Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis (أيده الله تعالى بنصره العزيز, ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz) pada pada 08 Januari 2021 (Sulh 1400 Hijriyah Syamsiyah/24 Jumadil Awwal 1442 Hijriyah Qamariyah) di Masjid Mubarak, Tilford, UK (United Kingdom of Britain/Britania Raya)
أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم * الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يَوْم الدِّين * إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضالِّينَ. (آمين)
مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً ۚ وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Siapakah yang mau memberikan suatu pinjaman yang baik kepada Allah agar Dia nanti melipatgandakannya baginya berlipat ganda? Allah menahan dan melapangkan [rezeki] dan kepada-Nya kalian akan dikembalikan.” [Al-Baqarah, 2: 246]
Di dalam ayat ini tertera perihal memberikan pinjaman kepada Allah Ta’ala. Hal ini tidak berarti – na’udzubillah – Allah Ta’ala membutuhkan uang manusia, dan demi memenuhi kebutuhan-kebutuhan-Nya Dia meminta pinjaman. Salah satu makna pinjaman adalah secara umum sebagaimana yang kita pergunakan saat melakukan transaksi pinjam-meminjam seperti saat kita meminjam dari seseorang atau memberikan pinjaman uang atau mengambil pinjaman (berhutang). Akan tetapi, makna leksikal [lughawi ma’na, makna secara bahasa] adalah juga balasan baik atau buruk.
Karena itu, dalam hal ini maknanya adalah, “Siapakah yang membelanjakan harta di jalan Allah Ta’ala, supaya Allah Ta’ala memberikan balasan terbaik-Nya kepadanya?” Jadi, dimana saja muncul pertanyaan tentang membelanjakan atau memberikan harta di jalan Allah Ta’ala, maka hal ini dikarenakan bahwa Allah Ta’ala menganugerahkan balasan terbaik kepada orang yang melaksanakan pekerjaan tersebut. Artinya, apabila seseorang membelanjakan harta demi Allah Ta’ala, seseorang memberikan [hartanya] untuk Allah Ta’ala, maka Allah Ta’ala menganugerahkan balasan terbaik-Nya.
Allah Ta’ala telah menyebutkan di banyak tempat di dalam Al-Quran Karim terkait berbagai pengorbanan dan pengorbanan-pengorbanan harta; dan membelanjakan harta demi agama Allah Ta’ala atau demi perbaikan makhluk Allah Ta’ala adalah dinyatakan sama dengan membelanjakan harta demi Allah Ta’ala itu sendiri; dan sesuatu apapun yang dibelanjakan demi Allah Ta’ala, ia tidak akan menjadi sia-sia, bahkan ini adalah seolah suatu pinjaman yang Allah Ta’ala akan mengembalikannya dengan berlipat-lipat ganda. Jadi, janganlah ada yang menganggap bahwa Allah Ta’ala membutuhkan suatu pinjaman. Allah Ta’ala sendiri adalah Rabb, Dia adalah Pemelihara Seluruh Alam Raya dan Maha Pemberi. Dia tidak membutuhkan apapun.
Tatkala Dia menggunakan kata pinjaman untuk diri-Nya maka maknanya adalah, “Belanjakanlah harta di jalan-Ku dan jadilah orang-orang yang meraih karunia-karunia-Ku yang tiada terbatas. [Allah berfirman] Siapakah yang memberikan pinjaman baik kepada-Ku?”
Dengan mengangkat pertanyaan ini, Allah Ta’ala mendorong manusia menuju ke arah, “Siapakah yang membelanjakan harta di jalan-Ku dan menjadi pewaris karunia-karunia-Ku yang tidak terbatas dan terus menerus seperti demikian?” dan selanjutnya Dia sendiri pun telah memberikan penjelasannya juga, “Aku [Tuhan] tidak sedang meminta pinjaman kalian ini untuk menyimpannya atau untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan-Ku, tetapi Aku mengatakan ini kepada kalian – yaitu ‘Aku mengambil pinjaman ini dari kalian’ – adalah untuk memberikan berkali-kali lipat kepada kalian, dan Aku mengatakan ini supaya apabila kalian membelanjakan harta demi agama-Ku, demi perbaikan makhluk-makhluk-Ku maka Aku akan mengembalikan kepada kalian dengan berlipat-lipat ganda.”
Dengan menggunakan lafaz قَرْضًا حَسَنًا atau pinjaman yang baik, Tuhan memberitahukan juga hal ini, “Apabila kalian membelanjakan ini dengan kerelaan kalian sendiri dan kelapangan hati kalian, maka pengorbanan seperti ini akan menjadi pengorbanan di jalan Allah Ta’ala dan ini akan menjadi bentuk قَرْضًا حَسَنًا atau pinjaman yang baik dari kalian dan Allah Ta’ala pun akan mengembalikan yang berkali-kali lipat banyaknya dari itu.”
Hadhrat Aqdas Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam (علیہ الصلوة والسلام) tatkala memberikan penjelasan berkenaan dengan hal ini di dalam suatu majlis beliau, beliau bersabda, “Tentang Allah Ta’ala meminta pinjaman bukan maknanya – na’udzubillah – Allah butuh pinjaman dan Dia membutuhkannya. Anggapan seperti ini pun adalah kekufuran. Karena justru maknanya adalah ‘Aku [Tuhan] akan mengembalikan dengan ganjaran’, maksudnya, ‘Aku akan mengembalikan dengan [ganjaran] yang berlipat ganda.’”
Ini adalah suatu cara tatkala Allah Ta’ala berkehendak memberikan karunia kepada seseorang.
Kemudian di dalam suatu kesempatan Hadhrat Aqdas Masih Mau’ud (as) bersabda, “Ada seorang yang berpikiran dangkal mengatakan [ayat], مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا ‘Siapakah orang yang mau memberikan suatu pinjaman [yang baik] kepada Allah’ maknanya adalah seolah-olah – na’udzubillah – Allah itu lapar. Orang yang bodoh tidak memahami ini.”
Beliau bersabda, “Adalah orang yang bodoh yang mengatakan hal seperti ini. Orang yang bodoh tidak memahami bahwa di [ayat] ini, dari manakah muncul makna [Tuhan itu] lapar? Ketika Allah Ta’ala mengatakan قَرْضًا حَسَنًا atau pinjaman yang baik maka maknanya adalah ‘Belanjakanlah kepada-Ku.’
Dalam hal ini, darimanakah muncul kesimpulan bahwa Allah Ta’ala itu lapar. Di sini beliau bersabda bahwa makna pinjaman di sini pada dasarnya adalah segala sesuatu yang terdapat janji akan pengembaliannya. Pinjaman sendiri adalah sesuatu hal yang harus dikembalikan dan bersamanya [pinjaman] melekat adanya janji.
Beliau bersabda, “Mereka yang meletakkan makna miskin kepada wujud-Nya, yakni orang yang melontarkan keberatan dengan kata atau makna ‘miskin’, atau dengan kata ‘Allah Ta’ala membutuhkan’, di sini Allah Ta’ala tidaklah berfirman, ‘Aku miskin dan Aku adalah sangat sengsara sehingga berikanlah [pinjaman] kepada-Ku karena Aku ingin membelanjakannya untuk kebutuhan diri-Ku’; ya, Allah Ta’ala berfirman untuk hamba-hamba-Nya, ‘[Wahai] hamba-hamba-Ku, [meskipun] engkau dalam keadaan lapar, apabila engkau memberikan, apabila engkau membelanjakan harta engkau, maka maknanya adalah sesungguhnya engkau telah membelanjakannya di atas [jalan]-Ku.”
Beliau bersabda, “Makna pinjaman di sini adalah, ‘Siapakah yang memberikan amal saleh kepada Allah Ta’ala supaya Allah Ta’ala akan memberikan ganjaran yang berlipat ganda kepada mereka?’ Apapun corak amal saleh, tempuhlah hanya demi Allah maka Allah Ta’ala akan melipatgandakannya. Hal ini bukanlah tentang rupiah dan uang semata.”
