Prinsip Emas untuk Perdamaian Dunia

Prinsip Emas untuk Perdamaian Dunia

Hazrat Mirza Masroor Ahmad, Simposium Perdamaian UK ke 12, 14 Maret 2015

prinsip emas untuk perdamaian dunia

Para tamu yang terhormat Assalamualaikum warohmatullahi wa barokaatuhu

Dalam kesempatan ini, pertama-tama saya mengucapkan terima kasih kepada semua tamu terhormat yang telah bergabung dengan kami pada malam ini.

Tahun ini Simposium Perdamaian diadakan hanya dalam selang waktu lima bulan, oleh karena itu saya sangat berterima kasih kepada para sahabat lama kami yang kembali menerima undangan kami dalam jangka waktu yang relatif singkat ini. Saya percaya alasan utama kehadiran Anda dalam acara ini adalah untuk mendengar pandangan Jamaah Muslim Ahmadiyah sehubungan dengan upaya membangun perdamaian di dunia dan upaya-upaya untuk mewujudkannya.

Selain itu, saya juga yakin bahwa sebagian dari Anda ingin mengetahui, apakah yang disampaikan dalam Simposium Perdamaian sebelumnya telah berbuah positif atau menghasilkan hal yang bermanfaat. Memiliki ketertarikan dalam hal-hal seperti itu merupakan hal yang baik, dan tentu saja semua orang menginginkan berhasilnya setiap upaya membangun perdamaian. Namun demikian, terlepas dari aspirasi kolektif kita untuk perdamaian, kenyataannya, sebagian besar dunia terus mengalami kemunduran menuju keadaan konflik, kekacauan dan kegelapan yang lebih jauh. Sebuah catatan positif, sejak Simposium Damai yang terakhir, ada secercah sinar yang berkelap-kelip di kejauhan dan yang memberikan rasa optimisme yang tetap dipenuhi kewaspadaan.

Penanganan ISIS

Salah satu poin yang saya sampaikan pada Simposium Perdamaian sebelumnya adalah dunia harus segera menargetkan dan berupaya memblokir jalur pendanaan dan bantuan untuk kelompok teroris yang dikenal dengan ISIS atau I.S. Saya tidak mengklaim bahwa itu karena saya, atau karena saya telah menarik perhatian pada masalah ini, tetapi faktanya selama beberapa bulan terakhir ada upaya-upaya nyata untuk mengatasi masalah krusial ini. Misalnya, pada bulan Februari, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat mengeluarkan Resolusi yang secara langsung mengincar pendanaan ISIS dan menjatuhkan sanksi pada setiap kelompok yang berusaha membeli minyak secara ilegal dari mereka (ISIS) atau terlibat dalam bentuk perdagangan lainnya. Jika resolusi ini dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, seperti yang saya katakan sebelumnya, saya yakin tidak akan butuh waktu tahunan untuk mengalahkan ISIS, sebaliknya kekejaman mereka dapat diakhiri dalam hitungan bulan.

Dan jika mereka benar-benar tulus dalam keinginan mereka untuk membangun perdamaian di dunia, semua negara Muslim dan sekutu mereka harus berusaha menerapkan langkah-langkah ini dengan segenap kemampuan terbaik mereka. Tentu saja, ini adalah beban berat dunia Muslim untuk memberikan dukungan dan komitmen penuh mereka untuk tujuan ini. Hal ini disebabkan oleh apa yang disebut pemerintah atau negara yang dibentuk oleh ISIS tidak hanya melakukan tindakan kekejaman yang sangat tercela dan biadab – tetapi mereka melakukannya dengan mengatas namakan Islam. Ini hal yang sangat menyedihkan bagi Muslim sejati karena mereka tahu bahwa tindakan-tindakan keji seperti itu tidak ada kaitan apa pun dengan agama mereka.

