Riwayat Abu Bakr Ash-Shiddiiq Ra (Seri 29)

Keteladanan Para Sahabat Nabi Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam (Manusia-Manusia Istimewa seri 163, Khulafa’ur Rasyidin Seri 04, Hadhrat ‘Abdullah Abu Bakr ibn ‘Utsman Abu Quhafah, radhiyAllahu ta’ala ‘anhu, Seri 29)

  • Hudhur ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz melanjutkan uraian tentang sifat-sifat terpuji Khalifah (Pemimpin Penerus) bermartabat luhur dan Rasyid (lurus) dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, Hadhrat Abu Bakr ibn Abu Quhafah, radhiyAllahu ta’ala ‘anhu. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam menghadapi para Murtadin pemberontak di negeri Syam di masa Khilafat beliau dan menghadapi bangsa Romawi di negeri Syam (Suriah dan negeri-negeri sekitarnya).
  • Mimpi Hadhrat Syurahbil bin Hasanah (ra) yang berisi akan terjadi perang antara kaum Muslimin menghadapi bangsa Romawi dan kabar gembira kemenangan.
  • Dukungan penuh terhadap keputusan Khalifah Abu Bakr (ra) perang melawan bangsa Romawi dari Hadhrat ‘Umar, Hadhrat ‘Utsman, Hadhrat ‘Ali dan para Sahabat lainnya baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshar.
  • Perintah-perintah Khalifah Abu Bakr (ra) kepada Amir (komandan pasukan) bernama Khalid bin Sa’id (ra). Khalid bin Sa’id (ra) adalah salah seorang panglima dari 11 panglima utusan Khalifah Abu Bakr (ra) dalam menghadapi kaum Murtadin di wilayah Syam dan berpangkalan di Tayma. Setelah tugas itu selesai, beliau berhadapan dengan bangsa Romawi atau suku-suku bawahan Romawi.
  • Perintah yang lugas dari Khalifah perihal siapa yang seharusnya menjadi sasaran lawan dalam peperangan oleh kaum Muslimin.
  • Kesabaran dan tekad kuat Khalifah Abu Bakr (ra) untuk meneruskan program perang melawan bangsa Romawi meski panglima Khalid bin Sa’id (ra) kurang jeli dalam mematuhi perintah teknis beliau sehingga pasukan Muslim mengalami kemunduran.
  • Pengutusan tiga Panglima baru ke arah perbatasan Romawi. Petunjuk-petunjuk dan nasehat-nasehat bagi para Amir pasukan.
  • Ekspedisi pasukan utusan Khalifah Khalifah Abu Bakr (ra) di bawah pimpinan Hadhrat Yazid putra Abu Sufyan (ra).
  • Dialog antara Khalifah Abu Bakr (ra) dengan Hadhrat Yazid putra Abu Sufyan (ra) dan beberapa Amir lainnya.
  • Pasukan diutus di bawah kepemimpinan Hadhrat Syurahbil bin Hasanah (ra).
  • Pasukan diutus di bawah kepemimpinan Hadhrat Abu Ubaidah bin Jarrah (ra).
  • Informasi kewafatan seorang Syahid bernama Nashir Ahmad (مکرم نصیر احمد صاحب) dan Shalat jenazah.
  • Hudhur (atba) akan terus menyebutkan lebih lanjut berbagai kejadian dalam masa Hadhrat Abu Bakr radhiyAllahu ta’ala ‘anhu di khotbah-khotbah mendatang.

Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu-minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis (ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz) pada 19 Agustus 2022 (Zhuhur 1401 Hijriyah Syamsiyah/ Muharram 1444 Hijriyah Qamariyah) di Masjid Mubarak, Islamabad, Tilford, UK (United Kingdom of Britain/Britania Raya).

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah

أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

أما بعد فأعوذ بالله من الشيطان الرجيم

[بسْمِ الله الرَّحْمَن الرَّحيم* الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمينَ * الرَّحْمَن الرَّحيم * مَالك يوْم الدِّين * إيَّاكَ نعْبُدُ وَإيَّاكَ نَسْتَعينُ * اهْدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقيمَ * صِرَاط الَّذِينَ أَنعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوب عَلَيْهمْ وَلا الضَّالِّينَ]

(آمين)

Berkenaan dengan para sahabat Badr, masih berlangsung bahasan berkenaan dengan berbagai peristiwa yang terjadi pada zaman Hadhrat Abu Bakr Ash-Shiddiq (ra). Pada hari ini akan saya sampaikan berkenaan dengan pergerakan yang dilakukan menuju Syam selama periode Khilafat beliau. Ketika Hadhrat Abu Bakr Ash-Shiddiq selesai mengatasi orang-orang murtadin pemberontak dan Arab menjadi stabil, beliau berpikir untuk memerangi Romawi, salah satu penentang yang melakukan agresi eksternal [penyerang ke luar wilayah mereka]. Mereka ini adalah bangsa agresor (penyerang) dan biasa mengganggu umat Islam, tetapi Hadhrat Abu Bakr (ra) masih belum memberi tahu siapa pun tentang hal itu. Pemerintah negara Syam yang sekarang disebut Syam, pada zaman itu disebut kekaisaran Romawi. Rajanya disebut Kaisar.

Ketika beliau (ra) masih sibuk memikirkan hal tersebut, Hadhrat Syurahbil bin Hasanah datang ke hadapan beliau dan duduk di sebelah beliau lalu bertanya, “Wahai Khalifah Rasulullah (saw)! Apakah Anda tengah memikirkan perihal invasi (penyerangan) ke Suriah?”

Hadhrat Abu Bakr (ra) mengatakan, “Iya, saya bermaksud demikian, tetapi masih belum memberi tahu siapa pun. Mengapa Anda menanyakan pertanyaan ini?”

Hadhrat Syurahbil berkata, “Ya, wahai Khalifah Rasulullah (saw). Saya bermimpi bahwa Anda sedang berjalan di sepanjang jalan gunung yang sulit dengan kawan-kawan Anda, kemudian Anda mendaki puncak yang tinggi dan melihat orang-orang dan Anda disertai oleh kawan-kawan. Kemudian Anda turun dari puncak tersebut dan turun ke tanah subur yang halus diatasnya terdapat tanaman, mata air, pemukiman dan benteng didirikan lalu Anda berkata kepada umat Islam, ‘Seranglah orang musyrik, saya jamin kalian akan meraih kemenangan dan barang rampasan!’ Atas hal itu pasukan Muslim melancarkan serangan dan saya juga mengambil bagian dalam pasukan dengan membawa bendera. Saya pergi ke sebuah desa dan penduduknya meminta perlindungan kepada saya. Saya memberi mereka perlindungan.

Kemudian saya kembali kepada Anda dan Anda telah mencapai benteng yang besar. Anda telah dianugerahi kemenangan. Mereka memohon kepada Anda untuk berdamai. Kemudian sebuah takhta ditempatkan untuk Anda dan Anda duduk di atasnya. Lalu seseorang bertanya pada anda: Allah Ta’ala telah menganugerahkan kemenangan kepada Anda dan membantu Anda, maka bersyukurlah kepada Tuhan Anda dan taatlah padaNya. Kemudian orang ini membacakan ayat-ayat berikut:اِذَا جَاۤءَ نَصْرُ اللّٰهِ وَالْفَتْحُۙ وَرَاَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ اَفْوَاجًاۙ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُۗ اِنَّهٗ كَانَ تَوَّابًا “Apabila pertolongan Allah dan kemenangan akan datang Dan engkau melihat manusia masuk ke dalam agama Allah berbondong-bondong, Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhan engkau dan mohonlah ampunan-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima Taubat.”

Katanya: setelah itu mata saya terbuka, itu adalah mimpi yang panjang.

Mengenai hal ini, Hadhrat Abu Bakr (ra) bersabda, “Setelah mendengar mimpi tersebut, semoga mata Anda menjadi sejuk. Anda telah melihat mimpi yang baik. Hasilnya pun akan baik, insya Allah.”

Kemudian Hadhrat Abu Bakr (ra) bersabda, “Anda telah memberikan kabar baik tentang kemenangan dan kematian saya dalam mimpi tadi.” Sembari mengatakan ini, air mata mengalir dari mata Hadhrat Abu Bakr (ra).

Beliau bersabda, “Sejauh berkenaan dengan daerah berbatu dimana kita mendaki ke puncak gunung lalu melihat ke bawah ke arah orang-orang, itu artinya kita akan menghadapi kesulitan dalam urusan laskar ini dan para laskar pun terpaksa harus melalui penderitaan. Setelah itu, kita akan mendapatkan kemenangan dan kestabilan (kemapanan).

Sejauh berkenaan dengan kita turun dari puncak gunung lalu menuju ke tanah yang subur, tanaman yang subur, mata air, pemukiman dan benteng, itu artinya adalah kita akan mendapatkan kemudahan lebih besar dari sebelumnya. Artinya, kita akan meraih kemakmuran dan kelimpahan, kita akan memiliki akses ke tanah yang lebih subur daripada sebelumnya.

Sejauh berkenaan dengan saya memerintahkan umat Islam untuk menyerang musuh dan saya menjamin kemenangan dan harta rampasan, itu artinya saya mengirim umat Islam ke tanah kaum Musyrik dan menyemangati mereka untuk berjihad.

Adapun bendera yang Anda bawa dan Anda bawa ke salah satu pemukiman lalu memasukinya, kemudian orang-orang di sana meminta perdamaian dan Anda memberi mereka perlindungan, itu berarti Anda akan menjadi salah satu komandan yang menaklukkan daerah itu dan Allah Ta’ala akan memberikan kemenangan di tangan Anda.

Perihal benteng yang dengan perantaraannya Allah Ta’ala memberikan kemenangan kepada kita, artinya adalah daerah yang dengannya Allah Ta’ala akan memberikan kemenangan kepada saya.

Perihal takhta yang mana Anda melihat saya duduk diatasnya, tabirnya adalah Allah Ta’ala akan memuliakan saya dan menghinakan orang-orang Musyrik.

Perihal orang yang menyuruhku beramal shaleh dan taat kepada hukum Allah lalu membacakan surat An Nasr dihadapanku, artinya adalah dia mengabarkan perihal kematianku. Ketika surah ini diturunkan kepada Nabi Suci (saw), beliau memahami bahwa tengah disampaikan kabar kewafatan beliau.”[1] Inilah tabir yang disampaikan oleh Hadhrat Abu Bakr (ra) dari mimpi itu.

