Derajat Nabi Muhammad saw
Nur akbar telah dianugerahkan kepada sosok manusia yang sempurna, dan bukan kepada malaikat, bukan kepada bintang-bintang, bukan kepada bulan, bukan kepada matahari, bukan kepada samudra atau sungai, tidak juga kepada batu mirah, berlian, mutiara atau jamrud, singkatnya bukan kepada benda lain di bumi atau di langit.”
“Nur tersebut hanya bagi wujud suci yang contoh kehidupannya demikian sempurna sebagai penghulu dan junjungan kita, Penghulu segala Nabi, Penghulu semua mahluk hidup, yang terpilih, Yang Mulia Nabi Muhammad saw. Nur tersebut dikaruniakan kepada manusia suci ini dan sejalan dengan derajat mereka, juga kepada mereka yang memiliki warna yang mendekati sama dengan beliau. Keagungan demikian terdapat dalam bentuknya yang paling sempurna dalam wujud penghulu, junjungan dan pembimbing kita, yang suci Yang Mulia Nabi Muhammad saw sebagai insan yang terpilih.”
(Ayena Kamalati Islam, Qadian, Riyadh Hind Press, 1893; Ruhani Khazain, vol. 5, hal. 160-162, London, 1984).
***
Tidak Ada Yang Bisa Mencapai Derajat Nabi Muhammad
“AKU SELAMA INI selalu menduga-duga sebenarnya berapa tingginya derajat Nabi Muhammad dari bangsa Arab yang bernama Yang Mulia Nabi Muhammad saw ini. Tidak akan ada yang bisa mencapai ketinggian derajat Nabi Muhammad dan tidak ada manusia yang akan mampu menduga secara tepat keluhuran keruhanian beliau. Sayang sekali belum semua manusia mengakui hal itu sebagaimana mestinya. Beliau itulah pahlawan ruhani yang telah mengembalikan kepada dunia Ketauhidan Ilahi yang telah hilang. Beliau mencintai Tuhan-nya dengan sepenuh hati sedangkan hatinya luluh dalam kasih kepada umat manusia. Karena itulah maka Allah swt yang mengetahui isi hati beliau, telah mengangkatnya di atas semua Nabi-nabi dan umat manusia dari kelompok awal maupun kelompok akhir, serta menganugerahkan kepada beliau apa pun yang diinginkannya dalam masa hidupnya.”
“Beliau adalah sumber mata air semua keberkatan dan jika ada manusia yang mengaku dirinya lebih tinggi tanpa mengakui derajat Nabi Muhammad, sesungguhnya ia itu bukan manusia tetapi anak Syaitan. Beliau telah dikaruniakan kunci kepada semua keagungan dan beliau telah dirahmati dengan khazanah dari setiap pemahaman. Mereka yang tidak memperoleh bimbingan melalui beliau, sama dengan orang yang kehilangan segalanya.”
“Aku ini bukan apa-apa dan tidak memiliki apa pun. Aku akan menjadi orang yang tidak bersyukur jika aku tidak mengaku bahwa aku mendapat pemahaman tentang Ketauhidan Ilahi melalui Rasul ini. Dengan Nur beliau, pengakuan akan adanya wujud dari Tuhan yang Maha Hidup, aku peroleh melalui Rasul yang sempurna ini. Kehormatan untuk bisa berbicara dengan Allah swt dimana aku bisa memandang Wujud-Nya adalah juga melalui Rasul akbar tersebut. Sinar dari matahari pembimbing ini menerpa tubuhku layaknya sinar surya dan aku akan memperoleh pencerahan terus menerus sepanjang aku tetap terarah kepadanya.” (Haqiqatul Wahyi, Qadian, Magazine Press, 1907; Ruhani Khazain, vol. 22, hal. 118-119, London, 1984).
***
“WAHAI KALIAN YANG BERMUKIM di muka bumi dan wahai jiwa semuanya yang ada di barat atau di timur, aku maklumkan secara tegas bahwa kebenaran hakiki di dunia ini hanyalah Islam, Tuhan yang benar adalah Allah swt sebagaimana yang terdapat dalam Al-Quran, sedangkan Rasul yang memiliki hidup keruhanian yang abadi dan sekarang bertahta di atas singgasana keagungan dan kesucian adalah wujud terpilih Yang Mulia Nabi Muhammad saw .”
