Maulana Ataullah Kaleem
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:
النَّبِيِّ الأُمِّيِّ الَّذي يُؤمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِماتِهِ وَاتَّبِعوهُ لَعَلَّكُم تَهتَدونَ
“Yaitu orang-orang yang mengikuti Rasul. Nabi Ummi, yang mereka dapati tercantum di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka.” (Al-Qur’an 7: 158)
Tidak diragukan lagi terdapat banyak nubuatan mengenai kedatangan Nabi Muhammad saw. dalam Alkitab, namun dalam kutipan ayat Al-Qur’an di atas, Taurat dan Injil telah disebutkan secara khusus; karena Nabi Musa as dan Isa as adalah tokoh-tokoh yang terkemuka di antara semua nabi-nabi Bani Israil.
Umat Islam memandang Alkitab sebagai kitab suci dan wahyu Ilahi dan sang pembawanya adalah orang yang benar. Dan berikut ini adalah ayat Al-Qur’an yang menegaskan pernyataan tersebut:
“Katakanlah olehmu, “Kami beriman kepada Allah swt. dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim dan Ismail dan Ishak dan Ya’kub dan Keturunannya, dan kepada yang diberikan kepada Musa dan Isa, dan kepada apa yang diberikan kepada sekalian nabi dari Tuhan mereka; kami tidak membedakan seorang pun di antara mereka, dan hanya kepada-Nya kami menyerahkan diri.” (Al Al-Qur’an 2: 137)
Tentu saja, umat Islam menganggap Kitab Suci Kristen sudah mengalami penyisipan (interpolasi), namun interpolasi masih menyiratkan bahwa Bible masih mengandung beberapa kebenaran yang asli.
Prinsip bahwa Nabi Muhammad saw memberi kesaksian kepada kebenaran semua wahyu sebelumnya, memberikan landasan yang kuat bagi keharmonisan antara berbagai agama di dunia, sekaligus bagi persatuan umat manusia. Dan fakta bahwa nabi-nabi sebelumnya memberi kesaksian kepada kebenaran Nabi Muhammad saw menjadi kesaksian yang lebih kuat lagi bagi kebenaran Islam dan bagi Persatuan agama-agama.
Nabi Musa as Menubuwatkan tentang Nabi Muhammad saw
Dalam Ulangan 18: 17-19, Nabi Musa a.s. menubuatkan:
“Lalu berkatalah TUHAN kepadaku: Apa yang dikatakan mereka itu baik; seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya. Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban.”
Nabi yang dinubuatkan dalam nubuatan ini bukanlah Yesus Kristus, maupun nabi Israel lainnya, karena tidak satupun dari mereka yang pernah mengaku sebagai nabi yang dijanjikan di sini. Kita membaca dalam Injil Yohanes (1: 19-21) bahwa di zaman Yesus, orang-orang Yahudi mengharapkan munculnya tiga nabi. Pertama Elias, kedua Kristus, ketiga nabi yang kemasyhurannya mendunia hingga dalam kasusnya tidak ada spesifikasi lain yang diperlukan. Kata-kata “Nabi itu” telah cukup untuk menyampaikan apa yang dimaksud. Yesus telah menyatakan diri sebagai Kristus dan beliau telah menganggap Yohanes Pembaptis sebagai Elias (Matius 11:14, 17: 10-13). Lebih lanjut, beliau menubuatkan tentang kedatangan dirinya kedua kali di akhir zaman ketika iman yang benar akan menghilang dari bumi (Lukas 18: 8).