Baru-baru ini, seorang jurnalis Perancis, yang pernah ditahan sebagai tahanan oleh ISIS selama sepuluh bulan sebelum dibebaskan, berbicara tentang pengalamannya ketika berada di lokasi penahanan. Dia mengatakan bahwa dia tidak pernah melihat Al-Qur’an selama ia menjadi tahanan ISIS, dan ketika dia bertanya kepada para teroris bagaimana mereka dapat membenarkan pemenggalan kepala dan berbagai kekejaman lainnya, mereka tidak pernah memiliki jawaban. Mereka hanya mengatakan bahwa mereka melaksanakan kehendak mereka sesuka hati dan akan terus melakukannya. Kerajaan Inggris harus khawatir terhadap hal ini, karena menurut laporan wartawan, para ekstremis yang berangkat ke Suriah dari Inggris melakukan beberapa kekejaman, yang bahkan lebih brutal daripada ekstremis lainnya.

Tentunya, ini adalah keprihatinan besar bagi otoritas Inggris. Hampir setiap hari ada berita yang mengabarkan adanya para pemuda, laki-laki dan perempuan, yang telah diradikalisasi, yang berangkat ke Suriah atau Irak – yang ditangkap di sini (Inggris) karena berbagai pelanggaran hukum terkait terorisme. Oleh karena itu, radikalisasi merupakan masalah yang serius bagi Kerajaan Inggris, Eropa dan dunia pada umumnya. Karenanya, Pemerintahan-pemerintahan sudah tepat menyuarakan keprihatinan mereka dan membahas cara-cara untuk mengatasi masalah ini. Namun, belum ada langkah-langkah tepat yang dilakukan untuk menghadapinya.

Sebagai contoh, di Inggris, polisi dan badan-badan intelijen telah mengakui bahwa beberapa orang radikal yang pergi ke Suriah dan Irak yang tidak diawasi dengan baik, padahal jika diawasi dengan baik, mereka dapat dicegah untuk meninggalkan negara ini. Intinya, seperti yang saya katakan sebelumnya, bukan hanya dunia Muslim yang harus mengkhawatirkan keadaan saat ini. Sebaliknya ini akan menjadi kecemasan besar bagi dunia, karena jika para ekstremis yang telah pergi ke luar negeri kemudian pulang ke negara asal mereka, akan menyebabkan dampak yang mengerikan dan berpotensi menimbulkan bahaya besar bagi masyarakat tersebut.

Terorisme Bukan Islam

Terkait reaksi para pemimpin dunia terhadap ISIS, merupakan hal yang menggembirakan menyaksikan para politisi dan tokoh agama tertentu telah memilih untuk tidak menambahkan bahan bakar ke dalam api tetapi sebaliknya menegaskan bahwa mereka tidak percaya bahwa ISIS atau kelompok teroris lainnya mewakili ajaran Islam yang benar. Sebagai contoh pada pidato baru-baru ini (saat artikel ini ditulis) di Washington, Presiden Obama mengatakan dengan sangat jelas bahwa para teroris telah mengkhianati agama mereka dan tidak memiliki kaitan dengan Islam. Hanya beberapa hari yang lalu (saat artikel ini ditulis), Uskup Agung Katolik New York, juga berbicara secara terbuka menentang gagasan bahwa Islam membenarkan kegiatan-kegiatan kelompok teroris seperti ISIS.

Dan di Eropa, beberapa politisi dan pemimpin agama yang berpikiran luas juga bereaksi secara bertanggung jawab terhadap serangan teroris yang dilakukan dengan mengatas-namakan Islam. Misalnya pada bulan Januari lalu (saat artikel ini ditulis), seperti yang sama-sama kita ketahui, teroris menyerang kantor majalah Charlie Hebdo di Paris. Itu adalah serangan yang mengerikan dan sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Ketika isu kebebasan berbicara mengemuka pada-hari berikutnya, Paus Francis mengatakan bahwa kita seharusnya tidak memprovokasi atau menghina agama lain. Dia mengatakan bahwa martabat setiap agama dan keyakinan harus dihormati dan kita harus berbicara demi kebaikan bersama.