Alhasil, ketika Hadhrat Abu Bakr (ra) memutuskan untuk mempersiapkan pasukan untuk penaklukan Suriah, beliau berkonsultasi dengan Hadhrat Umar, Hadhrat Utsman, Hadhrat Ali, Hadhrat Abdur Rahman bin Auf, Hadhrat Thalhah, Hadhrat Zubair, Hadhrat Sa’d bin Abi Waqqas, Hadhrat Abu Ubaidah bin Jarrah dan para tokoh Muhajirin dan Anshar dari antara pejuang Badr serta para Sahabat lainnya. Ketika para sahabat ini telah datang ke hadapan beliau, beliau bersabda, “إن الله تبارك وتعالى لا تحصى نعمه، ولا تبلغ جزاءها الأعمال، فله الحمد كثيرا على ما اصطنع عندكم، قد جمع كلمتكم، وأصلح ذات بينكم، وهداكم إلى الإسلام، ونفى عنكم الشيطان، فليس يطمع أن تشركوا بالله ولا أن تتخذوا إلها غيره، فالعرب اليوم بنو أم وأب، وقد رأيت أن أستنفرهم إلى الروم بالشام، فمن هلك منهم هلك شهيدا، وما عند الله خير للأبرار، ومن عاش منهم عاش مدافعا عن الدين، مستوجبا على الله ثواب المجاهدين، هذا رأيي الذي رأيت، فليشر علي كل امرئ بمبلغ رأيه.”  “Ni’mat-ni’mat Allah tidak terhitung banyaknya dan amal perbuatan apa pun tidak akan dapat membalasnya. Untuk itu, banyak-banyaklah menyampaikan puji sanjung kepada Allah Ta’ala, karena Dia telah berbuat ihsaan (kebaikan)kepada kalian dan mengumpulkan kalian pada satu kalimah dan menciptakan perdamaian di tengah-tengah kalian. Dia telah memberi hidayah berupa Islam kepada kalian dan menjauhkan setan dari kalian. Sekarang setan tidak memiliki harapan melibatkan kalian dalam kemusyrikan kepada Allah dan menjadikan siapa pun selain Allah sebagai tuhan kalian. Hari ini orang-orang Arab merupakan satu umat yang merupakan anak-anak dari orang tua yang sama. Saya berpendapat untuk mengirim mereka ke Suriah untuk melawan Romawi. Siapa pun yang terbunuh di antara mereka nantinya adalah syahid. Allah telah menyiapkan balasan terbaik bagi orang yang berbuat baik. Dan siapa pun yang selamat di antara mereka akan tetap hidup untuk membela agama Islam dan akan layak mendapatkan pahala jihad dari Allah Ta’ala. Ini adalah pendapat saya. Sekarang silahkan Anda sekalian memberikan musyawarah.” Hadhrat Abu Bakr (ra) meminta masukan dari para sahabat.

Hadhrat Umar bin Al-Khaththab berdiri dan berkata, الحمد لله الذي يخص بالخير من يشاء من خلقه، والله ما استبقنا إلى شيء من الخير إلا سبقتنا إليه، وذلك فضل الله يؤتيه من يشاء، قد والله أردت لقاءك بهذا الرأي الذي ذكرت غير مرة، فما قضى الله أن يكون ذلك حتى ذكرته الآن، فقد أصبت، أصاب الله بك سبيل الرشاد “Segala puji bagi Allah, Yang melimpahkan keberkatan kepada siapa yang Dia kehendaki di antara makhluk-Nya. Demi Allah, dalam hal apa pun kami ingin melampaui Anda, Anda selalu mengungguli kami. Inilah rahmat dan karunia Allah yang istimewa, Dia memberikannya kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Demi Allah, saya ingin bertemu dengan Anda untuk tujuan yang baru saja Anda sampaikan, tetapi Allah Ta’ala berkehendak agar saya tidak dapat melakukan ini pada Anda, hingga Anda sendiri yang menyampaikannya. Sesungguhnya pendapat Anda benar. Allah telah menganugerahkan Anda pemahaman tentang jalan yang benar.”

Kemudian Hadhrat Abdur Rahman bin Auf, Hadhrat ‘Utsman bin ‘Affan, Hadhrat Thalhah, Hadhrat Zubair, Hadhrat Sa’d, Hadhrat Abu Ubaydah, Hadhrat Sa’id bin Zayd, Hadhrat Ali dan semua yang hadir dari kalangan Muhajirin dan Ansar mendukung pendapat Hadhrat Abu Bakr (ra) dan berkata, فإنا سامعون لك مطيعون لا نخالف أمرك ولا نتهم رأيك ولا نتخلف عن دعوتك وإجابتك “Kami akan mendengar perintah Anda dan mematuhinya. Kami tidak akan melanggar perintah Anda dan akan mendukung gerakan Anda.”

Kemudian Hadhrat Abu Bakr (ra) berdiri untuk berbicara kepada orang-orang lagi dan beliau membaca pujian sanjung kepada Allah yang mana layak untuk itu lalu mengirim shalawat dan salam atas Nabi (saw) lalu bersabda, أيها الناس إن الله تعالى قد أنعم عليكم بالإسلام وأعزكم بالجهاد وفضلكم بهذا الدين على أهل كل دين فتجهزوا عباد الله إلى غزو الروم بالشام فإني مؤمر عليكم أمراء وعاقد لهم عليكم فأطيعوا ربكم ولا تخالفوا أمراءكم ولتحسن نيتكم وسريرتكم وطعمتكم فإن الله مع الذين اتقوا والذين هم محسنون “Wahai manusia! Tidak diragukan lagi, Allah Ta’ala telah memberikan kepada kalian ihsaan (kebaikan) yang sangat besar dengan memberikan ni’mat Islam. Dia telah memuliakan kalian dengan perantaraan Jihad dan Dia telah memberikan keutamaan pada kalian diatas para pemeluk semua agama lain dengan perantaraan agama ini (Islam). Untuk itu, wahai para hamba Allah! Bersiaplah kalian untuk berperang melawan bangsa Romawi di negeri Syam.

Sekarang saya akan menunjuk para Amir kalian dan menjadikan mereka sebagai komandan kalian. Taatlah kepada Tuhan kalian dan janganlah menentang Amir (komandan) kalian dan khususkanlah niat kalian untuk meraih keridhaan Allah Ta’ala. Perbaikilah sebagik-baiknya akhlak dan karakter kalian, makan dan minumlah dengan benar, Allah menyertai orang-orang yang saleh dan berbuat ihsaan.”

Hadhrat Abu Bakr (ra) memberi perintah kepada Hadhrat Bilal lalu Hadhrat Bilal mengumumkan kepada orang-orang, انفروا أيها الناس إلى جهاد عدوكم الروم بالشام وأمير الناس خالد بن سعيد “Wahai manusia! Berangkatlah ke Syria untuk berperang melawan musuh Romawi kalian dan yang akan menjadi komandan kaum Muslim adalah Hadhrat Khalid bin Sa’id (ra).”[2]

Dalam rangka penaklukan negeri Syam, Hadhrat Abu Bakr Ash-Shiddiq (ra) pertama mengutus Hadhrat Khalid bin Sa’id (ra). Menurut satu riwayat, ketika Hadhrat Abu Bakr (ra) kembali ke Madinah setelah menunaikan ibadah haji pada tahun ketiga belas Hijriah, beliau mengutus Hadhrat Khalid bin Sa’id (ra) ke Suriah bersama dengan pasukan, sementara sebagian berpendapat bahwa ketika Hadhrat Abu Bakr (ra) mengirim Khalid bin Walid ke Irak, beliau juga mengirim Hadhrat Khalid bin Sa’id (ra) ke Suriah. Oleh karena itu, bendera pertama yang dikibarkan untuk penaklukan Suriah adalah bendera Hadhrat Khalid bin Sa’id (ra).

Selain itu, diketahui dari sebuah riwayat bahwa ketika Hadhrat Abu Bakr (ra) mempersiapkan dan mengirim sebelas laskar untuk menghadapi orang-orang murtad, pada saat itu beliau (ra) memerintahkan Hadhrat Khalid bin Sa’id (ra) supaya pergi ke Taymah untuk melindungi perbatasan Suriah dengan bersabda, “Jangan meninggalkan pos (tempat tugas) Anda! Undanglah orang-orang dari penduduk sekitar untuk bertemu dengan Anda! Rekrutlah hanya mereka yang tidak murtad dan perangilah hanya mereka yang memerangi Anda hingga datang perintah baru dari saya.”[3]

Taymah merupakan kota terkenal yang terletak antara Syam dan Madinah.[4]

Hadhrat Abu Bakr (ra) pun mulai mempersiapkan umat Muslim dari daerah-daerah selain penduduk Madinah untuk berperang melawan Romawi dan mendorong mereka untuk bergabung dalam Jihad. Oleh karena itu, beliau juga menulis surat kepada penduduk Yaman, yang isinya sebagai berikut: بسم الله الرحمن الرحيم ، من خليفة رسول الله (صلى الله عليه وسلم) ، إلى من قرئ عليه كتابى هذا من المؤمنين والمسلمين من أهل اليمن ، سلام عليكم ، فإنى أحمد إليكم الله الذي لا إله إلا هو ، أما بعد. فإن الله تبارك وتعالى ، كتب على المسلمين الجهاد ، وأمرهم أن ينفروا فيه خفافا وثقالا ، فقال جل ثناؤه : (وَجاهِدُوا بِأَمْوالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ) [الصف] ، فالجهاد فريضة مفروضة ، وثوابه عند الله عظيم ، وقد استنفرنا من قبلنا من المسلمين إلى جهاد الروم بالشام ، وقد سارعوا إلى ذلك ، وعسكروا وخرجوا ، وحسنت نيتهم وعظمت حسبتهم ، فسارعوا عباد الله إلى فريضة ربكم وسنة نبيكم ، وإلى إحدى الحسنيين : إما الشهادة وإما الفتح والغنيمة ، إن الله جل ذكره ، لم يرض من عباده بالقول دون العمل ، ولا بترك الجهاد فيه أهل عداوته حتى يدينوا بالحق ويقروا بحكم الكتاب ، حفظ الله لكم دينكم وهدى قلوبكم ، وزكى أعمالكم ، ورزقكم أجر المجاهدين الصابرين ، والسلام عليكم “Dari Khalifah Rasulullah (saw) kepada setiap Mukmin dan Muslim di antara penduduk Yaman. Semoga keselamatan tercurah kepada siapa saja yang menyimak surat saya ini dibacakan. Di hadapan kalian saya sampaikan puji sanjung ke hadirat Ilahi Rabbi, tidak ada sembahan lain selain-Nya. Allah Ta’ala telah mewajibkan jihad atas kaum Muslimin dan memerintahkan mereka untuk berangkat dengan persiapan sedikit atau penuh untuk itu. Allah Ta’ala berfirman, وَجاهِدُوا بِأَمْوالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ ‘dan berjihadlah di jalan Allah dengan harta dan jiwamu.’ Jadi, jihad adalah suatu kewajiban dan pahalanya besar di sisi Allah dan kami telah memerintahkan umat Islam untuk mempersiapkan jihad melawan Romawi di Suriah. Niat mereka baik dan martabatnya tinggi. Maka, wahai hamba-hamba Allah, bersegeralah kepada kewajiban dari Tuhanmu dan Sunnah Nabi-Nya, dan salah satu dari dua keutamaan itu adalah mati syahid atau kemenangan dan harta rampasan. Allah Ta’ala tidak senang dengan ucapan tanpa amal dari hamba-Nya, juga tidak senang jika meninggalkan Jihad ketika melawan musuh hingga mereka menerima kebenaran dan mematuhi perintah-perintah Al-Qur’an. Semoga Allah melindungi agama kalian dan membimbing hati kalian dan menyucikan perbuatan kalian dan memberi kalian pahala seperti yang diraih oleh para mujahidin yang penyabar.”[5]

