PIDATO JALSA SALANAH UK 2021 Oleh: Mln. Rafiq Ahmad Hayat (Amir Jemaat Ahmadiyah UK)
Kita mendapati bahwa semua agama mempunyai nubuatan-nubuatan mengenai kedatangan Al-Masih di akhir zaman; baik itu umat Hindu, Kristen, Yahudi, Zoroaster, Sikh, Budha ataupun umat Islam.
Dengan adanya keyakinan ini di dalam pikiran kita, ada pertanyaan yang tersisa, yaitu apabila kedatangan para utusan Tuhan di masa yang akan datang telah terhenti, maka bagaimana bisa semua orang setuju pada satu fakta yang menyatakan bahwa sosok yang dijanjikan kedatangannya di akhir zaman masih belum muncul.
Umat Muslim telah diberikan karunia berupa Al-Qur’an – sebuah petunjuk dari Allah Ta’ala – di dalam surah nomor 62 ayat 3-4 Allah Ta’ala telah memberikan kepada kita kabar suka mengenai kedatangan Almasih yang Dijanjikan yaitu:
“Dialah Yang telah membangkitkan di tengah-tengah bangsa yang ummi seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka tanda-tanda-Nya dan mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah, walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dan Dia akan membangkitkannya juga pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Mahabijaksana.”
Almasih yang dijanjikan tersebut adalah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as; beliau lahir pada tahun 1835 di Qadian, sebuah kampung kecil yang terletak di Distrik Punjab, India. Beliau lahir dari keluarga yang terhormat dan saudagar tanah di Qadian. Dikarenakan beliau berasal dari kalangan keluarga yang mampu, maka beberapa guru pribadi pun dipekerjakan untuk menjamin pendidikan beliau. Mereka mengajarkan beliau kitab suci Al-Qur’an dan memberikan beliau pelajaran dasar bahasa Arab, bahasa Farsi, ilmu logika (mantiq), ilmu filosofi dan ilmu tata bahasa (gramatikal).
Meski demikian, ilmu dan kebijaksanaan beliau telah disiapkan untuk tersebar ke empat penjuru bumi ini.
Jihad Pena
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as. bersabda bahwa saat ini yang dibutuhkan adalah penggunaan pena (tulisan) dan bukan penggunaan pedang (paksaan). Inilah masa yang tepat untuk menggunakan keahlian menulis beliau di dalam arena ilmu pengetahuan dan untuk menampilkan keajaiban dari kekuatan spiritual agama Islam.
Beliau menjelaskan betapa tidak mungkinnya untuk melakukan hal tersebut jika tanpa ada karunia dari Allah Ta’ala, Dia menginginkan agama-Nya dibela/dilindungi oleh Almasih yang Dijanjikan.
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as telah menerbitkan 91 buah buku sepanjang masa hidup beliau dalam bahasa Urdu, bahasa Arab dan bahasa Farsi, beliau juga telah mencetuskan pencetakan majalah “the Review of Religions” dan majalah “Al-Hakam. Karya agung beliau adalah buku “Barahin Ahmadiyya”. Rangkaian buku-buku tersebut menguraikan secara terperinci perihal permulaan agung kitab suci Al-Qur’an dan kebenaran Hadhrat Rasulullah – Muhammad – Saw.
Hadhrat Masih Mau’ud as. terdorong karena rasa cinta beliau kepada Nabi Muhammad Saw. Hadhrat Masih Mau’ud as. senantiasa selalu menganjurkan kepada pengikut-pengikut beliau untuk mengirimkan shalawat dan salam kepada Rasulullah saw.
Beliau senantiasa menggunakan kebanyakan hari-hari beliau untuk mengirimkan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw demikian banyaknya sehingga beliau mendapatkan pengalaman berupa mimpi berikut ini:
“Aku mengingat bahwa pada suatu malam aku demikian larut dalam membaca shalawat untuk Hadhrat Rasulullah saw. sehingga hati dan jiwaku menjadi wangi saat itu. Pada malam yang sama aku melihat di dalam mimpi bahwa ada beberapa orang datang ke rumahku membawa kantung air (dari kulit) yang berisi cahaya suci berbentuk air, lalu salah satu dari mereka mengatakan: ‘ini adalah karunia-karunia yang telah engkau kirimkan kepada Muhammad (Saw)”
Aliran wahyu-wahyu dan kasyaf-kasyaf berlanjut, mengumpulkan momentum, sampai pada tahun 1882 beliau menerima sebuah wahyu yang menampilkan rencana Allah bahwa beliau – Mirza Ghulam Ahmad (as) – adalah orang yang terpilih, sosok yang diutus oleh Allah Ta’ala untuk mengkhidmati kehendak-Nya.
