Syair Pujian Bagi Tuhan Semesta Alam

Pujian bagi Tuhan semesta alam (Syair)

Oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad


Betapa cemerlang Nur dari sumber segala Nur
Laiknya alam menjadi cermin
Agar mata mampu mengindera refleksi-Nya.

Saat memandang bulan kemarin malam
Hatiku dikempa kerinduan
Teringat sekelumit keindahan Tuhan-ku yang tercinta.

Keindahan-Nya yang Maha Abadi
Telah membakar nyala hati kami
Tak  perlu  kalian  ungkapkan  keindahan  bangsa  Turki atau Tartar.

Wahai yang Tercinta! Betapa ajaib dan cantiknya
Tampilan keagungan-Mu di seluruh alam
Kemana  pun  kami  berpaling,  adalah  jalan  menuju Engkau.

Nur-Mu menyala cemerlang, tercermin
Dalam sumber cahaya cemerlang Sang surya,
Di setiap bintang berkilauan kecantikan-Mu yang merona.

Dengan Tangan-Mu sendiri telah Engkau percikkan Garam  di  atas  kalbu  yang menimbulkan keresahan cinta
Di antara mereka yang mencintai-Mu.

Engkau  mengisi  setiap  zarah  dengan  sifat-sifat  luar biasa
Siapa akan mampu mengurai rahasia-Mu yang tanpa batas?

Tak ada seorang pun mampu menduga
Luas kekuasaan-Mu nan tanpa batas
Tiada pula ‘kan mampu mengurai
Buhul misteri yang pelik ini.

Terkait:   Bagaimana Berdiskusi dengan Ateis, Berikut 7 Prinsipnya

Adalah Keindahan-Mu yang menyiratkan
Daya tarik pada setiap wajah yang cantik,
Begitu pula rona dan warna kebun dan bunga
Hanyalah cerminan Kecantikan-Mu semata.

Wajah cantik yang penuh kecintaan
S’lalu mengingatkan Engkau kepada kami,
S’tiap untaian rambut mengarah kepada-Mu.

Bagi setiap mukminin dan kafir, Wujud-Mu semata
seharusnya nyata,
Wahai sayangnya, mereka yang buta, mata  mereka tertutup ribuan tabir.
Wahai Kekasih-ku, kilau Pandang-Mu
Bak pedang yang tajam, yang meretas seluruh belenggu
Kesetiaan dan cinta kepada yang lainnya.
Demi memenangkan Kasih-Mu,
Telah aku lumatkan diriku menjadi debu,
Mengharap, kerinduan perpisahan
‘Kan terobati sedikit.

Kecuali ketika beserta Engkau
Aku selalu dalam kegelisahan,
Bagai jantung pesakitan yang meredup
Terasa nyawa bagai ‘kan lenyap.

Bahana apakah di sekeliling-Mu?
Wahai, janganlah berlambat langkah,
Jangan sampai pecinta malang ini Mati tanpa diketahui.
(Surma Chasm Arya, Qadian, 1886; Ruhani Khazain, vol. 2, hal. 52, London, 1984).


Pujian dan syukur bagi Allah Yang Maha Kuasa

Puji dan syukur bagi Tuhan kami,
Berkat-Nya maka semua eksistensi berekspresi.

Terkait:   Pengetahuan Tentang Tuhan

Alam hanyalah cermin bagi perwujudan-Nya
Setiap dan segenap zarah menuju kepada-Nya.

Pada cerminan langit dan bumi,
Wujud-Nya terpantul dalam segala kemuliaan.

Tiap lembar bilah rumput menyadari Wujud-Nya,
Tiap ranting pohon menunjukkan jalan kepada-Nya.

Sinar surya dan rembulan semata pantulan Nur-Nya,
Tiap manifestasi tunduk kepada takdir-Nya.

Tiap benak adalah misteri di antara misteri-Nya,
Tiap langkah mencari gerbang keagungan-Nya.

Dambaan hati semua ingin menikmati kecantikan
Wujud-Nya,
Bahkan yang sesat pun sesungguhnya mencari jalan-Nya.

Dia mencipta matahari, bulan dan bumi,
Dia  memperlihatkan  daya  cipta-Nya dalam  berjuta bentuk.

Semua ciptaan hanyalah catatan daya cipta-Nya,
Yang mengandung misteri tak terbilang banyaknya.

Diletakkan-Nya buku alam ini di depan mata,
Guna mengingatkan kita kepada jalan ketakwaan.

Agar kalian mengenali Allah Yang Maha Perkasa,
Yang tidak ada kemiripan dengan dunia dan isinya.

Dari  sana  kalian  mendapat  petunjuk  menilai  wahyu Sang Terkasih,
Guna membedakan dari ribuan yang berasal dari Sang Musuh.
Agar semua cara pengecohan tertutup,
Supaya nur dan kegelapan terpisah karenanya.

Terkait:   Syirik dan Menyekutukan Allah

Apa pun yang diniatkan Allah, jadilah!
Segala ciptaan adalah bukti Firman-Nya.

Para penyembah berhala dengan segala pretensinya,
Tembus oleh anak panah kesaksian semua.

Dikala kalian menyebut yang lain sebagai Tuhan,
Langit dan bumi akan meludahi wajah kalian.

Dikala kalian mencipta putra bagi Dia yang Esa,
Segala yang tinggi dan rendah akan rata mencerca.

Dunia ini mengumandangkan lantang,
Allah itu Esa, Dzat yang Cukup dengan Diri-Nya dan tanpa sekutu.

Dia tidak memiliki bapak, putra atau pun isteri,
Dia itu abadi sejak keabadian.

Bila hujan rahmat-Nya berhenti meski sejenak,
Segala ciptaan dengan alamnya ‘kan musnah.

Perhatikanlah hukum alam,
Agar kalian kenali kebesaran Tuhan semesta alam.
(Diaul Haq; Ruhani Khazain, vol. 9, hal. 251-252, London, 1984).

Tulisan ini dikutip dari buku “Inti Ajaran Islam Bagian Pertama, ekstraksi dari Tulisan, Pidato, Pengumuman dan Wacana Masih Mau’ud dan Imam Mahdi, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as”. Neratja Press, hal 188-189, ISBN 185372-765-2


Leave a Reply

Begin typing your search above and press return to search.
Select Your Style

You can choose the color for yourself in the theme settings, сolors are shown for an example.