Terkait:   Putusan yang Dikeluarkan Setelah Pengkhianatan Bani Quraizhah

Hadhrat Abu Bakr (ra) mengirimkan surat ini kepada Hadhrat Anas bin Malik. Hadhrat Anas mengatakan, “Saya sampai di Yaman dan mulai dari satu desa dan satu suku ke satu desa dan satu suku lainnya, saya bacakan surat Hadhrat Abu Bakr (ra) di depan mereka. Ketika saya selesai membacakan surat itu, saya katakan, الحمد لله وأشهد أن لاإله إلا الله وأن محمداً عبده ورسوله. بسم الله الرحمن الرحيم. أما بعد، فإني رسولُ خليفةِ رسولِ الله صلى الله عليه وسلم إليكم ورسول المسلمين إليكم. ألا وإني قد تركتهم معسكرين ليس يمنعهم من الشخوص إلى عدوهم إلا انتظاركم، فعجلوا إلى إخوانكم، رحمة الله عليكم أيها المسلمون ‘Segala puji bagi Allah dan saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Saya adalah rasul (pembawa pesan) dari Khalifah Rasulullah (saw) dan pembawa pesan umat Islam kepada kalian (kaum Muslimin di Yaman). Dengarkan baik-baik, saya telah meninggalkan umat Islam dalam keadaan di mana mereka dikumpulkan dalam bentuk satu laskar. Satu-satunya hal yang menghentikan mereka dari pergi menuju musuh mereka adalah karena mereka menunggu kedatangan kalian di Madinah. Jadi, segeralah berangkat menuju saudara-saudara kalian. Wahai kaum Muslimin, semoga Allah merahmati kalian.”[6]

Hadhrat Anas kembali ke Madinah dan menyampaikan kabar suka kepada Hadhrat Abu Bakr (ra) mengenai kedatangan orang-orang sambil mengatakan, قد أتوك شُعْثًا غُبْرا أبطال اليمن، وشجعانها، وفرسانها وقد ساروا إليك بالذراري والحرم والأموال “Para pemberani dan ksatria Yaman akan segera menemui kalian. Mereka dengan rambut kusut dan penuh debu telah berangkat dengan harta, istri dan anak-anak mereka.”[7]

Di sisi lain, Hadhrat Khalid bin Sa’id (ra) sampai Taima (تَیْمَاء) dan menetap di sana dan banyak pihak dari daerah sekitarnya bergabung dengannya.

Ketika orang-orang Romawi mendengar tentang tentara Muslim yang besar ini, mereka memanggil pasukan dari Arab yang di bawah pengaruh mereka untuk perang di Suriah.

Hadhrat Khalid bin Sa’id (ra) menulis kepada Hadhrat Abu Bakr (ra) tentang persiapan Romawi ini. Hadhrat Abu Bakr (ra) menulis sebagai jawaban,  أَنْ أَقْدِمْ وَلا تُحْجِمْ وَاسْتَنْصِرِ اللهَ “Anda harus terus maju dan jangan takut serta mintalah bantuan dari Allah.”

Hadhrat Khalid bin Sa’id (ra) pun bergerak ke arah pasukan Romawi, tetapi ketika mendekati mereka, mereka bubar dan meninggalkan tempat mereka. Hadhrat Khalid bin Sa’id (ra) menduduki tempat itu dan sebagian besar orang yang berkumpul di sekitarnya menjadi Muslim. Hadhrat Khalid bin Sa’id (ra) melaporkan hal ini kepada Hadhrat Abu Bakr (ra).

Hadhrat Abu Bakr (ra) menulis, أَقْدِمْ وَلا تَقْتَحِمَنَّ حَتَّى لا تُؤْتَى مِنْ خَلْفِكَ  “Anda maju terus, namun jangan terlalu jauh yang membuat musuh mendapat kesempatan untuk menyerang dari belakang.”

Hadhrat Khalid bin Sa’id (ra) bergerak bersama orang-orang ini sampai mereka berhenti di suatu tempat. Di sana, seorang pendeta Romawi bernama Bahan datang menemui mereka.

Hadhrat Khalid bin Sa’id (ra) mengalahkannya dan membunuh banyak pasukannya sedangkan Bahan melarikan diri dan berlindung ke Damaskus. Hadhrat Khalid bin Sa’id (ra) melaporkan hal ini kepada Hadhrat Abu Bakr (ra) dan meminta lebih banyak bala bantuan.

Saat itu Hadhrat Abu Bakr (ra) memiliki orang-orang yang pada awalnya bermigrasi dari Yaman untuk tujuan Jihad di Suriah. Selain itu, orang-orang dari antara Makkah dan Yaman juga datang. Di antara orang-orang ini adalah Hadhrat Dzul Kalaa (ذو الكلاع) dan Hadhrat Ikrimah (ra) yang telah berhasil dalam perang melawan para murtadin dan kembali ke Hadhrat Abu Bakr (ra), beserta beliau ada juga orang lain dari beberapa daerah.

Berkenaan dengan mereka semua, Hadhrat Abu Bakr (ra) menulis kepada para komandan. Jika Anda ingin membuat formasi baru, silahkan.

Semuanya melakukan formasi akhirnya tentara baru dibentuk dengan membuat formasi baru. Itulah sebabnya tentara ini diberi nama Jaish al-Badal. Bahkan, setelah pasukan ini mencapai Hadhrat Khalid bin Sa’id (ra), Hadhrat Abu Bakr (ra) terus mendorong orang-orang untuk berperang di Suriah. Hadhrat Abu Bakr (ra) menyuruh Hadhrat Walid bin Uqbah untuk pergi ke Suriah menuju Hadhrat Khalid bin Sa’id (ra). Ketika ia sampai di tempat Khalid bin Sa’id (ra), ia mengatakan kepadanya bahwa orang-orang Madinah sangat ingin membantu saudara-saudara mereka dan Hadhrat Abu Bakr (ra) sedang mengatur untuk mengirim pasukan.

Mendengar ini, Hadhrat Khalid bin Sa’id (ra) tidak bisa menahan kegembiraan karena beliau berpikir kemenangan kaum Muslim melawan Romawi akan di bawah kepemimpinannya. Maka,  beliau membawa Hadhrat Walid bin Uqbah bersamanya dengan maksud menyerang tentara besar Romawi yang dipimpin oleh Bahan.[8]

Hadhrat Khalid bin Sa’id (ra) saat mengejar dalam rangka menyerang tentara Romawi, mengabaikan perintah Hadhrat Abu Bakr (ra), “Anda tidak boleh maju terlalu jauh sehingga musuh akan mendapat kesempatan untuk menyerang Anda dari belakang.” Singkatnya, ia lupa pertahanan bagian belakang dan memulai perang dengan Romawi sebelum kedatangan para komandan Muslim lainnya.

Bahan, bersama teman-temannya, pergi menghindar dari mereka dan menuju kota Damaskus. Mundurnya Bahan sebenarnya adalah tipu muslihat. Dia ingin mengepung kaum Muslim dan menyerang mereka dari belakang.

Hadhrat Abu Bakr (ra) telah memperingatkan mereka tentang bahaya ini, tetapi semangat dan hasrat untuk kemenangan membuat Hadhrat Khalid bin Sa’id (ra) lalai dari mengikuti peringatan sang Khalifah dan malah memerintahkan pasukannya untuk maju. Hadhrat Khalid bin Sa’id (ra) terus maju menuju tentara musuh. Saat itu Hadhrat Walid bin Uqbah, Hadhrat Dzul Kala (ذُو الْكَلاعِ) dan Hadhrat Ikrimah (ra) juga bersamanya.

Di sana, Hadhrat Khalid bin Sa’id (ra) dikepung oleh pasukan Bahan (بَاهَانُ) dan menghalangi jalannya. Hadhrat Khalid (ra) bahkan tidak mengetahuinya. Bahan kemudian maju dan menemukan Sa’id bin Hadhrat Khalid bin Sa’id (ra), putra Hadhrat Khalid (ra) yang tengah mencari air dengan beberapa orang, lalu mereka semua dibunuhi. Hadhrat Khalid bin Sa’id (ra) mengetahui tentang pembunuhan putra dan teman-temannya, lalu ia bergerak dari sana dengan sekelompok penunggang kuda dan bukannya berperang, dia justru meninggalkan tempat itu. Setelah itu, banyak juga kawan-kawan lainnya yang memisahkan diri dari laskarnya dengan menunggang kuda dan unta.

Setelah kalah, Khalid bin Sa’id (ra) tiba di Dzul Marwa, namun Hadhrat Ikrimah (ra) tidak beranjak dari tempatnya melainkan terus membantu kaum Muslimin. Dzul-Marwa adalah tempat antara Makkah dan Madinah, sekitar sembilan puluh enam mil dari Madinah. Namun, Hadhrat Ikrimah (ra) menghentikan Bahan dan pasukannya dari melakukan pengejaran terhadap Hadhrat Khalid.

Ketika Hadhrat Abu Bakr (ra) diberitahu tentang hal ini, beliau menyatakan kemarahannya dengan Hadhrat Khalid dan tidak mengizinkannya memasuki Madinah. Namun, kemudian ketika ia mendapat izin untuk memasuki Madinah, dia meminta maaf kepada Hadhrat Abu Bakr (ra) atas tindakan ini.[9]

Terlepas dari kegagalan Hadhrat Khalid bin Sa’id (ra) ini, tidak ada perbedaan dalam tekad dan keberanian Hadhrat Abu Bakr ash-Shiddiq (ra). Ketika berita sampai kepada beliau bahwa Hadhrat Ikrimah (ra) dan Hadhrat Dzul Kala telah menyelamatkan tentara Islam dari cengkeraman Romawi dan membawa mereka kembali ke perbatasan Suriah dan sedang menunggu bantuan di sana, Hadhrat Abu Bakr ash-Shiddiq (ra) tanpa membuang waktu mulai membuat pengaturan untuk mengirim bala bantuan.