Terkait:   Revolusi yang Dibawa oleh Rasulullah

Apa yang beliau (Paus Francis) katakan sangatlah tepat, jika teman baiknya sekalipun mengucapkan kata-kata buruk (hinaan) terhadap ibunya, teman baiknya ini tentunya bisa menunggu pukulan sebagai balasannya. Dalam pandangan pribadi saya, ini adalah pernyataan yang sangat bijaksana dan cerdas dalam mendukung kebebasan beragama dan toleransi. Intinya, terkait ekstremisme, perlu diingat baik-baik, di mana pun dan kapan pun terdapat orang yang melakukan kekejaman atau ketidakadilan yang dipenuhi kebencian dengan mengatasnamakan Islam, maka mereka harus dikecam. Dan perlu dicamkan bahwa tindakan-tindakan semacam itu tidak ada kaitannya apa pun dengan ajaran Islam yang hakiki dan damai. Seperti yang saya singgung sebelumnya, saya belum melihat para pembuat kebijakan dan pemerintah saat ini mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghentikan ekstremisme.

Langkah Efektif Menghentikan Ekstremisme

Dalam pandangan saya, akan jauh lebih efektif jika negara-negara besar mendukung pemerintah lokal, dengan mengarahkan mereka pada kepercayaan diri dan berusaha membangun hubungan saling percaya. Melalui kerja sama yang erat, harus disusun strategi bersama untuk menghentikan penyebaran ekstremisme dan ideologi yang penuh kebencian. Ini pasti akan lebih efektif dibandingkan menentang pemerintah-pemerintah lokal dengan memberikan pelatihan militer dan senjata kepada para pemberontak setempat. Kebijakan-kebijakan semacam itu hanya akan menyulut gejolak dan ketegangan di negara-negara tersebut. Dan tentu saja kita telah menyaksikan bahaya dari kebijakan ini.

Beberapa waktu lalu, beberapa negara besar memberikan pelatihan militer kepada oposisi Suriah dan kemudian dilaporkan secara luas bahwa dari para pemberontak yang memperoleh senjata dan pelatihan baru tersebut kemudian bergabung dengan kelompok-kelompok teroris. Namun meskipun ada preseden ini, saat ini diumumkan bahwa ribuan pemberontak Suriah akan diberikan pelatihan militer di Turki, Qatar dan Arab Saudi.

Saya yakin, akan jauh lebih konstruktif jika negara-negara besar membangun komunikasi dengan pemerintah lokal dan membantu mereka mengakhiri terorisme di negara mereka. Dukungan ini dapat diberikan dengan syarat bahwa pemerintah masing-masing menjamin bahwa mereka akan melayani warganya secara adil dan tidak akan merebut hak mereka dalam bentuk atau cara apapun. Di Suriah, Irak atau negara-negara lainnya di mana para penduduknya melawan pemerintah sendiri dan telah menyebabkan kekosongan kekuasaan, dan hal ini sepenuhnya dimanfaatkan oleh para ekstremis untuk mendapat manfaat yang sebesar-besarnya.

Gangguan sipil dan pelanggaran hukum di negara-negara tersebut telah memungkinkan organisasi teroris untuk membangun pijakan dan menciptakan lingkungan yang mendukung untuk pekembangan mereka. Seperti yang saya katakan, orang-orang dari Eropa, Australia, bahkan Cina dan negara-negara di dunia telah berangkat melintasi perbatasan untuk bergabung dengan ISIS, dan dampak dari hal ini pasti akan dirasakan di Eropa dan Barat. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi, bahwa ini bukan hanya menjadi perhatian dunia Muslim tetapi tetapi masalah global yang berpotensi menciptakan konflik di seluruh dunia.

Singkatnya, langkah-langkah untuk mengekang ekstremisme terbukti tidak efektif. Jika kita melihat kasus Libya, baru beberapa tahun yang lalu sejumlah negara membantu pemberontak setempat untuk menggulingkan rezim Gaddafi. Tapi apa yang sudah dicapai? Apakah ada manfaat atau peningkatan taraf kehidupan rakyat Libya? Tidak ada! Sebaliknya negara tersebut telah hancur, terpecah dalam reruntuhan. Negara ini telah menjadi tempat berkembangnya terorisme dan ketidakstabilan. Dikabarkan bahwa kota kelahiran Khadafi pun kini berada di bawah kendali teroris yang terkait dengan ISIS dan kota ini hanya berjarak 300 mil dari pantai Italia. Dengan demikian, para analis telah mengatakan bahwa para ekstremis efektif hampir mencapai ambang pintu Eropa.

