Nabi Muhammad Rasulullah saw telah mengabarkan bahwa keadaan umat Islam sampai tiga abad akan tetap baik, kemudian sesudah itu kedustaan akan tersebar (Al-Bukhari). Beliau bersabda bahwa umat Islam akan terpecah menjadi 73 partai (golongan). Hanya satu golongan yang akan masuk surga (At-Turmudzi dan Ahmad). Beliau bersabda bahwa banyak Dajjal akan keluar dan akan mengadakan perkara-perkara yang bukan dari Islam (Muslim), beliau bersabda bahwa orang-orang Islam akan menjadi sangat lemah sehingga akan menjadi seperti sampah yang tidak berharga (Al-Misykat, hal. 458).
Beliau saw bersabda bahwa orang-orang Islam akan mengikuti kelakuan orang-orang Yahudi dan Kristen, sehingga kalau ada di antara mereka yang telah masuk lubang biawak, maka ada pula di antara orang-orang Islam yang akan masuk lubang itu (Al-Bukhari dan Muslim), beliau bersabda bahwa orang-orang Islam akan diserang oleh para pengikut agama lain dengan hebatnya (Abu Daud, Al-Misykat, hal. 459).
Pendek kata, kabar-kabar seperti ini menunjukkan bahwa orang-orang Islam akan jatuh di akhir zaman, karena mereka akan menjauhkan diri dari Islam, maka Allah Ta’ala tidak akan membiarkan mereka itu dalam keadaan yang hina, dan akan mengutus utusan–Nya (Rasul-Nya) untuk mempertahankan, memajukan Islam dan untuk mengalahkan semua agama lainnya (Q.S. Ash-Shāf [61]:10).
Siapakah utusan (Rasul) itu? Tiada lain, dia adalah Isa Al-Masih dan Al-Mahdi. Menurut sabda Nabi Muhammad saw. Dia akan menghidupkan semangat Islam sebagaimana pada zaman awalnya dan akan memperbaharui keadaan Islam sehingga akan terbukti dengan nyata kebenarannya bagi seluruh umat di dunia ini dan dia akan mengalahkan semua agama, terlebih agama Kristen. ‘Memperbarui Islam’ bukan berarti peraturan-peraturan agama Islam akan diganti, sekali-kali tidak! Maksudnya ialah bahwa perkara yang salah yang telah diada-adakan oleh orang-orang Islam itu akan ditunjukkan kesalahannya dan pelajaran-pelajaran Islam yang sejati akan dikemukakan.
Menurut pemeriksaan Imam Muhammad bin Ali Asy-Syaukani, hadits–hadits tentang Al-Masih dan Al-Mahdi adalah mutawatir, kata beliau:
“Dengan apa-apa yang telah kita sebutkan sudah tetap bahwa Hadits–hadits yang berhubungan dengan Al-Mahdi, hadits-hadits yang berhubungan dengan Dajjal dan hadits–hadits yang berhubungan dengan turunnya Isa Al-Masih itu adalah mutawatir (Hujajul-Kiramah, hal. 434).
Berkenaan dengan Imam Mahdi, ada 4 macam pengakuan:
- Bahwa Al-Mahdi ialah Isa Ibnu Maryam itu sendiri.
- Dimaksudkan dengan Al-Mahdi itu ialah Khalifah yang bernama Al-Mahdi dari Bani Abbasiyah, maka dia itu sudah berlalu.
- Al-Mahdi seorang lelaki dari Ahlul-bait anak cucu Hasan atau Husain.
- Pengakuan Rafidhah (Syi’ah) yang mengatakan Al-Mahdi adalah Muhammad bin Hasan Askari dari anak cucu Hasan (Lihat Hujajul-Kiramah, hal. 387).
Berkenaan dengan kedatangan Nabi Isa a.s. yang dijanjikan itu umat Islam berselisih pendapat pula:
Pertama: Ada yang mengatakan bahwa Nabi Isa ‘alaihis salam itu sendiri tidak akan datang. Hanya semangat dan ruh agama itu yang akan hidup seperti semula. Inilah yang dimaksud dengan kedatangan Isa as sebagaimana disebutkan dalam suatu Tafsir Al-Qur’an:
“Atau dikehendaki dengan turunnya Isa dan hukumnya di bumi ialah kemenangan ruhnya dan rahasia seruannya pada manusia yang berarti manusia dikala itu berpegang dengan kehendak syari‘at, bukan hanya berpegang dengan zahirnya seperti di zaman sekarang.” (Tafsir Al-Quran Al-Hakim bahasa Melayu oleh Mushthafa Abdurrahman Mahmud, Pulau Pinang Pangkal III, hal. 20).