Hadhrat Abu Bakr ash-Shiddiq (ra) menyiapkan empat laskar besar dalam hal ini dan mengirim mereka ke berbagai wilayah Suriah. Lengkapnya sebagai berikut: Laskar pertama adalah laskar Yazid bin Abu Sufyan (ra). Dia adalah saudara Hadhrat Muawiyah dan pria terbaik di keluarga Abu Sufyan. Itu adalah yang pertama dari empat laskar yang dikirim sebagai bala bantuan untuk berangkat ke Suriah. Hadhrat Abu Bakr (ra) mengangkat Hadhrat Yazid bin Abu Sufyan (ra) sebagai komandan pasukan ini. Tanggung jawab mereka adalah mencapai Damaskus dan menaklukkannya serta membantu tiga laskar lainnya bila diperlukan. Jumlah tentara ini awalnya tiga ribu. Kemudian Hadhrat Abu Bakr (ra) mengirim lebih banyak bantuan, meningkatkan jumlahnya menjadi sekitar tujuh ribu. Orang-orang Makkah seperti Suhail bin Amr dan orang-orang sepertinya dan mereka yang mumpuni lainnya juga berpartisipasi dalam pasukan Hadhrat Yazid bin Abu Sufyan (ra) ini.

Suhail bin Amr adalah salah satu orang terkemuka dan pemuka Quraisy selama era Jahiliyyah dan dia mewakili orang-orang kafir Makkah saat membuat perjanjian dengan yang mulia Nabi (saw) pada kesempatan perjanjian Hudaybiyah. Dia menjadi seorang Muslim pada kesempatan Fatah Makkah.[10]

Ketika Hadhrat Abu Bakr (ra) mengikatkan bendera untuk Hadhrat Yazid bin Abu Sufyan (ra), beliau memanggil Rabi’ah bin Amir dan mengikatkan bendera untuknya dan bersabda, “Anda akan pergi bersama Yazid bin Abu Sufyan. Jangan membangkang dan menentangnya.”

Kemudian beliau berkata kepada Hadhrat Yazid bin Abu Sufyan (ra), “Jika Anda menganggap sesuai untuk mempercayakan pengawasan pasukan Anda kepada Rabi’ah bin Amir, tentu silahkan lakukan. Ia adalah salah satu penunggang kuda terbaik di Arab dan orang saleh di kalangan rakyatmu, dan saya juga berharap bahwa ia termasuk di antara hamba-hamba Allah yang saleh.”

Hadhrat Yazid (ra) berkata, “Prasangka baik dan harapan Anda mengenaiya semakin menambah di dalam  hati saya kecintaan saya kepadanya.”

Kemudian Hadhrat Abu Bakr (ra) mulai berjalan bersamanya, Hadhrat Yazid (ra) berkata, “Wahai Khalifah Rasul (saw)! Mohon kiranya Hudhur juga naik kendaraan atau izinkan saya untuk berjalan bersama dengan Hudhur, karena saya tidak suka berkendara sementara Hudhur berjalan kaki.”

Hadhrat Abu Bakr (ra) bersabda, “Saya tidak akan naik dan Anda juga tidak akan turun. Saya menganggap langkah-langkah ini sebagai naik di jalan Allah.”

Kemudian beliau memberikan nasihat kepada Hadhrat Yazid (ra), “Wahai Yazid, aku nasihatkan kepadamu untuk bertakwa kepada Allah, untuk menaati-Nya, untuk berkorban demi Dia dan untuk takut kepada-Nya. Ketika Anda dikelilingi oleh musuh dan semoga Allah memberi Anda kemenangan, janganlah berkhianat dan jangan memutilasi, yaitu jangan memutilasi wajah orang yang terbunuh, dan jangan melakukan kemunafikan dan jangan menunjukkan kepengecutan dan jangan membunuh anak kecil, orang tua, atau seorang wanita, atau janganlah membakar pohon kurma, atau memusnahkannya, atau menebang pohon yang berbuah.

Anda tidak boleh menyembelih hewan apa pun kecuali untuk dimakan. Jangan menyembelih atau membunuh hewan tanpa alasan.

Ketika Anda melewati beberapa orang yang mengabdikan diri kepada Allah dalam gereja, tinggalkanlah mereka dan apa yang telah mereka baktikan. Artinya, jangan katakan apa pun kepada para biarawan yang menjadi pendeta di gereja-gereja.

Anda juga akan menemukan beberapa orang yang rambut kepalanya telah dibersihkan oleh Setan. Bagian tengah kepala mereka seperti burung pegar yang menggali lubang di tanah untuk bertelur.” Ada juga hadits yang mengatakan, “Anda akan menemukan orang-orang yang mencukur kepalanya di tengah dan memiliki helai rambut yang tersisa di semua sisi seperti halnya turban. Maka dari itu, hancurkanlah pada bagian [tengah] kepalanya yang kosong itu dengan pedangmu.”

Terdapat beberapa riwayat tentang orang-orang yang diperintahkan untuk diserang tersebut. Tertera bahwa mereka itu adalah suatu golongan Kristen. Mereka bukan rahib, tetapi pemuka agama yang terus menerus memicu perang dengan kaum Muslimin dan juga ikut serta dalam pertempuran.

Maka dari itu, Hadhrat Abu Bakr (ra) bersabda, “Jangan mengganggu para rahib yang ada di dalam gereja. Tapi, kita harus memerangi mereka dan orang-orang yang ada di bawah mereka yang menyulut peperangan dan bertempur melawan kaum Muslim. Hal ini karena mereka turut berperang dan menyulut peperangan.” Beliau bersabda, “Maka dari itu hendaknya memerangi mereka hingga mereka condong kepada Islam, atau menundukkan mereka hingga mereka membayar jizyah. Siapa saja yang menolong Allah dan rasul-Nya, Allah Ta’ala akan menolongnya dari tempat yang gaib. Saya menyampaikan salam kepadamu dan menyerahkan [segalanya] pada Allah.”[11]

Di dalam satu riwayat lain tertera petunjuk lebih jauh. Tertera bahwa Hadhrat Abu Bakr (ra) bersabda kepada Hadhrat Yazid bin Abu Sufyan (ra),

Beliau bersabda: إني قد ولّيتك لأبلوك وأجرّبك وأخرجك، فإن أحسنت رددتك إلى عملك وزدتك، وإن أسأت عزلتك، فعليك بتقوى الله فإنه يرى من باطنك مثل الذي من ظاهرك، وإن أولى الناس بالله أشدهم توليًا له، وأقرب الناس من الله أشدهم تقربًا إليه بعمله، وقد وليتك عمل خالد فإياك وعبية الجاهلية، فإن الله يبغضها ويبغض أهلها، وإذا قدمت على جندك فأحسن صحبتهم وابدأهم بالخير وعدهم إياه، وإذا وعظتهم فأوجز فإن كثير الكلام ينسي بعضه بعضاً، وأصلح نفسك يصلح لك الناس، وصل الصوات لأوقاتها بإتمام ركوعها وسجودها والتخشع فيها، وإذا قدم عليك رسل عدوك فأكرمهم وأقلل لبثهم حتى يخرجوا من عسكرك وهم جاهلون به ولا ترينهم فيروا خللك ويعلموا علمك، وأنزلهم في ثروة عسكرك، وامنع من قبلك من محادثتهم، وكن أنت المتولي لكلامهم، ولا تجعل سرك لعلانيتك فيخلط أمرك، وإذا استشرت فاصدق الحديث تصدق المشورة، ولا تخزن عن المشير خبرك فتؤتى من قبل نفسك، واسمر بالليل في أصحابك تأتك الأخبار وتنكشف عندك الأستار، وأكثر حرسك وبددهم في عسكرك، وأكثر مفاجأتهم في محارسهم بغير علم منهم بك، فمن وجدته غفل عن محرسه فأحسن أدبه وعاقبه في غير إفراط، وأعقب بينهم بالليل، واجعل النوبة الأولى أطول من الأخيرة فإنها أيسرهما لقربها من النهار، ولا تخف من عقوبة المستحق، ولا تلجن فيها، ولا تسرع إليها، ولا تخذلها مدفعاً، ولا تغفل عن أهل عسكرك فتفسده، ولا تجسس عليهم فتفضحهم، ولا تكشف الناس عن أسرارهم، واكتف بعلانيتهم، ولا تجالس العباثين، وجالس أهل الصدق والوفاء، واصدق اللقاء، ولا تجبن فيجبن الناس، واجتنب الغلول فإنه يقرب الفقر ويدفع النصر، وستجدون أقواماً حبسوا أنفسهم في الصوامع فدعهم وما حبسوا أنفسهم له “Saya mengangkat Anda sebagai Wali (Amir atau gubernur) supaya saya dapat menguji dan menilai Anda serta saya dapat mendidik dan melatih Anda dengan mengirim Anda keluar bertugas. Jika Anda menjalani segenap kewajiban Anda dengan baik, saya akan kembali mengangkat Anda pada tugas ini dan akan menaikkan jabatan Anda. Tapi jika Anda melakukan kelemahan, saya akan memakzulkan (memberhentikan) Anda dari jabatan.

Peganglah ketakwaan kepada Allah. Dia melihat batiniah [hal tersembunyi] Anda seperti halnya Dia melihat lahiriah (hal-hal yang keliatan) dari Anda.”

Hadhrat Abu Bakr (ra) bersabda, “Diantara segenap manusia, yang paling dekat dengan Allah adalah mereka yang paling memenuhi hak persahabatan dengan Allah. Yang paling dekat kepada Allah diantara manusia adalah orang yang melalui amal perbuatannya ia menjadi yang paling dekat dengan-Nya. Saya telah memilih Anda daripada Khalid bin Sa’id (ra).

Terkait:   Keberkahan Pengorbanan Keuangan: Tahrik Jadid Tahun Baru 2022

Menghindarlah dari kebodohan dan kebencian. Allah sangat membenci hal-hal ini dan mereka yang melakukannya.

Ketika Anda tiba di pasukan Anda, maka perlakukanlah mereka dengan baik. Hadapilah mereka dengan baik dan berilah janji baik kepada mereka. Kemudian ketika Anda menasihati mereka, maka sampaikanlah dengan singkat, karena pembahasan yang panjang akan melupakan banyak hal.

Hendaknya Anda memperbaiki diri Anda niscaya segenap orang akan lurus demi Anda.” (Jika Anda (atau suatu pemimpin) menjadikan dirinya sendiri baik, maka segenap orang dengan sendirinya akan menjadi lurus.) “Dan dirikanlah shalat-shalat pada waktunya dan sempurnakanlah ruku dan sujudnya. Perhatikanlah sepenuhnya kekhusyukan di dalamnya.

