Pendakwahanku Sebagai Almasih yang Dijanjikan
Oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad – Al Masih dan Imam Mahdi Yang Dijanjikan
Artikel berikut ditulis langsung oleh Masih Mau’ud as dan diambil dari majalah Review of Religions edisi September 1904 (Vol. 3, No. 9)
Tuan-tuan sekalian, aku ingin berbicara mengenai pendakwahanku, yang telah aku umumkan di negeri ini. Akal sehat dan sejarah memberi kesaksian bahwa ketika kegelapan dosa membayangi bumi, ketika segala macam pelanggaran merajalela di bumi dan kezaliman berkuasa, ketika kekuatan rohani meredup, ketika bumi tercemar oleh perilaku-perilaku tak bermoral, hati manusia tak lagi merasakan cinta-Nya, angin beracun pun mulai bertiup, pada saat itulah kasih sayang Allah Taala menakdirkan bahwa ruh kehidupan harus kembali ditiupkan ke dalam kalbu-kalbu yang telah mati, dan dunia ini harus kembali diperbaharui. Seperti halnya pergantian musim di alam jasmani, revolusi pun akan terjadi di alam ruhani. Di musim gugur, pohon-pohon kehilangan kehijauan dan kesegarannya, serta akan menggugurkan daun dan rantingnya, tampak seperti kerangka yang tak lagi terbungkus daging dan darahnya karena mengidap penyakit paru-paru stadium akhir, atau seperti wajah dan tubuh pengidap lepra yang telah rusak dan kehilangan tangan dan kakinya. Namun demikian, mereka tidak ditinggalkan begitu saja dalam keadaan tersebut. Waktu terus berganti dan musim gugur akan berganti menjadi musim semi ketika ruh kehidupan yang baru ditiupkan pada tanaman-tanaman yang telah mati sehingga dedaunannnya menghijau kembali. Tak ubahnya dengan perubahan yang terjadi di alam jasmani, perubahan dan revolusi pun terjadi dalam dunia rohani manusia yang terus mengalami perubahan terang dan gelap yang silih berganti layaknya siang dan malam. Pada masa tertentu dalam sejarah dunia, umat manusia tampak kehilangan segala kekuatan rohani serta kesempurnaan jasmaninya layaknya pepohonan di musim gugur, sedangkan di masa lainnya berhembus angin surgawi yang meniupkan ruh kehidupan yang baru ke dalam hati mereka.
Jadi, zaman kita ini layaknya permulaan musim semi. Kematian yang disaksikan di Punjab saat negeri ini berada di bawah kekuasaan kaum Sikh. Ilmu pengetahuan lenyap dan kebodohan menjadi hal yang lazim. Buku-buku agama menjadi begitu langka sehingga hanya dimiliki oleh beberapa keluarga kelas atas yang tidak tersentuh kekuasaan Sikh. Kegelapan masa-masa kekuasaan kaum Sikh digantikan dengan pemerintahan Inggris yang pada akhirnya membawakan perdamaian yang tak ternilai harganya. Nyatanya, jika melihat perdamaian dan keamanan di negeri ini serta kenyamanan yang bisa kita rasakan dan nikmati, sungguh tidak adil membandingkan antara siang hari di masa kekuasaan Sikh bahkan dengan malam hari di bawah pemerintahan Inggris. Zaman kita ini merupakan saat turunnya keberkatan jasmani dan rohani, dan apa yang telah tampak saat ini merupakan tanda melimpahnya hasil panen yang mungkin belum kita petik.
Memang pada kenyataannya, bahwa sebagai permulaan zaman baru, masa ini memperlihatkan wajah yang berbeda-beda. Sebagian tampak wajah mengerikan karena bertentangan dengan ketakwaan dan makrifat Ilahi, sedangkan yang lainnya menunjukkan beragam keistimewaan yang menarik serta memantulkan kilauan ketakwaan di dalamnya. Tidak dapat dipungkiri, Pemerintahan Inggris telah bersusah payah untuk mendidik serta memajukan ilmu pengetahuan di negeri ini. Percetakan-percetakan telah melipatgandakan jumlah buku hingga mencapai angka yang tak pernah terbayangkan sebelumnya serta dapat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Luasnya penyebaran ilmu pengetahuan ini telah menyebabkan banyak perpustakaan yang sebelumnya tersembunyi menjadi terkenal dan membuka jalan penerbitan berbagai manuskrip langka, sehingga mengubah keseluruhan penampilan masyarakat hanya dalam jangka waktu beberapa tahun.
Seiring dengan berkembangnya pendidikan dan majunya ilmu pengetahuan, ketulusan dalam beramal juga mengalami kemerosotan yang berkelanjutan, disertai dengan kuatnya paham ateisme yang mengakar dalam hati kebanyakan orang. Kita tidak bisa memungkiri berbagai kemudahan dan kenyamanan yang Pemerintah Inggris sediakan bagi kita, tidak pula menyangsikan kedamaian serta kebebasan yang tiada taranya yang telah berhasil ditegakan di negeri ini, namun kebanyakan orang tidak mampu memanfaatkannya dengan baik. Bukannya bersyukur kepada Allah Taala atas nikmat-Nya yang telah menempatkan kita di bawah suatu pemerintahan yang begitu damai dan ramah ini, kebanyakan mereka malah benar-benar melalaikan dan tidak mengacuhkan-Nya dan justru menyerahkan seluruh jiwa raganya hanya untuk mengejar kenikmatan dunia, seolah-olah mereka akan tinggal selamanya di dunia ini dan seolah-olah tidak ada Dzat Yang Mahatinggi yang berkuasa atas mereka atau mereka tidak ada kewajiban apapun kepada-Nya. Seperti bisa disaksikan sehari-hari, kezaliman tampak lebih mencolok di saat yang damai ini dan negeri ini tengah berada dalam situasi yang sangat berbahaya melihat sikap keras hati dan acuh-tak-acuh yang semakin menjadi-jadi.
Orang yang kurang akal cenderung melakukan kejahatan yang paling hina dan brutal layaknya kaum biadab, dan di setiap golongan masyarakat selalu ada saja yang terlibat kejahatan. Kedai minum-minum cenderung lebih banyak didirikan daripada jenis toko lainnya, serta berbagai profesi yang menampakan kerendahan moral semakin marak setiap harinya, sedangkan tempat-tempat peribadatan hanya digunakan sebagai penyelenggaraan berbagai upacara yang kosong dari makna kehidupan serta nilai-nilai penghayatan. Pendeknya, terjadi ledakan kejahatan dan ketidakadilan yang hebat dan, layaknya banjir bandang yang dapat menghancurkan tanggul dan menyapu habis seluruh desa dalam satu malam, luapan nafsu duniawi menyapu habis segala pembatas yang diharapkan mampu membendung dosa. Kegelapan yang paling kelam pun telah menyebar ke seluruh dunia, dan telah mencapai titik dimana tatanan masyarakat harus diperbaharui kembali serta menerima cahaya petunjuk dari langit atau dimusnahkan hingga lenyap dari muka bumi. Namun nubuatan-nubuatan Rasulullah saw telah memberikan kita petunjuk bahwa akhir zaman akan datang seribu tahun setelah zaman beliau. Selain itu kemajuan dunia, yang disebabkan oleh berbagai penemuan serta penelitian sejak berabad-abad lampau hingga masa sekarang, secara jelas mengindikasikan perubahan yang sama terhadap kemajuan tatanan rohani manusia. Terdapat kebutuhan mendesak untuk sebuah reformasi rohani, karena secara rohani, dunia ini tengah berdiri di tepi jurang kehancuran dan begitu terpuruknya sehingga kemurkaan dari langit harus dikobarkan untuk menghentikannya. Dorongan nafsu tumbuh begitu kuat sementara kecondongan kepada kerohanian telah benar-benar melemah, dan cahaya iman telah padam. Oleh sebab itu, sangat diperlukan cahaya penuntun langsung dari langit untuk menyibak kelamnya awan kegelapan yang mencekam dunia, layaknya secercah sinar pagi yang mampu menghalau gelapnya malam. Sebagaimana adanya cahaya dari langit yang dapat menerangi segala penjuru dunia, maka ada pula cahaya samawi yang senantiasa menyinari relung hati, dan kebenaran kedua hukum ini nyata adanya.