Nabi Muhammad Datang Sebelum Kedatangan Yesus Kedua Kali
Petrus memberikan gambaran tentang waktu kedatangan “Nabi Itu”:
“Agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus. Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu. Bukankah telah dikatakan Musa: Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku: Dengarkanlah dia dalam segala sesuatu yang akan dikatakannya kepadamu.” (Kisah 3: 20-22)
Kata-kata Petrus jelas menyiratkan bahwa munculnya “nabi itu” akan berlangsung sebelum munculnya Yesus Kristus yang kedua. Yesus menunjukkan dalam perumpamaan kebun anggur bahwa setelah dia akan datang Pemilik kebun anggur dan menambahkan:
“Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.” (Matius 21:43)
Jadi Yesus as telah menjelaskan bahwa Nabi yang akan datang setelahnya bukan berasal dari Bani Israel, tetapi dari bangsa lain yakni saudara-saudara mereka, Bani Ismail.
Nubuatan ini telah digenapi dalam pribadi Nabi Muhammad saw, Pendiri Suci Islam. Hal ini karena, pertama, beliau datang dari kalangan keturunan Ismail sebagai, saudara-saudara dari Bani Israel; sehingga janji Allah tentang Ismail as terpenuhi:
“Aku telah memberkatinya … dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar.” (Kejadian 17:20)
Kedua, beliau adalah nabi yang datang dengan syariat baru – syariat Al-Qur’an. Tidak ada nabi-nabi Israel termasuk Yesus dari Nazaret, dengan pengecualian Musa, membawa syariat atau sistem baru; tidak pula seorangpun dari mereka telah mengaku seperti Musa as. Di sisi lain, secara tegas telah ditulis tentang nabi Muhammad dalam Al-Qur’an bahwa beliau adalah nabi seperti Musa.
Sesungguhnya, Kami telah mengirimkan kepada kamu seorang rasul, yang menjadi saksi atasmu, sebagaimana Kami telah mengirimkan seorang rasul kepada Firaun” (73:16).
Sekali lagi, ayat ini mengundang perhatian orang-orang Yahudi pada nubuatan di dalam Ulangan 18:18 dalam kata-kata berikut:
“Seorang saksi dari antara Bani Israil terhadap kedatangan seseorang semisalnya.” (Al-Qur’an 46:11)
Bukti ketiga adalah bahwa Nabi Muhammad saw tidak berbicara atas dirinya sendiri seperti yang tertulis dalam nubuatan tersebut (apapun yang ia dengar, itulah yang akan ia katakan atas namaku). Di dalam Al-Qur’an, semua surah dimulai dengan ayat: “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang”.
Tuhan Muncul Di Gunung Paran:
Ada nubuatan penting di dalam Alkitab:
“Berkatalah ia: “TUHAN datang dari Sinai dan terbit kepada mereka dari Seir; Ia tampak bersinar dari pegunungan Paran dan datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang kudus; di sebelah kanan-Nya tampak kepada mereka api yang menyala.” (Ulangan 33: 2)
Datang dari Sinai mengacu pada kemunculan Nabi Musa as dan naik dari Seir mengarah kepada Yesus. Nabi yang bersinar dari Gunung Paran tidak lain adalah Nabi dari Arabia, karena Paran adalah nama kuno dari bagian Arabia di mana keturunan Ismail, nenek moyang Nabi Muhammad saw menetap. Bentuk bahasa Arab kata Paran adalah Faran atau Pharan. Dalam buku Jacut’s Geographishes Worterbuch (F. Westenfielt, Leipzig, 1862, Vol. III, P834) dijelaskan bahwa Faran adalah nama dari Mekkah. Kata Faran tampaknya merupakan bahasa Arab Farran. Yang berarti dua pengungsi. Tampaknya tempat tersebut diambil dari nama Hajar dan Ismail as, yang datang ke sana sebagai pengungsi. Dr. A. Benisch menyebutnya dalam terjemahan Pentateukh sebagai gurun Paran.
Poin yang tidak diragukan lagi sebagai identitas Nabi Muhammad saw. adalah kalimat: “Ia datang dengan sepuluh ribu orang kudus” dan “dari tangan kanannya keluar hukum yang berapi-api untuk mereka.” Pada saat penaklukan Mekah, sepuluh ribu orang suci ikut di belakangnya dan beliau adalah pembawa hukum Al-Qur’an. Oleh karena itu, nubuatan itu secara mengagumkan telah terpenuhi dalam wujud Nabi Muhammad, (Shollallahu ‘alaihi wa sallam).
