Rasulullah saw bersabda tentang tanda Imam Mahdi di akhir zaman:
“Bagi Mahdi kami ada dua tanda yang belum pernah terjadi semenjak kejadian langit dan bumi; bulan akan gerhana pada malam yang pertama dalam bulan Ramadhan dan matahari akan gerhana pada hari pertengahan dari padanya; dan keduanya belum terjadi semenjak kejadian langit dan bumi.” (Sunan Daruqutni)
Pada tahun 1891 Hazrat Mirza Ghulam Ahmad berdasarkan wahyu ilahi menyatakan kepada dunia, bahwa dialah Imam Mahdi yang dijanjikan itu. Tetapi para ulama waktu itu tidak membenarkan dakwah beliau, salah satu alasannya adalah tanda-tanda yang dinyatakan oleh Rasulullah saw mengenai kedatangan Imam Mahdi, yakni gerhana bulan dan matahari pada tanggal tertentu dalam bulan Ramadhan belum terjadi.
Pada tahun 1894 Allah taala memperlihatkan Tanda itu, persis seperti yang digambarkan dalam hadits, yaitu dua gerhana di bulan Ramadhan di awal dan pertengahannya, dan tidak hanya terjadi sekali, tetapi dua kali yaitu tahun 1895 yang terlihat di belahan bumi Barat tepat pada tanggal yang ditetapkan.
Berikut kami hadirkan tulisan komprehensif tentang Tanda Imam Mahdi ini.
Tanda Imam Mahdi Yang Dijanjikan,
Gerhana Bulan dan Matahari
disarikan dari karya tulisan Saleh Muhammad Alladin
(Professor Astronomi, Universitas Osmania, Hyderabad, India)
Kedatangan sang Pembaharu Yang Dijanjikan pada Akhir Zaman telah dinubuatkan dalam kitab suci berbagai agama. Saya bermaksud untuk membahas tentang nubuatan agung oleh panutan serta pemimpin kita, Rasulullah saw, yang membantu para pencari kebenaran dalam mengenalinya. Menurut nubuatan tersebut gerhana bulan dan matahari pada tanggal tertentu dalam bulan Ramadhan akan menjadi Tanda bagi kedatangannya.”
Hadhrat Ali bin Umar Al-Baghdadi Ad-Daruquthni, seorang perawi hadist terkemuka, yang hidup pada tahun 918 hingga 995 Masehi (306 – 385 Hijriah), telah mencatatkan hadis berikut yang diriwayatkan oleh Hadhrat Imam Baqir Muhammad bin Ali, putra dari Hadhrat Imam Zainal Abidin ra:
اِنَّ لِمَهْدِينَا آيَتَيْنِ لَمْ تَكُوْنَا مُنْذُ خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضِ تَنْكَسِفُ الْقَمَرُ لاَوًّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ وَتَنْكَسِفُ الشَّمْسُ فِى النِّصْفِ مِنْهُ وَلَمْ تَكُوْنَ مُنْذُ خَلَقَ اللهُ السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضَ
“Sesungguhnya bagi Mahdi kami, akan ada dua Tanda yang belum pernah terjadi sejak penciptaan langit dan bumi, yakni, munculnya gerhana bulan pada malam awal Ramadhan (yakni pada malam-malam pertama saat gerhana bulan dapat terjadi) serta gerhana matahari di waktu pertengahannya (yakni pada pertengahan har-hari biasanya gerhana matahari terjadi), dan Tanda-tanda ini belum pernah terjadi semenjak Allah Ta’ala menciptakan langit dan bumi.” (Sunan Daruqutni, kitabul ‘idain, bab salat-ul-kusuf-ul khusuuf wa hitahuma)
Tanda-tanda ini telah disebutkan dalam berbagai catatan Hadis baik dari kalangan Sunni maupun Syiah. Para Ulama Islam terkenal pun telah mengutip Tanda-tanda tersebut dalam buku-buku mereka. Diantara buku-buku yang mengutip nubuatan tersebut adalah sebagai berikut:
- Fatawa Haditsiya oleh Allama Sheikh Ahmad Shahabuddin Ibn Hijrul Haismi.
- Ikmal-ud-din
- Biharul Anwar
- Hijajul Kiromah oleh Nawab Siddeeq Hassan Khan
- Maktubaat-e-Imam Rabbani Mujaddid Alf-e-Sani
- Qiyamat Namah Farsi oleh Hadhrat Shah Rafeeuddin Muhaddis dari Delhi
- Aqaidul Islam oleh Maulana Abdul Haq Muhaddis dari Delhi
- Iqtirabus Sa’ah oleh Nawab Sideeq Hassan Khan
- Ahwalul Akhirah oleh Hafiz Muhammad dari Lakhoke. dll.
Hadis-hadis tersebut dikuatkan oleh fakta bahwa Al-Qur’an juga menyebutkan mengenai gerhana-gerhana yang menjadi tanda datangnya Hari Kebangkitan. Al-Qur’an menyatakan bahwa:
وَخَسَفَ القَمَرُ – وَجُمِعَ الشَّمسُ وَالقَمَرُ
“Dan terjadi gerhana bulan, dan dikumpulkan matahari dan bulan. (Al-Qiyamah 75:9-10)
Sumber nubuatan tersebut berasal dari Al-Qur’an dan semakin diperjelas melalui keterangan Hadis sehingga memberikan rincian yang berharga.