Beliau bersabda, “Hal ini patut dikaitkan dengan keagungan Tuhan, dimana terjadi hubungan antara silsilah ‘ubudiyyat [rangkaian penghambaan] dengan silsilah rabbubiyyat [Ketuhanan]. Dengan merenungi hal ini, maka maknanya akan dapat dipahami dengan jelas karena Allah Ta’ala adalah Yang memenuhi kebutuhan semuanya, tanpa memandang kebaikan, doa atau permohonan siapapun dan tanpa membedakan seseorang itu kafir atau mukmin. Allah Ta’ala Maha Mengasihi setiap manusia terlepas apakah ia adalah seorang kafir atau mukmin dan dari karunia rabbubiyyat dan rahmaniyat-Nya, Dia memberikan karunia kepada semuanya.
Kemudian, kapankan Dia akan menyia-nyiakan kebaikan-kebaikan seseorang? Tatkala tanpa adanya kebaikan seseorang, tanpa adanya kerja seseorang, Allah Ta’ala mengasihi segalanya dan memberikan [karunia-Nya] kepada segalanya, maka tatkala ada manusia yang hendak berbuat kebaikan dan hendak melakukan amal saleh, maka bagaimana bisa Allah Ta’ala menyia-nyiakannya dan tidak memberikan ganjaran kepadanya?
Inilah keagungan wujud-Nya yaitu siapa saja yang melakukan kebaikan meskipun sebesar zarah, Dia akan memberikan ganjarannya dan siapa saja yang melakukan keburukan meskipun sebesar zarah maka ia pun akan mendapatkan balasannya. Inilah makna sebenarnya dari kata ‘pinjaman’ yang didapat di dalam ayat tersebut. Jadi, karena makna sebenarnya dari kata ‘pinjaman’ didapat dari ayat tersebut, maka kesimpulannya adalah ayat مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا yang tafsir ayat tersebut terdapat di dalam ayat ini yaitu فَمَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ خَیۡرًا یَّرَہٗ yaitu siapapun yang melakukan kebaikan meskipun sebesar zarah maka Allah Ta’ala sesuai dengan ayat ini pasti akan memberikan balasannya.”
Walhasil, untuk menyebarkan agama Allah Ta’ala dan untuk mengkhidmati makhluk-Nya, melakukan pengorbanan harta pun merupakan satu kebaikan yang sangat besar, dan Allah Ta’ala tidak pernah meninggalkan mereka itu tanpa memberikan ganjaran. Allah Ta’ala pun menyebutkan hal tersebut di tempat lain di dalam Al-Quran Karim. Dalam kaitan tentang pengorbanan-pengorbanan harta, siapakah yang lebih jauh memahaminya daripada para anggota jemaat. Setiap kalangan Ahmadi memiliki pengalaman pribadi masing-masing bahwa tatkala mereka demi Allah Ta’ala dan demi mengharapkan keridaan Allah Ta’ala mereka mengorbankan harta di jalan-Nya, maka hal demikian selain menjadi sarana meraih ketenangan batin bagi mereka, dari sudut pandang duniawi pun ribuan orang tersebut telah mendapatkan pengalaman dimana secara luar biasa Allah Ta’ala mengembalikan uang yang telah mereka belanjakan demi meraih keridaan Allah Ta’ala tersebut.
Banyak sekali Ahmadi seperti demikian dimana mereka hanya semata-mata berkorban, yakni mereka melakukan pengorbanan atas dasar pengorbanan itu sendiri dan mereka hanya memiliki keinginan supaya Allah Ta’ala meridai mereka. Di dalam kalbu mereka sama sekali tidak terdapat pemikiran bahwa mereka akan mendapatkan balasannya di kehidupan dunia ini atau [balasan] dalam corak harta duniawi; tetapi Allah Ta’ala yang telah berfirman, ‘Aku akan mengembalikannya dalam corak yang sebaik-baiknya’, Dia sungguh akan mengembalikannya.
Ada juga sebagian anggota dimana meskipun mereka berada dalam keadaan-keadaan berkekurangan, mereka tetap membelanjakan harta dan mereka menaruh keyakinan Allah Ta’ala dengan cara-cara tertentu pasti akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka dan Allah Ta’ala pun memenuhi harapan mereka tersebut sehingga mereka sendiri akan menjadi terheran-heran bagaimana Allah Ta’ala telah menyempurnakan kebutuhan-kebutuhannya. Namun, syaratnya adalah pengorbanan tersebut hendaknya dilakukan dengan niat yang baik dan demi meraih keridaan Allah Ta’ala, dan hendaknya pengorbanan dan perintah-perintah serta kebajikan-kebajikan lainnya pun diamalkan.
Janganlah hanya sekedar telah membelanjakan harta dan menganggap, ‘Saya telah banyak melakukan pengorbanan dan saya telah menyempurnakan kewajiban-kewajiban lainnya’, karena menjalankan kebajikan-kebajikan lainnya pun adalah perlu; bukan seperti seorang pebisnis yang membelanjakan harta hanya dengan pemikiran bahwa ia harus mengambil keuntungannya. Belanjakanlah harta di jalan Allah Ta’ala, maka kalian akan meraih manfaat-manfaatnya.
Walhasil, saat ini saya akan menyampaikan peristiwa-peristiwa yang dialami beberapa anggota dimana mereka telah meraih karunia dari pengamalan petunjuk Allah Ta’ala ini. Kebanyakan adalah peristiwa-peristiwa di mana mereka dengan sebenar-benarnya telah memberikan pengorbanan demi Allah Ta’ala semata dan Allah Ta’ala tidak hanya telah menyempurnakan kebutuhan-kebutuhan mereka dengan cara yang sangat luar biasa, bahkan Dia telah melipatgandakannya. Banyak diantara mereka yang telah melakukan pengorbanan seperti ini yaitu mereka berpikir bagaimana caranya mereka menutupi rasa lapar mereka beserta anak-anak mereka, namun dalam waktu beberapa menit saja Allah Ta’ala bahkan telah menciptakan sarana untuk menutupi rasa lapar mereka dan Dia telah menganugerahkan yang lebih banyak kepada mereka dari apa yang telah mereka miliki sebelumnya, dan ini seakan telah menjadi sarana peningkatan keteguhan iman mereka. Walhasil, mereka inilah orang-orang yang meraih keridaan Allah Ta’ala, di mana contoh-contoh mereka yang tak terbatas ini dapat kita saksikan saat ini hanya di dalam Jemaat Ahmadiyah.
Presiden dan Mubalig Incharge Jemaat Conakry di Guinea pernah menulis dimana beliau mengatakan bahwa beliau di suatu masjid pernah menyampaikan khotbah Jumat saya [Huzur] tentang Waqf-e-Jadid yang disampaikan di tahun kemarin yang di dalamnya saya telah jelaskan pentingnya pengorbanan harta kemudian selaras dengan itu saya pun menyampaikan kutipan-kutipan sabda Hadrat Aqdas Masih Mau’ud ‘alaihissalam yang diantaranya Hadhat Masih Mau’ud ‘alaihissalam telah menyebutkan satu sarana diantara lima sarana-sarana untuk sampai kepada Allah Ta’ala yaitu Jihad bil mal [jihad dengan harta], dan beliau (as) bersabda bahwa di dalam satu jiwa tidak dapat terkumpul dua cinta, yaitu kecintaan kepada harta dan juga kecintaan kepada Allah Ta’ala; selain ini pun saat itu saya telah menyampaikan beberapa peristiwa yang seperti biasa saya menyampaikannya yaitu peristiwa-peristiwa pengorbanan harta yang menggugah keimanan. Beliau mengatakan, “Setelah pelaksanaan shalat jumat, seorang Ahmadi yang miskin namun mukhlis yang bernama Musa Quba Sahib, beliau dengan penuh keikhlasan mengeluarkan berapa pun jumlah uang yang ada di dalam kantongnya untuk membayar candah Waqf-e-Jadid, meskipun sebelumnya ia telah memberikan kewajiban candahnya. Tatkala ia ditanya tentang berapa jumlah uang yang akan dicandahkan, maka ia menjawab, ‘Semua uang yang ada di dalam kantong saya telah saya keluarkan, kini silahkan tuan sendiri yang menghitungnya, saya telah memberikan ini semua demi meraih kecintaan Allah Ta’ala semata, bukanlah untuk menghitungnya.’