Arabia adalah Tanah Kelahiran Sosok yang Dijanjikan
Nubuat ketiga adalah:
“Ucapan ilahi terhadap Arabia. Di belukar di Arabia kamu akan bermalam, hai kafilah-kafilah orang Dedan! Hai penduduk tanah Tema, keluarlah, bawalah air kepada orang yang haus, pergilah, sambutlah orang pelarian dengan roti! Sebab mereka melarikan diri terhadap pedang, ya terhadap pedang yang terhunus, terhadap busur yang dilentur, dan terhadap kehebatan peperangan. Sebab beginilah firman Tuhan kepadaku: “Dalam setahun lagi, menurut masa kerja prajurit upahan, maka segala kemuliaan Kedar akan habis. Dan dari pemanah-pemanah yang gagah perkasa dari bani Kedar, akan tinggal sejumlah kecil saja, sebab TUHAN, Allah Israel, telah mengatakannya.” (Yesaya 21: 13-17)
Poin pertama yang perlu diingat sehubungan dengan nubuatan ini adalah bahwa Arabia adalah tempat yang disebut Nubuatan itu. Ini adalah yang paling penting. Nabi Muhammad saw muncul di Arabia.
Kedua, nubuatan itu berbicara tentang “Dia yang melarikan diri”. Hijrah Nabi Muhammad saw adalah peristiwa penting dalam sejarah dunia, dimana berdasarkan peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw dari Mekkah itulah kalender Islam dimulai.
Ketiga, “melarikan diri dari pedang terhunus” secara meyakinkan telah terbukti perwujudannya pada wujud Nabi Muhammad saw yang menyelamatkan diri dari Mekah ketika rumah beliau dikelilingi oleh musuh-musuh berbahaya yang telah menunggu dengan pedang terhunus, hendak membunuhnya.
Keempat, keterangan yang kuat lainnya yang mendukung Nabi Muhammad saw kita dapati juga sebagai berikut:
“Dalam waktu satu tahun … semua kemuliaan Kedar akan runtuh … orang-orang Kedar yang berkuasa akan berkurang.” Ini digenapi dalam perang Badar yang terjadi satu tahun setelah hijrah Nabi Muhammad saw, di dalam pertempuran tersebut Quraisy Mekah (Kedar) menderita kekalahan telak; banyak dari pembesar mereka yang berjatuhan.
Pdt C. Forster menempatkan Kedar di Hijaz dan menyebut mereka dengan Koraish. Lihat: The Historical Geography of Arabia oleh Rev. C. Forster, hal. 244-265.
Nama Muhammad Disebutkan dalam Alkitab
Terdapat nubuatan penting dalam Kidung Agung (5: 9-16). Dalam nubuat ini, sosok yang dibicarakan di sini adalah kekasih Allah. Salah satu nama sifat dari Nabi Muhammad saw adalah Habibullah – orang yang dicintai Allah. Kedua: “Kekasihku putih dan kemerahan”. Ini adalah warna kulit Nabi Muhammad saw, Ketiga, “Pemimpin diantara sepuluh ribuan”. Kami telah menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw adalah pemimpin sepuluh ribu pengikut beliau pada saat penaklukan Mekah. Poin keempat dan yang paling mencolok dalam nubuatan ini adalah nama Nabi Muhammad saw dalam ayat 16. Bunyinya: “Yea, he is altogether lovely” (Segala sesuatu padanya menarik) dalam Alkitab bahasa Inggris. Dalam Alkitab Ibrani, kata ini tertulis “Muhammad-im“. Lihat Hebrew Bible printed for the British and Foreign Bible Society by Trowitzsch & Sons, Berlin, P. 1159.