Jika kita lihat Eropa Timur – ada banyak radikalis perorangan yang tidak hanya berangkat ke Suriah dan Irak, tetapi juga bergabung dengan kelompok-kelompok teroris di Afghanistan dan Pakistan. Memang, Pakistan dan Afghanistan telah lama menjadi negara yang sangat tidak stabil di mana terorisme dan ekstremisme telah lama berkembang. Ini juga merupakan kekhawatiran yang besar.

Kemudian jika kita beralih ke Afrika, kelompok-kelompok teroris seperti Boko Haram dan Al-Shabab benar-benar bertindak berlawanan dengan ajaran Islam dengan melakukan kekejaman yang sangat biadab. Konsekuensi dan efek dari hal ini tidak hanya akan terbatas pada negara-negara Afrika ini, tetapi akan dirasakan di dunia yang lebih luas. Dan bukan hanya di dunia Muslim terjadi kekacauan dan konflik.

Situasi di Ukraina misalnya, (sampai artikel ini ditulis) masih belum terselesaikan dan sangat berbahaya. Meskipun gencatan senjata sementara baru-baru ini telah ditandatangani, kemungkinan eskalasi konflik dan perang di masa yang akan datang tidak dapat dikesampingkan. Tidak bijak jika negara-negara besar meremehkan ancaman yang timbul di wilayah tersebut. Banyak yang telah ditulis dan diulas tentang bagaimana setelah lebih dari dua puluh lima tahun setelah berakhirnya Perang Dingin, ketegangan politik dan masalah serius lainnya mulai melanda lagi di kawasan itu, diantaranya karena kondisi ekonomi dan ini tidak boleh diabaikan begitu saja.

Masalah lain yang kita saksikan adalah berbagai negara telah meningkatkan pembelanjaan militer mereka. Misalnya, Pemerintah China baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka telah meningkatkan anggaran militernya yang sangat besar untuk tahun yang akan datang. Namun anggaran tersebut masih terbilang kecil dibangingkan negara-negara besar lainnya. Intinya negara-negara telah bersaing satu sama lain dan berusaha untuk mengungguli yang lain dalam hal pembelanjaan pertahanan mereka. Perlombaan peningkatan anggaran militer bukan tanpa alasan, tetapi ada motif yang mendasarinya. Jika kita benar-benar menginginkan perdamaian maka PBB dan negara-negara besar perlu segera menangani masalah-masalah ini dengan cara yang adil dan bijaksana.

Terkait:   Apakah Islam melarang Berteman dengan non-Muslim?

Jika kita mengamati situasi di Timur Tengah, jelas bahwa kebencian dan permusuhan antara Israel dan Palestina terus meningkat dan acapkali permusuhan ini meletus menjadi kekerasan dan pertumpahan darah yang tidak berperi kemanusiaan. Kemudian, kita semua mengetahui bahwa hubungan antara Israel dan Iran juga sangat tidak stabil. Sudah sejak lama, kurangnya kepercayaan dan kekerasan yang saling berbalas terjadi, dan nampaknya makin meningkat setiap harinya. Singkatnya, sebagian besar wilayah dunia dilanda kekacauan dan konflik. Sayangnya, dunia gagal menyusun rencana atau strategi yang efektif untuk membebaskan umat manusia dari keputusasaan ini.

Inti dan akar permasalahannya diabaikan atau setidaknya tidak diberikan perhatian yang serius. Setiap negara meyakini bahwa kebijakannya benar dan yang lain salah. Banyak negara percaya bahwa apa yang terjadi di belahan lain dunia tidak akan mempengaruhi mereka. Keyakinan dan persepsi semacam itu keliru dan terbukti berbahaya. Bahkan upaya-upaya yang telah dilakukan untuk membangun perdamaian, seringkali berakhir sia-sia, karena lamanya waktu untuk menetapkan strategi dalam menyelesaikan masalah yang tidak semestinya. Jadi kita harus menyadari dan mengenali kebutuhan utama saat itu. Dan setiap kali perencanaan dibuat untuk mengendalikan situasi, maka hal itu harus dibuat dalam waktu singkat.