Dalam kitab Perjanjian Baru, Nabi Isa as, menjelaskan tentang tanda-tanda kedatangan beliau yang kedua kalinya:
“Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang.” (Matius 24:29)
Mahatma Surdasji telah menyebutkan nubuatan bahwa saat Kalki Avatar muncul, bulan serta matahari akan mengalami gerhana. Beliau menuliskan:
“Baik bulan dan matahari kedua-duanya akan mengalami gerhana, dan akan banyak kekerasan dan kematian.”
Dalam kitab suci umat Sikh, Sri Guru Garanth Sahib, tertulis:
“Saat Maharaj akan datang sebagai Nahkalank, matahari dan bulan akan menjadi penolongnya.”
Singkatnya, kitab-kitab agama lain juga menyebutkan tentang tanda-tanda matahari dan bulan. Dalam Hadist riwayat Daruquthni yang telah disebutkan sebelumnya, detil yang lebih jelas telah dipaparkan dan kita akan mendiskusikannya lebih lanjut.
Gerhana Bulan dan Matahari dalam Pandangan Hukum Alam
Gerhana bulan dan matahari merupakan fenomena yang terjadi sesuai dengan hukum alam. Al-Qur’an telah berulangkali mengarahkan pandangan kita kepada fenomena alam. Pembahasan dari sisi astronomi sangat tepat dan relevan. Hal tersebut membantu dalam memahami Hadis tersebut. Bumi, matahari, dan bulan membentuk sebuah sistem yang terbagi atas tiga bagian. Al-Qur’an telah membahas sistem ini dengan sangat indah dalam ayat berikut:
سُبحانَ الَّذي خَلَقَ الأَزواجَ كُلَّها مِمّا تُنبِتُ الأَرضُ وَمِن أَنفُسِهِم وَمِمّا لا يَعلَمونَ * وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيلُ نَسلَخُ مِنهُ النَّهارَ فَإِذا هُم مُظلِمونَ * وَالشَّمسُ تَجري لِمُستَقَرٍّ لَها ۚ ذٰلِكَ تَقديرُ العَزيزِ العَليمِ * وَالقَمَرَ قَدَّرناهُ مَنازِلَ حَتّىٰ عادَ كَالعُرجونِ القَديمِ * لَا الشَّمسُ يَنبَغي لَها أَن تُدرِكَ القَمَرَ وَلَا اللَّيلُ سابِقُ النَّهارِ ۚ وَكُلٌّ في فَلَكٍ يَسبَحونَ
Maha Suci Dzat Yang menciptakan segala sesuatu berjodoh-jodoh dari apa yang di tumbuhkan oleh bumi, maupun dari diri mereka sendiri, dan juga dari apa yang mereka tidak mengetahui. Dan suatu Tanda bagi mereka adalah malam, darinya siang hari Kami tanggalkan, dan tiba-tiba mereka berada dalam kegelapan. Dan matahari terus beredar ke arah tujuan yang telah ditetapkan baginya. Itulah takdir Tuhan Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui. Dan bagi bulan telah Kami tetapkan tingkat-tingkatnya, sehingga ia kembali lagi seperti bentuk tandan kurma yang tua. Matahari tidak kuasa menyusul bulan, dan tidak pula malam mendahului siang. Dan semua itu terus beredar pada tempat peredarannya. (Ya Sin 36: 37-41)
Disini ada lima ayat yang telah dikutip. Dalam ayat pertama telah dijelaskan sebuah fakta mendasar bahwa Allah Ta’ala telah menciptakan segala sesuatu berpasangan. Dalam ayat kedua dijelaskan mengenai adanya malam dan siang, yang terjadi akibat pergerakan bumi. Pada ayat ketiga dijelaskan mengenai pergerakan matahari, dan ayat keempat menjelaskan tentang pergerakan bulan. Dan ayat yang kelima, matahari, bulan, siang dan malam, semuanya disebutkan bersama-sama, dan dengan lebih lanjut dijelaskan bahwa pergerakan benda langit tersebut juga memiliki batasan-batasan.
Kita belajar dari sains bahwa bumi dan bulan sama-sama berputar dan menyelesaikan revolusi dalam satu bulan, mereka membentuk sebuah pasangan. Bumi dan bulan bersama-sama bergerak mengelilingi matahari dan menyelesaikan satu revolusi dalam satu tahun. Jadi sistem matahari dan bumi-bulan membentuk satu pasangan lain. Di dalam sistem tata surya banyak sekali bentuk berpasang-pasangan. Matahari dengan semua planet dan satelitnya mengelilingi pusat galaksi dengan satu revolusi sekitar dua ratus juta tahun. Seperti matahari kita, ada miliaran bintang di galaksi kita yang mengitari pusat galaksi dengan periode yang berbeda-beda. Maha Suci Allah yang menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan.
Saat bulan berputar mengelilingi bumi, dan berada diantara matahari dan bumi sehingga menghalangi cahaya matahari mencapai bumi, kita mendapati gerhana matahari; Dan ketika bumi berada di antara matahari dan bulan sehingga bayangan bumi perlahan menutupi seluruh permukaan bulan, kita menyaksikan gerhana bulan. Dalam terminologi astronomi, gerhana matahari terjadi di saat fase bulan baru (new moon) dan gerhana bulan terjadi di fase bulan penuh (full moon). Pada fase bulan baru, garis bujur matahari dan bulan adalah sama, ini disebut bulan berkonjungsi. Gerhana tidak terjadi di setiap bulan baru dan bulan penuh, karena untuk terjadinya gerhana posisi matahari, bumi dan bulan harus dalam garis sejajar. Jika orbit bumi mengelilingi matahari dan orbit bulan mengelilingi bumi dalam bidang yang sama, maka akan ada dua kali konjungsi setiap bulannya, sehingga akan terjadi satu gerhana bulan dan satu gerhana matahari setiap bulannya. Faktanya kedua bidang orbit itu satu sama lain cenderung memiliki sudut sekitar lima derajat, sehingga jumlah maksimal gerhana yang dapat terjadi dalam setiap tahunnya tidak melebihi tujuh kali (sekitar empat atau lima kali gerhana matahari, dan tiga atau dua kali gerhana bulan). Jumlah minimal gerhana yang dapat terjadi dalam setahun adalah dua kali, dan keduanya adalah gerhana matahari. Untuk penjelasan lebih lanjut lihat buku-buku tentang Spherical Astronomy.