Tatkala utusan musuh datang kepadamu, hormatilah ia. (Jika utusan datang, maka hendaklah ia dihormati). Temuilah ia dalam waktu singkat dan segeralah ia keluar dari pasukanmu supaya ia tidak dapat mengetahui ihwal pasukanmu. (ini pun adalah suatu strategi bahwa terimalah mereka secara singkat dan segera pulangkan mereka). Dan janganlah menyebutkan tentang perbendaharaanmu kepadanya, karena mereka akan mengetahui kelemahanmu dan mereka akan mendapat berbagai hal tentangmu. Simpan itu dalam pasukan Anda dan cegahlah orang-orang Anda berbicara dengan mereka. Jika Anda sendiri berbicara dengan mereka, jangan ungkapkan rahasia Anda, jika tidak maka masalah Anda akan menjadi semakin sulit.

Ketika Anda mencari saran dari seseorang, katakanlah yang seadanya supaya Anda akan mendapat saran yang tepat. Janganlah menyembunyikan perkara-perkara Anda pada seorang penasihat karena ini akan membawa kerugian pada Anda.” (Ini adalah asas bahwa hendaknya hal sekecil-kecilnya disampaikan kepada orang yang kita mintakan saran, supaya ia dapat memberi saran yang benar dan dengan kerugian yang minimal).

“Berbincanglah dengan sahabat Anda di waktu malam maka Anda akan mendapatkan banyak berita dan himpunlah segenap informasi maka hal-hal yang tersembunyi akan terungkap pada Anda.

Hendaknya pasukan penjaga berjumlah banyak, sebarkanlah mereka dan adakanlah inspeksi mendadak ke pos-pos penjagaan mereka. Dimana saja Anda mendapati mereka lalai dalam tugasnya maka nasihatilah mereka dengan sebaik-baiknya. Seraya memberi hukuman kepada mereka, janganlah berlaku berlebihan pada mereka.

Tetapkanlah jadwal mereka menjaga di malam hari. Panjangkanlah bagian tugas awal malam karena bagian ini lebih mudah dan lebih dekat dengan hari.” (Panjangkanlah tugas di awal malam karena mudah terjaga di waktu ini dan hendaknya waktu tugas di akhir malam itu pendek).

“Janganlah takut untuk menghukum siapa saja yang patut dihukum dan janganlah lunak dalam hal ini. Janganlah tergesa-gesa dalam menghukum dan janganlah sama sekali mengabaikannya.”

Beliau (ra) lalu bersabda, “Janganlah lalai akan prajuritmu, sehingga mereka menjadi rusak. Janganlah merendahkan mereka dengan mencari-cari aib mereka. Janganlah menceritakan hal-hal rahasia mereka kepada orang lain. Cukuplah dengan apa yang ada pada mereka dan janganlah duduk dengan orang-orang yang sia-sia. Duduklah bersama orang-orang yang benar dan setia.

Bersikaplah berani saat berhadapan dengan musuh. Jangan bersikap takut, jika tidak orang-orang [Anda] pun akan menjadi takut. Hindarilah berkhianat dalam hal harta ghanimah, karena ini mendekatkan pada kemiskinan dan menunda pertolongan serta kemenangan.

Anda akan mendapati orang-orang yang telah mewakafkan dirinya demi gereja. Atas hal itu, biarkanlah mereka bersama pekerjaan yang dengannya mereka sibuk di dalamnya.”[12]

Alhasil, ini merupakan satu panduan lengkap yang sangat penting untuk diamalkan dan dilaksanakan oleh setiap pemimpin dan pengurus.

Selanjutnya Hadhrat Abu Bakr (ra) memegang tangan Hadhrat Yazid (ra) dan seraya mengucapkan selamat tinggal bersabda, “Anda adalah orang pertama yang saya angkat sebagai Amir dari antara para Muslim yang terhormat, dimana Anda bukanlah berkedudukan rendah, lemah, terbuang, atau memiliki riwayat kekerasan beragama. Alhasil, perlakukanlah mereka dengan baik, dan tempuhlah cara lemah lembut terhadap mereka. Tundukkanlah selalu pundak Anda dan mintakanlah saran dari mereka dalam hal-hal yang penting. Berlakulah secara baik. Semoga Allah menjadikan sahabat-sahabat Anda berlaku baik untuk Anda.” Beliau lalu bersabda, “Semoga mereka menjadi penolong dalam memenuhi kewajiban-kewajiban terhadap Khilafat kita ini.”

Kemudian, Hadhrat Yazid bin Abu Sufyan (ra) berangkat dengan membawa pasukannya ke arah Syam. Hadhrat Abu Bakr (ra) kerap berdoa berikut ini setiap pagi dan sore di waktu setelah Shubuh dan setelah Ashar, اللهم إنك خلقتنا ولم نك شيئا ثم بعثت إلينا رسولا رحمة منك وفضلا علينا، فهديتنا وكنا ضلالا، وحببت إلينا الايمان وكنا كفارا، وكثرتنا وكنا قليلا، وجمعتنا وكنا أشتاتا، وقويتنا وكنا ضعفاء، ثم فرضت علينا الجهاد وأمرتنا بقتال المشركين حتى يقولوا: لا إله إلا الله، ويعطوا الجزية عن يد وهم صاغرون “Wahai Allah, Engkau telah menciptakan kami. Dahulu kami bukanlah apa-apa lalu Engkau menurunkan rahmat dan karunia dari sisi Engkau dengan mengirim seorang Rasul kepada kami lalu Engkau memberi petunjuk kepada kami saat dahulu kami tersesat dan Engkau telah memasukkan kecintaan di dalam hati kami sementara dahulu kami kafir. Jumlah kami dahulu adalah sedikit, namun Engkau telah menambah jumlah kami. Kami dahulu tercerai-berai dan Engkau telah mempersatukan kami. Dahulu kami lemah dan Engkau telah memberi kami kekuatan lalu Engkau telah mewajibkan jihad atas kami dan Engkau memerintahkan kami untuk berperang melawan kaum musyrik hingga mereka mengikrarkan la ilaha illallah atau mereka memberi jizyah dengan tangan mereka setelah mereka menjadi tak berkuasa.” (yaitu hendaklah kalian menjadi Muslim, jika tidak maka bayarlah jizyah).

اللهم إنا أصبحنا نطلب رضاك، بجهاد من عاداك، ثم عدل بك وعبد معك آلهة غيرك، لا إله إلا أنت تعاليت عما يقول الظالمون علوا كبيرا، اللهم فانصر عبادك المسلمين على عدوك من المشركين،  “Wahai Allah, kami hanya mengharapkan keridaan dari Engkau saat berjihad melawan musuh Engkau ini yakni mereka yang mengadakan sekutu selain Engkau dan menyembah sembahan selain Engkau. Wahai Allah, tidak ada sembahan selain Engkau. Keagungan Engkau sangatlah luhur dari apa saja yang dikatakan mereka yang zalim. Wahai Allah, tolonglah hamba-hamba Engkau yang Muslim dalam menghadapi segenap musuh yang musyrik.

اللهم افتح لهم فتحا يسيرا، وانصرهم نصرا عزيزا، وشجع جبنهم، وثبت أقدامهم وزلزل بعدوهم، وأدخل الرعب قلوبهم، واستأصل شأفتهم، واقطع دابرهم، وأبد خضراءهم، وأورثنا أرضهم وديارهم وأموالهم وآثارهم، وكن لنا وليا، وبنا حفيا، وأصلح لنا شأننا، واجعلنا لأنعمك من الشاكرين، واغفر لنا وللمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات، ثبتنا الله وإياكم بالقول الثابت فى الحياة الدنيا وفى الآخرة، إنه بالمؤمنين رؤف رحيم Wahai Allah, anugerahkanlah mereka kemudahan dalam meraih kemenangan dan tolonglah mereka dengan seutuhnya. Jadikanlah pemberani siapa saja yang kurang berani diantara mereka dan teguhkanlah langkah mereka. Buatlah musuh mereka gentar, taruhlah ketakutan di dalam hati mereka, hancurkanlah mereka, cabutlah mereka sampai ke akar-akarnya, hancurkanlah pertanian mereka dan jadikanlah kami pewaris atas segenap tanah, rumah, kekayaan, dan tanda-tanda mereka dan jadilah Engkau sebagai Wali kami dan kasihanilah kami. Perbaikilah segenap urusan kami. Jadikanlah kami termasuk orang-orang yang bersyukur demi meraih bagian ni’mat Engkau. Ampunilah kami, segenap mukmin laki-laki dan perempuan, dan juga segenap Muslim laki-laki dan perempuan. Juga bagi mereka yang masih hidup serta yang telah meninggal. Semoga Allah menjadikan kami dan Anda sekalian sebagai orang-orang yang terus teguh dengan segenap kekuatan baik di dunia dan di akhirat. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengasih dan Penyayang kepada orang-orang yang beriman.”[13]

Pasukan kedua adalah dibawah Hadhrat Syurahbil bin Hasanah (شرحبيل بن حسنة). Ayahanda Hadhrat Syurahbil bin Hasanah bernama Abdullah bin Mutha’ (عبد الله بن المطاع) dan ibunda beliau bernama Hasanah. Sebutan beliau adalah Abu Abdullah. Ayahanda beliau meninggal saat beliau kecil sehingga beliau dipanggil Syurahbil bin Hasanah karena nama ibunda beliau yakni Hasanah. Hadhrat Syurahbil termasuk diantara sahabat yang pertama memeluk Islam. Beliau adalah salah satu panglima pasukan yang masyhur di era Khilafat Rasyidah. Beliau wafat pada tahun 18 Hijriah di usia 67 tahun.[14]

Hadhrat Abu Bakr (ra) menetapkan waktu keberangkatan [pasukan] Hadhrat Syurahbil bin Hasanah 3 hari setelah hari keberangkatan [pasukan] Hadhrat Yazid bin Abu Sufyan (ra). Setelah 3 hari itu, Hadhrat Abu Bakr (ra) mengantar Hadhrat Syurahbil dan bersabda, “Wahai Syurahbil, bukankan Anda telah mendengar wasiyat yang telah saya sampaikan kepada Yazid bin Abu Sufyan?”

Beliau menjawab, “Ya, mengapa tidak? Saya telah mendengar nasihat-nasihat tersebut.”

Atas hal ini Hadhrat Abu Bakr (ra) bersabda, “Seperti itulah saya pun mewasiatkannya kepadamu, dan saya pun mewasiyatkan akan sesuatu hal yang saya lupa sampaikan kepada Yazid. Saya mewasiyatkan Anda untuk shalat pada waktunya, tetap teguh di medan pertempuran hingga meraih kemenangan atau mati syahid lalu tengoklah mereka yang sakit dan uruslah jenazah dan saya mewasiyatkan untuk banyak berzikir kepada Allah di setiap keadaan.”

Abu Sufyan berkata kepada beliau, “Yazid telah sebelumnya teguh dalam hal ini dan ia telah melakukannya secara dawam sejak sebelum pergi ke Syam. Ia, insya Allah akan semakin rutin mengamalkannya.”