Sejak Allah Taala menciptakan manusia, telah menjadi hukum-Nya yang pasti bahwa Dia akan menurunkan nur-Nya kepada umat manusia melalui salah seorang di antara mereka, sehingga akan tercipta persatuan serta kesatuan diantara mereka. Wujud terpilih tersebut yang menerima cahaya makrifat Ilahi yang sempurna dari Allah Taala, dan meminum langsung mata air kecintaan-Nya yang sempurna, akan bercakap-cakap dengan-Nya, dan dituntun menapaki jalan keridhaan-Nya yang sempurna serta akan dikaruniai gejolak yang kuat untuk menarik orang-orang kepada cahaya, makrifat serta kecintaan yang telah dianugerahkan kepadanya. Dengan demikian, mereka yang ditarik dan disirami makrifat-Nya karena kedekatan dengannya akan terpelihara dari dosa dan senantiasa dibimbing di jalan keimanan dan ketakwaan.
Sesuai hukum yang berlaku, Allah Taala menurunkan kabar nubuatan melalui lisan para nabi-Nya bahwa setelah hampir enam ribu tahun dari zaman Adam asketika kegelapan berkuasa di muka bumi, luapan nafsu duniawi yang tak tertahankan meredupkan rasa cinta pada-Nya dan kedurhakaan merajalela, maka Allah Taala akan meniupkan ke dalam diri seorang manusia ruh kebenaran dan kecintaan dan makrifat yang secara rohani serupa dengan yang diberikan kepada Adam as, dan wujud tersebut akan diberi julukan Almasih karena Allah Taala sendiri yang akan mengurapi jiwanya dengan kecintaan-Nya.
Almasih ini, berdasarkan janji Allah yang terkait kedatangannya di dalam berbagai kitab ia disebut sebagai Almasih yang Dijanjikan, telah dinubuatkan akan berhadapan langsung dengan Setan, dan akan terjadi pertempuran dahsyat antara dirinya melawan kejahatan, yakni pertempuran akhir antara kebaikan dan keburukan. Dalam perang rohani ini, Setan akan mengerahkan seluruh bala tentaranya ke medan laga serta menghimpun seluruh kekuatan dan sumber daya. Belum pernah ada pertempuran antara kebaikan dan keburukan yang sedahsyat ini sebelumnya, dimana pada hari itu seluruh siasat Setan serta segala upaya ulungnya dalam menjerumuskan manusia akan benar-benar kehabisan tenaga. Setelah pertarungan sengit tersebut, sang Almasih akan memukul mundur segala kekuatan kegelapan, dan keagungan, kemuliaan, keesaan dan kesucian Allah Taala akan digaungkan ke seluruh penjuru bumi dan akan terus diumumkan dalam seribu tahun, yakni hari ketujuh dalam Kitab-kitab Suci Samawi. Barulah akan tiba hari akhir. Akulah sang Almasih tersebut: maka bagi kalian yang meyakininya, terimalah aku.
Mungkin akan muncul keraguan dalam benak beberapa orang berkenaan dengan adanya Setan dan mereka pun penasaran dengan penyebutan Setan dan bala tentaranya. Ingatlah bahwa dalam setiap hati manusia bersemayam dua ketertarikan, yakni ketertarikan pada kebaikan dan ketertarikan pada keburukan. Di dalam syariat Islam, jenis ketertarikan yang pertama dihubungkan dengan malaikat atau ruh kebaikan, sedangkan yang kedua dikaitkan dengan Setan atau ruh kejahatan. Manusia pada suatu kesempatan bisa condong pada keburukan dan bisa pula pada kebaikan di lain kesempatan, dan inilah yang dimaksud dengan pertempuran antara kebaikan melawan keburukan. Aku rasa banyak orang dalam majelis ini yang, hanya dengan mendengarkan pendakwahanku sebagai seorang Al-Masih dan pengakuanku atas wahyu Samawi, akan menyebutku sebagai pendusta serta meremehkan pendakwahanku. Namun aku tidak akan menyalahkan mereka, karena memang begitulah yang telah terjadi sejak awal. Setiap utusan-Nya harus mendengar caci-maki serta hinaan kaumnya di masa-masa awal pendakwahan mereka, dan bisa dikatakan bahwa seorang nabi akan memperoleh kemuliaan, kecuali di masa awalnya pengutusannya.
Nabi dan Rasul Karim saw, yang kepadanya Kitab Suci Al-Quran diturunkan, yang telah membawakan kita suatu syariat yang paling sempurna di atas semua syariat, dan yang menjadi suatu kebanggaan dengan menjadi pengikutnya, juga menerima perlakuan yang sama oleh kaumnya sendiri. Selama tiga belas tahun lamanya beliau merasakan penganiayaan serta penyiksaan oleh tangan penentang tanpa ada pertolongan dari orang lain, serta menghadapi segala macam ejekan, hinaan, caci-makian dan kebiadaban dengan penuh kesabaran dan ketabahan yang luar biasa – seluruh kekejaman ini pada akhirnya mencapai puncaknya, pengusiran beliau dari Mekkah. Siapa sangka pada saat itu bahwa seorang manusia yang begitu tak berdaya dan menyedihkan tersebut rupanya ditakdirkan menjadi pembimbing dan pemimpin jutaan umat manusia? Demikianlah Sunnatullah bahwa mereka yang diutus oleh Allah Taala pertama-tama senantiasa ditertawakan serta dipandang hina. Hanya segelintir orang saja yang mengenali mereka pada awalnya dan karena itu pun mereka harus menghadapi penderitaan di tangan orang-orang yang bodoh dan mereka harus menanggung berbagai macam kesusahan, penganiayaan, serta ancaman hingga saatnya tiba dimana Allah Taala membukakan hati kaum tersebut untuk menerima mereka.
Demikianlah pendakwahanku. Tetapi pekerjaan yang Allah telah menunjukku, yaitu fungsi diriku sebagai Almasih yang Dijanjikan adalah, aku akan menghilangkan pemisah yang telah mengasingkan manusia dari Allah Taala, serta memperbaharui kembali jalinan ketulusan dan kecintaan manusia dengan Sang Khalik. Aku telah dibangkitkan untuk menghentikan berbagai peperangan atas nama agama serta meletakkan fondasi perdamaian, kerukunan dan persaudaraan di antara umat manusia, akan menyingkapkan kebenaran samawi yang telah lama tersembunyi dari mata manusia, akan memperlihatkan dengan jelas kerohanian hakiki dengan menghilangkan kegelapan hawa nafsu, akan memanifestasikan berbagai bukti kekuatan Ilahi di dalam diri manusia melalui doa atau dengan memusatkan perhatian, dan yang paling penting, akan membangun kembali ketauhidan Ilahi yang murni dan agung, yang bebas dari segala noda syirik, yang kini telah hilang dari muka bumi. Ini semua akan terjadi bukan dengan kekuatanku, namun dengan kekuatan agung dari Dia yang menguasai langit dan bumi. Aku menyadari bahwa di satu sisi, setelah mengajariku ilmu makrifat-Nya yang dalam dan menjadikanku sebagai penerima wahyu-Nya, Allah Taala telah menganugerahkanku gejolak untuk menciptakan pembaharuan ini, sedangkan di sisi lain Dia sendiri yang telah mempersiapkan kalbu orang-orang yang siap menerima ajaranku.