Pergerakan bulan cukup rumit. Untuk perkiraan pertama, bulan mengelilingi bumi dalam orbit yang berbentuk elips, sehingga jaraknya dengan bumi dan kecepatan edarnya menjadi berubah-ubah dalam batas-batas tertentu. Saat bulan berada dalam posisi terdekatnya ia disebut perigee (bulan super). Kecepatan bulan terhadap bumi paling tinggi saat berada di posisi perigee. Karena daya tarik gravitasi matahari, posisi perigee tersebut pun berubah di ruang angkasa. Jadi terkadang bulan bergerak lebih cepat di awal bulan, dan terkadang bergerak lebih cepat di bagian akhir. Demikian juga jarak dan kecepatan pasangan bumi-bulan terhadap matahari juga berubah dalam batas-batas tertentu sesuai dengan hukum gravitasi. Seperti dijelaskan di dalam Al-Qur’an:
الشَّمسُ وَالقَمَرُ بِحُسبانٍ
“Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan.” (Al-Rahman 55:6)
Perubahan jarak dan kecepatan oleh masing-masing benda langit tersebut memiliki pengaruh pada tanggal dimana gerhana biasa terjadi.
Para astronom menggunakan waktu terjadinya konjungsi sebagai awal dari dimulainya bulan dalam kalender. Pada saat tersebut bulan tidak terlihat sama sekali. Bulan di dalam Kalender Islam (Hijriah) dimulai dengan awal terlihatnya bulan sabit, yakni: saat fase bulan mulai cukup tampak jelas untuk dapat terlihat. Salah satu buku yang sangat bagus dalam menjelaskan penampakan bulan sabit juga telah ditulis oleh Dr. Muhammad Ilyas. (A modern Guide to astronomical Calculations of Islamic Calendar, Times & Qibla diterbitkan oleh Berita Publishing Kuala Lumpur 1984)
Jika menggunakan Kalender Hijriah, maka tanggal – tanggal dimana gerhana bulan dapat muncul adalah pada tanggal 13, 14, dan 15; dan tanggal dimana gerhana matahari dapat muncul adalah tanggal 27, 28, dan 29. Menurut nubuatan, gerhana bulan akan muncul pada malam – malam permulaan Ramadhan dan gerhana matahari terjadi pada pertengahan bulan Ramadhan. Dan peristiwa ini telah teradi pada tanggal 13 Ramadhan untuk gerhana bulan dan tanggal 28 Ramadhan untuk gerhana matahari.
Di dalam Hadist, kata Qamar digunakan untuk bulan dan bukan Hilal. Bulan sabit pada hari pertama, kedua, dan ketiga disebut Hilal sedangkan Qamar adalah bulan di malam keempat dan dan seterusnya. (Aqrabul Mawarid vol. 2). Sehingga interpretasi untuk malam – malam permulaan ramadhan terjadi pada tanggal 13 Ramadhan dan bukannya hari pertama di bulan Ramadhan, hal tersebut didukung pula dengan kata Qamar yang digunakan dalam Hadist, sehingga tidak meninggalkan ambiguitas.
Kedatangan Imam Mahdi Yang Dijanjikan as dan Tergenapinya Nubuatan
Kini saya akan membahas mengenai nubuatan dalam Hadist yang telah tergenapi.
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as berasal dari Qadian, India, dan dilahirkan pada tahun1835 Masehi. Beliau adalah seorang yang memiliki ketakwaan yang sangat tinggi. Kecintaan luarbiasa beliau terhadap Rasulullah Muhammad saw merupakan salah satu kualitas kepribadian beliau yang sangat menonjol. Beliau sangat sedih menyaksikan serangan-serangan yang gencar terhadap Islam oleh para pengkritiknya dan juga kondisi rohani umat Islam yang lemah. Beliau mendedikasikan diri untuk mengkhidmati Islam dan sangat banyak berdoa untuk kemajuan rohani di dunia. Karya beliau yang sangat penting, yakni Barahin Ahmadiyah yang diterbitkan dalam empat jilid sejak tahun 1880 hingga 1884 adalah sebuah mahakarya yang membahas kebenaran Islam dan keunggulan Al-Qur’an serta Nabi Suci Rasulullah saw.