Hadhrat Syurahbil menjawab, “Mohonlah pertolongan kepada Allah karena apa yang Allah kehendaki itulah yang akan terjadi.”

Kemudian, Hadhrat Abu Bakr (ra) mengucapkan selamat tinggal kepadanya dan ia pun berangkat menuju Syam. Jumlah pasukan Hadhrat Syurahbil adalah 3000 (tiga ribu) hingga 4000 (empat ribu) prajurit. Beliau diperintahkan pergi menuju Tabuk dan Balqa lalu mengambil jalan menuju Bosra, dan ini merupakan tujuan beliau. Bosra adalah kota di wilayah Syam yang tua dan masyhur. Hadhrat Syurahbil tiba di Balqa dan di sana tidak ada suatu perlawanan yang berarti. Balqa pun berada di wilayah Syam.

Pasukan beliau tiba di Balqa bersama pasukan Hadhrat Abu Ubaidah bin Jarrah yang berada di sisi kiri dan pasukan ‘Amru ibnu al-’Aash di sisi kanan lalu beliau masuk ke Balqa. Beliau kemudian tiba di Basrah lalu mengepungnya, namun tidak dapat meraih kemenangan karena ini merupakan salah satu pusat kerajaan Romawi Bizantium yang kuat dan terlindungi.[15]

Pasukan ketiga adalah dibawah Abu Ubaidah bin Jarrah. Nama Hadhrat Abu Ubaidah bin Jarrah adalah Amir bin Abdullah. Ayahanda beliau bernama Abdullah bin Jarrah. Hadhrat Abu Ubaidah lebih masyhur dengan nama sebutan beliau, sementara nasab beliau dikaitkan dengan Jarrah yang merupakan nama kakek beliau. Beliau termasuk 10 sahabat yang mana Rasulullah (saw.) di masa hidup beliau telah memberikan kabar suka surga kepada mereka, dan mereka disebut ‘asyrah mubasysyarah. Beliau wafat di tahun 18 Hijriah. Usia beliau saat wafat adalah 58 tahun. [16]

Pasukan ketiga yang Hadhrat Abu Bakr (ra) berangkatkan menuju Syam sebagaimana yang telah saya sampaikan adalah dibawah Amir (komandan) bernama Hadhrat Abu Ubaidah. Beliau memberangkatkannya di dekat Hims. Hims juga merupakan satu kota tua dan besar di Syam dan berada di dekat Dama skus. Pasukan Hadhrat Abu Ubaidah berjumlah 7000 prajurit, namun menurut riwayat lain jumlahnya 3000 hingga 4000. Di perjalanan, Hadhrat Abu Ubaidah melalui Maab yang merupakan satu desa di Balqa. Ini bukan satu kota tetapi hanya desa tempat berkemah. Beliau bertempur dengan orang-orang di sana namun akhirnya orang-orang itu meminta berdamai dengan beliau dan beliau pun berdamai dengan mereka. Ini adalah perdamaian pertama yang terjadi di wilayah Syam.[17]

Hadhrat Abu Bakr (ra) pun memberangkatkan Qais bin Hubairah (قيس بن هبيرة بن مكشوح المرادي) bersama Hadhrat Abu Ubaidah. Tentangnya, Hadhrat Abu Bakr (ra) berwasiyat kepada Abu Ubaidah dengan bersabda, إنه قد صحبك رجل عظيم الشرف فارس من فرسان العرب لا أظن له حسنة ولا عظيم نية في الجهاد وليس بالمسلمين غناء عن رأيه ومشورته وبأسه في الحرب فادنه وألطفه وأره أنك عنه غير مستغن فإنه مستخرج بذلك نصيحته وجهده وجده على عدوك “Bersama Anda ada seseorang yang memiliki kedudukan dan kemuliaan diantara para ksatria berkuda Arab. Saya tidak berpikir ada niat lebih baik dari ini dalam perkara jihad ini. Kaum Muslim tidak dapat luput dari pendapat, saran, dan kemahiran perangnya. Sertakan ia di dekat Anda dan perlakukanlah ia dengan baik dan lemah lembut dan buatlah ia merasa bahwa Anda membutuhkannya. Dengan ini Anda akan terus meraih kesetiaannya dan upaya-upayanya dalam dalam menghadapi musuh akan ada bersama Anda.”

Tatkala Hadhrat Abu Ubaidah telah pergi dari sana, Hadhrat Abu Bakr (ra) memanggil Qais bin Hubairah dan bersabda, إني قد بعثتك مع أبي عبيدة الأمين الذي إذا ظلم لم يظلم وإذا أسئ إليه غفر وإذا قطع وصل رحيم بالمؤمنين شديد على الكافرين فلا تعصه فإنه لن يأمرك إلا بخير وقد أمرته أن يسمع منك فلا تأمره إلا بتقوى الله وقد كنا نسمع أنك سائس حرب وذلك في زمان الشرك والجاهلية الجهلاء ليس فيها إلا الإثم والكفر فاجعل بأسك اليوم في الإسلام على من كفر بالله وعبد غيره فقد جعل الله لك فيه الأجر العظيم والعز للمؤمنين “Saya mengutus Anda menuju Abu Ubaidah, sang tepercaya dalam umat. Jika ia dizalimi, ia tidak balas menzalimi dan jika ia diperlakukan buruk, ia akan memaafkannya. Jika ia diputuskan hubungan, ia akan berusaha untuk menyambungnya kembali. Ia sungguh berbelas kasih kepada segenap mukmin dan sangat tegas terhadap kaum kafir. Janganlah melanggar perintahnya karena ia hanya akan memberi perintah baik kepada Anda. Saya telah memerintahkannya untuk mendengar ucapan Anda. Maka dari itu, berilah saran seraya memegang ketakwaan kepada Allah. Kami telah mendengar bahwa Anda dahulu adalah seorang panglima berpengalaman di era syirk dan jahiliah, zaman yang di dalamnya terdapat dosa dan kekufuran. Maka dari itu, pergunakanlah kekuatan dan keberanian Anda dalam keadaan Islam ini untuk menghadapi kaum kafir dan mereka yang telah mempersekutukan Allah. Allah Ta’ala telah menetapkan di dalam hal itu terdapat pahala agung dan kemuliaan serta kemenangan bagi kaum Muslim.”

Mendengar nasihat ini, Qais bin Hubairah berkata, إن بقيت وبقيت لك فسيبلغك من حيطتي على المسلم وجهادي المشرك ما يسرك ويرضيك “Jika Anda dan juga saya tetap hidup maka mengenai saya, Anda akan menerima berita-berita yang Anda sukai dan akan membahagiakan Anda, yaitu tentang keselamatan kaum Muslim dan jihad melawan kaum kafir.”

Hadhrat Abu Bakr (ra) bersabda, مثلك فعل هذا “Orang seperti Andalah yang dapat melakukan hal seperti ini.”

Tatkala Hadhrat Abu Bakr (ra) menerima laporan tentang pertempuran di Jabiyah yang dialami pasukan Muslim menghadapi pasukan Romawi dan terbunuhnya dua Batrik (Patrik, panglima militer Romawi), beliau pun bersabda, صدق قيس ووفى “Qais telah berhasil dan telah memenuhi janjinya.”[18]

Pembahasan ini akan terus berlanjut kemudian. Saat ini saya akan menyampaikan seorang Syahid. Satu syahid kita yaitu Tn. Nasir Ahmad Sahib yang merupakan putra Abdul Ghani Sahib. Beliau tinggal di Darul Rahmat Syarqi di Rabwah. Pada tanggal 12 Agustus, seorang musuh Ahmadiyah menikamnya berulangkali dengan belati dan mensyahidkannya. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.

Menurut penjelasan, saat itu Nasir Ahmad Sahib tengah berada di halte bus di dekat salah satu temannya yang penjual koran. Seorang fanatik agama, Hafiz Shahzad Hasan datang di sana dan bertanya kepadanya, “Apakah kamu seorang Ahmadi?”

Nasir Ahmad Sahib menjawab, “Iya. Saya adalah anggota Jemaat Ahmadiyah.”

Atas hal ini orang itu memintanya meneriakkan slogan-slogan anti Jemaat dimana beliau menolaknya. Lalu ia mengeluarkan pisau dari tasnya dan seraya meneriakkan slogan ia menikam Nasir Ahmad Sahib. Ia menikam berkali-kali, dan dalam beberapa detik saja ia telah sedemikian banyak menikam hingga nyawa beliau pun tiada. Alhasil, beliau menderita banyak tusukan dan mati syahid. Saat mati syahid usia beliau adalah 62 tahun.

Setelah kejadian ini, pembunuh itu dalam keterangannya berkata, “Aku tidak malu akan perbuatan ini dan nanti jika aku berkesempatan, aku akan kembali melakukannya.” Peristiwa ini terjadi dalam waktu 1 hingga 2 menit, atau bahkan dalam waktu 1 menit saja. Kemudian dalam waktu 2 menit, atau 2 setengah hingga 3 menit beliau dibawa ke Rumah Sakit tetapi alhasil Allah telah merencanakan ini dan semua tikaman itu membuat beliau wafat dan syahid seketika.

Terkait:   Khotbah Idul Fitri 2019

Ahmadiyah masuk di keluarga Syahid Almarhum melalui kakek beliau Mukarram Feroz Din Sahib dari Raipur Distrik Sialkot yang baiat masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah pada tahun 1935 di masa Khilafat Kedua. Setelah pendidikan dasar, beliau tidak belajar lebih lanjut dan menekuni pekerjaan ayahnya sebagai tuan tanah. 10 tahun sebelumnya beliau pun pernah tinggal untuk beberapa masa di Malaysia dan tempat lain untuk bekerja lalu kembali ke Pakistan. 10 tahun sebelumnya beliau pindah dari Raipur Distrik Sialkot ke Rabwah. Saat ini beliau telah pensiun dan tidak bekerja. Beliau juga menderita penyakit jantung.

Sebagian besar waktu beliau lalui berkhidmat di Jemaat di tingkat mohalla. Saat ini pun beliau mendapat taufik berkhidmat sebagai Muntazim Itsar di Majlis Ansharullah dan Muhasil di bagian mal. Beliau memiliki banyak sekali kelebihan. Di Mohallah, beliau setiap saat siap untuk berkhidmat khususnya dalam membantu para yatim dan orang-orang miskin. Beliau pun sangat memperhatikan kebersihan masjid. Beliau adalah sosok yang sangat jujur, pekerja keras, supel, dan pemberani.

Kakinya patah karena terkilir yang membuatnya kesulitan berjalan. Meski demikian, ia tetap selalu hadir jika dipanggil di malam hari untuk tugas Jemaat atau berjaga. Beliau rutin menyimak khotbah dan menaruh perhatian khusus dalam mendirikan shalat, serta memperhatikan keadaan sekitar beliau. Kecintaan beliau sangat dalam terhadap Khilafat.