Tatkala uang tersebut telah dihitung, jumlahnya adalah lima puluh ribu Franc.
Ketika diberitahukan kepadanya, ‘Simpanlah beberapa uang darinya karena tuan pun hendak pulang ke rumah. Tuan justru mengluarkan semua yang ada di dalam kantong sehingga untuk ongkos pulang pun tuan tidak punya.’
Ia menjawab, ‘Bukankah tuan telah mendengar bahwa Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihissalam bersabda bahwa di dalam satu hati tidak dapat bersemayam dua cinta. Karena itu, biarkanlah saya hidup dengan menyandarkan diri pada kecintaan Allah Ta’ala saja.’
Maka ia pun pulang ke rumahnya dengan hati yang senang dengan berjalan kaki.”
Inilah pemandangan-pemandangan yang setelah seseorang menyaksikannya sendiri dan Bpk. Muballigh tersebut pun telah menuliskan bahwa hati seseorang menjadi penuh dengan gejolak puji sanjung kepada Allah Ta’ala Yang mana Dia telah menganugerahkan orang-orang yang mempunyai keikhlasan dan kesetiaan tinggi kepada Jemaat Hadhrat Masih Mau’ud (as).
Banyak orang yang telah mendengarkan Khotbah-khotbah dan setelah mendengarnya mengatakan, “Ya, pernah kami mendengarnya”, namun orang tersebut mencatatnya dengan penuh perenungan bahwa Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihissalam bersabda, “dua cinta tidak dapat bersemayam di dalam [satu] hati.” Maka dari itu, tidak mungkin di satu sisi seseorang mencintai harta dan di sisi lain mencintai Tuhan sehingga orang tersebut tidak bersedia menyimpan sisa uangnya lagi di sakunya karena dianggapnya itu sebagai melabuhkan kecintaan terhadap harta malahan dia segera mengamalkan ajaran tersebut.
Orang-orang terkadang mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak paham [beberapa hal]. Kisah ini merupakan contoh mendengarkan (menyimak) sesuatu dengan kedalaman dan mengamalkannya. Sungguh pemandangan pengorbanan yang menakjubkan. Ini juga sesuai dengan syarat-syarat baiat bahwa dalam setiap keadaan akan memenuhi janji kesetiaan kepada Allah Ta’ala dan tidak akan mengeluh. Tidak akan menyimpan keluhan-keluhan (ketidak-ikhlasan). Beliau membayar pengorbanan itu dengan senang hati dan selalu siap memberikan pengorbanan dengan kesetiaan.
Para penentang kita mengatakan, “Kami akan menghapuskan nama Jemaat dari dunia!”
Siapa yang bisa menghapuskan orang-orang yang mencintai Allah Ta’ala dan setia kepada-Nya seperti demikian? Kemudian, Allah Ta’ala akan menjalinkan orang-orang yang mencintai-Nya seperti itu dengan-Nya, sedangkan para musuh, debunya pun tidak akan diketahui.
Seorang wanita dari Jemaat Prancis, Denawa Sahibah, beberapa waktu yang lalu beliau baiat. Beliau dengan keluarganya juga menghadapi banyak kesulitan-kesulitan. Beliau menuturkan, “Saya selalu berusaha untuk selalu ikut ambil bagian dalam pengorbanan harta, baik itu Waqf-e-Jadid, Tahrik Jadid atau Masjid Pound dan melihat dengan mata sendiri keberkatan-keberkatan candah.”
Beliau menuturkan, “Tahun ini ketika saya membayar candah Waqf-e-Jadid, keadaan saya sejak lama tengah berusaha untuk mendapatkan pekerjaan yang baik, namun tidak mendapatkan pekerjaan.”
Beliau menuturkan, “Pada hari di mana saya membayar candah Waqf-e-Jadid, hanya dalam waktu sepuluh menit kemudian melalui telepon saya mendapatkan pengumuman dari sebuah perusahaan besar bahwa saya diterima di perusahaan mereka.” Beliau menuturkan, “Didapatkannya pekerjaan segera setelah pembayaran candah-candah itu dan khususnya pembayaran Waqf-e-Jadid, sungguh merupakan satu tanda dari Allah Ta’ala bagi saya.”
Mubaligh Kazakhstan menulis, “Istri Mu’allim Lokal Dislan Sahib yang telah baiat beberapa tahun yang lalu. Pada waktu itu di hari kelahirannya beliau memberikan 7000 tengge (mata uang lokal) untuk pembayaran Tahrik Jadid dan Waqf-e-Jadid. Beliau menuturkan, ‘Seminggu setelah pembayaran itu saya mendapatkan uang sebesar 70.000 tengge yang saya tidak menduganya. Saya berkorban di jalan Allah Ta’ala, maka Dia mengembalikannya dengan 10 kali lipat.’”
Sebagian orang mengatakan bahwa mengapa pada kami tidak terjadi peristiwa seperti ini. Hendaknya mereka beristighfar dan meraba hati mereka, apakah pada saat berkorban niat mereka murni berkorban demi Allah Ta’ala? Jika iya, maka tidak mungkin muncul keluhan. Kemudian hendaknya merasa senang bahwa Allah Ta’ala telah menganugerahkan taufik untuk berkorban. Allah Ta’ala pasti akan memberikan dengan satu dan lain cara, jika tidak hari ini maka hari esok, namun siapa saja yang niatnya hanya untuk itu [untuk ganjaran saja], maka pada mereka akan timbul keluhan. Sedikit saja hati melakukan ini, maka bagi orang-orang seperti ini shalat pun menjadi beban.
Seorang kawan dari Moskow, Abdurrahim Sahib menuturkan, “Saya selalu tidak beruntung dalam pekerjaan. Setiap kali mendapatkan pekerjaan, gajinya selalu kecil sehingga sulit untuk menafkahi keluarga. Suatu kali, satu bulan gaji saya tidak dibayarkan, kemudian Allah Ta’ala memberikan karunia-Nya dengan cara gaji saya menjadi naik. Saya memahami bahwa ini adalah isyarah dari Allah Ta’ala supaya saya harus membayar candah dengan dawam. Kemudian saya mulai membayar candah dengan dawam. Hasil dari pembayaran itu Allah Ta’ala telah memberikan lebih banyak karunia-Nya dan saya mendapatkan hadiah satu pekerjaan yang sejak dua tahun saya tunggu-tunggu dan dengan karunia Allah Ta’ala sekarang saya juga mendapatkan taufik untuk membayar candah Waqf-e-Jadid dan saya secara khusus menjadi paham bahwa dikarenakan keistiqomahan dalam pembayaran candah, Allah Ta’ala terus meningkatkan pendapatan seseorang dan mengatur pemasukan yang tetap dan saya sangat bersyukur kepada Allah Ta’ala bahwa Dia telah memberikan taufik kepada saya untuk termasuk ke dalam orang-orang yang ikut serta dalam candah-candah Jemaat.”
Dari Muballigh Daerah Waterloo di Sierra Leone (benua Afrika), Iftikhar Sahib menuturkan, “Saya melakukan kunjungan ke berbagai Jemaat untuk menghimbau mengenai candah Waqf-e-Jadid. Saya sampaikan kepada para anggota Jemaat bahwa dari pihak kami sebelumnya telah malas untuk menjelaskan kepada anda mengenai pentingnya candah-candah.”
Pada saat pengumuman candah Tahrik Jadid saya (Huzur) telah menyampaikan bahwa Sierra Leone memiliki potensi yang cukup besar dan jika mau, mereka bisa lebih baik lagi dalam candah-candah mereka. Oleh karena itu, Pak Mubaligh pergi ke Jemaat-Jemaat dengan membawa pesan ini dan mengatakan, “Ini adalah pesan Khalifatul Masih bahwa Sierra Leone adalah Jemaat yang cukup besar dan tua, dan para anggota Jemaat siap untuk memberikan pengorbanan-pengorbanan, kemalasan adalah dari pihak pengurus.”