Hadhrat Ahmad as, mendapat karunia menerima wahyu Ilahi sejak tahun 1876 hingga tahun 1908 saat beliau wafat. Pada tahun 1882 beliau menerima wahyu pertamanya mengenai pengangkatannya sebagai Mujaddid:
يَا اَحْمَدُ بَارَكَ اللهُ فِيْكَ – مَا رَمَيْتَ اِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللهَ رَمَى – الرَّحْمٰنُ عَلَّمَ الْقُرْآنَ – لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا اُنْذِرَ أَبَائُهُمْ –
وَلِتَسْتَبِيْنَ سَبِيْلُ الْمُجْرِمِيْنَ – قُلْ اِنِّى اُمِرْتُ وَاَنَا اَوَّلُ الْمُؤْمِنِيْنَ
“Wahai Ahmad! Allah telah memberkati engkau. Bukanlah engkau yang melempar tetapi Allah lah yang melempar. Allah Maha Rahman telah mengajarkan kepadamu Al-Qur’an, supaya engkau memperingatkan orang-orang yang nenek moyang mereka belum diberi peringatan. Dan supaya jalan orang-orang yang mujrim menjadi nyata. Katakanlah sesungguhnya saya telah diutus dari Allah, dan akulah orang yang pertama beriman” (Barahiin Ahmadiyah vol. 3)
Beliau juga menerima wahyu berikut:
قُلْ عِنْدِىْ شَهَادَةٌ مِنَ اللهِ فَهَلْ اَنْتُمْ مُؤْمِنُوْنَ – قُلْ عِنْدِىْ شَهَادَةٌ مِنَ اللهِ فَهَلْ اَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
“Katakan kepada mereka, bahwa padaku terdapat kesaksian dari Allah; apakah kalian akan mempercayainya atau tidak. Lalu katakan pada mereka, bahwa padaku terdapat kesaksian dari Allah; apakah kalian akan menerimanya atau tidak” (Barahiyn Ahmadiyah Vol. 3)
Atas dasar ketaatan terhadap perintah Ilahi beliau mendakwahkan diri sebagai Mujadid (Pembaharu) abad ke 14 era Islam. Selanjutnya pada tanggal 23 Maret 1889, berdasarkan perintah Ilahi, beliau mengambil baiat pertama di kota Ludhiana sehingga berdirilah jemaat Ahmadiyah. Hadhrat Al-Haj Hafiz Maulvi Hakim Nuruddin, yang kemudian menjadi Khalifah Pertama, mendapatkan karunia sebagai orang pertama yang mengambil sumpah bai’at. Pada hari yang sama, empat puluh orang juga berbai’at kepada al-Masih dan Al-Mahdi Mau’ud as, serta menyatakan janji bahwa mereka akan bersedia mengutamakan agama di atas urusan dunia.
Menjelang akhir tahun 1890 Masehi, Allah Ta’ala mewahyukan kepada beliau bahwa Yesus atau Nabi Isa as sesungguhnya telah wafat dan nubuatan tentang kedatangannya yang kedua kali akan digenapi oleh seorang yang serupa dengan Nabi Isa yakni oleh beliau sebagai Al-Masih yang dijanjikan. Di antara wahyu yang diterimanya adalah adalah sebagai berikut:

“Masih ibnu Maryam Rasul Allah telah wafat, dan engkau telah datang dalam warnanya sesuai dengan janji. Sesungguhnya janji Allah itu pasti sempurna.” (Tadzkirah)
Setelah menerima kabar dari Allah Ta’ala tersebut, pada tahun 1891 Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as mendakwahkan diri sebagai Nabi Isa dan Imam Mahdi yang dijanjikan yang kedatangannya telah dinubuatkan oleh Rasulullah saw. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as juga memberikan argumen yang mendukung pengakuan beliau dengan menulis buku seperti Fatah-Islam (Kemenangan Islam), Taudhih-Maram (Penjelasan Tujuan – tujuan) dan Izala-Auham (Menghilangkan Keraguan). Beliau menegaskan bahwa Allah Ta’ala telah mengutus beliau untuk memberikan kehidupan rohani pada umat manusia. Para teolog zaman itu menolak klaim beliau dan beliau menghadapi badai penentangan yang sangat keras.
Dalam buku beliau yang berjudul Nurul Haq (Cahaya Kebenaran) Jilid I, yang ditulis dalam bahasa arab dan diterbitkan pada awal 1894, Hadhrat Ahmad, Imam Mahdi yang dijanjikan, menuliskan sebuah pesan yang menunjukkan kerendahan hati beliau:
Bukakanlah dengan kebenaran antara kami dengan kaum kami ini, sesungguhnya Engkau adalah Khairul Faatihiin. Yaa Allah, turunkanlah pertolongan Engkau untukku dari langit. Dan datanglah untuk menolong hamba-Mu di saat-saat musibah ini. (Ruhani Khazain Vol. 8, hal.6)
Di antara keberatan yang ditujukan kepada beliau adalah nubuatan gerhana bulan dan matahari yang dianggap belum tergenapi. Dan pada akhirnya Allah Ta’ala memanifestasikan sebuah tanda dari langit pada tahun 1311 Hijriah (1894 Masehi) ketika gerhana bulan dan matahari terjadi di Qadian pada tanggal yang telah ditentukan dalam bulan Ramadhan sebagai perwujudan nubuatan agung Rasulullah saw. Gerhana bulan terjadi pada tanggal 13 Ramadhan (21 Maret, 1894) setelah matahari terbenam, dan gerhana matahari terjadi pada hari Jumat, tanggal 28 Ramadhan (6 April, 1894 M). Selain tercantum dalam kalender, berita mengenai gerhana tersebut juga diterbitkan dalam beberapa surat kabar India pada waktu itu yakni Azad dan Civil and Military Gazette. Bahkan hingga saat ini, tanggal (dalam kalender Masehi) saat kejadian tersebut terjadi dapat dikonfirmasi dalam Oppolzer’s Canon of Eclipses oleh Prof. T. R. Von Oppolzer, Dover Publications New York, 1962. Serta Nautical Almanac, London 1894. Perhitungan yang didasarkan pada posisi bulan menunjukkan bahwa kalender bulan mengenai terjadinya kedua gerhana tersebut sesuai dengan tanggal 13 dan 28 Ramadhan.