“Wahai Ahmad, Tuhan telah memberkati engkau…”
“Katakanlah, aku diperintahkan untuk memberikan petunjuk kepada dunia ke arah jalan kebenaran dan aku adalah orang pertama yang beriman….”
“Bantuan akan datang kepada engkau dari orang-orang yang hati mereka telah Allah siapkan melalui wahyu”
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as telah menetapkan beberapa tujuan ketika beliau mendirikan Jemaat Muslim Ahmadiyah, beliau bersabda:
“Misi yang untuk itu aku telah diutus adalah untuk menghilangkan jarak yang berkembang dalam hubungan antara Tuhan dan makhluk-Nya. Dan untuk mengganti hal tersebut sekali lagi dengan hubungan penuh cinta dan ketulusan serta dengan membiarkan kebenaran tersebut untuk muncul dengan sendirinya […] dan untuk menghentikan perang serta perpecahan agama, dan dengan demikian meletakkan pondasi bagi perdamaian.”
‘Matahari Islam’ Terbit dari Barat
Ilmu filosofi dan sains dari Barat meskipun mengalami kemajuan pesat dan inovatif, tetap tidak bisa memuaskan dahaga rohani dari bangsa-bangsa Barat. Yang mulia Rasulullah saw. telah menubuatkan bahwa salah satu tanda dari akhir zaman adalah matahari akan terbit dari barat. Salah satu penafsiran yang dijelaskan oleh Hadhrat Masih Mau’ud as. adalah matahari rohani agama Islam akan terbit dari barat, yang artinya bangsa-bangsa Barat akan menerima agama Islam. Bangsa-bangsa Timur yang telah mewarisi agama ini, seiring berjalannya waktu telah melupakannya dan mereka tidak bersyukur atas karunia tersebut secara sepenuhnya, namun orang-orang dari bangsa Barat sangat haus akan petunjuk yang seperti ini.
Hadhrat Masih Mau’ud as. menjelaskan sebuah nubuatan dari Rasulullah saw., beliau menulis:
“Aku melihat diriku berdiri di sebuah mimbar di London sedang menjelaskan kebenaran agama Islam melalui dalil-dalil yang sangat bagus dengan menggunakan bahasa Inggris. Setelah itu aku menangkap banyak sekali burung-burung yang sedang duduk di atas pohon-pohon kecil. Warnanya adalah putih, dan tubuh mereka seperti tubuh ayam hutan. Oleh karena itu, aku menafsirkan hal ini berarti bahwa meskipun bukan diriku, namun tulisanku akan tersebar di antara orang-orang tersebut dan banyak orang-orang Inggris yang suci akan menjadi mangsa bagi kebenaran.[…] Saat ini Allah Ta’ala ingin melingkupi orang-orang ini dengan kasih sayang Ilahi-Nya.”38
Hal ini telah kita saksikan sedang tergenapi di hadapan mata kita sendiri, kehadiran Khilafah di UK, perkembangan dan perluasan Jemaat di seluruh dunia Barat, semua janji-janji agung yang telah disampaikan oleh Allah Ta’ala mengumpulkan momentum sebagaimana kita berkembang di masa yang akan datang.
Untuk memahami bagaimana agama Islam telah tersebar di sepanjang negara-negara Barat, kita harus melihat sejenak kepada sejarah; pada masa Hadhat Masih Mau’ud as. kerajaan British secara dominan menguasai anak benua India. Sangat jelas dari ceramah-ceramah dan pertemuan-pertemuan mereka bahwa perubahan agama seluruh penduduk India ke dalam agama Kristen adalah target utama mereka, karena mereka berpikir bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk memastikan kesetiaan para penduduknya dan untuk memberikan kekuatan tambahan kepada kerajaan.
Sir Charles Wood, seorang menteri negara untuk India menyatakan bahwa penerimaan keyakinan agama Kristen adalah “Ikatan persatuan dengan Ingris dan sebuah sumber kekuatan tambahan bagi kerajaan.”