Aku menyaksikan telah terjadi sebuah revolusi besar di dunia ini sejak aku diutus Allah Taala untuk tugas samawi ini. Doktrin ketuhanan Yesus ditolak oleh para pemikir yang berakal sehat di Eropa dan Amerika, dan dalam waktu yang bersamaan, penyembahan berhala di India pun semakin kehilangan umatnya. Meskipun orang-orang ini masih tidak mengenal ruh kerohanian hakiki dan cukup puas dengan sekedar sepatah-dua patah kata penjelasan formal keyakinan mereka, namun telah banyak ikatan yang mereka putus sehingga membawa mereka pada ketidakyakinan dan sekarang mereka bagaikan sedang berdiri di gerbang pintu ketauhidan. Aku berharap dalam waktu dekat ini kasih sayang-Nya akan menggapai tangan mereka dan menempatkan mereka dalam lingkaran ketauhidan dimana hanya ada kedamaian dan rasa aman, dan dimana seseorang dikaruniai kecintaan, ketakutan dan makrifat yang sempurna. Ini bukan angan-angan kosong namun Allah Taala telah memberiku kabar suka yang mengarahkanku untuk menyampaikan harapan ini. Manifestasi janji samawi ini telah ditampakkan di negeri ini sehingga beragam orang bisa segera tampak bergabung dalam satu kumpulan, dan malam perselisihan dan permusuhan ini bisa segera berganti menjadi cerahnya pagi yang damai dan rukun.
Merupakan harapan universal semua aliran agama untuk pada akhirnya menyatukan beragam umat manusia menjadi satu bangsa. Umat Kristen berkeyakinan akan tiba saat ketika seluruh umat manusia di muka bumi ini menerima doktrin ketuhanan Yesus as. Umat Yahudi pun menaruh harapan akan segera datangnya Al-Masih mereka yang akan menjadikan mereka sebagai pewaris seluruh bumi ini serta menyatukan seluruh manusia dalam keyakinan mereka. Nubuatan-nubuatan dalam agama Islam juga memegang harapan kedatangan sang Al-Masih yang akan membawa Islam menjadi agama yang unggul dan universal di seluruh dunia, dan saat yang dijanjikan itu tidak akan lebih jauh dari permulaan abad ke-14 Hijriah. Dan pada saat ini pun para Pandit atau pemuka Sanatan Dharm sangat antusias menanti kedatangan seorang Avatar yang akan menyebarkan keimanan sejati di muka bumi. Meskipun Umat Arya tidak meyakini nubuatan apapun, mereka tetap memiliki keyakinan serupa dan berupaya sebisa mungkin untuk menyebarkan agama Arya di Timur dan Barat. Agama Buddha pun tidak luput dalam hal ini, dimana mereka juga menunjukkan berbagai bentuk gerakan dan pembaharuan. Namun yang paling menakjubkan, bahkan mungkin tampak menggelikan, ialah bahwa seluruhnya berkompetisi untuk menjadi agama yang paling unggul, bahkan komunitas paling kecil pun menunjukkan upaya yang serupa, namun masing-masing juga memperlihatkan upaya untuk melindungi diri dari agama lain yang dianggap mengancam. Pendeknya, kompetisi agama-agama ini telah semakin memanas dan setiap sekte begitu bersemangat untuk memperoleh pengikut dari agama lain. Muncul berbagai keributan dalam dunia keagamaan ini, bahkan lebih dahsyat dari keributan yang disebabkan oleh badai di lautan, dan layaknya ombak yang saling bergantian menggempur, begitu pula apa yang dilakukan oleh agama-agama yang beragam itu.
Berbagai gerakan yang dijelaskan di atas menarik pada satu kesimpulan bahwa telah tiba masa dimana Allah Taala hendak menghimpun seluruh umat manusia dalam satu kesatuan. Mengenai masa ini telah dijelaskan di dalam Al-Quran:
وَتَرَكنا بَعضَهُم يَومَئِذٍ يَموجُ في بَعضٍ ۖ وَنُفِخَ فِي الصّورِ فَجَمَعناهُم جَمعًا
Dan Kami akan membiarkan sebagian mereka pada hari itu menyerang sebagian yang lain, dan nafiri akan ditiup. Lalu akan kami himpun mereka itu semuanya. (QS.18: Ayat 100)
Dengan membaca ayat ini disertai ayat sebelumnya, tampak makna sebenarnya bahwa ketika terjadi persaingan sengit demi keunggulan masing-masing agama, dan mereka akan terombang-ambing dalam kegaduhan layaknya ombak di lautan, barulah Allah Taala akan memperlihatkan sebuah takdir baru yang akan menarik kalbu-kalbu yang mampu menerimanya. Lalu mereka akan menyadari makna seebenarnya dari agama, ke dalam diri mereka akan ditiupkan kehidupan yang baru, yakni ruh ketakwaan yang hakiki, dan mereka akan minum langsung dari mata air makrifat Ilahi yang hakiki. Penting agar dunia ini jangan sampai pada kehancurannya sebelum nubuatan yang telah disebutkan di dalam Al-Quran sejak 1.300 tahun yang lalu itu tergenapi.
Al-Quran telah menyebutkan banyak tanda lainnya berkenaan dengan akhir zaman di saat umat manusia akan bernaung di bawah satu agama; contohnya, sungai yang akan terbelah menjadi kanal-kanal, bumi akan mengeluarkan berbagai kandungan mineral, penemuan serta ilmu pengetahuan yang tersembunyi, (dengan merujuk pada kemajuan mesin percetakan) sarana seperti ini akan muncul untuk mencetak buku-buku dalam jumlah besar, alat transportasi akan ditemukan sehingga unta-unta kehilangan fungsinya dan semakin memudahkan manusia untuk berpergian kemanapun, sarana untuk berkorespondensi dan menjalin hubungan dengan orang-orang akan semakin mudah, dan terjadinya gerhana matahari dan bulan pada waktunya telah ditentukan dalam satu bulan Ramadhan. Seluruh tanda kasih sayang Allah Taala ini akan diikuti dengan tanda lainnya yang menunjukkan kemurkaan ilahi, seperti wabah penyakit yang mampu melanda setiap kota dan desa, benar-benar memusnahkan suatu wilayah dan meninggalkan kerusakan parah di tempat lainnya. Lalu Allah Taala akan sangat murka karena tanda-tanda yang telah Dia manifestasikan melalui tangan para Rasul-Nya malah didustakan, dan Nabi yang telah Dia utus justru ditolak dan disebut pendusta.
Seluruh tanda yang telah disebutkan di atas, yang telah Al-Quran gambarkan sebagai tanda-tanda kedatangan seorang Almasih yang Dijanjikan, telah tergenapi di zaman ini. Dengan demikian, ada sebuah jalan yang nyata bagi semua orang yang menggunakan akal dan pikirannya untuk menerima pendakwahanku, karena seluruh tanda yang ditetapkan untuk kedatangan seorang Almasih yang Dijanjikan tersebut telah Dia manifestasikan pada diriku. Selain tanda-tanda yang disebutkan di atas, Al-Quran telah menetapkan waktu kedatangan sang Al-Masih dengan cara yang lain. Melaluinya kita diberitahu bahwa satu hari di sisi Allah Taala sama dengan seribu tahun di dunia, seperti dijelaskan dalam ayat berikut:
وَيَستَعجِلونَكَ بِالعَذابِ وَلَن يُخلِفَ اللَّهُ وَعدَهُ ۚ وَإِنَّ يَومًا عِندَ رَبِّكَ كَأَلفِ سَنَةٍ مِمّا تَعُدّونَ
“Dan mereka minta kepada engkau untuk mempercepat azab, tetapi Allah tidak akan mengingkari janji-Nya. Dan sesungguhnya satu hari di sisi Tuhan-mu kadang-kadang seperti seribu tahun menurut perhitungan kamu”. (QS. 22: Ayat 48)
Dengan demikian, tujuh hari yang disebutkan dalam Al-Quran berarti tujuh ribu tahun yang menggambarkan zaman ini sejak Adam hingga akhir zaman yang diceritakan dalam kitab-kitab suci. Aku tidak bermaksud mengatakan bahwa jangka waktu tujuh ribu tahun adalah keseluruhan waktu dari awal hingga akhir dunia, karena di dalam Al Qur’an juga dijelaskan bahwa dunia ini telah ada sebelum Adam yang diceritakan dalam Al-Quran. Tentu kita tidak bisa menjelaskan siapa kaum yang hidup di masa itu, karena kita tidak punya keterangan apapun mengenainya. Namun tampaknya satu siklus dunia ini berlangsung selama tujuh ribu tahun dan karena itu bisa disebut juga tujuh hari, yakni satu hari sama dengan seribu tahun. Kita tidak tahu sudah berapa kali siklus ini terjadi hingga saat ini, dan sudah berapa banyak Adam yang telah berlalu sebelum Adamasyang kita kenal ini. Karena Allah Taala adalah Sang Maha Pencipta semenjak awal, jadi kita harus yakin bahwa ciptaan-Nya telah ada sejak dahulu kala meskipun kita sulit mengetahui wujud dan rupanya. Di sini, umat Kristen pun telah keliru karena meyakini bahwa dunia ini diciptakan dan bumi serta langitnya hanya enam ribu tahun yang lalu, sedangkan sebelum itu kuasa Allah Taala untuk menciptakan selamanya tidak berfungsi.
