyu-wahyu Ilham. (Al Yawaaqit wal Jawaahir, juz 2).
Para sahabat Rasulullah saw pun pernah menerima wahyu dari Allah swt yang isinya berupa petunjuk cara memandikan jenazah Rasulullah saw. Demikian pula Umar ra, Imam Syafi’i ra, Imam Ahmad Bin Hambal ra, Imam Abu Abdullah Muhamad Bin Ali ra, Muhydin Ibnu Arabi dan banyak lagi yang lainnya. Mereka mengaku telah menerima wahyu tanpa syariat (ghair syar’i).
Jadi orang-orang suci sudah biasa mendapatkan wahyu dari Allah swt karena wahyu itu merupakan nikmat rohani. Seperti mereka itu pulalah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as menerima wahyu tanpa syariat, yang berisi petunjuk dalam memahami Al-Qur’an, kabar-kabar ghaib tentang diri beliau dan umat beliau dll yang kini dapat dibaca dalam buku Tadzkirah.[1]
[1] Syamsir Ali (2009). Madu Ahmadiyah Untuk Para Penghujat. Wisma Damai, hal. 26