Penghibur yang dijanjikan dari Injil
Nubuatan selanjutnya adalah:
“Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran.” (Yohanes 14: 15-17)
“…tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu …” (Yohanes 14:26)
Lagi:
“Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.” (Yohanes 16: 7)
“Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku …” (Yohanes 16: 12-14)
Yohanes 14:26 menerangkan bahwa Roh Kudus adalah Penghibur. Keterangan ini bertentangan dengan kalimat jelas dan tidak ambigu di Yohanes 16: 7, dimana Yesus mengatakan bahwa ia akan pergi, yaitu maksudnya adalah kewafatan Yesus as pasti akan terjadi untuk kedatangan Sang Penghibur. Perjanjian Baru menjelaskan bahwa Yohanes dipenuhi Roh Kudus bahkan sebelum ia dilahirkan (Lukas 1:14), dan Yesus sendiri mengatakan bahwa dirinya menemui Roh Kudus dalam bentuk burung merpati (Matius 3:16)
Dengan demikian, Roh Kudus tidak akan mendatangi orang-orang sebelum masa Yesus as begitu juga pada masa Yesus sendiri. Lalu apa maksud kata-kata, “Jika aku tidak pergi Penghibur tidak akan datang kepadamu.” Tentunya bukanlah ditujukan kepada Roh Kudus; karena sudah umum diketahui bahwa Roh Kudus ada bersama dengan Yesus, tentu akan mencemarkan beliau jika kita berpikir sedikit saja bahwa Yesus tanpa Roh Kudus. Jadi, Penghibur adalah sosok lain selain Roh Kudus.
Ini juga mendukung pernyataan kami bahwa ada banyak interpolasi dalam Alkitab Kristen yang ada sekarang. Hal ini sangat jelas bahwa Penghibur tidak dapat berarti Roh Kudus, karena Yesus menggunakan kata ganti “dia” bukan “itu” sehubungan dengan Penghibur.
Sang Penghibur akan Membawa Ajaran yang Sempurna
Menurut nubuatan: Sang Penghibur, yaitu Roh Kebenaran, “akan memandu Anda ke dalam seluruh kebenaran”. Nabi Muhammad saw adalah satu-satunya nabi yang mengaku telah membawa ajaran yang lengkap melalui Al-Qur’an yang mengenainya Devenport mengatakan:
“Al-Qur’an adalah aturan umum bagi dunia Islam, sebuah aturan sosial, sipil, perniagaan, militer, peradilan, tindak kejahatan, hukum pidana dan tentu juga aturan agama; olehnya itu semua diatur, mulai dari ritual agama hingga masalah kehidupan sehari-hari mereka, dari permasalahan keselamatan rohani sampai pada kesehatan jasmani; dari hak-hak masyarakat yang umum sampai pada hak-hak masyarakat mereka, dari moralitas hingga kejahatan, dari hukuman di dunia hingga hukuman di kehidupan yang akan datang.”
Menurut nubuatan: Sang Penghibur tidak akan berbicara dari dirinya sendiri, tetapi “apa pun dia dengar, itulah yang ia sampaikan“. Roh Kudus yang turun kepada para Rasul pada hari Pantekosta bukanlah Penghibur yang berbicara dari dirinya sendiri, karena Roh Kudus ini berbicara sesuai dengan tubuh yang ia diami. “Aku, saya, punyaku, kita, diri kita sendiri” adalah kata-kata yang diucapkan oleh Petrus, Yohanes, Phillip, James, dan oleh dua belas murid Yesus as ketika mereka berkumpul bersama-sama. Oleh karena itu, kata-kata nubuatan ini tidak dapat ditujukan kepada Roh Kudus, yang telah diberikan kepada mereka seperti jelas dari Yohanes 20:22 – “Dan sesudah berkata demikian, Ia menghembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus.“
Selain itu, Roh Kudus, menjadi orang ketiga dari Trinitas, sebagai pasangan dalam Tuhan Bapa dan memiliki kedudukan yang setara setidaknya sepertiga dari itu. Mengapa, kemudian ia direduksi statusnya menjadi penerima, mendengar apa pun dari orang lain. Hal ini, di satu sisi, menjadi agen aktif yang menyampaikan pesan kata-kata kepada orang lain yang harus berkomunikasi kepada umat manusia. Jelas, hal ini mengacu pada seorang manusia yang telah diilhami oleh Tuhan, yang akan menyampaikan kepada orang lain dengan tidak melampaui apa yang diwahyukan kepadanya. “Dan, ia tidak berkata-kata menurut kehendak nafsu-nya, Itu tidak lain melainkan wahyu yang diwahyukan.” (Al-Qur’an (53: 4-5).