Ini adalah masa ketika para pendeta/misionaris Kristen membual mengenai keunggulan keyakinan mereka dan memprediksi bahwa seluruh dunia akan masuk ke dalam agama Kristen.
Charles Henry Robinson di dalam “History of the Christian Missions”-nya, setelah mengutip laporan sensus terbaru India telah menyatakan bahwa sejumlah besar dari masuknya orang ke dalam agama Kristen datang dari daerah Punjab, Robinson menulis:
“Apabila peningkatan yang telah terjadi selama 30 tahun terakhir ini tetap dipertahankan, maka dalam waktu 50 tahun umat Kristen akan berjumlah 1 per 21 dari seluruh populasi, dalam waktu 100 tahun umat Kristen akan berjumlah 1 per 5, dan dalam waktu 160 tahun maka seluruh populasi India akan menjadi Kristiani.”
Upaya penuh semangat dari misi Kristen tersebut menyebabkan keadaan populasi umat Islam dalam keadaan yang mengerikan dan rentan untuk diserang. Keputus-asaan mereka hanyalah menggambarkan keruntuhan moral dan rohani mereka sebagaimana yang telah dinubuatkan oleh Rasulullah saw. Seorang penyair dan penulis bahasa Urdu dari abad ke-19 bernama Altaf Hussain Hali menggambarkan nubuatan tersebut di dalam sebuah bait syairnya:
“Yang tersisa bukanlah agama atau Islam, Yang tersisa hanyalah nama Islam saja.”39
Upaya Hazrat Mirza Ghulam Ahmad Membela Islam
Pada masa-masa sulit inilah Hadhrat Masih Mau’ud as. mulai untuk membela Islam. Interaksi antara Hadhrat Masih Mau’ud as. dan para misionaris Barat dimulai di British India sejak mula sekali, yaitu tahun 1860, ketika beliau memenuhi sebuah perjanjian di bawah perintah ayahanda beliau di Sialkot.
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as dikenal sebagai seorang ulama agama Islam yang terpelajar dan beliau sering ikut serta dalam perdebatan dan dialog umum bersama dengan para misionaris Kristen, Hindu, kaum Revivalist (kaum penyampai gospel Kristen, misalnya Evangelist), dan juga sebagian ulama agama Islam dengan tujuan untuk membela dan mempertahankan ajaran sejati agama Islam.
Mubahalah dengan Dr. Alexander Dowie
Salah satu yang paling dikenang adalah duel doa (mubahalah) antara Hadhrat Masih Mau’ud as. dengan Dr. Alexander Dowie, setelah Dr. Dowie membuat pernyataan sebagai Elia III. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as menyatakan dalam “American Journal” bahwa:
“Jika orang yang berpura-pura sebagai Elia tersebut menyatakan kesediaannya baik melalui sarana langsung maupun tidak langsung untuk masuk ke dalam daftar yang menentangku, maka ia akan meninggaklan dunia ini di hadapan mataku dengan kesedihan dan siksaan yang luar biasa. Dua tanda ini adalah untuk kaum Eropa dan Amerika.”
Kematian tragis Dr. Dowie karena kelumpuhan akut pada tahun 1907 ini membuktikan bahwa tak diragukan lagi tangan Ilahi telah ikut campur untuk mendukung Hadhrat Masih Mau’ud as. dan Islam.
Pada tahun 1869 Hudhur as menghadiri sebuah diskusi publik dengan Maulvi Muhammad Hussain Batalwi, seorang pemimpin dari golongan Ahli Hadits.
Ketika Hudhur as bertanya mengenai keyakinan Tuan Batalvi terhadap beberapa poin tertentu ilmu agama, beliau mendapati bahwa jawaban yang diberikan itu sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam. Jadi beliau menolak untuk berdebat dengannya lebih lanjut.