Beliau menuturkan, “Setelah mendengar pesan ini dalam diri para anggota Jemaat timbul suatu gejolak dan semangat dan mereka tidak hanya membayar candah Waqf-e-Jadid, bahkan membayar candah-candah lainnya dengan jumlah lebih besar. Di Newton, dilakukan kontak dengan 18 keluarga, yang hasilnya hanya dalam satu hari didapatkan sebanyak 1.300.000 leone. Dua Ahmadi yang merupakan pelajar membayar candah Waqf-e-Jadid sebesar 300.000 leone hanya dalam satu hari dan belakangan menambahkan lagi 200.000 leone. Seorang anak perempuan di Newton, Muslima Ghaufona telah membayarkan sebesar 50.000 leone dan mengatakan bahwa mohonkanlah doa ke hadapan Khalifah untuk saya. Lima orang pelajar menceritakan kepada saya bahwa mereka bekerja untuk dapat membayar candah dan upah yang mereka dapatkan sebesar 50.000 Leone mereka persembahkan untuk Waqf-e-Jadid.”
Alhasil, inilah orang-orang yang mengatakan labbaik terhadap perintah Khalifah. Mereka tidak pernah bertemu, tidak pernah duduk berhadap-hadapan, namun dalam hati mereka terdapat kecintaan kepada Khilafat dan menghormatinya dan karena itulah kemudian mereka menjadi siap untuk memberikan segala pengorbanan demi Allah Ta’ala. Kemudian lihatlah satu contoh lain kecintaan ini dari Jemaat Newton. Beliau (Muballigh Daerah Waterloo di Sierra Leone) menuturkan, “Saya pergi ke rumah Esbaand untuk menghimbau mengenai candah dan menyampaikan ringkasan Khotbah bahwa di Sierra Leone para anggota Jemaat siap untuk memberikan pengorbanan-pengorbanan. Istri beliau mengatakan, ‘Saya sangat terharu. Sangat benar apa yang dikatakan Khalifatul Masih, namun hari ini di rumah kami tidak ada apa-apa.’”
Pak Mubaligh menuturkan, “Saya masih saja duduk, tanpa diduga dari satu tempat datang sejumlah uang kepadanya (istri Esband). Beliau pada waktu itu memberikan semua uangnya kepada Sekretaris Mal yang saat itu hadir dan mengatakan, ‘Buatkanlah kwitansi untuk kami.’ Setelah dihitung diketahui bahwa jumlahnya 200.000 Leone yang mereka bayarkan semuanya untuk candah. Mereka sangat tentram dan senang dengan pembayaran ini. Mereka tidak berkata sambil mengeluh, ‘Anda datang di waktu yang salah, sekarang kami sendiri sedang membutuhkan, Anda malah datang mengambil uang yang datang kepada kami.’
Saya katakan kepada mereka, ‘Simpanlah juga sebagian dari uang itu untuk makan dan minum di rumah.’
Beliau mengatakan, ‘Tidak apa-apa. Uang itu telah kami bayarkan untuk candah. Sekarang kami tidak mempedulikannya.’
Namun Allah Ta’ala tidak menunda-nunda, tidak berapa lama kemudian mereka mendapatkan lagi uang dari suatu tempat yang jumlahnya cukup banyak dan kemudian kebutuhan mereka untuk makan-minum pun telah tersedia.”
Mubaligh Jemaat Kirgizstan menulis, “Seorang Ahmadi setempat yang tulus, Qobat Sahib (Bpk. Qobat) yang tinggal di Bishkek (ibukota Kirgistan), beliau menuturkan. ‘Saya telah berjanji 1.000 som untuk Waqf-e-Jadid. Mata uang Kirgizstan adalah Som.
Satu bulan sebelum berakhirnya tahun anggaran, Ketua Jemaat kami menjelaskan dalam khotbah mengenai pentingnya candah Waqf-e-Jadid. Beliau dalam khotbah menyampaikan peristiwa-peristiwa pengorbanan dari satu khotbah Khalifatul Masih. Pada hari tersebut, hingga saat itu saya baru membayarkan 200 som dari perjanjian saya sebesar 1.000 som. Saya belum mendapatkan taufik untuk melunasinya.
Saya memiliki seorang saudara perempuan yang sedang sakit. Setiap bulan pemerintah memberikan 4.000 som kepadanya. Pada hari tersebut setelah Jumat saya pergi untuk mengambil uang pensiun saudara perempuan saya. Ketika saya memasukkan kartu ke dalam mesin ATM, dalam rekening terdapat 10.000 som. Seminggu sebelumnya istri saya menulis sebuah surat kepada pemerintah bahwa pengeluaran kami tidak sejumlah ini, oleh karena itu mohon tunjangannya diperbesar. Jadi, saya beranggapan bahwa ini adalah uang dari pemerintah.
Namun, pada pagi hari 29 Desember ada telepon dari pihak pemerintah bahwa kami sesuai dengan janji akan memberikan kepada anda 5.000 som. Dengan demikian kami mendapatkan tambahan 5.000 som dan saya pun membayarkan candahnya. Uang sebelumnya yang telah kami belanjakan, darinya juga telah dikeluarkan candah.
Keberkatan dari candah yang saya bayarkan dengan segera itu adalah, bahwa kami tidak tahu uang yang pertama itu datang dari mana, namun bagaimanapun itu masuk ke rekening dan pihak Bank mengatakan bahwa ini adalah uang anda dan kami tidak ada hubungannya dengan uang itu.”
Inilah pengorbanan-pengorbanan yang menjadi sarana bagi kemajuan iman.
Amir Jemaat Tanzania menuturkan, “Khair Rasyidi Sahib dari Jemaat Zanzibar, ketika beliau diingatkan mengenai Waqf-e-Jadid pada akhir tahun perjanjian, beliau menulis, ‘Pada waktu itu saya tidak mempunyai pekerjaan dan tidak juga mempunyai uang, namun saya memohon kepada Pak Mubaligh supaya dimasukkan ke dalam daftar orang-orang yang telah melunasi pembayaran, Allah Ta’ala sendiri yang akan menyediakannya.’”
Beliau menuturkan, “Dua hari berlalu, saya mendapatkan pekerjaan sebagai sopir dan dari pendapatan di hari pertama saya bisa dengan mudah melunasi candah Waqf-e-Jadid saya dan anak-anak saya. Dikarenakan niat untuk membayar candah, saya mendapatkan penghasilan yang tetap. Melihat hal ini keimanan kami pun menjadi teguh.’”
Amir Sahib Tanzania juga menulis bahwa Thaha Sahib dari daerah Iringa menyampaikan, “Tahun ini saya mendapatkan kesempatan menyaksikan keberkatan yang luar biasa berkenaan dengan Waqf-e-Jadid. Perjanjian Waqf-e-Jadid saya kurang lebih 600.000 Shilling”
Pada bulan November, melihat kesulitan ekonomi beliau menulis surat kepada saya (Hudhur), “Secara umum keadaan dalam negeri dan perdagangan sedang sangat buruk, oleh karena itu doakanlah supaya dengan taufik yang diberikan Allah Ta’ala saya bisa melunasi perjanjian Waqf-e-Jadid.”
Orang-orang yang menulis surat kepada saya ini, mereka tidak menulis hanya untuk keperluan pribadi mereka, melainkan mereka menulis dengan pemikiran, “Doakanlah semoga kami bisa membayar candah.”
Nanti akan disampaikan beberapa peristiwa di mana orang-orang melaksanakan shalat-shalat dan tahajud dengan tujuan supaya bisa membayar candah, bukan untuk pemenuhan keperluan-keperluan pribadi mereka.