Keistimewaan Gerhana pada Bulan Ramadhan 1311 Hijriah (Maret – April 1894)
Segera setelah Tanda dari langit tersebut muncul, Hadhrat Masih Mau’ud menulis buku Nurul Haq (Cahaya Kebenaran) Jilid II, yang dikhususkan untuk sebuah pembahasan yang sangat mencerahkan tentang penggenapan sempurna nubuatan agung Rasulullah saw. Dalam buku tersebut, beliau menjelaskan berdasarkan wahyu Ilahi bahwa penafsiran yang benar dari Hadist adalah pada masa turunnya Imam Mahdi, akan terjadi gerhana bulan pada awal dari tiga malam permulaan Ramadhan dimana gerhana bulan dapat terjadi, yakni pada tanggal 13 Ramadhan. Dan gerhana matahari akan terjadi pada pertengahan ramadhan yang biasanya gerhana matahari biasa terjadi, yakni tanggal 28 Ramadhan.
Hadhrat Masih Mau’ud as, menyoroti beberapa keistimewaan gerhana yang menjadikan tanda-tanda tersebut sangat mengesankan. Beliau menunjukkan bahwa kata ‘permulaan’ dan ‘pertengahan’ yang digunakan dalam Hadist dapat dipenuhi dengan dua cara, dari sisi tanggal dan dari sisi waktu. Gerhana bulan yang terjadi di Qadian tidak hanya terjadi pada awal dari tiga malam pertama, namun juga pada permulaan datangnya malam. Gerhana matahari yang terjadi di Qadian saat itu pun tidak hanya terjadi di pertengahan hari namun juga terjadi tepat setelah pagi hingga sebelum siang hari. Kata ‘nisfu’ yang digunakan dalam Hadist juga berarti setengah. Berdasarkan Standar Waktu Calcutta, gerhana bulan muncul pada malam hari antara pukul 19.00 hingga 21.30, sedangkan gerhana matahari terjadi pada pagi hari antara pukul 09.00 hingga pukul 11.00.
Atas bantuan wahyu Ilahi, Hadhrat Masih Mau’ud as menjelaskan makna lebih dalam dari Hadist sebagai berikut:
“Jadi penjelasan yang tepat mengenai kalimat ‘gerhana bulan akan terjadi pada malam awal permulaan Ramadhan’ adalah kejadian tersebut akan muncul pada malam pertama dari tiga malan bulan purnama, dan anda tahu sebutan malam-malam putih. Selain itu terdapat juga petunjuk bahwa ketika gerhana bulan terjadi pada malam pertama bulan purnama, hal itu akan terjadi di awal malam, bukan setelahnya. Seperti yang telah diketahui oleh seorang ahli-makrifat yang bijak. Dan demikianlah gerhana bulan terjadi seperti yang telah disaksikan banyak orang di negeri ini” (Nurul Haq, Jilid II)
Mengenai gerhana matahari, beliau bersabda:
“Pernyataan bahwa gerhana matahari akan terjadi pada pertengahan (Ramadhan) maksudnya adalah gerhana matahari akan terjadi sedemikian rupa sehingga ia membagi dua hari-hari gerhana matahari. Ini akan terjadi pada hari kedua gerhana dan waktunya tidak akan melebihi paruh pertama hari karena itu adalah batas setengahnya. Jadi sebagaimana Allah taala menetapkan bahwa gerhana bulan akan terjadi pada malam pertama, demikian juga Dia menetapkan bahwa gerhana matahari akan terjadi pada pertengahan pada hari-hari gerhana. Demikianlah hal itu terjadi seperti yang dinubuatkan. Allah taala tidak akan mengungkapkan rahasia-rahasia-Nya kecuali kepada orang-orang yang Dia pilih untuk memperbaiki dunia. Oleh karena itu tidak ada keraguan bahwa Hadits ini berasal dari Rasulullah saw, khairul mursalin.” (Nurul Haq, bagian 2)
Perlu juga dicatat bahwa peristiwa gerhana bulan dan matahari tersebut juga terlihat dari India. Gerhana bulan terlihat lebih dari separuh belahan bumi tetapi gerhana matahari hanya terlihat dari area yang lebih terbatas. Hal ini sering terjadi, gerhana matahari hanya terlihat dari daerah yang jarang penduduknya atau di tengah lautan. Gerhana matahari pada tanggal 6 April 1894, terlihat di area yang cukup luas di benua Asia, termasuk India. Professor T. R. Von Oppolzer telah memberikan rincian tentang gerhana bulan dan matahari yang terjadi di masa sekarang dan akan datang, dari tahun 1208 SM hingga tahun 2161 M dalam buku beliau yang berjudul Canon of Eclipses. Beliau telah memperlihatkan dengan cara memetakan jalur gerhana matahari yang menonjol saja, yaitu kategori annular, annular–total dan total. Jalur gerhana pada tanggal 6 April 1894 juga termasuk dalam peta Oppolzer (bagan 148). The Nautical Almanac tahun 1894 juga telah menunjukkan jalur gerhana ini melalui peta. Dapat dilihat dari kedua sumber tersebut bahwa jalur kedua gerhana pada saat itu melewati India.