Orang yang telah membawa Hadhrat Masih Mau’ud as. untuk diskusi tersebut menjadi sangat marah dan menunjukkan kekagetaannya karena beliau telah mengecewakannya. Namun bagaimanapun juga beliau tetap sama, bersabda: “Apapun yang aku lakukan adalah semata-mata untuk mencari keridlaan Allah Ta’ala. Aku tidak peduli apabila ada orang yang mengecam itu.” Allah Ta’ala demikian bahagianya sehingga sebuah nubuatan diwahyukan kepada beliau, yaitu:
“Allah Ta’ala ridha kepada sikap engkau, Dia akan mencurahkan karunia-Nya kepada engkau sedemikian banyaknya sampai-sampai para raja akan mencari berkat dari pakaian engkau.”40
Di dalam buku Barahin Ahmadiyah jilid ketiga, Hadhrat Masih Mau’ud as. menampilkan diri beliau sendiri sebagai standar untuk menentukan kebenaran sebuah agama yang hidup (Islam) dengan cara meminta orang-orang yang mencari kebenaran untuk tinggal di Qadian guna menyaksikan secara langsung tanda kebenaran agama Islam. Ini adalah pertama kalinya ada seseorang yang menyuguhkan standar alternatif untuk menentukan kebenaran suatu agama. Sampai saat itu, fokus dari semua keyakinan terletak pada argumen pemikiran yang rasional dan
cerita saja.
Pengumuman Sebagai Mujaddid
Pada tahun 1885, Hadhrat Masih Mau’ud as. mengumumkan bahwa beliau adalah Mujaddid yang dijanjikan untuk abad ke-14. Pengumuman ini dipublikasikan dalam bahasa Urdu dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. 8000 eksemplar telah dikirimkan sebagai surat yang teregistrasi kepada para pemimpin agama, petugas pemerintaham, para cendekiawan, para hakim dan teoretikus (ahli teori) di Asia, Eropa dan Amerika serta kemanapun surat tersebut bisa dikirim melalui pos. Pengumuman tersebut mengundang perwakilan-perwakilan dari berbagai agama atau tokoh-tokoh masyarakat penting lainnya untuk datang dan menyaksikan sendiri kebenaran agama Islam di Qadian. Jikalau tidak ada satupun tanda yang diperlihatkan kepadanya dalam kurun waktu satu tahun, sejumlah uang senilai 200 rupis akan diberikan kepada individu tersebut setiap bulannya sebagai kompensasinya.41
Pada tahun 1891, sekitar 20.000 selebaran mengenai kebenaran agama Islam dalam bahasa Inggris dan Urdu telah dicetak dan dikirimkan ke Eropa dan Amerika. Sebagaimana para misionaris Kristen telah datang dari timur, Allah Ta’ala telah berkehendak bahwa pesan dari agama Islam juga harus disampaikan di Barat melalui Hadhrat Masih Mau’ud as. Karena itu, ini membuktikan firman Allah dalam Al-Qur’an:
“Mereka membuat rencana, dan Allah pun membuat rencana; dan Allah Ta’ala adalah sebaik-baik Perencana.”42
Konferensi Agama-Agama Besar
Pada bulan Desember tahun 1896 telah diselenggarakan sebuah konferensi agama-agama besar di kota Lahore. Konferensi/pertemuan tersebut telah diselenggarakan oleh para pemimpin dari golongan Sanatan Dharm. Hadhrat Masih Mau’ud as. telah membuat pengumuman sebelum pertemuan tersebut yang telah dipublikasikan secara luas dengan nama “Grand Piece of News for Seekers After Truth (sebuah kabar agung bagi orang-orang yang mencari kebenaran)”. Beliau menjelaskan bahwa naskah yang telah beliau tulis untuk pertemuan tersebut “bukanlah hasil dari
usaha seorang manusia biasa, melainkan ini adalah sebuah tanda dari tanda-tanda Ilahi, ini ditulis dengan dukungan dan bantuan khusus dari-Nya.” … “Allah, yang Maha Mengetahui, telah menyingkapkan kepadaku bahwa naskahku tersebut akan dinyatakan unggul di atas semua naskah-naskah lainnya.” … “Aku telah menerima wahyu (bahasa Arab) Tuhan bersama dirimu, dan Tuhan berdiri dimana engkau berdiri.”
Naskah tersebut selanjutnya dicetak dengan judul “Filsafat Ajaran Islam”. Sejak pertemuan itu, naskah tersebut telah mendapatkan pengakuan secara Internasional dan jutaan orang telah mendapatkan ilmu pengetahuan dan hikmah dari buku tersebut.
