Puasa Ramadhan: Membersihkan Jiwa

puasa membersihkan jiwa

Puasa Ramadhan: Membersihkan Jiwa

Dikutip dari tafsir The Five Volume Commentary of the Holy Qur’an. Islam International Publications Limited

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelummu, supaya kalian bertakwa.

Kata-kata Penting

الصیام (Puasa) berasal dari kata صام yang artinya menahan atau menahan diri dari melakukan sesuatu; atau ia menahan diri dari makan atau minum atau berbicara, berjalan dll. Orang-orang Arab mengatakan صامت الریح yaitu anign menjadi tenang atau tidak bergerak. فرس صائم artinya seekor kuda yang tidak diberi makan, atau seekor kuda yang dikurung palungannya dan tidak disuruh berjalan atau berlari. Jadi
صیام artinya adalah:
(1) Menahan diri dari sesuatu
(2) Menahan diri dari makan dan minum dll
(3) Secara formal menahan diri dari makan dan minum, berhubungan suami istri dll, yaitu puasa dari fajar hingga matahari terbenam sebagaimana ditetapkan oleh Islam. صائم adalah orang yang menahan diri dari makanan dll, yaitu orang yang berpuasa (Aqrab & Mufradat). Keistimewaan bahasa Arab nampak di sini, ketika kita melihat bahwa kata صمات meski berasal dari akar kata yang berbeda, namun karena memiliki dua akar huruf yang sama dengan صیام ia memberikan arti yang agak mirip; jika kata صیام artinya adalah menahan diri dari makanan, minuman atau berbicara, maka kata صمات artinya adalah (1) menahan diri dari berbicara; dan (2) intensitas rasa haus, kondisi akhir sebagai akibat langsung menahan diri dari minum. (Aqrab)

Tafsir

Karena ayat-ayat sebelumnya berisi penjelasan tentang kesabaran dalam menghadapi cobaan, dan pengorbanan serta menahan diri dari peselisihan dan godaan, maka Al-Qur’an beralih ke subjek puasa, yang merupakan sarana disiplin diri yang paling efektif.

Terkait:   Puasa Ramadhan dalam Islam, Manfaat dan Keutamaannya

Perintah puasa, seperti apapun perinciannya, dapat dijumpai di sebagian besar agama dalam satu atau lain corak. Kebaktian awal dan puasa Buddha (as) (Lalitavista & Buddhacharita), puasa Nabi Musa (as), sebelum beliau menerima Sepuluh Perintah (Kel. 34: 28, Ul. 9:9), Puasa Nabi Isa (as) sebelum beliau menerima seruan Ilahi (Mat. 4:2), semua menunjukkan tentang pentingnya ibadah ini.

Sesungguhnya, puasa adalah bentuk pengabdian dan disiplin diri dari apa yang menjadi daya tarik alami bagi manusia. “Oleh kebanyakan agama,” kata Encyclopaedia Britannica, “pada kebudayaan yang tarafnya rendah, pertengahan atau tinggi tinggi, puasa itu umumnya diwajibkan; dan kalaupun tidak diharuskan, puasa tetap dilakukan sampai batas tertentu oleh individu sebagai tanggapan terhadap dorongan alami.” Tetapi ayat di atas tidak berarti bahwa puasa telah disyariatkan kepada umat Islam dalam bentuk yang sama seperti disyariatkan kepada orang-orang dari agama sebelumnya. Islam telah memberikan semangat rohani baru dalam nizam puasa ini dengan menetapkan sejumlah peraturan dan larangan yang sangat berguna.

Kalimat supaya kamu bertakwa, menjelaskan suatu falsafah mendalam yang mendasari perintah yang berkaitan dengan puasa. Merupakan karakteristik khusus dari Al-Qur’an bahwa setiap kali memberikan perintah penting, ia tidak memberikannya secara sembarangan tetapi juga menjelaskan kegunaannya sehingga penerima dapat diyakinkan dan puas tentang hikmah yang mendasarinya. Tujuan dari صیام atau puasa telah dinyatakan dalam ayat ini sebagai pencapaian ketakwaan.