Hadhrat Masih Mau’ud as, dan sahabat – sahabat beliau, telah menyaksikan gerhana ini dari Qadian. Hadhrat Masih Mau’ud as pun bersabda bahwa orang-orang harus merenungkan fakta ini bahwa tanda Imam Mahdi tersebut telah tergenapi di negara mereka. Beliau pun menulis sebagai berikut:
Wahai hamba-hamba Allah, renungkan dan pikirkanlah. Apakah layak dibenarkan jika menurut kalian bahwa Mahdi harus dilahirkan di negara-negara Arab dan Suriah, sedangkan tanda-tanda Nya tergenapi di negara kita? Dan kalian mengetahui bahwa hikmah llahiah tidak memisahkan sang Tanda dari orang yang dimaksudnya. Maka bagaimana mungkin Mahdi berada di Timur sedangkan tanda-tanda berada di Barat. Sesungguhnya cukuplah hal ini bagi kaum yang mencari kebenaran.” (Nurul Haq, Jilid II)
Singkatnya nubuatan yang dimaksudkan oleh junjungan kita, Rasulullah saw telah terpenuhi dengan ketepatan yang luar biasa dalam cara yang sangat indah.
“…Maha beberkatlah Allah, sebaik-baik Pencipta.” (Al-Mu’minun 23:15)
Sir Isaac Newton baru telah menemukan hukum gravitasi pada abad ke-17 Masehi. Perhitungan astronomis yang rinci tentang gerhana tidak mungkin dilakukan sebelum adanya penemuan tersebut. Akan tetapi junjungan kita, Rasulullah saw telah membuat nubuatan yang luar biasa berdasarkan ilmu yang beliau terima langsung dari Allah Ta’ala Yang Maha Tahu. Saya tidak bisa membayangkan ada tanda-tanda samawi yang lebih bai dari ini untuk menunjukkan kedatangan Masih Mau’ud.
Ucapan Suka Cita Hadhrat Masih Mau’ud atas Terpenuhinya Nubuatan tersebut
Hadhrat Al-Masih, Al-Mahdi as sangat takjub akan pemenuhan nubuatan agung Rasulullah saw. Dengan penuh rasa syukur terhadap Allah Ta’ala atas kemurahan-Nya yang agung, beliau menuliskan sebuah syair dalam bahasa Arab.
Terjemahan dari sebagian syair tersebut adalah sebagai berikut:
Khabar suka bagi kalian wahai saudara – saudaraku satu jamaah.
Selamat untuk kalian satu jamaah. Kecemerlangan karunia Tuhan telah menjadi nyata.
Dan jalan telah terbuka bagi orang yang dapat melihat.
Suatu kabar suka yang dijanjikan oleh Nabi Mulia utusan Allah.
Telah terpenuhi dengan cara yang suci yang tiada noda di dalamnya.
Kini orang-orang yang telah terbuka hatinya berlinang air mata.
Terkenang akan karunia Allah Yang Maha Kuasa. .
Dan mengakui penggenapan nubuatan nabi kita.
Dan merenungkan Keagungan Allah, Yang Maha Pemurah.
Hari ini setiap pribadi yang telah mengikrarkan sumpah setia,
Telah meningkat dalam keimanan seolah-olah dirinya tengah mendapatkan keyakinan yang baru.
Syair tersebut merupakan sebuah syair yang panjang, dan diakhiri dengan kalimat;
Ya Tuhanku, berkatilah ini demi wajah Muhammad. Wujud terbaik dari semua yang baik dan wujud yang paling suci dari segala yang suci.
Gerhana Kedua kalinya Pada Bulan Ramadhan 1312 Hijriah (1895 M)
Menurut Hadits yang lain:
اِنَّ الشَّمْسَ تَنْكَسِفُ مَرَّتَيْنِ فِى رَمَضَانَ
“Gerhana matahari akan muncul dua kali pada bulan Ramadhan sebelum kedatangan Imam Mahdi.” (Mukhtasir Tazkira Al-Qurtubi, hlm 148 oleh Alqutbur Rabbani Sheikh Abdul Wahab Sherani)
Pada tahun 1895 Masehi, gerhana matahari dan bulan kembali terjadi pada bulan Ramadhan yakni masing-masing pada tanggal 11 Maret dan 26 Maret. Gerhana ini terjadi di Barat dan tidak nampak dari Qadian, tetapi saat gerhana tersebut terjadi, tanggal terjadinya di Qadian saat itu adalah 13 dan 28 Ramadhan. Tanggal kemunculan gerhana memang bisa jadi berbeda sesuai dengan tempatnya.
Hadhrat Masih Mau’ud as menyinggung tentang gerhana tersebut dalam buku beliau Haqiqatul Wahyi. Beliau menulis:
“Sebagaimana tertera dalam Hadis lain, gerhana ini telah terjadi dua kali di bulan Ramadhan. Yang pertama di negeri ini, yang kedua di Amerika. Dan keduanya terjadi pada tanggal yang sama. Dikarenakan pada saat terjadinya gerhana tersebut tidak ada orang yang mengaku sebagai Mahdi Mau’huud dan karena tidak ada pula yang mengumumkan bahwa gerhana ini sebagai tanda baginya dengan mempublikasikan ratusan pamflet dan buku-buku dalam bahasa Urdu, Persia, dan Arab, maka tanda-tanda samawi ini adalah ditujukan kepadaku. Dan dalil kedua akan hal ini adalah, dua belas tahun sebelum tanda ini terjadi, Allah Taala telah memberitahukan kepadaku bahwa tanda seperti itu akan terjadi dan kabar yang tertera dalam buku Barahin Ahmadiyah itu telah diumumkan kepada ratusan ribu orang sebelum tanda tersebut telah tergenapi. (Haqiqatul Wahyi, hlm 195)
Jawaban Untuk Keberatan bahwa Gerhana Bulan dan Matahari telah Terjadi Berkali-kali di Bulan Ramadhan
Terdapat keberatan bahwa gerhana bulan dan gerhana matahari telah terjadi beberapa kali di bulan Ramadhan sehingga hal ini tidak bisa dijadikan sebagai ukuran yang tepat untuk mengakui seorang Utusan Allah.