Beliau menuturkan, “Baru saja surat ditulis, hati merasakan ketentraman bahwa insya Allah akan ada suatu sarana dan baru saja berlalu 24 jam dari ditulisnya surat, atas rekomendasi dari seseorang ada seorang kawan datang kepada saya untuk berkonsultasi mengenai bisnis. Pada pertemuan dengannya tersebut diketahui bahwa 15 tahun yang lalu kami berdua adalah teman sekelas. Dari pembicaraan dengan saya mengenai urusan pekerjaannya tersebut, saya kemudian mendapatkan satu kontrak. Melalui perantaraannya pada waktu itu saya mendapatkan kontrak sejumlah 6 juta shilling. Allah Ta’ala telah memberikan sepuluh kali lipat dari jumlah perjanjian saya. Allah Ta’ala telah membuat 600 ribu menjadi 6 juta. Saya mendapatkan uang muka, pertama-tama saya lunasi perjanjian Waqf-e-Jadid saya.”
Seorang kawan Mubayi’ Baru dari Zanzibar, Jumuah Sahib bekerja sebagai buruh di pasar sayuran. Beliau menuturkan, ketika dihimbau mengenai pelunasan perjanjian Waqf-e-Jadid, pada saat itu mobil-mobil yang biasa mengangkut barang-barang berhenti beroperasi.”
Beliau bekerja bongkar muat barang di mobil-mobil tersebut. Keadaan ekonomi menjadi sulit. Sebagaimana telah saya (Huzur) sampaikan bahwa seorang pekerja kasar dan seorang yang miskin ini tidak berdoa supaya keperluan-keperluannya terpenuhi atau supaya ada sarana untuk mengisi perut. Beliau mengatakan, “Saya beberapa hari dalam tahajud berdoa secara khusus kepada Allah Ta’ala untuk pembayaran candah-candah. Saya bangun berdoa dalam tahajud hanya supaya Allah Ta’ala memberikan taufik kepada saya untuk tidak tertinggal dalam pengorbanan harta.”
Kemudian hanya tiga hari sebelum berakhirnya tahun Waqf-e-Jadid, pasar yang tadinya tutup itu mulai buka lagi dan beliau mendapatkan pemasukkan kurang lebih 300.000 shilling yang darinya beliau mendapatkan taufik untuk membayar candah beliau dan anak-anak beliau. Beliau tidak mengatakan, “Kami telah mendapatkan uang untuk biaya hidup kami, melainkan mengatakan bahwa candah saya dan anak-anak saya telah terbayarkan.”
Beliau menuturkan, “Sejak saya baiat, dikarenakan membayar candah, Allah Ta’ala telah memberikan keberkatan dalam harta saya.”
Inilah orang-orang yang memikirkan pembayaran candah-candah dan sebagaimana telah saya sampaikan mereka secara khusus menangis berdoa dalam tahajud sehingga Allah Ta’ala memberikan taufik untuk membayar candah. Orang duniawi mendengar hal ini bisa saja mengatakan bahwa ini adalah orang gila. Namun ini adalah pandangan orang-orang duniawi yang bodoh. Mereka ini adalah orang-orang yang disayangi Allah Ta’ala dan kemudian Dia sendiri yang memenuhi keperluan-keperluan mereka.
Dalam laporan ditemui peristiwa-peristiwa yang unik. Amir Sahib Gambia menulis, “Seorang pemilik toko dari satu kampung di daerah North Bank, Ibrahim Sahib adalah seorang pebisnis yang sangat sukses dan orang-orang menyimpan amanatnya kepada beliau dan pada waktu itu beliau masih belum menjadi Ahmadi. Disebabkan beberapa hal tiba-tiba beliau bangkrut dan beliau juga membelanjakan dari uang amanat orang-orang tersebut untuk menyelamatkan bisnis beliau. Ketika beliau dalam bahaya bahwa amanat-amanat itu pun tidak akan bisa dikembalikan, maka beliau pergi ke tanah airnya, Guinea Conakry. Beliau melarikan diri ke luar negeri dan hingga tiga tahun tinggal di Guinea Conakry.
Kemudian beliau memutuskan bahwa beliau harus kembali kepada orang-orang yang menitipkan amanat tersebut. Di dalam hati beliau terdapat kebaikan. Beliau memutuskan akan pulang dan menghadapi situasi di sana dan hutang-hutang yang ada, bagaimanapun caranya harus dikembalikan kepada orang-orang. Beliau lalu menelepon kepala kampung dan kepala distrik dan memohon supaya diberikan kesempatan, jangan tangkap saya, saya akan berusaha untuk melunasi semua hutang. Lalu kepala kampung memberikan izin untuk kembali dengan syarat beliau harus bekerja keras dan mengembalikan amanat orang-orang. Jika tidak bisa melakukannya, maka beliau akan dikirim ke penjara.
Empat bulan setelah kedatangan beliau, sampailah pesan Hadhrat Masih Mau’ud (as) kepada beliau, yang mana setelah mendengarnya beliau menerima Ahmadiyah dan mulai rutin membayar candah. Beliau juga mulai ikut serta dalam gerakan-gerakan pengorbanan harta. Beliau menyisihkan sedikit banyak dari pemasukan yang beliau dapatkan.Beliau mulai ambil bagian dalam pengorbanan harta. Uang yang diperoleh, secara rutin beliau masukkan sebagiannya untuk pengorbanan.
Dengan karunia Allah Ta’ala, pengorbanan candah tersebut sedemikian rupa menarik banyak keberkatan dalam pekerjaan beliau sehingga dalam jangka waktu dua tahun, beliau tidak hanya dapat melunasi hutangnya sejumlah 200.000 dilasi bahkan dapat membangun rumah dan membuka kembali tokonya. Saat ini pekerjaan beliau terus mengalami kemajuan. Beliau sendiri mengatakan bahwa ini semua merupakan keberkatan candah.”
Seorang anggota Lajnah Imaillah Australia menuturkan, “Ketika kami pindah ke rumah baru, Keadaan ekonomi kami tidaklah baik. Uang sewa rumah pun cukup besar. Saya tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli barang barang kebutuhan. Di sisi lain tahun candah pun akan segera berakhir. Dengan bertawakkal kepada Allah, akhirnya saya bayarkan uang yang ada untuk melunasi candah.” (Beliau ini adalah Lajnah yang tinggal di negeri yang kental dengan keduniaannya, bukan di negeri yang miskin. Setelah itu beliau berdoa, ‘Ya Tuhan! Jangan sampai aku membutuhkan bantuan orang lain, Engkau sendirilah yang penuhi kebutuhanku.’)
“Pada sore hari itu juga, suami saya datang lalu memberikan sejumlah uang kepada saya dan berkata, ‘Hari ini saya mendapatkan bonus dari atasan saya dan diantara seluruh karyawan, hanya saya saja yang mendapatkannya.’
Uang yang diberikan tersebut jumlahnya dua kali lipat dari besaran candah yang saya berikan. Ini merupakan karunia dan ihsan Allah Ta’ala semata. Saya pun terheran-heran dan merasa yakin bahwa Allah Ta’ala tidak pernah meninggalkan orang yang berkorban karena Allah Ta’ala, luput dari pertolongan.”
Qomarudin Sahib, inspektur candah dari India menulis, “Pada penutupan tahun perjanjian saya melakukan kunjungan ke jemaat Calicut bersama dengan Nazim Waqf-e-Jadid. Kami pun berkunjung ke rumah seorang Ahmadi bernama Hanif Sahib yang telah baiat ke dalam Jemaat 8 tahun yang lalu. Beliau menyambung hidup dengan pekerjaan alakadarnya.
Ketika sampai di rumahnya, putra beliau yang masih berusia 10 tahun bernama Madlaal Ali datang menghampir sambil membawa sebuah tempat menabung. Sembari menyerahkan pembayaran candah Waqf-e-Jadid, Hanif Sahib mengatakan, uang ini ia kumpulkan sepanjang tahun untuk melunasi candah Waqf-e-Jadid. Ketika sebuah tempat menabung itu dibuka, jumlah uang yang ada didalamnya cukup besar.
Nazim sahib bertanya kepada anak itu, ‘Biasanya anak anak menabung uang untuk membeli barang barang yang diperlukannya, namun kenapa kamu memberikan uang ini untuk melunasi Waqf-e-Jadid?’