Sang Penghibur yang berulang kali dibicarakan dalam Alkitab sebagai “Roh Kebenaran” dan dapat diamati di sini bahwa kata Penghibur tidak bisa dengan sesuka hati, dipelintir menyesuaikannya dengan Roh Kudus, tidak ada dimanapun di dalam Alkitab Roh Kudus disebut Roh Kebenaran. Ditambah lagi, Yesus berbicara tentang Dia sebagai Penghibur lain. Yesus sendiri, tentu saja, adalah salah seorang Penghibur. Seorang Penghibur lainnya yang dinubuatkan, oleh karena itu, juga haruslah seorang manusia seperti dirinya.
Gambaran Al-Qur’an adalah sama dalam pembahasan ini ketika menjelaskan tentang kedatangan Nabi Muhammad “Qul Jaa’al Haqqu Wa Zahaqal Baatila, Innal Baatila Kaana Zahuuqa” – katakanlah, Kebenaran telah datang dan kebatilan telah lenyap. Sesungguhnya kebatilan itu pasti akan lenyap. (Al-Qur’an 17:82)
Adalah sia-sia untuk mengajukan keberatan bahwa Nabi adalah seorang manusia dan bukan “Roh”. Alkitab sendiri telah menggunakan kata “Roh” dalam banyak sekali variasi makna, seperti misalnya: “Roh yang bersedia tetapi daging lemah” di mana itu menujukkan bagian spiritual manusia. Dan juga digunakan untuk menunjukan Tuhan, baik dalam Al-Qur’an maupun Alkitab, seperti Ia turun ke atas orang-orang benar, dan juga ia mengacu kepada orang suci: “Apa yang dilahirkan dari ruh adalah ruh”. Oleh karena itu, keberatan pihak Kristen bahwa kata “roh” tidak berlaku untuk makhluk fisik adalah tanpa dasar.
Nabi Muhammad saw Membersihkan Yesus dari Semua Tuduhan Palsu
Pekerjaan lain dari Sang Penghibur adalah: “Ia akan memuliakan Aku,” mengisyaratkan tentang kehadiran seorang manusia untuk membawa kesaksian. Hal paling tinggi yang dapat dilakukan oleh Roh Kudus adalah tidak lebih dari turun ke dalam jiwa manusia. Bagimanapun ini adalah sesuatu yang memuliakan. Tetapi untuk pembenaran, demi kepentingan argumen, bahwa Roh Kudus memang benar-benar bersaksi melalui manusia, pertanyaan yang muncul adalah apakah ia dapat memurnikan Yesus dari tuduhan palsu yang kepadanya.
Orang-orang Yahudi telah melemparkan sumpah serapah kepada beliau dan menuduh Yesus telah wafat di kayu salib, sesuatu yang mereka anggap sebagai kematian terkutuk seperti tertera dari Kitab Suci. Apakah orang-orang Kristen yang telah terilhami oleh Roh Kudus, telah membersihkan beliau dari hal ini? Belum! Sebaliknya, mereka telah membantu orang-orang Yahudi dalam propaganda penghujatan mereka, dengan mengakui kematiannya di kayu salib. Selain itu, mereka menuduhkan kepadanya pelanggaran yang paling keji, yaitu, bahwa ia menyebut dirinya anak Tuhan dalam arti harfiah.