Kemudian Hadhrat Masih Mau’ud as. mulai bertemu dengan beragam cedekiawan dan kaum intelektual pada masa itu, semuanya tergugah karena pernyataan dan ajaran-ajaran beliau. Dr. H.D. Griswold menulis dua artikel, yaitu “Mirza Ghulam Ahmad the Mahdi Messiah of Qadian (Mirza Ghulam Ahmad, Imam Mahdi dan Al-Masih dari Qadian)” dan juga “The Messiah of Qadian (Al-Masih dari Qadian)” setelah berjumpa dengan Hadhrat Masih Mau’ud as., meskipun
cukup kontroversial namun ini cukup mengenalkan pendakwaan Hadhrat Masih Mau’ud as. di “the Institute of Philosophy” di Great Britain (Inggris Raya) pada tahun 1905.
Ini membuka sebuah dialog yang cukup besar mengenai agama Islam dan rasa keingintahuan yang lebih besar di sekitar seseorang yang tak bisa diacuhkan lagi telah menginspirasi debat-debat tersebut. Sampai sejauh masa itu, Qadian adalah sebuah kampung terpencil dan tak diketahui, di provinsi Punjab, India.
Nubuatan Orang-orang Akan Berdatangan Mencari Tahu
Pada saat itu, akses menuju Qadian sangat sulit dan hanya bisa ditempuh melalui sarana binatang bagal dan juga kuda. Faktanya, orang-orang lebih memilih untuk berjalan kaki menuju Qadian karena jalanan-jalanannya yang tidak rata.
Pada masa seperti inilah Allah Ta’ala telah menginformasikan kepada Hadhrat Masih Mau’ud as. melalui sebuah wahyu, bahwa “Ia dengan segera akan dibuat terkenal di antara orang-orang”, Hadhrat Masih Mau’ud as. juga diberitahu bahwa “Banyak orang akan datang kepada engkau, sampai jalanan yang mereka lalui tersebut akan menjadi dalam”. Banyak orang-orang telah datang dari daerah di India menuju ke Qadian dan akhirnya menerima Hadhrat Masih Mau’ud as.
Ada juga orang-orang lain yang mengadakan perjalanan jauh atau mereka berasal dari negeri yang jauh di Eropa dan Amerika, mereka juga datang ke Qadian untuk menemui Hadhrat Masih Mau’ud as. Sebagian datang untuk mencari kebenaran, lalu mereka mendapatkan karunia dan akhirnya menerima kebenaran Imam Zaman. Beberapa lainnya datang disebabkan keingintahuan mereka dan juga dengan tujuan untuk penelitian.
Pada bulan April 1908, sepasang orang Amerika yaitu Tuan George Turner dan Nyonya Bardon menemui Hadhrat Masih Mau’ud as. di Qadian. Salah satu dari banyak pertanyaan yang mereka ajukan adalah “Bukti apa yang anda miliki bagi kebenaran pendakwaan anda?”
Hadhrat Masih Mau’ud as. menjawab: “Kedatangan kalian kesini ini pun adalah sebuah tanda bagi kami, karena jika kalian telah mengetahuinya maka mungkin kalian akan menahan diri untuk datang kemari. Kalian datang menempuh perjalanan yang demikian jauh ke sebuah kampung kecil ini pun terkandung di dalam sebuah nubuatan dan ini adalah salah satu tanda dan bukti dari kebenaran tersebut.”
Di antara para pemuka agama, para pemimpin negara, para cendekiawan, para hakim dan para ahli teori di Asia, Eropa dan Amerika, seseorang yang telah mendapatkan pengumuman dari pendakwaan Hadhrat Masih Mau’ud as. adalah Tuan Alexander Russel Webb yang baiat ke dalam agama Islam pada tahun 1888.
Ia menemukan undangan/pengumuman tersebut ketika ia sedang mempelajari ilmu filosofi pada saat itu. Ia memulai korespondensi dengan Hadhrat Masih Mau’ud as. setelah menemukan undangan beliau di dalam surat kabar “The Scotsman.”
Webb mengunjungi India pada tahun 1892, ia telah demikian dekat sampai tiba di Lahore sebelum ia diminta supaya tidak pergi mengunjungi Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as karena pendakwaan terbaru beliau sebagai Al-Masih. Maulvi Hassan Ali dan Abdullah Arab, orang-orang yang menenami dan membiayai perjalanan Webb di India, keduanya memberikan nasehat bahwa tidaklah bijaksana bagi mereka untuk pergi menemui Hadhrat Masih Mau’ud as. di Qadian ketika donasi umat Islam dibutuhkan untuk tugas penyebaran agama Islam di Amerika.