Setelah shalat subuh beliau secara rutin menyimak tilawat Al-Quran selama 1 jam dari handphone. Beliau hampir setiap hari ke pemakaman dan juga Bahisti Maqbarah untuk berdoa. Sadr Mohallah menuturkan, “Kapan saja Jemaat membutuhkan, Almarhum Syahid segera hadir dan beliau tidak pernah menolaknya.”

Putri Almarhum, Mubarak Sahibah menuturkan: beberapa hari sebelum pensyahidan, almarhum melihat dalam mimpi suatu kerumunan orang dan suasana duka, sehingga dengan ini pun beliau memberi sedekah. Almarhum sendiri akhir-akhir ini berulang kali mengungkapkan bahwa waktu beliau tinggal sedikit.

Beliau meninggalkan istri beliau, Parwin Akhtar Sahibah dan 3 orang putri. Semoga Allah Ta’ala menurunkan kesabaran dan ketabahan kepada mereka semua. Saudara beliau, Tanwir Akhtar Sahib menuturkan, “Meskipun beliau tidak memiliki banyak ilmu duniawi dan kejemaatan, tetapi sejak kecil beliau memiliki semangat yang sangat besar dalam Jemaat dan sangat mencintai Khilafat. Beliau adalah sosok sederhana dan rela berkorban dan turut bahagia saat orang lain bahagia. Di berbagai kesempatan Id, beliau dari Lahore selalu membawa banyak makanan dan minuman untuk rumah beliau dan beliau selalu menyiapkan pakaian bagus dan baru lalu selalu berkata bahwa beliau hanya mengenakannya untuk Id lalu selalu memberikannya ke saya karena saya adalah Waqf Zindegi dan mengambil baju saya yang lama.”

Keponakan beliau menuturkan, “Beliau selalu membawa handphone dengan alasan agar beliau ada saat kapan pun Jemaat membutuhkan karena bagaimana bisa dihubungi jika handphone tidak ada. Jika berdering di waktu malam, beliau selalu bangun dan siap untuk melakukan tugas Jemaat. Beliau selalu siap untuk membantu meski beliau harus pergi hingga penghujung Rabwah sekalipun. Beliau selalu siap untuk mendonorkan darah, sehingga dengan ini pun banyak nyawa yang tertolong. Beliau tidak pernah menghiraukan penyakit jantung beliau. Beliau menganggap menolong mereka yang kesusahan sebagai suatu kewajiban dan hal ini dianggap lebih penting daripada penyakit beliau.”

Semoga Allah Ta’ala meninggikan derajat Almarhum Syahid dan menganugerahkan tempat tinggi di Jannatul Firdaus, dan semoga Allah menjadi Pelindung dan Penolong keluarga beliau, dan semoga keturunan beliau diberi taufik untuk meneruskan segenap kebaikan Almarhum. Insya Allah setelah shalat saya akan memimpin shalat jenazah gaib beliau.[19]

Khotbah II

الْحَمْدُ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنُؤْمِنُ بِهِ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ وَنَعُوْذ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا – مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ – وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ – عِبَادَ اللهِ! رَحِمَكُمُ اللهُ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذكَّرُوْنَ – أُذكُرُوا اللهَ يَذكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُاللهَ يَذكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


[1] Al-Iktifa’ bima Tadhammanahu min Maghazi Rasulillah wa Ats-Tsalatsah Al-Khulafa’ (الاكتفاء، بما تضمنه من مغازي رسول الله والثلاثة الخلفاء) karya Abu Ar-Rabi’ Sulaiman bin Musa Al-Kala’i Al-Andalusi (لأبي الربيع سليمان بن موسى الكلاعي الأندلسي (565-634هـ)) bahasan (ذكر تقديم خالد بن الوليد الطلائع أمامه من البطاح), jilid 2 bagian 1 halaman 109-110, Alamul Kutub, Beirut-Lebanon, 1997 (جلد2 جزء1صفحہ 109-110 عالم الکتب بیروت 1997ء). Tercantum juga dalam karya Ibn Asakir bernama Tarikh Dimasyq al-Kabir, Vol. 1, Ch. 2, Dhikr Ihtimam Abi Bakrra, p. 44. (تاریخ دمشق الکبیر جلد 1 جزء 2 صفحہ 44 ذکر اہتمام ابو بکر…الخ); ‘Allamah ‘Abdus Sattaar al-Hamdani dalam karyanya Mardaan-e-Arab – para Jawara Arab Ch. 1, pp. 108-109, 2013 (مردانِ عرب حصہ اول از علامہ عبد الستار ہمدانی صفحہ108-109 مطبوعہ2013ء).

[2] Al-Iktifa’ bima Tadhammanahu min Maghazi Rasulillah wa Ats-Tsalatsah Al-Khulafa’ (الاكتفاء، بما تضمنه من مغازي رسول الله والثلاثة الخلفاء) karya Abu Ar-Rabi’ Sulaiman bin Musa Al-Kala’i Al-Andalusi (لأبي الربيع سليمان بن موسى الكلاعي الأندلسي (565-634هـ)) bahasan (ذكر تقديم خالد بن الوليد الطلائع أمامه من البطاح), jilid 2 juz 1 halaman 110-114, Alamul Kutub, Beirut-Lebanon, 1997 (جلد2 جزء1صفحہ 110تا 114عالم الکتب بیروت 1997ء). Muhyiddin Muhammad ‘Ali Muhammad Ibnu ‘Arabi al-Hatimi (محيي الدين محمد علي محمد/ابن عربي الحاتمي) dalam karyanya Kitab Muhadarat al-abrar wa-musamarat al-akhyar fi l-adabiyyat wa-l-nawadir wa-l-akhbar (محاضرة الأبرار ومسامرة الأخيار في الأدبيات والنوادر والأخبار), bahasan mulainya perang ke Syam (ذكر بدء الغزو إلى الشام وما وقع في نفس أبي بكر الصديق رضي الله عنه من ذلك وما قوي عزمه عليه).

[3] Tarikhul Umam Wal Muluuk (تاريخ الأمم والملوك) atau Tarikh ar-Rusul wal Muluuk (تاريخ الرسل والملوك) karya Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari (محمد بن جرير الطبري أبو جعفر). juz ke-3, tahun ke-13, apa yang terjadi di tahun itu (الجزء الثالث  سنه ثلاث عشره  ذكر الخبر عما كان فيها من الاحداث)

[4] Ibnu Athir, Al-Kamil fi al-Tarikh, Vol. 2 [Beirut, Lebanon: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2006], p. 252 (الکامل فی التاریخ جلد 2 صفحہ 252 ثم دخلت سنۃ ثلاث عشرۃ، ذکر فتوح الشام، دارالکتب العلمیۃ بیروت 2006ء); Muhammad ibnu Jarir ath-Thabari, Tarikh ath-Thabari, Vol. 2 [Beirut, Lebanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2012], p. 332 (تاریخ الطبری جلد2 صفحہ 332 دارالکتب العلمیۃ بیروت 2012ء); Sayyid Fadl al-Rahman, Farhang-e-Sirat [Karachi, Pakistan: Zawwar Academy Publications, 2003], p. 78 (فرہنگ سیرت صفحہ78زوار اکیڈمی کراچی).

[5] Al-Iktifa’ bima Tadhammanahu min Maghazi Rasulillah wa Ats-Tsalatsah Al-Khulafa’ (الاكتفاء، بما تضمنه من مغازي رسول الله والثلاثة الخلفاء) karya Abu Ar-Rabi’ Sulaiman bin Musa Al-Kala’i Al-Andalusi (لأبي الربيع سليمان بن موسى الكلاعي الأندلسي (565-634هـ)) bahasan (ذكر تقديم خالد بن الوليد الطلائع أمامه من البطاح).

(ذكر بدء الغزو إلى الشام وما وقع في نفس أبي بكر الصديق رضي الله عنه من ذلك وما قوي عزمه عليه). Tarikh Dimasyq (كتاب تاريخ دمشق لابن عساكر) karya Ibnu Asakir (ابن عساكر، أبو القاسم) bahasan Damaskus dan Syam (عن دمشق والشام باب ذكر اهتمام أبي بكر الصديق بفتح الشام وحرصه عليه).

[6] Al-Iktifa’ bima Tadhammanahu min Maghazi Rasulillah wa Ats-Tsalatsah Al-Khulafa’ (الاكتفاء، بما تضمنه من مغازي رسول الله والثلاثة الخلفاء) karya Abu Ar-Rabi’ Sulaiman bin Musa Al-Kala’i Al-Andalusi (لأبي الربيع سليمان بن موسى الكلاعي الأندلسي (565-634هـ)) bahasan (ذكر تقديم خالد بن الوليد الطلائع أمامه من البطاح), jilid 2 juz 1 halaman 115-116, Alamul Kutub, Beirut-Lebanon, 1997 (جلد 2جزء 1 صفحہ 115-116عالم الکتب 1997ء). “The Fotooh al Sham”: being an account of the Moslim conquests in Syria: by Muḥammad b. ‘Abdallah al- Azdī al-Baṣrī. Tercantum juga dalam Jami’ul Ahadits (كتاب جامع الأحاديث) karya Imam as-Suyuthi (السيوطي) (مسند العشرة), (مسند أبى بكر الصديق).

[7] Doktor ‘Ali Muhammad Muhammad ash-Shalabi (عَلي محمد محمد الصَّلاَّبي) dalam karyanya Al-Insyirahu wa Raf’udh Dhayyiq fi Sirati Abi Bakr ash-Shiddiq syakhshiyatuhu wa ‘ashruhu (نام کتاب : الانشراحُ وَرَفعُ الضِّيق في سِيرة أبي بَكْر الصِّديق شخصيته وَعَصره نویسنده : الصلابي، علي محمد), penerbit Darut Tauzi’ wa Nasyr, Kairo-Mesir (دار التوزيع والنشر الإسلامية، القاهرة – مصر), tahun 1423 Hijriyyah atau 2002 (عام النشر: 1423 هـ – 2002 م), versi terjemahan Urdu dengan judul Sayyiduna Abu Bakr Siddiq (ra) Shakhsiyyat aur Karname – Translated [Khan Garh, Pakistan: Maktabat al-Furqan Trust], pp. 439 (سیدنا ابو بکر صدیقؓ شخصیت اور کارنامے از علی محمد الصلابی ،مترجم صفحہ439الفرقان ٹرسٹ خان گڑھ پاکستان).