Aku rasa tidak ada seseorang yang berakal sehat bisa menganut suatu keyakinan yang tidak masuk akal demikian. Di sisi lain Al-Quran mengajarkan kita ajaran-ajaran yang kebenarannya tidak akan pernah diragukan lagi. Al-Quran mengajarkan kita bahwa Allah Taala adalah Sang Maha Pencipta dan akan selalu seperti itu, dan atas kehendak-Nya, Dia bisa saja memusnahkan langit dan bumi lalu menciptakannya kembali berjuta-juta kali. Dia telah menjelaskan kepada kita bahwa ada jangka waktu selama tujuh ribu tahun dari Adam yang merupakan pendahulu kita hingga akhir dari siklus ini, yang setara dengan tujuh hari di sisi Allah Taala. Rasulullah saw datang pada ribuan kelima sejak diutusnya Adam atau di hari kelima dalam siklus ini. Hal ini dijelaskan dalam surah Al-’Asr (masa) yang huruf-hurufnya, berdasarkan cara penghitungan nilai-nilai huruf hijayah, menunjukkan jumlah tahun yang telah berlalu sejak Adamashingga saat diwahyukannya surah ini kepada Hadhrat Rasulullah saw. Berdasarkan kalkulasi ini, telah berlalu enam ribu tahun sejak Adamasdan sisa seribu tahun lagi akan menggenapi siklus ini.
Kitab Suci Al-Quran beserta kitab-kitab terdahulu telah memberikan kita pemahaman bahwa Utusan Allah Taala yang datang di akhir zaman dalam wujud Adam as, dan yang akan diberi pangkat Al-Masih, akan terlahir pada hari-hari akhir di ribuan keenam sejak diutusnya Adam as, sebagaimana Adam asjuga lahir di penghujung hari keenam. Tanda-tanda ini cukup untuk membimbing orang-orang yang berakal kepada kesimpulan hakiki. Siklus tujuh ribu tahun tersebut lebih lanjut terbagi sesuai dengan prevalensi kebaikan dan keburukan, setiap ribuan tahun ganjil akan dipenuhi dengan kebaikan dan petunjuk hakiki, sementara ribuan tahun genap akan dikuasai Setan. Kemudian pada ribuan kelima Rasulullah saw diutus untuk perbaikan kerohanian dunia sementara Setan dibelenggu. Selanjutnya pada ribuan keenam, sejak awal abad keempat hingga abad keempat belas setelah Islam, Setan kembali merajalela dan kejahatan mewabah dimana-mana. Dan kini kita berada pada ribuan ketujuh yang merupakan masanya Allah dan Al-Masih-Nya, bagi setiap kebaikan dan kebajikan, bagi keimanan sejati dan perbaikan kerohanian umat manusia, bagi ketakwaan dan penegasan ketauhidan Ilahi dan penyembahan kepada Allah Taala. Dengan masuknya dunia ini kepada ribuan ketujuh, abad Milenium, tidak ada lagi Al-Masih yang bisa menginjakkan kakinya di muka bumi ini, karena batas waktu bagi kedatangannya telah berlalu. Al-Masih yang benar adalah yang telah datang tepat waktu dan mengumumkan kedatangannya kepada dunia. Seluruh nubuatan tersebut terkandung dalam Al-Quran, dan juga telah disampaikan oleh nabi-nabi terdahulu. Bahkan, tidak ada nubuatan yang disampaikan dengan frekuensi dan kekuatan seperti nubuatan yang berkaitan dengan kedatangan Al-Masih di akhir zaman dan kemunculan Dajjal.
Sebagian orang berpikir bahwa nubuatan yang berhubungan dengan kedatangan Masih Mau’ud (Almasih yang Dijanjikan) hanya tercantum dalam Hadis, bukan dalam Al-Quran, sehingga mereka pun meminta bukti adanya Firman Allah Taala mengenai hal tersebut. Dengan merenungkan firman-firman di dalam Al-Quran itu cukup untuk meyakinkan siapapun yang berakal sehat bahwa nubuatan ini tertulis dengan sangat jelas di dalam Al-Quran. Dalam surah At-Tahrim, disebutkan bahwa beberapa orang dari kalangan umat Islam akan disebut Ibnu Maryam (Putra Maryam), karena di dalam surah ini, pertama-tama orang mukmin itu dimisalkan dengan Maryam dan selanjutnya disebutkan mengenai ditiupkannya ruh ke dalam dirinya (yakni ke dalam diri seorang beriman yang dimisalkan dengan Maryam). Hal ini mengindikasikan bahwa seorang mukmin yang menunjukan ketaatan sempurna terhadap perintah Ilahi dan menunjukan kualitas yang sama seperti Maryam, akan diganjar oleh Allah Taala dengan menjadikanya seperti Isa as. Berkenaan dengan pencapaian derajat ini, Allah Taala berfirman berkenaan denganku dalam sebuah wahyu yang diterbitkan dalam Barahin Ahmadiyah:
“Wahai Maryam! Masuklah engkau beserta sahabat-sahabat engkau ke dalam surga”
dan selanjutnya,
“Wahai Maryam! Aku telah meniupkan padamu ruh kebenaran,” (secara simbolis dijelaskan bahwa yang dikandung oleh Maryam adalah kebenaran);
dan yang terakhir,
“Wahai Isa! Aku akan mewafatkan engkau dalam kewafatan yang alami lalu mengangkat engkau kepada-Ku,”
dimana aku dipanggil dengan nama Isa seolah-olah diangkat dari derajat Maryam ke derajat Isa as. Dengan demikian, janji yang disebutkan dalam surah At-Tahrim tersebut telah tergenapi dalam wujudku, dan Allah Taala telah menamaiku Isa Putra Maryam.