Anak itu menjawab yang mafhumnya adalah, ‘Allah Ta’ala, Rasulullah dan para Khulafa memerintahkan untuk membelanjakan harta di jalan Allah, untuk itu saya serahkan uang ini untuk melunasi candah Waqf-e-Jadid.’”
Demikianlah tarbiyat yang didapatkan oleh anak anak Ahmadi. Jemaat yang dipenuhi oleh anak anak yang memiliki pemikiran seperti itu dan mendapatkan tarbiyat seperti itu, bagaimana mungkin penentang jemaat akan bisa menimpakan kerugian pada jemaat. Seberapapun gencarnya penentangan yang dilakukan oleh para penentang, namun Allah Ta’ala telah mendirikan jemaat ini untuk menyebarkan agamaNya. Untuk itu Allah Ta’ala lah yang memelihara dan menolongnya setiap saat dan Allah Ta’ala terus menimbulkan kecintaan dalam diri generasi demi generasi dan rintihan untuk menyempurnakan misiNya.
Amir Sahib Tanzania menulis, “Muallim dari negeri tetangga, yaitu dari Jemaat Mangonci di Malawi menulis, ‘Ada seorang kawan yang bernama Ibrahim sahib adalah penjual daging. Tahun ini beliau menulis perjanjian Waqf-e-Jadid sebesar 5800 Malawi kwacah. Sepanjang tahun beliau mencicilnya sedikit sedikit. Menjelang akhir tahun beliau masih memiliki tunggakan, namun karena keadaan negeri, usaha beliau pun terhenti. Akhirnya beliau melunasi Waqf-e-Jadidnya dengan berhutang. Seminggu kemudian beliau membeli seekor kambing untuk memulai lagi usahanya menjual dagingnya. Dalam beberapa hari saja, begitu besarnya keberkatan yang beliau dapatkan sehingga hutang beliau dapat terlunasi.’”
Seorang yang miskin pun ketika membayar candah disertai dengan tawakkal dan semangat pengorbanan sehingga Allah Ta’ala mencurahkan karuniaNya. Meskipun keadaan negeri seperti itu saat itu dan sekarang, namun Allah Ta’ala telah merubah keadaan beliau.
Muallim jemaat Mawala, Malawi menuturkan, “Ada seorang janda di jemaat kami Matinbah Sahiba setiap tahunnya membayar candah sesuai dengan kemampuan. Tahun ini beliau berjanji sejumlah uang untuk Waqf-e-Jadid. Sepanjang tahun beliau mendapatkan taufik untuk dapat melunasinya lebih dulu dari para anggota Lajnah pada umumnya. Pada hari ketika melunasi perjanjian, malam harinya beliau melihat mimpi, dalam mimpi tersebut kepada beliau diberitahukan, ‘Sejak hari ini Allah Ta’ala akan membantumu dalam pekerjaan.’
Keesokan harinya beliau datang menemui pak Muallim lalu menyerahkan tambahan uang untuk Waqf-e-Jadid. Wanita itu mengatakan, ‘Berkat candah, Allah Ta’ala meningkatkan hasil panen saya dan Allah sendiri mengatakan kepada saya bahwa Dia akan menolong saya.’ Bagaimana Allah Ta’ala segera memberikan sarana untuk meningkatkan keimanan seseorang.”
Muballigh Albania menulis berkenaan dengan seorang mubayin baru yang bernama Michalis Bea Sahib yang baru baiat 3 tahun silam. Beliau juga berkhidmat sebagai sekretaris tabligh di jemaat. Beliau adalah seorang khudam yang aktif. Suatu hari beliau datang membawa kotak wadah yang dipenuhi dengan uang. Beliau menuturkan bahwa sudah sebulan beliau menyimpan kotak ini di dalam mobil dengan niat supaya uang yang tersisa dari keperluan sehari hari akan dimasukan kedalam kotak tersebut untuk selanjutnya dibayarkan candah. Ketika beliau membawa kotak tersebut untuk pertama kalinya, satu bagiannya beliau bayarkan untuk Tahrik Jadid dan Waqf-e-Jadid atas nama putranya yang berumur 4 tahun bernama Bioran Bia dan selebihnya beliau bayarkan atas nama beliau sendiri untuk Tahrik Jadid, Waqf-e-Jadid dan juga candah lazim lainnya. Sejak saat itu setiap bulan beliau membawa kotak tersebut dan pada kesempatan Waqf-e-Jadid, akhir Desember dan Jumat terakhir beliau menyerahkan sejumlah uang dalam jumlah yang cukup besar untuk candah. Bagaimana setelah baiat timbul satu semangat dalam diri beliau untuk berkorban sehingga beliau menyaksikan pemandangan curahan karunia Allah Ta’ala atas beliau.”
Ketua Jemaat Cheam di UK menuturkan, “Terjadi penurunan yang cukup pada target kami sehingga saya berdoa secara khusus dalam tahajjud. Suatu hari istri saya mengatakan, ‘Jika anda sampaikan hal ini kepada tuan anu yakni suatu keluarga di jemaatnya, bisa diharapkan untuk mencapai target.’
Saya menghubungi keluarga tersebut. Keluarga tersebut mengatakan, ‘Mohon jangan cantumkan nama kami.’ Beliau membayar £1000 dan selain itu beliau membayar lagi £1000 atas nama anak-anak beliau. Bahkan mengatakan, ‘Jika anda masih memerlukannya selain dari ini, silahkan sampaikan kepada kami.’”
Sekretaris Waqf-e-Jadid Lajnah Islamabad UK menuturkan, “Setelah lulus university saya sibuk mengurus anak. Saat ini anak saya sudah berusia 5 tahun dan 8 tahun. Semua candah kami dibayarkan dari penghasilan suami sedangkan uang yang ada dalam rekening bank saya hanyalah dana bantuan pemerintah untuk anak. Saya berfikiran, seberapapun uang yang dibayarkan atas nama saya untuk pengorbanan, tidak bisa dikatakan sebagai pengorbanan hakiki. Lalu pada bulan september tahun ini saya mulai mengatur agar selain dari pembayaran candah wasiyat, tahrik jadid, Waqf-e-Jadid saya, saya akan bayarkan juga dengan memberikan wewenang kepada bank untuk menarik uang dari rekening saya untuk membayar candah atas nama nenek dan juga paman saya. Setiap bulannya sedemikian diatur supaya uang yang dibenarkan benar-benar sesuai dengan penghasilan saya dan terhitung sebagai pengorbanan hakiki. Pada bulan itu juga saya mengajukan lamaran kerja sebagai guru di sekolah anak anak, dengan niat untuk mencari pengalaman dalam bekerja, namun saat itu saya melihat peluang untuk dapat berhasil tidak ada.
Sehari setelah saya membayarkan sejumlah uang dari rekening saya untuk potongan candah yang pertama, saya mendapatkan panggilan dari sekolah anak untuk interview. Setelah saya membayar canda yang kedua kali dari rekening bank saya, bukan sebagai asisten guru, bahkan sekolah telah memberikan posisi penting kepada saya sehingga penghasilan saya bertambah 10 kali lipat. Alhasil, saya menjadi semakin yakin bahwa ini semata-mata merupakan buah pengorbanan harta di jalan Allah.”
Muballig Jerman, Farhad Sahib menuturkan, “Seorang khadim dari jemaat Wisbaden mengatakan bahwa beliau telah melunas candah tahrik jadid, bahkan uang yang harus dibayarkan untuk Waqf-e-Jadid pun beliau tambahkan untuk tahrik jadid. Pada bulan itu juga beliau menerima surat dari departemen pajak yang menyatakan beliau harus melunasi pajak senilai 800 euro. Beliau menuturkan, ‘Meskipun keadaannya demikian saya tetap menegarkan diri untuk melunasi candah Waqf-e-Jadid saya dan memutuskan untuk membayar pajak dengan berhutang. Beberapa munggu kemudian saya menerima surat dari departemen pajak yang menyatakan, “Kami telah mengecek lagi dokumen anda yang darinya diketahui sebenarnya anda tidak memiliki kewajiban untuk membayar pajak, melainkan kami yang harus mengembalikan kepada anda sebesar 4400 euro.”