Kita harus menyadari bahwa perdamaian hanya dapat dibangun di atas fondasi yang kuat berupa kejujuran, integritas, dan keadilan. Ini adalah kunci menuju perdamaian. Sebelum kejujuran dan keadilan terwujud, maka tidak akan ada solusi yang bermanfaat.

Terkait dengan komunitas kami, Jamaah Muslim Ahmadiyah, tidaklah memiliki kekuasaan atau pengaruh duniawi. Tujuan kami murni bersifat rohani dan kami tidak mencari kekuasaan atau pemerintahan. Kami tidak memiliki ambisi atau tujuan politik. Sebagai komunitas keagamaan, kami hanya menginginkan agar dunia mendekat kepada Sang Pencipta dan orang-orang memenuhi hak satu sama lain. Untuk memenuhi tujuan ini kami telah melakukan berbagai upaya di seluruh dunia. Kami berusaha menyebarkan kepada orang lain bahwa ajaran Islam tidak ada hubungannya dengan kekerasan dan kekacauan yang terjadi di dunia ini.

Ajaran Islam untuk Membentuk Perdamaian

Sekarang saya akan menyajikan beberapa ajaran dasar Islam untuk pembentukan perdamaian. Namun, sebelumnya saya ingin menegaskan bahwa kekacauan yang terjadi di dunia saat ini tidak dapat sepenuhnya dikaitkan pada Islam atau Muslim saja. Kenyataannya terdapat banyak alasan dan faktor lain yang memicu pertikaian yang terjadi di sebagian besar dunia. Saya pernah menyinggung hal ini dengan menyebutkan, hanya dengan terwujudnya keadilan dan kejujuran, kita dapat bergerak menuju dunia yang damai dan harmonis.

Tidak diragukan bahwa negara-negara besar, para pemimpin politik dan tokoh agama tertentu telah dirasuki oleh keserakahan dan kepentingan pribadi mereka. Kepentingan pribadi mereka berkontribusi besar atas kondisi dunia yang mengkhawatirkan saat ini seperti yang kita saksikan bersama oleh karenanya mereka juga turut bertanggung jawab akan hal ini.

Dunia sedang dirundung berbagai masalah yang menghasilkan kekecewaan dan kebencian, yang pada gilirannya merusak perdamaian. Misalnya, dampak krisis keuangan terus dirasakan di sebagian besar dunia. Di Eropa, ketidakpuasan meningkat dan integritas Uni Eropa dipertanyakan dan semakin lemah. Partai-partai anti-imigran atau nasionalis mulai populer di banyak negara. Saya telah menyebutkan tentang konflik di Ukraina dan perlombaan senjata global. Semua ini adalah ancaman bagi perdamaian dunia yang tidak kaitannya dengan Islam, tetapi timbul sebagai akibat dari nafsu yang tidak ada habisnya terhadap kekuasaan, pengaruh dan sumber daya. Jika kita menimbang kebijakan-kebijakan negara besar, meski tidak secara terang-terangan menundukkan negara-negara yang lebih lemah, mereka berusaha untuk mempengaruhi negara-negara tersebut secara tidak wajar, dengan menggunakan kekuatan mereka dan mengambil keuntungan dari sumber daya mereka. Ini bukanlah hal baru tetapi telah diketahui secara umum.

Dan karenanya dimana pun terjadi konflik dan kekerasan di dunia ini – baik yang dilakukan dengan mengatasnama Islam atau tidak – sesungguhnya para pelakunya tidak pernah didorong oleh agama apa pun, melainkan karena keinginan, hawa nafsu untuk mendapatkan kekuasaan. Jika kita merenungkan semua hal ini, maka orang manapun yang berakal akan terpaksa mempertanyakan arah dunia yang mengejar dan memenuhi keinginan-keinginan materialistik.

Terkait dengan ajaran Islam, di zaman ini ajaran-ajaran Islam terus disalahtafsirkan dan diputar-balikkan. Islam dinyatakan mengajarkan Jihad yang kejam dan pertumpahan darah. Tetapi semua itu sangat jauh dari kebenaran. Maka saya tekankan sekali lagi bahwa ketika umat Islam di masa awal diizinkan untuk berperang oleh Allah taala, izin tersebut diberikan bukan hanya untuk melindungi umat Islam saja. Melainkan izin untuk peperangan mempertahankan diri tersebut diberikan untuk melindungi kebebasan beragama semua orang.