Dalam surah Al-Nuur, Allah Taala kembali berfirman bahwa para khalifah Rasulullah saw akan diangkat dari kalangan umat Islam seperti halnya para khalifah Musa asseperti yang dijelaskan dalam surah berikut:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذينَ آمَنوا مِنكُم وَعَمِلُوا الصّالِحاتِ لَيَستَخلِفَنَّهُم فِي الأَرضِ كَمَا استَخلَفَ الَّذينَ مِن قَبلِهِم وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُم دينَهُمُ الَّذِي ارتَضىٰ لَهُم وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِن بَعدِ خَوفِهِم أَمنًا ۚ يَعبُدونَني لا يُشرِكونَ بي شَيئًا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعدَ ذٰلِكَ فَأُولٰئِكَ هُمُ الفاسِقونَ
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dari antara kamu dan berbuat amal shalih, bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka itu Khalifah di muka bumi ini, sebagaimana Dia telah menjadikan Khalifah orang – orang yang sebelum mereka; dan Dia pasti akan meneguhkan bagi mereka, agama mereka; yang telah Dia ridhai bagi mereka; dan pasti Dia akan memberi mereka keamanan dan kedamaian sebagai pengganti sesudah ketakutan mencekam mereka. Mereka akan menyembah Aku. Dan barangsiapa ingkar sesudah itu, mereka itulah orang – orang durhaka. (QS. 24: Ayat 56)
Di dalam Al-Quran juga dijelaskan bahwa Agama Islam akan mengalami dua goncangan besar yang akan mengancam keberlangsungannya. Salah satu di antaranya adalah peristiwa kewafatan Rasulullah saw dan masa beralihnya kepemimpinan Islam ke tangan Abu Bakar ra, khalifah pertama sesuai dengan janji Ilahi. Goncangan kedua menurut Al-Quran adalah kejahatan yang akan ditimbulkan oleh Dajjal, yang untuk mengalahkannya itu maka datanglah Almasih yang Dijanjikan. Inilah kejahatan besar yang dikiaskan dalam ayat penutup surah Al-Fatihah yang harus dibaca oleh setiap Muslim dalam shalat mereka dan inilah masa datangnya ujian dan cobaan yang diacu oleh nubuatan pada ayat yang sama yakni pada surah Al-Nuur (QS. 24: 56) tepat setelah janji akan diutusnya Khalifah bagi Rasulullah saw. Dalam firman-Nya tersebut, Allah Taala menjelaskan bahwa pada akhir zaman, di saat agama Islam terguncang begitu hebatnya sehingga timbul kekhawatiran bahwa agama ini akan punah dan wujudnya akan sepenuhnya lenyap, Dia akan meneguhkannya kembali berdiri di muka bumi serta memberikan rasa tenteram bagi umat Islam setelah kekhawatiran tersebut. Seperti dijelaskan dalam Al-Quran:
هُوَ الَّذي أَرسَلَ رَسولَهُ بِالهُدىٰ وَدينِ الحَقِّ لِيُظهِرَهُ عَلَى الدّينِ كُلِّهِ وَلَو كَرِهَ المُشرِكونَ
Dia-lah Yang telah mengutus Rasul – Nya dengan petunjuk dan agama yang benar, supaya Dia memenangkannya di atas semua agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya. (QS. 9: Ayat 33)
Kemudian
إِنّا نَحنُ نَزَّلنَا الذِّكرَ وَإِنّا لَهُ لَحافِظونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang telah menurunkan peringatan ini (Al-Quran), dan sungguh Kami sendiri yang akan menjadi penjaganya,” (QS. 15: Ayat 10)
Ayat di atas juga merujuk kepada zaman diutusnya Masih Mau’ud (Almasih yang Dijanjikan) karena sebagaimana ayat ini berbicara mengenai turunnya Wahyu melalui Rasulullah saw, ia juga berbicara mengenai penjagaan firman yang telah diwahyukan tersebut dari para penentang yang berusaha melenyapkannya, yang merupakan tugas dari Sang Al-Masih. Secara singkat aku sudah sebutkan beberapa ayat yang menjelaskan kedatangan Masih Mau’ud (Almasih yang Dijanjikan), baik yang tertulis ataupun tersirat, karena menjabarkan bukti-bukti tersebut secara rinci tidak akan selesai dalam waktu yang terbatas ini. Hal ini menjadi bukti yang cukup bagi siapapun yang berusaha mencari kebenaran pendakwahanku di dalam Al-Quran dengan cara yang serupa terhadap pencarian kebenaran pendakwahan Rasulullah saw ataupun Isa asdalam kitab-kitab sebelumnya. Artinya, jika nubuatan-nubuatan ini masih dianggap belum cukup, maka harus diakui pula bahwa tidak ada nubuatan di dalam Taurat mengenai kedatangan Isa as ataupun Rasulullah saw, karena jika kata-kata dalam nubuatan-nubuatan sebelumnya tidak tergambar dengan sangat jelas, maka tidak pula pada nubuatan-nubuatan selanjutnya. Tepat di sini lah umat Yahudi tersandung dalam mengakui kedatangan dua nabi, yakni Isa as dan Muhammad saw.
Misalnya, jika nubuatan mengenai kedatangan Rasulullah saw dinyatakan dengan kata-kata yang lugas dan jelas bahwa beliau akan lahir di Makkah, nama beliau adalah Muhammad, ayah dan kakek beliau bernama Abdullah dan Abdul Muttalib, merupakan keturunan Bani Ismail, akan hijrah ke Madinah karena mengalami penindasan di Makkah, dan akan lahir bertahun-tahun setelah Musa as, maka tidak seorang Yahudi pun bisa mengingkari beliau.
Kesulitan dalam memahami nubuatan terkait kedatangan Yesus as lebih besar lagi, sehingga karena itulah umat Yahudi hingga hari ini menganggap mereka dapat dimaklumi dalam menolak Yesus as. Karena secara jelas dinyatakan dalam nubuatan-nubuatan tersebut bahwa Ilyas as akan muncul kembali sebelum kedatangan Al-Masih sejati bahkan nubuatan ini tercatat dengan jelas dalam kitab-kitab mereka. Namun karena Ilyas as tidak muncul kembali maka umat Yahudi pun menganggap pendakwahan Isa as sebagai Al-Masih itu tidak benar. Saat dihadapkan pada situasi pelik ini, Yesus as menjawab bahwa kemunculan Ilyas as yang dimaksud di sini adalah datangnya seseorang seperti beliau, bukan datangnya orang itu sendiri. Namun penjelasan ini ditolak umat Yahudi karena bertentangan dengan Firman Allah yang berbicara bukan mengenai kedatangan seseorang yang menyerupai Ilyas, tapi datangnya Ilyas itu sendiri. Dengan memperhatikan hal ini, jelaslah bahwa nubuatan-nubuatan mengenai kedatangan para Nabiullah selalu memiliki makna yang dalam supaya memisahkan antara orang-orang muttaqi dengan yang tidak.
Namun, bukan hanya ini saja yang bisa kujelaskan untuk mendukung pendakwahanku. Pendakwahan yang didasari pada kebenaran tidak hanya disertai dengan satu jenis bukti pendukung melainkan, seperti sebuah berlian, akan memancarkan kilauan dengan seterang-terangnya. Demikianlah pendakwahanku sebagai Almasih yang Dijanjikan. Kilauan kebenarannya senantiasa memancar dipandang dari sudut manapun. Pendakwahanku sebagai seorang utusan Allah Taala dan penerima wahyu Ilahi, tercatat sejak lebih dari 27 tahun dan diterbitkan di dalam karyaku berjudul Barahin Ahmadiyah sekitar 24 tahun yang lalu. Sungguh tak terbayangkan rentetan kebohongan yang panjang dan berkelanjutan ini (jika ini dianggap sebagai kebohongan, red). Betapapun hebatnya seseorang pembohong, ia tidak dianggap bersalah karena telah menciptakan kebohongan selama jangka waktu yang begitu lama dan telah mempengaruhi seluruh dunia. Apalagi Allah Taala tidak menolong seorang pendusta. Bayangkanlah ada seseorang yang setiap saat mengarang dusta baru dan menciptakan kebohongan baru, merekayasa kata-kata dan nubuatan-nubuatan lalu berpura-pura bahwa itu berasal dari ilham yang diterimanya dari Tuhan, atau dari Firman Allah yang telah turun padanya sebagai wahyu Ilahi, sementara Allah Taala tahu bahwa ia adalah seorang pendusta ulung dalam setiap kata yang diucapkannya setiap hari, renungkanlah apakah Allah Taala akan mengulurkan tangan-Nya kepada sosok terkutuk itu, apakah Dia akan menyuburkan jumlah pengikutnya dan terus meningkat selama bertahun-tahun serta menggagalkan segala rencana para penentang yang ingin melenyapkannya. Namun selama 27 tahun, aku tiada henti-hentinya menerima banyak bantuan dari Allah Taala dan jumlah pengikutku terus bertambah sekalipun dalam kondisi yang paling sulit. Tidakkah kenyataan ini menunjukan bahwa aku adalah seorang yang benar?