Beberapa hari kemudian, mobil saya mengalami kecelakaan ketika dikendarai dan mengalami kerusakan. Kejadian itu menyebabkan saya memperoleh ganti rugi sebesar 4000 euro. Bagaimana waktu itu saya memutuskan untuk meningkatkan besaran candah sehingga Allah Ta’ala memberikan taufik untuk dapat melunasinya.’”
Jika ada orang yang mengatakan hal itu kebetulan semata, namun seorang mukmin mengetahui bahwa ini merupakan buah dari karunia Allah yang khas.
Sadr Lajnah Imaillah Kanada meriwayatkan bahwa ada seorang anggota Lajnah menuturkan, “Tiga tahun lalu suami saya sibuk dalam menempuh pendidikan. Saya harus bekerja dan bersamaan dengan pekerjaan, saya disibukkan dengan segenap tanggung jawab. Rutin yang melelahkan itu membuat saya jatuh sakit. Ketika tiba saatnya untuk menulis perjanjian Waqf-e-Jadid, saya berjanji untuk membayar Waqf-e-Jadid besarnya dua kali lipat dari penghasilan beliau per bulan.
Beberapa waktu kemudian, pekerjaan saya terhenti sehingga mengalami kesempitan yang parah. Kami mulai memenuhi kebutuhan menggunakan credit card (Kartu Kredit). Ketika tiba saatnya untuk melunasi candah di akhir tahun, dengan terpaksa dan bertawakkal kepada Allah Ta’ala kami melunasi candah-candah dengan menggunakan credit card. Allah Ta’ala kemudian memperlihatkan qudratNya yang menakjubkan kami mendapatkan informasi dari bank bahwa kami mendapatkan asuransi perlindungan kredit sehingga jika kehilangan pekerjaan, bisa mengajukan untuk mendapatkan pekerjaan dengan sarana tersebut.
Dengan begitu seluruh pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan credit card tadi dapat terlunasi. Bersamaan dengan itu saya mendapatkan pekerjaan baru yang lebih baik dari pekerjaan sebelumnya. Keadaan ekonomi kami membaik. Selain melunasi candah wajib, kami mulai meningkatkan pembayaran candah-candah yang sifatnya sukarela juga. Pada masa itu juga suami saya dapat menyelesaikan pendidikannya dan mendapatkan pekerjaan yang baik. Akhirnya saya meninggalkan pekerjaan saya dan mencukupkan kebutuhan sehari-hari dari penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan baru suami.”
Muballigh dari Indonesia menulis, “Ada seorang Ahmadi bernama Amin Rigai Sahib. Istri beliau selalu berkeinginan untuk melunasi candah waqfi dan tahrik jadid pada bulan ramadhan. Tahun ini penghasilan yang beliau dapatkan kurang sehingga nampaknya tidak mungkin untuk dapat memenuhi perjanjian.”
Pak Muballig menuturkan, “Saya sendiri melihat mereka sambil berpuasa pada bulan ramadhan, setiap hari bersama istrinya menempuh perjalanan sejauh 4 km naik ke gunung pergi ke ladang kemirinya supaya dengan itu diharapkan dapat memenuhi perjanjian candah. Alhasil, pada bulan ramadhan tersebut beliau dapat memenuhi perjanjian candah sebesar 200 ribu rupiah. Adalah tidak mungkin bagi mereka untuk mengumpulkan uang sebesar itu tanpa kerja keras.”
Pak Muballig menuturkan, “Saya bertanya kepada beliau, ‘Apa yang membuat anda melakukan hal ini yakni bekerja keras sambil berpuasa?’ Beliau menjawab, ‘Saya dan istri saya semata-mata hanya ingin meraih keridhaan Allah Ta’ala dengan mengamalkan perintah Khalifah.’”
Seorang Ahmadi dari Jemaat Kaya di Burkina Faso bernama Nayanpa Sahib, baiat lebih dari 10 tahun yang lalu, namun masih lemah dalam pembayaran candah. Beliau sering mengalami kesulitan ekonomi. Sejak beberapa waktu terakhir beliau mulai dawam membayar candah khususnya Waqf-e-Jadid dan tahrik jadid. Berkat candah yang beliau bayarkan, tidak hanya beliau dijauhkan dari kesulitan ekonomi dengan karunia Allah Ta’ala bahkan Allah Ta’ala memberikan kesembuhan kepada beliau dari berbagai penyakit yang menjangkit beliau sebelumnya. Tahun ini beliau ambil bagian dengan penuh antusias dalam pengorbanan Waqf-e-Jadid. Orang yang sebelumnya tidak memberikan pekerjaan kepada beliau, kali ini, orang itu sendiri datang menemui beliau untuk memberikan kontrak pekerjaan.
Idris Sahib menuturkan, “Ini adalah karunia Allah semata yakni dengan perantaraan Waqf-e-Jadid, Allah Ta’ala memberikan sarana untuk menambahkan harta saya.”
Seperti itulah cara Allah dalam mengembalikan pinjamannya dengan berlipat ganda. Demikianlah beberapa peristiwa yang dapat saya sampaikan. Sebenarnya masih banyak lagi kisah serupa. Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan perlakuan yang sama kepada para anggota jemaat. Semoga juga para Ahmadi dapat memberikan pengorbanan dengan tulus dan setia dan semoga Allah Ta’ala senantiasa memperlihatkan pemandangan curahan karuniaNya kepada para Ahmadi.
Saat ini saya akan menyampaikan pengumuman tahun baru Waqf-e-Jadid dan perhitungannya. Dengan karunia Allah Ta’ala Waqf-e-Jadid yang 63 telah berakhir pada tanggal 31 desember 2020 dan yang ke 64 telah dimulai pada tanggal 1 januari 2021. Dengan karunua Allah Ta’ala, sepanjang tahun ini jemaat mendapatkan taufik untuk mempersembahkan pengorbanan sebesar £10.530.000 penerimaan kali ini mengalami peningkatan dibanding tahun lalu sebesar £887.000, alhamdulillah. Tidaklah mungkin hal ini dapat ditempuh oleh upaya manusia. Ini murni merupakan karunia Allah Ta’ala yang khas.
Tahun ini juga jemaat Inggris menduduki peringkat pertama diantara jemaat jemaat di dunia dari sisi penerimaan umum. Dengan karunia Allah Ta’ala mereka telah melakukan peningkatan yang cukup banyak. Lajnah Imaillah UK juga dengan karunia Allah Ta’ala berupaya dengan gigih. Kali ini nampaknya, peningkatan yang terjadi dalam jumlah yang banyak tahun ini nampaknya kaum pria pun telah berjuang keras seperti para anggota Lajnah.
Jemaat Jerman menduduki peringkat kedua. Meskipun mereka pun telah meningkatkan dalam jumlah banyak namun Inggris tetap jauh melampaui mereka.
Sedangkan Pakistan, tertinggal di belakang disebabkan lemahnya nilai mata uang jauh, meskipun masih menduduki peringkat ketiga. Namun secera keseluruhan berdasarkan nilai mata uang negara di sini pun mengalami kemajuan dan orang-orang melakukan pengorbanan. Adapun di Pakistan, nyawa pun dikorbankan oleh para Ahmadi selain dari pengorbanan harta. Mereka mengalami tekanan mental secara terus menerus. Semoga Allah Ta’ala memberikan kemudahan kepada mereka.
Kanada menduduki peringkat keempat selanjutnya Amerika lalu India, Australia, satu jemaat di timur tengah, selanjutnya Indonesia, lalu Ghana.
Dari antara negara-negara Afrika, Ghana kini juga bersaing dengan negara-negara besar dan masuk dalam sepuluh besar. Berdasarkan kontribusi per kapita, AS (Amerika Serikat) menempati urutan pertama, diikuti Swiss, kemudian Inggris. Dalam hal kontribusi keseluruhan di antara negara-negara Afrika, Ghana menempati urutan pertama, Mauritius kedua, kemudian Nigeria, Burkina Faso, Tanzania, Sierra Leone, Gambia, Kenya, Mali dan Benin.