Dalam Surah Al-Hajj [22]: 40-41 Allah berfirman bahwa jika umat Islam tidak membela diri pada saat itu, maka tidak akan ada gereja, sinagog, kuil, masjid atau tempat ibadah lainnya yang tetap aman. Oleh karena itu, saat Islam memberikan izin untuk perang mempertahankan diri, maka hal itu diberikan untuk menjaga setiap agama dan untuk melindungi hak semua orang agar bebas beriman dan menjalankan keyakinan mereka. Jika seorang Muslim berniat menyakiti orang lain, terlepas dari keyakinan atau agama mereka, atau jika ada orang Muslim yang mencoba merusak tempat-tempat suci agama lain, maka dia benar-benar telah melanggar perintah Qur’an yang sangat jelas ini.

Sehubungan dengan ini, baru-baru ini ada berita yang menyatakan bahwa ISIS telah menghancurkan peninggalan bersejarah dan artefak di kota-kota kuno Irak. Selama lebih dari 1400 tahun, kota-kota ini dilestarikan dan dilindungi oleh penguasa dan pemerintah Muslim tetapi sekarang telah dihancurkan dengan mengatasnamakan Islam. Ini tidak lain merupakan kekejaman nyata dan pelanggaran terhadap ajaran Islam. Tidak ada Muslim sejati yang akan pernah bisa memahami tindakan semacam ini.

Terkait:   Hubungan Ahmadiyah dan Inggris

Mengenai konsep hakiki dari jihad dan ajaran Islam yang damai saya telah mengutip banyak rujukan Al-Qur’an dalam pidato saya di Simposium Perdamaian tahun lalu dan tidak perlu saya ulangi semuanya. Namun ayat yang baru saja saya sampaikan mempertegas bahwa apa yang secara umum dituduhkan tentang Jihad sepenuhnya salah.

Selanjutnya, dalam Surah Yunus [10]: 100 Allah berfirman kepada Rasulullah saw bahwa jika Allah berkehendak Dia bisa memaksakan kehendak-Nya dan memaksa semua umat manusia untuk beriman. Namun Allah memberi kebebasan memilih kepada setiap orang. Oleh karena itu apa hak Nabi saw atau orang lain untuk memaksa orang lain menerima Islam? Sepanjang hidupnya, Rasulullah saw sangat menekankan perlunya keadilan dan kesetaraan dan semua bentuk kekejaman harus dihentikan. Bahkan diriwayatkan, Rasulullah saw bersabda bahwa seseorang harus membantu mereka yang tertindas maupun penindas.

Jelas bahwa untuk membantu orang yang tertindas, menuntut kita menunjukkan cinta dan kasih sayang, melindungi mereka, membebaskan mereka dari kesulitan dan menghibur mereka. Namun, Rasulullah saw menjelaskan bahwa kita jangan berhenti sampai disitu saja, kita harus mengambil langkah selanjutnya yaitu membantu sang penindas. Membantu sang penindas menuntut sesorang untuk menghentikan penindas dari melakukan ketidakadilan dan kekejaman. Inilah sarana-sarana untuk menciptakan perdamaian di masyarakat.

Jika negara-negara saat ini mengikuti prinsip dasar ini dan memprioritaskan keadilan dan membantu orang lain di atas kepentingan pribadi mereka, maka dunia akan menjadi tempat yang jauh lebih baik. Meski semua negara dan para pemimpin mengklaim bahwa mereka telah berupaya membangun perdamaian dan keadilan, kenyataannya adalah mereka terus mengutamakan agenda, kepentingan dan motif pribadi.

Dalam Surah Al-Baqarah [2]: 189 Allah berfirman bahwa Anda tidak boleh menguasai kekayaan orang lain melalui jalan bathil dan ketidakadilan. Kemudian Pada surah Al-Hijr [15]: 89, Allah berfirman bahwa Anda tidak boleh berkeinginan menguasai kekayaan atau sumber daya orang lain. Ketika saya mengutip ayat ini saat pidato di Capitol Hill (baca: Jalan Menuju Perdamaian: Keadilan antar Bangsa-Bangsa) seorang anggota kongres mendatangi saya dan berkata ‘Anda dengan tepat telah menunjukkan, tidak hanya ajaran tetapi juga kenyataan.