Ada dalil lain yang menjawab secara meyakinkan atas kebenaran pendakwahanku. Dua puluh empat tahun sebelumnya yakni ketika diriku belum dikenal dan jauh dari hiruk pikuk dunia, Allah Taala menyingkapkan bagiku beberapa nubuatan berkenaan dengan masa depanku yang pada saat itu juga dan dalam kondisi tersebut telah aku terbitkan dalam kitab Barahin Ahmadiyah yang kutulis kemudian. Seraya menyampaikannya padaku, Allah Taala kemudian berfirman:
“Wahai Ahmad-Ku. Engkau adalah tujuan-Ku dan beserta-ku. Rahasiamu adalah rahasia-Ku. Engkau bagi-Ku adalah seperti ketauhidan dan Keesaan-Ku. Sudah tiba waktunya engkau akan ditolong dan dikenal oleh manusia. Engkau memiliki derajat tinggi di hadirat-Ku yang dunia tidak ketahui. Tuhan akan menolongmu dalam segala hal. Engkau memiliki derajat tinggi di hadirat-Ku dan Aku telah memilih engkau bagi Diri-Ku sendiri dan Aku akan menjadikan mereka mengikuti dan mentaati engkau dan engkau akan membimbing mereka. Orang-orang akan diberi wahyu dari Tuhan dan akan membantu engkau. Pertolongan-Nya akan datang kepada engkau melalui jalan yang dalam dan jauh. Orang-orang akan datang kepada engkau dari tempat yang jauh. Oleh karena itu, temuilah mereka dan janganlah engkau berpaling dari mereka atau jangan lelah dengan mereka, disebabkan oleh jumlahnya yang banyak, melainkan sambutlah mereka dengan ramah dan lemah lembut. Dan berdoalah kepada Allah Taala, ‘Wahai Tuhan, jangan tinggalkan aku sendiri dan Engkau adalah sebaik-baik pewaris.’ Dia akan menyediakan sahabat-sahabat bagimu dari Ahli Suffah, dan apa yang engkau ketahui tentang Ahli Suffah. Engkau akan melihat air mata berlinang dari mata mereka, dan mereka akan berkata, “Tuhan kami, kami telah mendengar suara seorang penyeru yang berseru untuk beriman kepada-Nya. Sungguh, Aku akan jadikan engkau Khalifah-Ku di bumi dan orang-orang akan merendahkan engkau, ‘Darimana dan bagaimana engkau mendapatkan ketinggian derajat dan martabat seperti ini?’ Katakanlah, ‘Allah itu ajaib dan selalu berbuat keajaiban’. Dia tidak akan ditanya tentang apa yang Dia kerjakan melainkan Dia akan menanyai setiap orang sesuai dengan apa Dia perintahkan. Mereka berkata, ‘Ini tidak lain melainkan kepalsuan.’ Katakanlah, ‘Dia-lah Allah yang telah menentukan takdir ini,’ maka tinggalkanlah mereka dalam keadaan sia-sia. Dialah Tuhan yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang Haq dan menjadikannya unggul di atas semua agama. Mereka hendak memadamkan cahaya ini, namun Tuhan akan membawa cahaya ini menjadi sempurna dan menghidupkannya di dalam hati orang-orang yang siap menerimanya, meskipun orang-orang ingkar tidak menyukai. Tuhan akan melindungi engkau dari kejahatan mereka, meskipun orang-orang tidak bisa melindungi engkau. Engkau di hadapan-Ku dan Aku memberimu nama Mutawakkil (yang bertawakal pada-Nya), dan Tuhan tidak akan meninggalkanmu sebelum Dia memutuskan yang baik dari yang buruk. Dua domba akan disebelih dan setiap orang di muka bumi akan merasakan kematian. Ada hal yang engkau tidak suka namun itu baik bagimu, dan ada hal yang engkau suka namun itu tidak baik bagimu. Dia Maha Mengetahui apa yang baik bagimu dan apa yang tidak, sedangkan engkau tidak mengetahui.”
Dapat disaksikan bahwa wahyu-wahyu di atas mengandung empat nubuatan agung. Pertama, di saat aku seorang diri tanpa seorang temanpun, kira-kira sejak 24 tahun yang lalu, Allah Taala telah memberiku kabar suka bahwa aku tidak akan ditinggalkan seorang diri melainkan akan memiliki banyak pengikut dan orang-orang akan datang dari tempat-tempat yang jauh dan terpencil dalam jumlah yang sedemikian rupa besar hingga akan membuatku lelah menerimanya. Kedua, aku akan menerima bantuan yang begitu besarnya dari orang-orang ini. Dunia telah mengetahui bagaimana diriku saat nubuatan itu diterbitkan dan bagaimana pula diriku saat ini ketika telah berlalu setengah abad sejak diterbitkannya nubuatan itu. Aku hidup sendiri di sebuah desa kecil yang jauh dari hiruk pikuk, namun kini aku memiliki lebih dari 200,000 orang pengikut. Nubuatan ketiga yang disebutkan masih berkaitan dengan sebelumnya yakni orang-orang akan berupaya keras untuk melawan takdir ini dan memadamkan cahaya ini, namun segala daya upaya mereka tidak akan membuahkan apapun dan segala rencana buruk mereka akan berakhir dengan keputusasaan. Ketiga nubuatan ini bersinar layaknya matahari di tengah hari. Tiada seorang bijak pun yang akan beranggapan bahwa tersingkapnya segala rahasia-rahasia mendalam tentang masa depan secara mengagumkan ini – yang mana hanya prasangka atau dugaan saja tiada bisa memancarkan sedikitpun cahayanya – dapat diumumkan sebelumnya tanpa melalui wahyu dari Allah Taala, Dzat yang Maha Mengetahui segala hal yang gaib. Tiada suatu kondisi pun yang bisa menjadikan seorang yang paling cerdas sekalipun mampu menebak bahwa suatu wujud yang tak berdaya dan sendiri ini, yang tak pernah selangkah pun beranjak keluar dari sudut kesendiriannya, suatu saat akan menjadi seorang pemimpin dan pembimbing ratusan ribu umat manusia. Jika untuk menyingkapkan rahasia demikian berada dalam kuasa manusia, maka sebutkanlah satu contohnya. Kemuliaan nubuatan ini ditampakan lebih nyata dan hati manusia akan tunduk dengan penyerahan diri secara sempurna di hadapan keagungan makrifat Ilahi ketika terlintas dalam benak mereka tentang nubuatan yang ketiga, yang menceritakan akan adanya upaya manusia untuk merintangi tergenapinya nubuatan tersebut serta adanya janji Ilahi untuk menciptakan penggenapannya terlepas dari segala penentangan yang ada. Apakah lantas seorang manusia biasa mampu menantang dunia? Tidak, bahkan dirinya sendiri tidak mampu menentukan lamanya ia akan hidup. Nubuatan keempat yang terutama sekali layak menarik perhatian para pembaca adalah berkaitan dengan penyembelihan dua ekor domba yang terpenuhi dengan disyahidkannya dua orang muridku di Afghanistan, yakni Sheikh Abdil Rahman dan Sahibzada Maulvi Abdul Latif, masing-masing di tangan Amir Abdul Rahman dan Amir Habibullah (pemimpin Afghanistan saat itu).