“Bukti dari hidup keruhanian dan keluhuran keagungannya adalah dengan mengikuti dan mencintai beliau maka kita akan menjadi penerima dari Rohul Kudus dan akan dikaruniai berkat bisa bercakap dengan Tuhan dan menyaksikan tanda-tanda samawi.” (Tiryaqul Qulub, Ruhani Khazain, vol. 15, hal. 141, London, 1984).
***
“MANUSIA YANG DALAM WUJUD, perilaku dan sifat-sifatnya serta yang melalui fitrat keruhaniannya yang suci telah memberikan contoh kesempurnaan dalam ketulusan dan keteguhan, dan dikenal sebagai manusia yang sempurna adalah Yang Mulia Nabi Muhammad saw. Manusia yang paling sempurna, baik sebagai manusia mau pun sebagai seorang Rasul, yang datang membawa berkat akbar, wujud siapa telah menimbulkan kebangkitan kembali keruhanian dan dengan demikian telah menghidupkan kembali dunia, Rasul yang berberkat itu, Khãtaman Nabiyyīn, penghulu para muttaqi, terbaik dari antara semua Rasul adalah Yang Mulia Nabi Muhammad saw. Ya Allah, turunkanlah berkat dan rahmat yang belum pernah Engkau turunkan sebelumnya kepada siapa pun sejak awal masa dunia ini. Jika Rasul akbar ini tidak muncul di dunia maka kami tidak akan memiliki bukti kebenaran dari Rasul-rasul yang berada di bawah derajat Nabi Muhammad seperti Yunus as, Ayub as, Isa Ibnu Maryam as, Maleakhi as, Yahya as, Zakaria as dan lain-lain. Walaupun mereka itu semuanya adalah sosok-sosok orang yang dihormati dan menjadi kekasih Allah swt namun mereka berhutang budi kepada Rasul akbar ini bahwa mereka kemudian diakui sebagai Nabi-nabi yang benar.”
“Ya Allah, turunkanlah berkat-Mu atas diri beliau dan para pengikut beliau serta para sahabat beliau. Semua puji bagi Allah swt , Tuhan seru sekalian alam.” (Itmamul Hujjah, Gulzar Muhammad saw i Press, Lahore, 1311 H, Ruhani Khazain, vol. 8, hal. 308, London, 1984).
***
“KALAU KITA PERTIMBANGKAN secara adil maka dari semua rangkaian para Nabi, kita akan menemukan satu sosok yang paling gagah berani dan amat dikasihi Allah swt, penghulu segala Nabi, kebanggaan dan mahkota para Nabi yang bernama Muhammad Mustafa dan Ahmad Mujtaba saw. Jika seseorang berjalan di bawah naungan bayangan beliau selama sepuluh hari maka ia akan memperoleh Nur yang sebelumnya tidak akan pernah didapatnya dalam seribu tahun. Kami telah menemukan berbagai Nur dengan cara meneladani Nabi Suci ini dan siapa pun akan menemukan hal yang sama jika meneladani beliau, karena ia akan memperoleh keridhoan Allah swt sehingga tidak ada sesuatu apa pun lagi yang tidak mungkin baginya. Allah swt yang Maha Hidup yang tersembunyi dari manusia, akan menjadi Tuhan-nya dan semua tuhan palsu akan diinjak-injak di bawah kaki-nya. Ia akan diberkati di mana-mana dan Kekuasaan Ilahi akan mengikutinya. Salam bagi mereka yang mengikuti bimbingan ini.” (Siraj Munir, Ziaul Islam Press, Qadian, 1897, Ruhani Khazain, vol. 12, hal. 82-83, London, 1984).
***
“DI BAWAH LANGIT INI hanya ada satu Rasul dan hanya ada satu Kitab. Rasul itu adalah Yang Mulia Muhammad saw yang lebih luhur dan agung serta paling sempurna dibanding semua Rasul, beliau adalah Khãtaman Nabiyyĩn, manusia yang terbaik dimana jika kita meneladaninya maka kita akan bertemu dengan Allah swt dan semua tabir kegelapan akan terangkat serta kita akan bisa menyaksikan keselamatan hakiki bahkan ketika masih di dunia ini.”