Terkait:   Penampakan Hilal Untuk Menentukan bulan baru (Ramadhan, Idul Fitri dll)

Sebagaimana dijelaskan dalam 2:3 kata تقوی atau اتقا yang darinya kata kata takwa dalam ayat ini berasal artinya adalah menjaga diri dari (1) bahaya dan penderitaan, dan (2) kejahatan dan dosa. Dengan demikian ayat tersebut menunjukkan bahwa tujuan puasa yang sebenarnya adalah, pertama, supaya diselamatkan dari bahaya dan penderitaan, dan kedua, supaya diselamatkan dari dosa dan kejahatan.

Tujuan pertama dicapai melalui puasa dengan dua cara:

  1. Ketika seseorang melakukan perbuatan jahat dan menjadi layak menerima hukuman Allah karena perbuatan itu, tetapi kemudian ia merasa malu dan kembali kepada Allah dengan bertobat, maka puasa berfungsi untuk menebus dosa-dosanya.
  2. Puasa tidak hanya membuat seseorang mampu dan kuat menanggung kesulitan tetapi juga membuatnya menyadari penderitaan saudara-saudaranya yang berada dalam kesusahan dan menimbulkan simpati untuk mereka. Jadi puasa sangat membantu untuk menghilangkan dan meminimalisir kepedihan dan penderitaan umat manusia.

Tujuan kedua, yaitu diselamatkan dari dosa dan kejahatan yang dicapai melalui puasa, karena saat berpuasa, seseorang tidak hanya harus meninggalkan makan dan minum, tetapi juga, sampai batas tertentu, menjauhkan diri dari hubungan duniawi dan mengekang hawa nafsunya, sehingga pikirannya secara alami cenderung kepada hal-hal rohani.

Orang-orang suci dari semua agama semua telah memberikan kesaksian bahwa berdasarkan pengalaman pribadi, pemutusan hubungan jasmani dan hubungan duniawi sampai batas tertentu sangat penting untuk kemajuan rohani dan memiliki pengaruh untuk pemurnian yang kuat sekali pada pikiran.

Terkait:   Apakah Shalat Tarawih sama Dengan Shalat Tahajud?

Di sisi lain, tidak dapat disangkal bahwa melakukan pengekangan terlalu jauh pasti akan melemahkan tubuh sehingga membuat seseorang tidak mampu untuk memenuhi kewajiban sosial dan agamanya dan juga tidak dapat menahan godaan yang membutuhkan kekuatan tertentu. Oleh karena itu, Islam mengikuti jalan yang sangat bagus. Meskipun dalam tingkat tertentu Islam menetapkan supaya menghindari kesenangan duniawi, ia tidak mengizinkan sampai tubuh menjadi lemah seperti itu sehingga ia menjadi tidak mampu melakukan aktifitas normalnya.

Inilah sebabnya mengapa Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) ) melarang puasa secara terus menerus, dengan bersabda, ‘Dirimu memiliki hak atasmu dan keluargamu memiliki hak atasmu dan tamumu memiliki hak atasmu’ (Tirmidzi). Pada kesempatan lain, diriwayatkan bahwa beliau pernah bersabda: ‘Sesungguhnya, aku adalah orang yang paling bertakwa dari kalian semua, namun kadang-kadang aku berpuasa dan kadang-kadang aku tidak berpuasa, dan kalian juga harus melakukannya’ (Bukhari).

Puasa juga sebagai simbol pengorbanan sempurna. Orang yang berpuasa tidak hanya menahan diri dari makanan dan minuman, yang merupakan sumber utama yang tanpanya seseorang tidak dapat hidup, tetapi juga menjauhi istri mereka yang merupakan sarana untuk terjaminnya keturunan manusia di masa depan.

Dengan demikian jika diperlukan, orang yang berpuasa benar-benar menyatakan kesediaannya untuk mengorbankan segalanya demi ketakwaan. Puasa sejatinya memang sebagai sarana latihan yang luar biasa bagi manusia.

Perlu dicatat juga di sini bahwa perintah puasa dalam ayat ini bukan mengikuti perintah yang mengikuti setelah ayat berikutnya.

Sumber: Alislam.org – Fasting Cleansing the Soul

Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.