Total peserta [Waqf-e-Jadid] adalah 1.452.000.
Dalam hal pengumpulan keseluruhan, sepuluh Jemaat besar dari Inggris adalah (1) Farnham, (2) Islamabad, (3) Worcester Park, (4) Putney, (5) Birmingham South, (6) Gillingham, (7) South Cheam, (8) Masjid Fazl, (9) Birmingham West, (10) New Malden. Lima wilayah teratas dalam hal penerimaan keseluruhan adalah Baitul Futuh di pertama kemudian Masjid Fazl, Islamabad, Midlands dan Baitul Ehsan. Sepuluh Jama`at teratas sehubungan dengan Daftar Atfal adalah Farnham di pertama, Islamabad di kedua, Roehampton Vale, Baitul Futuh, Mitcham Park, Glasgow, Cheam, Guilford, Worcester Park dan Birmingham South. Dari antara Jama`at yang lebih kecil, sepuluh teratas dalam hal perolehan keseluruhan adalah Leamington Spa, Spen Valley, Bournemouth, Burton-Upon-Trent, Peterborough, Coventry, Edinburgh, Keighley, dan Swansea.
Lima teratas Imaarat lokal [dalam hal koleksi keseluruhan] di Jerman adalah Hamburg di pertama, kemudian Frankfurt, Wiesbaden, Gross-Gerau dan Dietzenbach. Dalam hal pengumpulan Waqf-e-Jadid dari orang dewasa, sepuluh Jemaat teratas dari Jerman adalah Rödermark, Neuss, Nieda, Mahdi-Abad, Mainz, Koblenz, Hanau, Langen, Flörsheim, Bensheim dan Pinneberg. Dalam hal pengumpulan dari Daftar Atfal, lima wilayah teratas adalah Hessen Sud-Ost, Hessen Mitte, Rheinland-Pfalz, Westfalen dan Taunus.
Tiga Jemaat teratas di Pakistan [dalam hal pengumpulan] adalah 1) Lahore 2) Rabwah 3) Karachi. Dalam hal pengumpulan dari orang dewasa, posisi distriknya adalah Islamabad di pertama, kedua adalah Rawalpindi, ketiga adalah Sargodha lalu Gujrat, Gujranwala, Umerkot, Hyderabad, Peshawar, Mirpur Khas, Dera Ghazi Khan. Dalam hal pengumpulan keseluruhan, sepuluh Jama`at teratas adalah Defence Lahore, Islamabad Shehar, Township Lahore, Clifton Karachi, Darul Zikr Lahore, Gulshan Abad Karachi, Samana Bagh Karachi, Azizabad Karachi, Rawalpindi Shehar, Allama Iqbal Town Lahore. Dari segi [koleksi] Daftar Atfal, tiga Jemaat besar dari Pakistan adalah (1) Lahore (2) Karachi dan (3) Rabwah. Posisi distrik untuk Daftar Atfal adalah Islamabad, Gujranwala, Sargodha, Sheikhupura, Faisalabad, Dera Ghazi Khan, Gujrat, Umerkot, Narowal dan Bahawalnagar.
[Posisi] Imarat Kanada adalah Vaughan di posisi pertama, kemudian Peace Village, Vancouver, Brampton West dan Toronto West. [Posisi] sepuluh Jemaat besar di Kanada adalah, Bradford, Durham, Milton East, Edmonton West, Windsor, Milton West, Regina, Ottawa West, Airdrie dan Abbotsford. Wilayah teratas dalam hal [koleksi dari] Atfal adalah Vaughan di posisi pertama, kemudian Toronto West, Peace Village, Calgary dan Brampton West. Dalam hal Jemaat untuk Atfal [posisinya] Bradford di pertama kemudian Durham, Milton West, London dan Hamilton Mountain.
Dalam hal pengumpulan keseluruhan, Jama`at teratas di AS adalah Maryland, Los Angeles, Seattle, Silicon Valley, Boston, Austin, Osh Kosh, Syracuse, Rochester dan Minnesota. Sepuluh Jama`at teratas dalam hal Daftar Atfal adalah Maryland, Los Angeles, Seattle, Orlando, Silicon Valley, Austin, Osh Kosh, Minnesota, Las Vegas dan Pittsburg.
Sepuluh provinsi teratas dari India adalah Kerala di posisi pertama, kemudian Tamil Nadu, Jammu Kashmir, Telangana, Karnataka, Odisha, Punjab, Benggala Barat (West Bengal), Delhi dan Uttar Pradesh. [Posisi] Jemaat adalah Kyobator, Qadian, Pathapiriyam, Hyderabad, Kalkuta (Kolkata), Bangalore, Kalikut (Calicut), Kenora Town (Kota Kenora), Rishi Nagar dan Kerang.
Sepuluh Jama`at teratas dari Australia adalah Melbourne Long Warren, Castle Hill, Marsden Park, Melbourne Berwick, Adelaide South, Mount Druitt, Penrith, Perth, Logan East dan Black Town. Jemaat Australia dalam hal pengumpulan dari orang dewasa adalah Melbourne Long Warren, Castle Hill, Marsden Park, Melbourne Berwick, Penrith, Mount Druitt, Black Town, Adelaide South, Perth dan Canberra. Jemaat Australia dalam hal pengumpulan dari Atfal adalah Melbourne Long Warren, Adelaide, Melbourne Berwick, Mount Druitt, Logan East, Penrith, Castle Hill, Melbourne East, Perth dan Adelaide West.
Semoga Allah Ta’ala mencurahkan keberkatan yang tidak terhingga dalam harta-harta dan jiwa-jiwa mereka yang telah memberikan pengorbanannya. Semoga Allah Ta’ala meningkatkan keruhanian mereka dan mereka dapat memenuhi hak-hak Allah Ta’ala dan hamba-Nya.
Sebagaimana saya selalu mencanangkan doa pada masa sekarang ini, doakanlah secara khusus untuk para Ahmadi Pakistan, semoga Allah Ta’ala menjauhkan segala kesulitan dan kegelisahan mereka, menghentikan tangan para penentang untuk sampai kepada mereka. Adapun bagi para penentang yang tidak mungkin lagi mendapatkan ishlah, semoga Allah Ta’ala segera mencengkeramnya.
Semoga Dia segera menciptakan sarana untuk terbebasnya para Ahmadi dari tahanan penjara. Termasuk diantaranya para Ahmadi Aljazair yang sedang ditahan juga. Di Aljazair pun jemaat menghadapi penentangan. Doakanlah mereka, semoga Allah Ta’ala segera memberikan ketentraman kepada mereka, secara khusus tekankanlah untuk banyak berdoa, ibadah nafal dan juga sedekah.
Keadaan Pakistan secara umum dari sisi keamanan tidak baik. Doakanlah mereka. Semoga Allah Ta’ala menciptakan keadaan yang aman dan memberikan sarana untuk mengakhiri kekisruhan dimana mereka saling membunuh satu sama lain, terorisme dan kekisruhan di Pakistan. Memberikan akal kepada para pejabat dan pemerintah, menjadi pengkhidmat masyarakat dalam corak yang hakiki dan dapat memimpin dengan adil. Doakan juga untuk Keadaan dunia secara umum yang tengah menuju pada kerusakan dengan cepatnya. Semoga Allah Ta’ala mengasihi seluruh umat manusia.
Khotbah II
اَلْحَمْدُ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنُؤْمِنُ بِهِ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ
وَنَعُوْذ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ –
وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ‑
عِبَادَ اللهِ! رَحِمَكُمُ اللهُ!
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذكَّرُوْنَ –
أُذكُرُوا اللهَ يَذكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Penerjemah: Mln. Mahmud Ahmad Wardi, Syahid (London-UK), Mln. Fazli Umar Faruk (Indonesia) dan Mln. Muhammad Hasyim. Editor: Dildaar Ahmad Dartono.