[8] Ibn Athir, Al-Kamil fi al-Tarikh, Dhikr Musailimah wa Ahl al-Yamamah, Vol. 2 [Beirut, Lebanon: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2006], pp. 252-253. (کامل فی التاریخ جلد2 صفحہ252، 253 دار الکتب العلمیۃ بیروت); Ibn Kathir, Al-Bidayah  wa al-Nihayah, Vol. 4, Ch. 7 [Beirut, Lebanon: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2001], p. 4. (البدایہ والنھایہ جلد4 جزء7 صفحہ4 مطبوعہ دارالکتب العلمیۃ بیروت); Muhammad Ibn Jarir al-Tabari, Tarikh al-Tabari, Vol. 2 [Beirut, Lebanon: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2012], p. 332. (تاریخ الطبری جلد2 صفحہ332 دارالکتب العلمیۃ بیروت لبنان); Muhammad Husain Haikal, Hazrat Sayyiduna Abu Bakr Siddiq (ra) – Translated [Jhelum: Book Corner Showroom], pp. 340-341 (حضرت سیدنا ابوبکر صدیقؓ از محمد حسین ہیکل مترجم صفحہ340-341مطبوعہ بک کارنر شو روم جہلم).

[9] Tarikhul Umam Wal Muluuk (تاريخ الأمم والملوك) atau Tarikh ar-Rusul wal Muluuk (تاريخ الرسل والملوك) karya Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari (محمد بن جرير الطبري أبو جعفر), berita tentang apa yang terjadi pada tahun ke-13 (سنة ثلاث عشرة (ذكر الخبر عما كَانَ فِيهَا من الأحداث), bahasan (ذكر مرض ابى بكر ووفاته), jilid ke-2 halaman 333-334 terbitan Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut-Lebanon (ماخوذ از تاریخ الطبری جزء الثانی صفحہ 333-334دارالکتب العلمیۃ بیروت لبنان 2012ء); Muhammad Husain Haikal, Hazrat Sayyiduna Abu Bakr Siddiq (ra) – Translated [Jhelum: Book Corner Showroom], p. 341 (ماخوذ ازسیدنا ابوبکر صدیقؓ از ہیکل مترجم صفحہ 341); Sayyid Fadl al-Rahman, Farhang-e-Sirat [Karachi, Pakistan: Zawwar Academy Publications, 2003], 56, 269. (فرہنگ سیرت صفحہ 56و269زوار اکیڈمی کراچی).

[10] Doktor ‘Ali Muhammad Muhammad ash-Shalabi (عَلي محمد محمد الصَّلاَّبي) dalam karyanya Al-Insyirahu wa Raf’udh Dhayyiq fi Sirati Abi Bakr ash-Shiddiq syakhshiyatuhu wa ‘ashruhu (نام کتاب : الانشراحُ وَرَفعُ الضِّيق في سِيرة أبي بَكْر الصِّديق شخصيته وَعَصره نویسنده : الصلابي، علي محمد), penerbit Darut Tauzi’ wa Nasyr, Kairo-Mesir (دار التوزيع والنشر الإسلامية، القاهرة – مصر), tahun 1423 Hijriyyah atau 2002 (عام النشر: 1423 هـ – 2002 م), versi terjemahan Urdu dengan judul Sayyiduna Abu Bakr Siddiq (ra) Shakhsiyyat aur Karname – Translated [Khan Garh, Pakistan: Maktabat al-Furqan Trust], pp. 441 (سیدنا ابو بکر صدیقؓ شخصیت اور کارنامے از علی محمد الصلابی، مترجم صفحہ441الفرقان ٹرسٹ خان گڑھ پاکستان); Tarikhul Umam Wal Muluuk (تاريخ الأمم والملوك) atau Tarikh ar-Rusul wal Muluuk (تاريخ الرسل والملوك) karya Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari (محمد بن جرير الطبري أبو جعفر) jilid ke-2 halaman 333 terbitan Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut-Lebanon (تاریخ الطبری جلد2صفحہ333 دارالکتب العلمیۃ بیروت); ‘Ali Ibn al-Athir, Usd al-Ghabah fi Ma’rifat al-Sahabah, Vol. 3 [Beirut, Lebanon: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah], pp. 585-586. (اسد الغابہ جلد2 صفحہ585-586 دار الکتب العلمیۃ بیروت).

[11] Al-Iktifa’ bima Tadhammanahu min Maghazi Rasulillah wa Ats-Tsalatsah Al-Khulafa’ (الاكتفاء، بما تضمنه من مغازي رسول الله والثلاثة الخلفاء) karya Abu Ar-Rabi’ Sulaiman bin Musa Al-Kala’i Al-Andalusi (لأبي الربيع سليمان بن موسى الكلاعي الأندلسي (565-634هـ)) bahasan (ذكر تقديم خالد بن الوليد الطلائع أمامه من البطاح), jilid 2 juz 1 halaman 109-110, Alamul Kutub, Beirut-Lebanon, 1997 (جلد2 جزء1صفحہ 117-118عالم الکتب بیروت 1997ء). Tercantum juga dalam Muhammad ibnu Jarir ath-Thabari, Tarikh ath-Thabari, Vol. 2 [Beirut, Lebanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2012], p. 246 (ماخوذ از تاریخ طبری جلد دوم صفحہ 246 دار الکتب العلمیۃ بیروت)

[12] al-Kaamil fit Taarikh, Vol. 2,  h. 253-254, [Beirut, Lebanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2006] (ماخوذ از الکامل فی التاریخ جلد2 صفحہ253-254 دارالکتب العلمیة بیروت 2006ء)

[13] Al-Iktifa’ bima Tadhammanahu min Maghazi Rasulillah wa Ats-Tsalatsah Al-Khulafa’ (الاكتفاء، بما تضمنه من مغازي رسول الله والثلاثة الخلفاء) karya Abu Ar-Rabi’ Sulaiman bin Musa Al-Kala’i Al-Andalusi (لأبي الربيع سليمان بن موسى الكلاعي الأندلسي (565-634هـ)) bahasan (ذكر تقديم خالد بن الوليد الطلائع أمامه من البطاح).

(ذكر بدء الغزو إلى الشام وما وقع في نفس أبي بكر الصديق رضي الله عنه من ذلك وما قوي عزمه عليه), jilid 2, juz 1, hlmn 118-119 ‘Alamul Kutub, Beirut-Lebanon, 1997 (جلد2 جزء1صفحہ118-119عالم الکتب بیروت 1997ء).

[14] Usdul Ghabah, Vol. 2,  h. 619-620, [Beirut, Lebanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2005] (ماخوذاز اسد الغابہ فی معرفۃ الصحابہ جلد 2صفحہ 619-620،دارالکتب العلمیۃ بیروت)

[15] Muhammad al-Salabi, Sayyiduna Abu Bakr Siddiq (ra) Shakhsiyyat aur Karname  [Khan Garh, Pakistan: Al-Furqan Trust], pp. 446-447 (سیدنا ابو بکر صدیقؓ شخصیت اور کارنامے از علی محمد الصلابی، مترجم صفحہ446-447الفرقان ٹرسٹ خان گڑھ پاکستان); Al-Iktifa’ bima Tadhammanahu min Maghazi Rasulillah wa Ats-Tsalatsah Al-Khulafa’ (الاكتفاء، بما تضمنه من مغازي رسول الله والثلاثة الخلفاء) karya Abu Ar-Rabi’ Sulaiman bin Musa Al-Kala’i Al-Andalusi (لأبي الربيع سليمان بن موسى الكلاعي الأندلسي (565-634هـ)), jilid 2, juz 1, hlmn 120 ‘Alamul Kutub, Beirut-Lebanon, 1997 (جلد2 جزء1صفحہ120عالم الکتب بیروت 1997ء); Sayyid Fadl al-Rahman, Farhang-e-Sirat [Karachi, Pakistan: Zawwar Academy Publications, 2003], p. 58, 61 (فرہنگ سیرت صفحہ58، 61 زوار اکیڈمی کراچی).

(), (Al-Iktifa’ bima Tadmanuh min Maghazi Rasul Allah wa al-Thalathah al-Khulafa’, Vol. 2, pt.1, p. 120 [Beirut, Lebanon: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1997]), (Sayyid Fadl al-Rahman, Farhang-e-Sirat [Karachi, Pakistan: Zawwar Academy Publications, 2003], p. 58, 61.

[16] al-Ishabah fi Tamyizish Shahabah, Vol. 3,  h. 475, ‘Aamir bin ‘Abdullah, [Beirut, Lebanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2005] (الاصابۃ فی تمییز الصحابۃ جزء ثالث صفحہ 475، عامر بن عبد اللّٰہ، دارالکتب العلمیۃ بیروت لبنان، 2005ء); Usdul Ghabah fi Ma’rifatish Shahaabah, Vol. 3,  h. 126, ‘Aamir bin ‘Abdullah, [Beirut, Lebanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2008] (اسد الغابۃ فی معرفۃ الصحابہ جلد ثالث صفحہ 126، عامر بن عبد اللّٰہ، دارالکتب العلمیۃ 2008ء); Isti’aab, Vol. 2,  h. 343, ‘Aamir bin ‘Abdullah, [Beirut, Lebanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2002] (استیعاب جلد دوم صفحہ 343 دار الکتب العلمیۃ بیروت 2002ء)

[17] Muhammad ibnu Jarir ath-Thabari, Tarikh ath-Thabari, Vol. 2 [Beirut, Lebanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2012], p. 333 dan 341 (ماخوذ از تاریخ الطبری جلد2 صفحہ 341،333 دارالکتب العلمیۃ بیروت2012ء); (سیدنا ابوبکر صدیقؓ از صلابی صفحہ 447)

(Muhammad Ibn Jarir al-Tabari, Tarikh al-Tabari, Vol. 2 [Beirut, Lebanon: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2012], pp. 331,341.), (al-Salabi, Syedna Abu Bakr Siddiq, p. 447)

[18] Tarikh Dimasyq al-Kabir karya Ibnu Asakir, juz ke-52, dzikr Qais bin Hubairah al-Maksyuh, h. 337, Darul Ihya-it-Turatsil ‘Arabi, Beirut-Lebanon, 2001 (تاریخ دمشق الکبیر لابن عساکر الجزء52ذکر قیس بن ھبیرة المکشوح، صفحہ336۔337دار احیاءالتراث العربی بیروت 2001ء).

[19] Sumber referensi: Official Urdu transcript published in Al Fazl International, 9 September 2022, pp. 5-10. Translated by The Review of Religions. https://www.alfazl.com/2022/09/04/54907/; https://www.alislam.org/urdu/khutba/2022-08-19/ (website resmi Jemaat Ahmadiyah Internasional bahasa Inggris dan Urdu) dan www.Islamahmadiyya.net (website resmi Jemaat Ahmadiyah Internasional bahasa Arab).

Penerjemah: Mln. Mahmud Ahmad Wardi, Syahid (London-UK), Mln. Hasyim dan Mln. Fazli Umar Faruq. Editor: Dildaar Ahmad Dartono.

Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.