Dalam Surah Al-Maidah [5]: 9, Allah berfirman bahwa Anda tidak boleh membiarkan permusuhan atau kebencian pada orang lain mendorong Anda untuk berbuat selain keadilan. Sungguh ini merupakan standar keadilan dan kejujuran yang luar biasa. Dan demi melindungi kesucian agama dan mencegah kekacauan di dunia, Allah berfirman dalam Surah Al-An’am [6]: 109 bahwa Anda seharusnya tidak boleh menghina atau memaki berhala atau sembahan orang lain karena mereka akan tersulut untuk menghina Allah. Ini akan menyebabkan lingkaran permusuhan dan kebencian yang tak pernah berakhir.

Kemudian Nabi (saw) bersabda bahwa ketika Anda mencela atau tidak menghormati ayah orang lain, anda telah mencela ayah sendiri. Lihat betapa indahnya batas kebebasan berbicara dan menghormati orang lain yang telah ditetapkan ini. Jadi siapapun yang melanggar hal ini maka ia bertentangan dengan perintah Allah dan Nabi. Dalam Surah Al-Mumtahinah [60]: 9, Allah berfirman bahwa mereka yang tidak menganiaya atau berusaha menghalangi keyakinan Anda maka mereka harus diperlakukan dengan adil, hormat dan baik. Maka sangatlah bertentangan dengan Islam jika kita berlaku kejam terhadap orang lain yang hidup damai di negeri-negeri Muslim – apakah mereka Kristen, Yahudi, Yazidi, Pagan atau keyakinan lain, bahkan Atheis.

Jadi ini adalah prinsip dan ajaran emas yang dibutuhkan untuk membangun perdamaian di dunia. Saya hanya menyajikan beberapa aspek yang menyoroti keindahan dan kemuliaan ajaran-ajaran Islam. Dan melalui ajaran itu Muslim sejati bertindak sebagai penjamin dan penjaga perdamaian dan kemanan di semua lapisan masyarakat.

Di hadapan saya duduk berbagai politisi, tokoh-tokoh berpengaruh dan orang-orang terdidik, dan saya ingin menegaskan kembali bahwa Anda semestinya mencoba semua upaya terbaik untuk memberikan pengaruh kepada pemerintah dan pemimpin Anda secara positif guna menegakkan keadilan dan ketulusan di semua tingkatan. Ini adalah kunci untuk memecahkan berbagai krisis internasional dan domestik saat ini. Selama bertahun-tahun saya telah memperingatkan bahwa kita sedang menuju kehancuran yang mengerikan. Dan saat ini banyak politisi dan analis yang berkesimpulan sama bahwa kita sedang menuju Perang Dunia Ketiga dengan cepat.

Meskipun beberapa orang mengatakan bahwa saat ini Perang Dunia tidak dapat dihindari, saya percaya bahwa bahkan pada saat ini, masih ada waktu bagi dunia untuk menyadari realitas sesungguhnya yang dihadapi dan berupaya menangkal ancaman ini. Untuk melaksanakannya, setiap orang dan pemimpin mereka harus berhenti melihat dari satu sisi saja dan hanya peduli pada kepentingan sendiri. Sebaliknya mereka perlu memperluas pandangan mereka dan melakukan pendekatan yang realistis dan adil dalam semua permasalahan. Mereka harus berusaha memenuhi syarat-syarat keadilan, kejujuran dan ketulusan di semua lapisan masyarakat.

Mereka harus berusaha membangun perdamaian di manapun dan bagaimanapun mereka bisa. Dan yang paling utama adalah mereka harus kembali kepada Sang Maha Pencipta sebagaimana Dia harus diimani. Saya berharap dan berdoa, semoga Allah memberikan kemampuan bagi kita semua untuk memahami dan mengakui beratnya tanggung jawab kita dan kita dapat memenuhi tugas-tugas kita. Semoga Allah memberkati Anda semua. Terima kasih banyak.

Sumber: Review of Religions – The Golden Principles for World Peace
Penerjemah: Jusmansyah
Editor: Yadli Rosadi

Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.