Memang benar bahwa dua gerhana tersebut sering terjadi di bulan yang sama pada bulan Ramadhan namun perlu dicatat bahwa Hadis menyebutkan tanggal tertentu dan adanya seorang yang mendakwahkan diri, merupakan bagian penting dari nubuatan tesebut. Kalimat lam takuuna mundzu khalqis-samaawati wal ardhi (yang belum pernah muncul sebelum terciptanya langit dan bumi) yang digunakan dalam Hadis jelas menunjukkan bahwa nubuatan tersebut sangat penting.
Selanjutnya, keberadaan seorang yang mendakwahkan diri merupakan syarat utama bagi sempurnanya nubuatan ini. Kalimat dalam Hadis ‘limahdiyyna’ ‘Mahdi kami’ secara gamblang menunjukkan bahwa tanda ini ditujukan untuk kepentingan Imam Mahdi. Munculnya gerhana tanpa adanya seorang yang mendakwahkan diri (sebagai Imam Mahdi), maka ia tidak berarti.
Kalimat lam takuuna mundzu khalqis-samaawati wal ardhi (yang belum pernah disebut-sebut sebelum terciptanya langit dan bumi) di dalam Hadis, menyiratkan bahwa tanda seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya. Hal tersebut bukan berarti gerhana-gerhana yang seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad menjelaskan:
“Kami tidak memperdebatkan seberapa sering gerhana matahari dan bulan terjadi di bulan Ramadhan sejak terciptanya dunia hingga saat ini. Tujuan kami hanya untuk menyebutkan bahwa sejak terciptanya manusia di bumi, gerhana bulan dan matahari yang terjadi sebagai Tanda hanya terjadi di zamanku dan ditujukan untukku. Sebelumku, tidak ada yang memiliki keadaan yang di satu sisi ia mengaku sebagai Masih Mau’ud (Almasih Yang Dijanjikan) dan di sisi lain, pada bulan Ramadhan, terjadi gerhana bulan dan gerhana matahari pada tanggal yang telah ditentukan, dan ia mengumumkan bahwa gerhana tersebut sebagai Tanda yang mendukungnya. Hadist Daruquthni tidak sama sekali tidak mengatakan bahwa gerhana matahari dan bulan tidak pernah terjadi sebelumnya, namun dikatakan dengan jelas bahwa gerhana-gerhana semacam itu tidak pernah terjadi sebelumnya sebagai Tanda, karena kalimat ‘lam takuuna’ menunjukkan sighah muannats (feminine–gender); yang berarti Tanda seperti itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Jika diartikan bahwa gerhana seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya maka yang harusnya digunakan adalah ‘lam yakuna’ dengan sighah muzakkar (masculine–gender), bukannya ‘lam takuuna’ yang ‘merupakan sighah muannats. Dari sini jelas bahwa yang dimaksudkan olehnya (lam takuuna) itu adalah ‘ayatain’ yakni dua tanda, sebab ini berbentuk sighah muannats.Oleh karena itu, jika ada orang yang menganggap bahwa telah terjadi berkali-kali gerhana bulan dan matahari, maka tanggung jawabnya lah untuk menunjukkan adanya orang yang mendakwahkan diri sebagai Mahdi yang menyatakan bahwa gerhana matahari dan bulan itu sebagai tanda baginya dan bukti ini harus bersifat mutlak dan meyakinkan, dan ini hanya berlaku jika sang pendakwah itu mengemukakan sebuah buku yang menjelaskan bahwa ia sebagai Imam Mahdi dan tertulis bahwa gerhana bulan dan matahari yang terjadi di bulan Ramadhan di tanggal tertentu dalam Daruquthni adalah Tanda kebenaranku. Ringkasnya, fokus kita bukan sekedar pada terjadinya gerhana matahari dan bulan, walaupun itu terjadi ribuan kali. Sebagai Tanda, peristiwa ini hanya satu kali terjadi di masa seorang Pendakwah. Dan Hadits itu telah membukti kesahihan dan kebenarannya dengan tergenapinya di masa Pendakwah Imam Mahdi. (Chasma-e-Marifat, hlm. 315)
Hadhrat Masih Mau’ud as lebih lanjut menjelaskan:
“Sebenarnya, sejak zaman Adam sampai saat ini, tidak pernah ada yang membuat nubuatan seperti ini. Nubuatan tersebut memiliki empat aspek: (1) Terjadinya gerhana bulan di awal malam-malam terjadinya gerhana. (2) terjadinya gerhana matahari pada pertengahan hari-hari gerhana. (3) terjadinya di bulan Ramadhan, dan (4) adanya pendakwah yang ditentang. Oleh karena itu, jika ada yang mengingkari keagungan nubuatan ini, maka tunjukkan maka tunjukkanlah bandingannya di dunia ini, dan selama pembanding tidak dapat ditemukan, maka nubuatan ini menempati urutan paling depan diantara semua nubuatan yang mana ayat ‘fala yuzharu ‘alaa ghaibihi ahada’ bisa diterapkan, karena dinyatakan bahwa sejak Adam sampai akhir, tidak ada yang menandingi..” (Tuhfa-e-Golarwiya, hlm. 29)
Tantangan Masih Mau’ud dan Mahdi as