“Kitab tersebut adalah Al-Quran yang merangkum bimbingan yang benar dan sempurna, melalui mana manusia bisa memperoleh pengetahuan dan pemahaman Ilahi dan hati menjadi bersih dari segala kelemahan manusiawi serta diangkat kerak kebodohan, keacuhan dan keraguannya sehingga ia mampu mencapai tingkat kepastian yang paling sempurna.” (Barahin Ahmadiyah, Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 557-558, London, 1984).
***
Nabi Muhammad, Hamba Yang Paling Mulia
“ADA BERJUTA-JUTA MANUSIA yang berfitrat bersih di dunia ini dan masih akan banyak pula ditemui di masa depan, namun manusia terbaik yang pernah ditemui serta hamba Allah swt yang paling mulia adalah Yang Mulia Nabi Muhammad saw saja.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنوا صَلّوا عَلَيهِ وَسَلِّموا تَسليمًا
“Sesungguhnya Allah swt mengirimkan rahmat-Nya kepada Nabi ini dan para malaikat-Nya mendoakan dia. Hai orang-orang mukmin, kamu pun harus mengirimkan shalawat atas dia, Nabi ini, dan sampaikanlah salam kepadanya dengan doa keselamatan” (QS.33 Al-Ahzab:57).
“Kita sementara tidak perhatikan orang-orang suci yang penjelasannya tidak terlalu lengkap di dalam Al-Quran. Kita konsentrasikan perhatian kepada para Rasul yang disebutkan di dalam Al-Quran seperti Musa as, Daud as, Isa as dan Nabi-nabi lain, salam atas mereka semua. Kami bersumpah dengan memanggil Allah swt sebagai saksi bahwa jika Yang Mulia Rasulullah saw tidak turun ke dunia ini dan Al-Quran tidak diwahyukan, dan kami tidak ada menyaksikan segala berkat yang telah kami saksikan, maka kebenaran dari semua Rasul-rasul lainnya akan tetap merupakan suatu hal yang meragukan di kalbu kami.”
“Tidak ada realitas yang bisa diungkapkan dari dongeng-dongeng yang beredar karena bisa jadi cerita itu tidak benar dan bisa saja semua mukjizat yang diakukan kepada masing-masing Rasul tersebut merupakan hal yang dilebih-lebihkan karena tidak ada tandanya yang tersisa di zaman ini. Dari Kitab-kitab lama tersebut kami pun tidak akan mungkin bisa meyakini secara pasti bahwa Tuhan itu benar ada, karena kami tidak diberi keyakinan bahwa Tuhan memang berbicara kepada manusia. Namun dengan kedatangan Yang Mulia Rasulullah saw maka semua cerita tersebut menjadi kenyataan. Kita tidak meyakininya semata-mata sebagai suatu pernyataan saja tetapi sebagai hasil pengalaman dari apa yang namanya berbicara dengan Tuhan, bagaimana tanda-tanda Tuhan dimanifestasikan dan bagaimana doa-doa dikabulkan. Semua hal ini telah kami temui karena menteladani Yang Mulia Rasulullah saw sedangkan apa yang diungkapkan orang-orang sebagai cerita, kami malah telah menyaksikannya. Kami telah melekatkan diri kami kepada seorang Rasul yang telah memanifestasikan Tuhan kepada kami.”
“Seorang penyair mengemukakannya sebagai:
“Muhammad saw dari Arab, Raja dua dunia,
dengan perbatasan yang dijaga Rohul Kudus.
Aku tak ‘kan menyebutnya Tuhan, namun
mengenali wujudnya adalah mengenal Tuhan.”