Webb selanjutnya sangat menyesali keputusan ini ketika misi agama Islam di Amerika berakhir dengan kegagalan. Ia melanjutkan korespondensi (surat-menyurat) dengan Hadhrat Masih Mau’ud as. dan para sahabat seperti Hadhrat Mufti Muhammad Sadiq ra, dan ia juga meminta doa. Ia juga mengirimkan kontak-kontak dari beberapa orang muslim lainnya yang tertarik kepada agama Islam kepada Hadhrat Mufti Muhammad Sadiq ra. Dua orang yang sebelumnya menghalangi Webb dari mengunjungi Hadhrat Masih Mau’ud as. itu sendiri pada akhirnya menjadi sahabat-sahabat Hadhrat Masih Mau’ud as.
Menerbitkan Majalah ‘the Review of Religions’
Majalah “the Review of Religions” juga telah dimulai oleh Hadhrat Masih Mau’ud as. dengan tujuan untuk menablighkan agama Islam di negara Barat. Ada banyak surat dan ulasan dari seluruh dunia yang telah diterima di Qadian mengenai kontennya. Seorang perempuan dari Manchester, London, telah menulis kepada Hadhrat Masih Mau’ud as. pada tanggal 25 Mei 1905:
“Saya selalu meragukan bagaimana sebuah agama yang benar bisa disebarkan melalui pedang. Tidak adak keraguan bahwa hal ini diizinkan hanya untuk tujuan pertahanan diri. Saya sangat senang mengetahui bahwa anda hidup di bawah pemerintahan Inggris dimana anda memiliki hak atas kebebasan berpikir dan berekspresi … Saya juga telah membaca mengenai sebuah nubuatan yang telah anda buat sejak 25 tahun yang lalu. Saya sangat senang membaca
ajaran-ajaran suci yang tertera di dalam “the Review of Religions” dan saya berharap anda bisa mendapatkan keberhasilan dalam tugas anda menyebarkan kebenaran ini.”
Meskipun Hadhrat Masih Mau’ud as. memiliki banyak pengagum/pendukung, namun beliau juga menghadapi penentangan yang luar biasa: salah satu yang paling terkemuka adalah Maulvi Ghulam Nabi. Ia adalah ulama yang sangat berpengaruh dan memiliki pengikut umat muslim yang fanatik yang ia buat gembira melalui ilmu kesarjanaannya dalam bidang ilmu Al-Qur’an dan hadits. Pada masa ketika Hadhrat Masih Mau’ud as. tinggal di Ludhiana inilah, Maulvi Ghulam Nabi biasa datang dengan membawa sekumpulan orang bersamanya untuk menyerang di luar kediaman Hadhrat Masih Mau’ud as. dengan mengucapkan ucapan-ucapan yang buruk mengenai beliau.
Suatu hari ada peristiwa terjadi dimana saat itu Hadhrat Masih Mau’ud as. sedang berjalan meunju kediaman beliau, Munshi Ghulam Nabi melihat sekilas wajah beliau dan hal ini menguasai dirinya sepenuhnya. Sebelum peristiwa ini terjadi, ia sedang sibuk menyampaikan pidato-pidato yang biasa ia sampaikan. Setelah melihat wajah Hadhrat Masih Mau’ud as. yang berseri-seri tersebut, ia bergegas menuju beliau lalu menghampiri, Maulvi Sahib mengucapkan salam kembali, menggenggam tangan beliau dan menyertai beliau masuk ke dalam. Sekalinya berada di dalam, Maulvi Sahib tidak hanya duduk di dekat Hadhrat Masih Mau’ud as., bahkan ia juga mulai menyatakan betapa cinta dan kagumnya ia terhadap diri beliau
Sebagai seorang ulama, ia tentu saja mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting berkaitan dengan pendakwaan Hadhrat Masih Mau’ud as., mengenai wafatnya nabi Isa as dan juga mengenai pengutusan diri beliau. Hadhrat Masih Mau’ud as. menjawabnya dengan mengutip beberapa referensi dari Al-Qur’an, yang direspon oleh Maulvi Sahib sebagai berikut: “Sungguh, Al-Qur’an adalah bersama anda”. Hadhrat Masih Mau’ud as. kemudian menjawab bahwa apabila Al-Qur’an berada di pihak beliau, maka Maulvi Sahib berada di pihak siapa? Atas pertanyaan ini ia dengan
segera menjawab bahwa ia pun berada di pihak Hadhrat Masih Mau’ud as., dan saat itu ia menyatakan keinginannya untuk melakukan baiat. Sejak dari saat itu, Hadhrat Maulvi Ghulam Nabi ra telah tenggelam sepenuhnya dalam kecintaan kepada Hadhrat Masih Mau’ud as., berkunjung ke Qadian sesering mungkin, dan berharap tidak pernah pergi dari sisi beliau.