Hanya Nabi Muhammad saw saja yang telah memenuhi kata-kata nubuwatan dari Injil ini. Dia itulah yang tegas mengucapkan kata-kata wahyu: “Aku akan membersihkan engkau (Wahai Yesus) dari semua tuduhan palsu yang dituduhkan kepadamu oleh orang-orang kafir.” (Al-Qur’an, 3:56). Seberapa jauh Nabi Muhammad berhasil mencapai hal ini dapat dinilai dari fakta bahwa setiap Muslim memandang Yesus (saw) sebagai hamba Tuhan yang benar, sebagai Nabi Allah. Percaya Kepada Yesus merupakan bagian dari keimanan seorang Muslim.
Karakteristik lain dari Sang Penghibur yang Dijanjikan, sebagaimana telah ditetapkan dalam Injil, telah terbukti menjadi sandungan lain untuk orang-orang Kristen. “Bahwa dia (Penghibur) akan terus bersamamu selama-lamanya” memberi mereka kesan yang salah bahwa Sang Penghibur, agar abadi, haruslah berupa “roh” dan bukan manusia, sesuatu yang menyingkapkan ketidaktahuan mereka kepada Alkitab itu sendiri .
Kata-kata Yesus sendiri dalam kaitan dengan ini akan cukup untuk menghapus pemikiran yang salah ini: “Dia akan memberikanmu Penghibur lain yang akan menyertaimu selama-lamanya“, jelas menunjukkan bahwa Sang Penghibur akan menyertai selamanya dalam arti tertentu di mana Yesus sendiri tidak bisa lakukan.
Kenyataannya, ketika Yesus berbicara tentang akhir hidupnya sendiri dan keberlangsungan dari Sang Penghibur, ia secara implisit mengacu pada masa eksistensi mereka melalui ajaran dan pengaruh rohani mereka pada umat manusia.
Ketika seorang Nabi dibangkitkan untuk mereformasi suatu bangsa, ia dilengkapi dengan dua senjata – aturan hukum-hukum yang dengannya mengatur kehidupan manusia, dan daya tarik rohani yang memberi pengaruh meninggikan derajat kepada siapapun yang menjalin hubungan dengannya. Dalam kedua hal ini, Yesus sudah tidak ada lagi sejak lama, sedangkan Nabi Muhammad saw hidup sampai hari ini dan akan hidup selama-lamanya.
Yesus datang dengan satu perangkat hukum dan kekuatan rohaniah, dimana ia telah memberikan perubahan di kalangan pengikut-pengikut beliau sendiri untuk beberapa saat. Tetapi, sesudah itu, hukum yang sebelumnya cocok untuk tingkat masyarakat tertentu tidak lagi menjadi perangkat yang praktis saat dihadapkan kepada masyarakat yang telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan berikutnya, dan kekuatan rohaniah yang telah dimakan oleh waktu, akan kehilangan kemanjurannya dan lenyap. Sehingga muncul kebutuhan akan keberadaan Sang Penghibur lain yang membawa serta hukum yang sempurna, bukan untuk sebuah klan tertentu atau iklim tertentu tetapi untuk seluruh umat manusia.
Peradaban, saat ini, telah cukup memadai, untuk menerima ajaran-ajaran yang jauh melampaui kapasitas mental dari orang-orang Yahudi pada zamannya. Sebuah hukum yang sempurna untuk mengatur seluruh masyarakat dunia yang diperlukan untuk mengganti ajaran Yesus yang tidak lagi memadai. Nabi Muhammad saw. telah dibangkitkan untuk memenuhi kebutuhan itu yang mengacu kepada hal tersebut Al-Qur’an mengatakan:
“Dan tidaklah Kami mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam (yaitu, untuk semua bangsa dan semua masa)”. (Al-Qur’an 21: 108)
Terjemah: Mln. Budi Rahman
Link sumber: https://www.alislam.org/library/links/Biblical_prophecy.html
Comments (1)