“Bagaimana caranya kami bisa bersyukur kepada Allah swt yang telah mengaruniakan rezeki mulia untuk menjadi pengikut seorang Rasul yang menjadi matahari bagi kalbu manusia yang muttaqi sebagaimana laiknya Sang surya bagi tubuh kita. Beliau muncul di saat kegelapan dan telah mencerahkan dunia dengan Nur beliau. Beliau tidak ada merasa lelah dan pegal sampai telah dibersihkannya jazirah Arab dari perbuatan menyekutukan Allah swt. Beliau adalah bukti dari kebenaran wujud beliau sendiri karena Nur beliau tetap kemilau di segala zaman, sedangkan kepatuhan sepenuhnya kepada beliau akan mensucikan seseorang sebagaimana air jernih sebuah sungai membersihkan kain yang kotor. Siapakah yang telah datang kepada kami dengan hati yang tulus dan masih juga belum menyaksikan Nur tersebut, padahal sebelumnya ia telah mengetuk di pintu yang sama tanpa hasil? Hanya saja sayangnya kebanyakan manusia lebih memilih kehidupan akhlak yang rendah dan tidak menginginkan adanya Nur masuk ke dalam batinnya.” (Chasma Marifat, Qadian, Anwar Ahmadiyyah Press, 1908; Ruhani Khazain, vol. 23, hal. 301-303, London, 1984).
(Syair) Derajat Nabi Muhammad saw
Hatiku menggelora memuji Nabi Suci
Yang tanpa padanan dalam keluhuran.
Yang mencintai Sang Sahabat Abadi sepenuh hati
Yang kalbunya terpaut dengan Sang Kekasih.
Ia penerima karunia samawi
Dibesarkan dalam pangkuan Tuhan.
Ia adalah samudera kebaikan dan kesalehan
Mutiara tunggal dalam kecemerlangan.
Dalam kasih dan kerahiman ia seperti hujan musim semi
Karunia dan berkatnya seperti mentari.
Selalu pengasih dan tanda dari rahmat Ilahi
Ia penyayang dan jadi manifestasi rahmat samawi.
Wujudnya demikian berberkat sehingga sekilas pandangan
‘Kan merubah wajah buruk menjadi gemilang.
Laiknya bintang, jiwa terangnya telah mencerahkan
Tak terbilang hati penuh kegelapan.
Ia demikian berberkat hingga kedatangannya
Menandakan rahmat Tuhan ke segenap alam.
Ia adalah Ahmad sampai hari kiamat, karena nurnya
Maka hati manusia lebih terang dari Sang surya.
Ia lebih cantik dari seluruh keturunan Adam
Ia lebih murni dari mutiara paling murni.
Dari bibirnya mengalir sumber mata air kebijakan
Hatinya melimpah dengan air Kauthar.
Demi Tuhan-nya, ditinggalkannya segala
Di laut dan di bumi tak ada yang menyerupai dirinya.
Tuhan telah mengkaruniakan kepadanya pelita
Yang terpelihara dari badai angin sepanjang masa.
Pahlawan utama Allah Yang Maha Perkasa
Berselempang pedangnya dengan amat gagah.
Anak panahnya tercepat di setiap medan
Pedangnya meraja di mana pun jua.
Ia membuktikan ketak-berdayaan berhala dunia
Ia mempertunjukkan kekuasaan Tuhan yang Maha Esa.
Agar jangan berhala, pembuat dan penyembahnya
Tetap awam akan kekuasaan Tuhan.
Ia mencintai kebenaran, kelurusan dan keteguhan
Ia adalah musuh kedustaan dan kejahatan.
Ia adalah penghulu namun ia hamba mereka yang tak berdaya
Ia adalah raja namun ia melayani yang lemah.
Kasih yang diterima dunia dari dirinya
Bahkan lebih dari yang diterima dari seorang bunda.
Ia mabuk dengan anggur kasih Sang Kekasih
Demi Wujud-Nya maka ia selalu merendahkan diri.
Nurnya mencapai setiap orang
Dan mencerahkan setiap negeri.
Bagi mereka yang berwawasan, ia adalah tanda dari Tuhan yang Pengasih
Ia adalah bukti dari Tuhan bagi mereka yang mempunyai mata.
Demi kasihnya, ia adalah penolong mereka yang tak berdaya
Dengan kelembutan, ia berbagi kesedihan mereka yang papa.
Keindahan wujudnya mengungguli rembulan dan mentari
Debu di pintunya lebih harum dari cendana dan kesturi.
Gimana mungkin mentari dan rembulan menyamainya?
Di hatinya berbinar ratusan mentari nur samawi.
Sekilas pandang pada wujud keindahan
Lebih baik dari abadi kehidupan.