Hadhrat Masih Mau’ud as. tidak hanya berhasil menyebarkan pesan kebenaran agama Islam melalui sabda beliau yang tertulis, namun juga melalui keajaiban-keajaiban agung dan teladan kebajikan beliau, peristiwa-peristiwa ini juga telah memberikan kesaksian atas kebenaran pendakawaan beliau dan penyerahan diri beliau kepada kehendak Allah Ta’ala.
Diriwayatkan dengan baik sekali bahwa ada seorang pemuda bernama Abdul Karim datang ke Qadian dari Haiderabad. Seekor anjing gila tiba-tiba menggigitnya. Segala macam bentuk pengobatan lokal telah dicoba untuk mengobatinya namun semuanya sia-sia. Pada akhirnya ia dikirim ke sebuah rumah sakit terkenal di daerah Kasuli. Sekembalinya dari rumah sakit, muncul gejala-gejala dari penyakitnya tersebut dan mulai berkembang, seorang doktor telah diberikan
informasi terkait ini melalui telegrap untuk meminta nasehat (tentang bagaimana mengatasinya). Respon yang diterima olehnya adalah berikut:
“Mohon maaf, tidak ada yang bisa dilakukan untuk Abdul Karim.”
Mengenai hal ini, Hadhrat Masih Mau’ud as. dengan penuh rasa empati bersabda:
“Mereka tidak mempunyai obat, namun Allah Ta’ala memiliki obat.”
Oleh karena itu, Hadhrat Masih Mau’ud as. berdoa dengan penuh ketulusan untuk pemuda tersebut, dan dengan karunia serta rahmat Allah Ta’ala ia berhasil pulih secara luar biasa bahkan hidup dengan kesehatan yang sempurna, Alhamdulillah.
Keajaiban-keajaiban semacam ini terus berlangsung sepanjang hidup Hadhrat Masih Mau’ud as. dan bahkan jauh setelah itu. Semua hal ini merupakan kesaksian-kesaksian bagi kebenaran dan gairat beliau dalam membawa orang-orang kembali menuju cahaya petunjuk Allah Ta’ala melalui pesan agama Islam.
Peristiwa menggugah iman yang serupa pun telah terjadi di Afrika Barat, Benin, beberapa tahun yang lalu. Pada saat itu istri dari seorang raja di Benin sedang mengalami sakit parah. Ia tidak memiliki kekurangan apapun dari segi sumber finansial, segala macam bentuk perawatan dan pengobatan yang mampu untuk dilakukan pun telah dicoba semuanya, namun keadaannya terus saja memburuk setiap saat.
Pada saat itu situasinya seakan-akan ia sedang menghela beberapa nafas terakhirnya dan kapanpun bisa saja ia berhenti bernafas. Dalam keadaan putus asa dan penuh kekhawatiran tersebut, ia (raja) duduk di dekat ranjang istrinya dengan penuh kesedihan, dan secara tiba-tiba ia kebetulan melihat kepada sebuah bingkai yang di dalamnya terdapat sebuah bagian dari pakaian Hadhrat Masih Mau’ud as. Hal ini mengingatkannya kepada sebuah wahyu Hadhrat Masih Mau’ud as. yang berbunyi “Para raja akan mencari berkat dari pakaian engkau.”
Raja yang merupakan Ahmadi tersebut memiliki keyakinan penuh terhadap nubuatan Ilahi tersebut, lalu ia mengambil bingkai tersebut dan meletakkannya di atas dada istrinya. Kemudian ia sendiri meletakkan sebuah sejadah di hadapannya dan bersujud di hadapan Allah Ta’ala.