Selain itu, ada pula ratusan nubuatan lainnya yang telah terpenuhi pada masanya. Pada satu kesempatan, aku telah kabarkan kepada Maulvi Hakim Nuruddin bahwa akan lahir seorang putra dengan bisul-bisul di tubuhnya, dan nubuatan ini diterbitkan dalam sebuah buku. Selang beberapa waktu kemudian, putra tersebut lahir dan benar ada bisul-bisul di tubuhnya sesuai yang nubuatan tersebut gambarkan. Maulvi Nuruddin hadir dalam majelis tersebut, dan setiap orang dapat menanyakan beliau mengenai kebenarannya. Pada kesempatan lainnya, ‘Abdul Rahim Khan, salah seorang putra Sardar Muhammad ‘Ali Khan, Kepala suku Malerkotla, terjangkiti penyakit serius dan tidak harapan untuk bertahan hidup. Saat aku berdoa kepada Allah untuk dirinya aku mendapatkan ilham bahwa anak tersebut akan sembuh melalui perantaraanku; maka layaknya seorang simpatisan yang ramah dan penuh kasih sayang, aku terus mendoakannya hingga akhirnya anak itu sembuh. ‘Abdullah Khan, putra kedua kepala suku itu, rupanya juga ikut jatuh sakit dan penyakitnya begitu parah sehingga ajal telah tampak menunggu di depan mata. Aku pun berdoa untuknya dan Allah Taala mengabarkanku mengenai kesembuhannya, dan sesuai dengan itu, ia pun sembuh. Sebenarnya ada banyak sekali tanda lainnya dan jika pun aku harus ceritakan seluruhnya, maka tidak akan selesai bahkan dalam sepuluh hari. Ratusan ribu orang telah menjadi saksi atas kebenaran tanda-tanda ini karena telah diperlihatkan langsung di depan mata kepala mereka sendiri. Ada 105 tanda di antaranya telah aku rangkum dalam buku Nuzul-ul Masih yang akan segera diterbitkan. Tanda-tanda ini memiliki beragam corak. Sebagian dimanifestasikan di langit, dan yang lainnya di bumi; sebagian berkaitan dengan para sahabatku, sementara yang lainnya dengan para penentangku; sebagian langsung terjadi pada diri dan keluargaku, sedangkan sisanya Dia manifestasikan melalui para penentangku tanpa campur tanganku. Berkenaan dengan jenis terakhir di atas, ada sebuah tanda yang dimanifestasikan melalui Maulvi Ghulam Dastgir, yang terbit dalam bukunya Fateh Rahman. Di dalamnya ada sebuah doa menantangku bahwa Allah Taala akan menghancurkan seorang pendusta diantara kami berdua. Telah berlalu beberapa hari sejak sang Maulvi itu meninggal dan dengan demikian menjadi saksi atas kebenaranku. Selain itu, ada ribuan orang yang telah mengetahui kebenaranku melalui rukya dan yang kemudian menerima pendakwahanku.
Ada hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam memutuskan kebenaran suatu pendakwahan kenabian. Apakah yang mendakwahkan diri itu telah datang di saat yang memang benar-benar dibutuhkan misalkan saat kebutuhan akan seorang pembimbing benar-benar dirasakan oleh dunia, apakah ia telah datang tepat pada waktu yang dinubuatkan, apakah ia menerima pertolongan Ilahi, apakah ia telah menjawab segala keberatan para penentang terhadap pendakwahannya, semua hal itu adalah serangkaian kriteria untuk membuktikan benar atau tidaknya suatu pendakwahan.
Jika pertanyaan-pertanyaan ini dapat dijawab secara memuaskan, itu semua akan menjadi bukti kebenaran pendakwahannya. Jelaslah sekarang bahwa pada saat ini, kebutuhan akan seorang pembimbing dan pembaharu sangat kuat terasa di seluruh dunia. Islam membutuhkan tangan dingin seorang pembaharu yang akan menciptakan persatuan dan kesatuan antara sekte-sekte yang berselisih serta memerlukan tangan besinya yang akan membela Islam dari serangan penentang, sementara dunia membutuhkan seorang pemimpin rohani yang akan mengembalikan kerohanian yang telah hilang dari dunia ini, serta akan menegakan kembali kepastian yang telah lenyap dari wajah dunia, dan dengan demikian keimanan yang semakin teguh itu akan melepaskan manusia dari belenggu dosa dan memalingkan mereka kembali ke jalan kebaikan dan ketakwaan.
Inilah kebenaran yang tiada seorang pun dapat ingkari kecuali yang dibutakan oleh prasangka, dan karena itu aku dengan jelas telah menggenapi syarat pertama yang dipaparkan di atas, yakni aku datang memang pada saat yang dibutuhkan.
Kedua, perlu diperhatikan apakah aku telah datang pada waktu yang dinubuatkan atau tidak. Mengenai kriteria waktu kedatangan, nubuatan yang paling jelas yang berkaitan dengan turunnya Almasih yang Dijanjikan ialah pada akhir ribuan keenam dan permulaan ribuan ketujuh setelah Adam. Menurut kalender Hijriah, tahun ketujuh ribu itu telah dimulai, sedangkan menurut kalender Masehi, tahun keenam ribu itu akan segera berakhir. Di samping itu, Hadhrat Rasulullah saw pernah bersabda, sebagaimana diriwayatkan dalam suatu Hadis Shahih, bahwa seorang pembaharu akan datang dari kalangan umat Islam pada permulaan setiap abad untuk memberikan penyegaran kembali terhadap agama Islam. Namun telah berlalu lebih dari seperlima abad ke-14 dan tiada pembaharu yang lain yang bisa ditunjuk yang telah meneguhkan kedudukannya sesuai Hadis di atas.
Ketiga, harus dilihat apakah Allah Taala menurunkan pertolongan-Nya kepada sang Pendakwah atau tidak. Kondisi ini benar-benar telah terpenuhi dalam diriku, yakni para penentang dari setiap kelompok berdiri menentangku, tidak melewatkan satu serangan pun untuk melenyapkanku, dan merancang berbagai rencana untuk melawanku, namun Allah Taala meluluhlantakan segala upaya mereka. Tidak ada satu kelompok pun yang tidak berupaya untuk membinasakanku. Berlawanan dengan keinginan mereka, Allah Taala malah menganugerahkanku kehormatan serta menjadikan ribuan orang sebagai pengikutku. Apalah ini jika bukan pertolongan Ilahi karena tiada usaha yang terlewatkan di muka bumi ini untuk menghancurkanku. Semakin kuat perlawanan mereka, semakin besar pula jumlah orang-orang yang bergabung denganku, hingga lebih dari dua ratus ribu orang. Seandainya tidak ada Tangan gaib yang menolongku, dan seandainya misiku ini hanya pekerjaan manusia biasa, aku pasti telah lama binasa oleh anak panah yang diarahkan padaku, dan benar-benar dilenyapkan hingga tak ada satupun jejakku yang akan tersisa hari ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa seorang pendusta tidak akan berjaya, melainkan akan menghadapi kehancuran dengan satu dan lain cara karena Allah Taala sendiri yang menjadi musuhnya. Namun Allah Taala senantiasa melindungiku dari segala kejahatan yang dirancang melawanku sesuai dengan janji-Nya sejak dua puluh empat tahun sebelum ini. Betapa agung pertolongan-Nya bahwa pertama-tama Dia mengabarkan padaku yang berada dalam kesendirian dan jauh dari hiruk pikuk dunia bahwa Dia akan menolongku, membawa ribuan manusia kepadaku, mengecewakan para penentangku atas segala upaya jahat mereka terhadapku, dan kemudian menggenapi semua nubuatan ini seperti yang telah Dia janjikan. Betapa nyata pertolongan-Nya dan betapa jelas janji-Nya ini! Apakah ini bisa terjadi dalam kuasa manusia atau setan bahwa seseorang yang berada dalam ketidakberdayaan ini akan mengabarkan kejayaannya di masa mendatang dan akan tergenapi meskipun banyaknya upaya penentangan untuk melenyapkan dirinya?