Hadhrat Masih Mau’ud as juga mengajukan sebuah tantangan dengan hadiah seribu rupee bagi siapa saja yang dapat menunjukkan bahwa Tanda seperti itu pernah terjadi sebelumnya. Beliau menyatakan:
“Apakah kalian tidak takut menolak Hadist Rasulullah saw, meskipun kebenarannya telah nyata, sejelas matahari yang terang benderang? Dapatkan kalian menunjukkan Tanda seperti ini di zaman manapun sebelumnya? Apakah kalian pernah membaca di buku manapun yang menjelaskan bahwa ada seorang yang mengaku sebagai utusan Allah Ta’ala dan kemudian di zamanya terjadi gerhana bulan dan matahari dalam bulan Ramadhan seperti yang telah kalian saksikan? Jika kalian mengetahuinya maka paparkanlah, kalian akan mendapatkan seribu rupee sebagai hadian jika kalian bisa menunjukkannya. Jadi buktikan dan ambillah hadiah ini dan aku jadikan Allah sebagai saksi. Dan jika kalian tidak dapat membuktikannya – dan sungguh kalian tidak akan pernah dapat membuktikannya – maka waspadalah terhadap api yang yang disediakan bagi orang-orang yang menimbulkan kekacauan.” (Nurul Haq Jilid II)
Pernyataan sumpah Hadhrat Imam Mahdi dan Masih Mau’ud
Hadhrat Imam Mahdi dan Masih Mau’ud as juga menyatakan sumpah bahwa beliau adalah Utusan Ilahi yang Dijanjikan dan gerhana bulan dan matahari merupakan Tanda Ilahi untuk beliau. Beliau bersabda:
“Hanya di masa saya, di bulan Ramadhan, terjadi gerhana matahari dan bulan; di masa saya – sesuai dengan hadits-hadits shahih Rasulullah saw, Al-Qur’an, serta kitab-kitab terdahulu- telah terjadi wabah di seantero negeri, dan hanya di masa saya, bentuk transportasi baru telah dijalankan, yaitu kereta api, dan zamanku berbagai gempa dahsyat terjadi. Bukankah gejolak ketakwaan yang menuntut seseorang tidak berani mendustakanku? Lihatlah! Aku bersumpah demi Allah Ta’ala bahwa ribuan Tanda telah zahir untuk menampakkan kebenaranku, dan masih sedang berlangsung dan akan terus berlangsung. Jika ini rencana seorang manusia, maka sama sekali tidak mungkin mendapatkan dukungan dan pertolongan yang sedemikian rupa. (Haqiqatul Wahyi, hlm. 45)
Lebih lanjut lagi beliau bersabda:
“Aku juga bersumpah demi Allah Ta’ala bahwa aku adalah Al-Masih Yang Dijanjikan dan aku adalah orang yang sama yang dijanjikan oleh para nabi. Terdapat kabar tentangku dan zamanku di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an, bahwa akan terjadi gerhana di langit wabah dahsyat yang meliputi bumi. (Dafiul Balaa, hlm. 18)
Beliau juga bersabda:
“Aku bersumpah demi Allah yang ditangan-Nya terletak nyawaku, bahwa Dia telah mewujudkan Tanda ini di langit untuk memberi kesaksian akan kebenaranku, dan Dia menunjukkan ini di masa ketika para Maulwi menyebut saya Dajjal, pendusta besar, dan kafir, bahkan yang paling kafir. Inilah Tanda yang sama yang dua puluh tahun saya telah dijanjikan dalam ‘Barahin Ahmadiyah’, yaitu:
قُلْ عِنْدِىْ شَهَادَةٌ مِنَ اللهِ فَهَلْ اَنْتُمْ مُؤْمِنُوْنَ – قُلْ عِنْدِىْ شَهَادَةٌ مِنَ اللهِ فَهَلْ اَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
‘Katakanlah pada mereka bahwa padaku terdapat kesaksian dari Allah, apakah kalian mempercayainya atau tidak? Katakanlah pada mereka padaku terdapat kesaksian dari Allah, apakah kalian menerimanya atau tidak?’ Haruslah diingat bahwa meskipun terdapat banyak bukti dari Allah Ta’ala untuk menunjukkan kebenaranku – lebih dari seratus nubuatan telah sempurna yang ratusan ribu orang menyaksikannya – tetapi dalam wahyu ini, nubuatan ini telah disebutkan secara khusus. Aku telah diberi tanda seperti itu yang belum pernah diberikan kepada siapapun sejak zaman Adam sampai saat ini. Singkatnya, aku dapat berdiri di sekitar Ka’bah yang suci dan bersumpah bahwa tanda-tanda ini adalah untuk membuktikan kebenaranku.” (Tuhfa -Golarwiyya, hlm. 53)
Dalam syair-syair beliau, Hadhrat Imam Mahdi memohon:
Membayangkan seorang Mahdi akan datang dan menyebabkan pertumpahan darah.
Dan menjadikan agama unggul dengan membunuhi kaum kafir.
Wahai orang-orang yang tidak mengetahui, pemikiran ini sungguh sangat salah.
Semua itu adalah fitnah dan tak berdasar, dan tidak akan berhasil,
Wahai orang-orang yang kucintai, sosok yang yang dijanjikan sungguh telah datang.
Bahkan matahari dan bulanpun telah mengungkapkan rahasia ini untukmu.
Sumber : Alislam.org
Penerjemah: Irfan Adiatama
Editor : Khaeruddin Ahmad Jusmansyah
Comments (1)