Tuhan yang Maha Hidup mendengar doa dari orang yang sedang menderita dan setelah raja tersebut menyempurnakan doanya itu kemudian ia melihat ke atas, istrinya mengatakan bahwa “dengan karunia dan berkat Allah Ta’ala sekarang aku merasa benar-benar baik-baik saja.” Inilah contoh dari wujud Tuhan Yang Maha Hidup dan penzahiran-Nya yang ditampilkan oleh agama Islam.
Peristiwa-peristiwa ini hanyalah batu loncatan permulaan yang telah ditegakkan oleh Hadhrat Masih Mau’ud as. untuk kebangkitan sejati agama Islam. Saya berharap bisa menyampaikan banyak peristiwa lainnya, namun karena terbatasnya waktu sehingga saya tidak bisa melakukannya. Ketika Hadhrat Masih Mau’ud as. memulai jihad dengan menggunakan pena untuk membela Islam dan kemuliaan Rasulullah saw., beliau tidak melepaskan senjata pena ini
hingga beliau melakukan kerja keras ini mencapai puncaknya. Beliau mengamalkan jihad ini dengan dedikasi yang benar-benar membawa sepenuhnya gairat beliau tersebut menuju cahaya untuk mengkhidmati agama Islam.
Zaman Penyempurnaan Tersebarnya Petunjuk Nabi Muhammad (saw)
Ketika berbicara mengenai Hadhrat Masih Mau’ud as., Pemimpin seluruh dunia bagi Jemaat Muslim Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad (aba) bersabda bahwa Hadhrat Masih Mau’ud as. telah menyatakan bahwa zaman ini adalah masa bagi penyempurnaan tersebarnya petunjuk sempurna Nabi Muhammad Saw.
Hudhur (aba) selanjutnya bersabda bahwa Hadhrat Masih Mau’ud as. memanfaatkan media percetakan untuk mempublikasikan buku-buku dan artikel-artikel yang dimuat di koran-koran untuk menyebarkan pesan dari ajaran-ajaran kedamaian sejati dari agama Islam, tidak hanya ke seluruh bagian negeri India saja melainkan ke seluruh dunia juga.
Dalam buku beliau yang berjudul “A Message of Our Time”, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad (aba) bersabda:
“Pesan dari Hadhrat Masih Mau’ud as. adalah pesan yang harus diulang lagi dan lagi.
Pertama, beliau diutus untuk membawa manusia kembali kepada Pencipta mereka dan untuk menarik perhatian orang-orang terhadap pemenuhan hak-hak Allah Ta’ala. Kedua, beliau datang untuk mengajak umat manusia untuk menghormati dan menghargai nilai kemanusiaan dan untuk memenuhi hak-hak satu sama lain.”
Saya akan mengakhiri pidato ini dengan sabda dari Hadhrat Masih Mau’ud as.:
“Wahai Tuhan Yang Maha Pengasih! Tugas pertablighan yang untuk itu Engkau telah menunjuk diriku dan pengkhidmatan yang telah Engkau ciptakan gejolak di dalam hatiku – penuhilah itu dengan kasih sayang dan berkat Engkau. Sempurnakanlah setiap dalil melalui tangan-tangan hamba yang lemah ini kepada siapapun yang tidak mengetahui keindahan-keindahan agama Islam sampai hari ini.”
Semoga Allah Ta’ala memberi kita taufik untuk terus membawa gairat ini dan mengabdi untuk menyebarkan ajaran sejati Islam, tidak hanya melalui upaya kita dalam pertablighan namun juga melalui shalat/doa-doa dan amal perbuatan kita sehari-hari. Aamiin.
Penerjemah: Mln. Chalid Mahmud Ahmad, Shd
Catatan kaki:
38 Izalah Auham, Ruhani Khazain, Vol. 3, Hal. 376-377
39 Musaddas The Flow and Ebb of Islam, karya Hali, diterjemahkan oleh Christopher Shackle dan Javed Majeed, hal.
142-143
40 Bahtera Nuh, Ruhani Khazain vol. 19, hal. 21-22
41 Majmua Ishtiharat Vol 1 Hal.20-22/Ruhani Khazaen Vol 6 Shahada-tul-Quran.
42 Q.S. Ali Imran: 55
Comments (1)