Kondisi Keempat, yakni menjawab tuntas semua keberatan para penentang pun telah aku penuhi. Keberatan terbesar yang pernah ditujukan terhadap pendakwahanku adalah bahwa Isa as itu masih hidup dan ia sendirilah yang akan kembali ke dunia ini untuk memenuhi nubuatan berkaitan dengan kedatangan Almasih yang Dijanjikan di akhir zaman. Aku telah menjawab keberatan ini bahwa Isa as ini telah wafat dan tidak bisa kembali lagi. Bagi umat Islam, penjelasan di dalam Al-Quran sangatlah jelas yakni:
ما قُلتُ لَهُم إِلّا ما أَمَرتَني بِهِ أَنِ اعبُدُوا اللَّهَ رَبّي وَرَبَّكُم ۚ وَكُنتُ عَلَيهِم شَهيدًا ما دُمتُ فيهِم ۖ فَلَمّا تَوَفَّيتَني كُنتَ أَنتَ الرَّقيبَ عَلَيهِم ۚ وَأَنتَ عَلىٰ كُلِّ شَيءٍ شَهيدٌ
Aku samasekali tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang telah Engkau perintahkan kepadaku, yaitu “Beribadahlah kepada Allah, Tuhan-ku dan Tuhan-mu.” Dan aku menjadi saksi atas mereka selama aku berada di antara mereka, tetapi tatkala Engkau telah mewafatkanku maka Engkaulah Yang menjadi Pengawas atas mereka, dan Engkau adalah Saksi atas segala sesuatu. (QS.5 : Ayat 118)
Kejadian yang dikisahkan dalam ayat di atas adalah bahwa pada hari pembalasan, Allah akan menanyai Isa as apakah ia pernah mengatakan kepada umatnya bahwa mereka harus mengakui dirinya serta ibunya sebagai tuhan dan patut disembah. Menjawab hal ini, Isa as menjelaskan bahwa ia hanya mengajarkan apa yang Allah Taala telah perintahkan, yakni sembahlah hanya kepada Allah, pahamilah bahwa ia hanyalah utusan-Nya, dan ia mengetahui apa yang mereka lakukan selama berada di tengah-tengah mereka, “tetapi tatkala Engkau telah mewafatkanku maka Engkaulah Yang mengawasi apa yang mereka perbuat, sedang aku tidak mengetahui apa yang terjadi sepeninggalku.” Di sini, Isa as menjawab bahwa umatnya tidak memiliki keyakinan yang keliru terhadap ketuhanan-Nya sebelum ia wafat. Oleh sebab itu, jika seorang muslim berpandangan bahwa Isa as masih hidup, ia pun akan mengakui kebenaran ajaran Kristen. Lagipula, di sini Isa as menunjukan bahwa setelah wafat, ia tidak mengetahui kondisi umatnya, suatu fakta yang tidak sesuai dengan teori kedatangannya kembali karena jika demikian, seharusnya ia tidak boleh merasa tidak mengetahui ajaran yang umat Kristen peroleh setelah ia wafat. Keyakinan bahwa Isa as akan turun kembali ke dunia dan, bersama dengan Imam Mahdi, membantai orang-orang kafir itu bertolak belakang dengan ayat Al-Quran di atas dan karena itu harus ditolak. Tidak pula bisa diyakini bahwa Isa as menyembunyikan sesuatu dari Allah Taala bahwa ia pernah pergi ke bumi, tinggal lama hingga 40 tahun dan membantai umat Kristen, karena hal itu jauh dari martabat seorang Nabi, dan juga memang tidak ada yang dapat disembunyikan pada hari pembalasan kelak. Siapapun yang memiliki keyakinan teguh kepada Al-Quran, maka ia akan melihat bahwa semua kisah tentang kebengisan Imam Mahdi dan turunnya Isa as dari langit untuk membantu tugas berdarahnya ini, akan sirna hanya oleh satu ayat ini.
Di saat para penentang mulai takluk dalam segala hal, sebagai upaya terakhir, mereka pun mengajukan keberatan sepele bahwa dari ribuan banyaknya nubuatanku, ada satu-dua yang belum tergenapi, meskipun sebenarnya ini tidak benar. Selain itu, terlihat bahwa nubuatan yang dimaksud itu berkaitan dengan hukuman bagi orang-orang tertentu dan hukum Ilahi, seperti yang tercantum dalam Al-Quran, adalah suatu nubuatan mengenai pemberian hukuman selalu bersyarat, baik syarat itu disebutkan ataupun tidak, dan hukuman itu bisa dihindari dengan bertaubat, memberi sedekah, atau memperlihatkan rasa takut pada Allah Taala. Contohnya adalah nubuatan Nabi Yunus as. Nubuatan itu tidak menyebutkan syarat, namun hukumannya dapat dihindari karena umatnya bertaubat. Tidak bisa disangsikan bahwa kehendak Ilahi untuk menghukum suatu kaum itu ditangguhkan atau dicegah karena mereka bertaubat; dan apakah itu nubuatan kalau bukan manifestasi kehendak tersebut melalui seorang nabi? Jika kehendak demikian bisa ditangguhkan atau dicegah selama tidak diberitahukan kepada siapapun, tidak ada keberatan apapun lagi terhadap hal ini karena kehendak ini telah disampaikan melalui seorang nabi.
Kini intisari nubuatan kematian Abdullah Atham yang dituduhkan kepadaku ialah bahwa salah satu pihak yang berdusta di antara kami berdua, Atham dan diriku, akan mengalami kehancuran di hadapan pihak yang lain. Kebenaran nubuatan ini telah ditegaskan dengan kematian Atham, dan sungguh tidak masuk akal dengan mengajukan keberatan bahwa ia tidak mati dalam kurun waktu yang ditentukan karena bersamaan dengan batas waktu tersebut, ada syarat yang tertulis dengan kata-kata yang tegas. Atham sempat menunjukkan rasa takut dan diberikan kelonggaran sesuai syarat dalam nubuatan itu, namun ketika ia menutupi kebenaran tersebut, ia langsung dicengkeram oleh Allah Taala dan mati sesuai dengan nubuatannya. Bahkan jika syarat itu tidak tertulis jelas, ia bisa saja memperoleh manfaat darinya sesuai hukum Ilahi berkaitan dengan nubuatan yang di dalamnya mengandung hukuman. Selain itu, tidak semua hal dijabarkan secara rinci di dalam nubuatan, dan rincian tersebut hanya dimanifestasikan setelah penggenapannya.
Terkadang juga terjadi kesalahpahaman dalam menerjemahkan suatu nubuatan, karena bagaimanapun juga semua nabi itu adalah manusia biasa. Sebagai contoh, Isa as telah menubuatkan bahwa kedua belas muridnya akan duduk di atas dua belas singgasana, sementara salah seorang dari mereka malah ingkar di masa hidupnya. Ia juga telah menubuatkan bahwa orang-orang di masa hidupnya akan tetap hidup ketika ia datang kembali. Ini juga tetap tidak tergenapi disebabkan oleh kekeliruan dalam menerjemahkan kata-kata wahyu tersebut. Sebagian nubuatan Isa as lainnya juga mengalami nasib yang sama. Berkaitan dengan nubuatan-nubuatanku, ada ribuan yang telah tergenapi dengan segala rinciannya dan mengingkari ini semua, sambil memilah-milih satu-dua diantaranya untuk ditolak, tak lain dan tak bukan melainkan dengan sengaja menolak kebenaran itu sendiri. Aku benar-benar berharap dan yakin bahwa jika ada seseorang yang ingin tinggal bersamaku selama 40 hari berturut-turut, ia akan menyaksikan suatu tanda samawi. Aku akhiri nasihat ini sampai di sini dan aku rasa apa yang telah kusampaikan ini cukup bagi seorang pencari kebenaran. Semoga Allah Taala menganugerahkan keselamatan bagi mereka yang mengikuti jalan kebenaran dan petunjuk.
Sumber: Review of Religions – My Claim to Promised Messiahship
Penerjemah: Irfan Adiatama
Editor: Mln. Hafizurrahman