Kata beliau lagi:
Maka dengan keterangan ini berarti bahwa ‘zaman Isa’ itu ialah zaman yang dipegang teguh oleh manusia dengan ‘ruh’ semangat agama dan aturan-aturan Islam, bukan berpegang dengan namanya saja. Juga berarti bahwa ‘zaman Dajjal’ itu ialah zaman zahir padanya segala simbol tanda dan alamat ‘khurafat’ perkara-perkara yang karut, perkara bid’ah yang merusak syari‘at agama dan peraturan-peraturannya. Demikianlah pendapat dan buah pikiran ulama Islam dalam perkara ini. Jadi, menurut pendapat ulama tersebut bahwa Isa Al-Masih a.s. sendiri tidak akan datang.
Kedua: Ada pula satu pendapat lagi yang dijelaskan oleh Prof. Dr. KH. Abdul Karim Amrullah (HAMKA) di sebagian bukunya yang bernama Al-Qaulush-Shahih, hal. 204, begini:
“Bukan sebenar-benarnya Isa Al-Masih yang akan keluar, melainkan kata-kata Nabi Muhammad saw itu semata-mata kinayah atau qiyasan saja, sedang yang dikehendaki ialah ruh nubuwahnya dan rahasia risalahnya itulah yang akan zahir nanti pada ulama yang bersifat sabar menjalankan agama seperti bersifat kasih-sayang kepada umat Muhammadiyah dan mereka mengambil isinya dan patinya syariat Muhammad, tidak berpegang semata-mata dengan kulit dan tidak pula beragama dengan taqlid. Maka orang-orang alim yang begitu sifat-sifatnya pada ketika banyak bid’ah dan berkembangnya agama-agama palsu atau adat-adat yang keji di akhir zaman serupalah hal mereka itu dengan hal Isa Al-Masih waktu datangnya menjadi Rasul kepada kaum Bani Israil. Pendek kata, ulama yang berkata benar, berjalan lurus, menurut aturan Al-Quran dan Al-Hadits Nabi Muhammad Saw. pada zahir dan batinnya itulah yang dimisalkan Nabi Muhammad Saw. dengan Isa Al-Masih yang tersebut dalam hadis itu. Keterangan inipun menjelaskan bahwa sebenarnya bukan Isa Al-Masih sendiri yang akan datang, bahkan seorang ulama yang bersifat dengan sifat Isa itulah yang dimaksudkan dengan Isa Al-Masih dalam Hadits-hadits itu.
Ketiga: Ada pula orang yang mengatakan bahwa Nabi Isa a.s. sendiri yang akan datang di akhir Zaman, karena beliau itu masih hidup di langit dengan tubuh kasarnya dan pada akhir Zaman beliau akan turun dari langit.
Keempat: Ada pula di masa kini sebagian orang Islam yang berpendapat bahwa Nabi Isa a.s. sendiri yang akan datang, akan tetapi bukan di dunia ini, bahkan pada hari kiamat. Surat selebaran yang disiarkan berkenaan dengan pendapat ini sudah ada pada Jemaat Ahmadiyah.
Kelima: Syekh Muhammad Thahir Jalaluddin menulis lagi suatu pendapat begini:
“Maka barang siapa berjumpa dengan hadits yang menyatakan turunnya Nabiyullah Isa a.s. pada akhir Zaman dan akan membunuh Dajjal dan ia yakin akan kebenaran hadits–hadits itu, maka tiadalah baginya kelapangan, melainkan beritikad bahwasannya Muhammad Rasulullah Saw. bersabda akan dia dengan sebab diberitakan oleh Allah kepadanya … dan yang terlebih sejahtera baginya bahwa ia berkata: Sabda Rasulullah itu benar dan akan berlaku sebagaimana kehendak sabdanya itu dan Allah Ta’ala yang mengetahui akan hakikat kehendak-Nya dalam kesimpanan perkataan-Nya itu (Perisai Orang Beriman, hal. 47).
Jadi, sabda-sabda Nabi Muhammad saw berkenaan dengan turunnya Nabiyullah Isa itu benar, akan tetapi hakikatnya hanya diketahui oleh Allah Ta’ala saja, tidak dapat diketahui apa tujuan sebenarnya dan bagaimana pula cara berlakunya itu. Tiap-tiap golongan mempunyai alasan. Akan tetapi kalau ayat-ayat Al-Quran Syarif dan hadits–hadits Nabi Muhammad saw diperhatikan maka akan nyata mana yang benar pendapatnya.