Aku yang amat mengenal keindahannya
Mau memberikan nyawaku, bila yang lainnya hanya hatinya.
Kenangan akan wujudnya
Menjadikan aku terpana
Aku selalu dalam keadaan kepayang
Setelah meminum dari pialanya.
Aku akan selalu terbang di jalannya
Kalau saja sayap aku punya.
Apa gunanya bibirku dengan kemangi harum
Jika aku telah jatuh cinta dengan wajah indah itu.
Keindahannya memetik dawai hatiku
Sang perwira dengan perkasa telah menyeretku.
Ia adalah sinar mataku
Kasihnya bagai surya cemerlang.
Cerah wajah yang tidak berpaling darinya
Ia ‘kan terobati yang teguh berpegang di pintunya.
Sapa yang berani mengarung samudera keimanan tanpa dirinya
Akan selalu kehilangan sasaran sejak semula.
Ia itu buta huruf namun tanpa banding dalam kebijakan
Adakah bukti yang lebih jelas dari pada ini?
Tuhan mengaruniakan kepadanya pati pengetahuan dan pemahaman
Yang sinar cemerlangnya menyilaukan semua bintang-bintang.
Melalui wujudnya semua potensi manusia
Menjadi teraktualisasikan.
Semua keluhuran memuncak pada dirinya yang suci
Tak diragukan semua Kenabian berakhir dengan kedatangan dirinya.
Ia adalah mentari semua zaman dan alam
Ia adalah pembimbing semua, yang hitam atau sawo matang.
Titik temu samudra pengetahuan dan pengenalan Allah
Terpadu padanya fitrat mentari dan naungan.
Mataku menerawang sekeliling namun tak bersua
Sumber mata air yang lebih jernih dari keimanannya.
Bagi para pencari, tak ada pembimbing yang lebih baik
Bagi peziarah, tak ada penunjuk jalan selain dirinya.
Miliknya makam luhur dengan binar cahaya
Yang ‘kan menghanguskan sayap Sang Rohul Kudus.
Allah Yang Perkasa menganugerahkan syariah dan agama
Yang tak ‘kan berubah sepanjang masa.
Mula ia bersinar di tanah Arab
Guna membilasnya dari segala kekejian.
Kemudian nur iman dan syariah suci
Melingkupi dunia laiknya langit.
Ia berikan anggur kehidupan kepada manusia
Dan menyelamatkan mereka dari rahang Sang naga.
Raja-raja masa terpana semua
Serupa manusia para arif bijaksana.
Tak satu pun sebanding pengetahuan atau kekuasaan
Ia menghumbalangkan keangkuhan para angkara.
Tak perlu ia pengagulan manusia
Pujian baginya lebih menjadi kehormatan bagi si pemuja.
Ia bermukim di taman suci dan keagungan
Jauh di atas khayal mereka yang memujanya.
Ya Allah, sampaikan salam kami kepadanya
Dan kepada persaudaraan para Nabi.
Kami adalah hamba-hamba lemah para Nabi-nabi
Kami adalah debu yang tergeletak di gerbang mereka.
Semoga nyawa kami dikurbankan demi Sang Nabi
Yang telah menunjukkan jalan kepada Tuhan yang Benar.
Ya Allah, demi barisan para Nabi
Yang telah Engkau utus dengan Rahmat-Mu berlebih,
Berkatilah aku kebijakan laiknya Kau berikan hasrat padaku,
Karuniai aku anggurnya sebagaimana telah Kau berikan pialanya.
Ya Allah, demi wujud pilihan-Mu
Yang Kau topang di setiap langkah;
Bimbinglah tanganku dengan kasih dan sayang
Jadilah Kawan-ku dan Penolong dalam segala hal.
Aku hanya bertumpu pada kekuatan-Mu
Walau aku hanya debu, bahkan lebih rendah lagi.
(Barahin Ahmadiyah, Rohani Khazain, vol. 1, hal. 17- 23, London, 1984).
Tulisan ini dikutip dari buku “Inti Ajaran Islam Bagian Pertama, ekstraksi dari Tulisan, Pidato, Pengumuman dan Wacana Masih Mau’ud dan Imam Mahdi, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as”. Neratja Press, hal 203-209, ISBN 185372-765-2