Dosa dan Cara Menghindarinya
Sudah menjadi kebiasaan umum dimana sesuatu yang dianggap berharga akan menarik minat orang kepadanya, sedangkan jika ada sesuatu yang merugikan maka orang cenderung menjauh. Sebagai contoh, seseorang yang tidak mengetahui bahwa yang ada dalam genggamannya adalah racun arsenik, mungkin saja akan menelannya karena dikira sejenis obat.
Namun seseorang yang mengenal bentuk arsenik tersebut, pasti tidak akan mau mencicipinya meski hanya sekelumit kecil, karena sadar bahwa hal itu akan membawanya segera pindah ke dunia lain. Begitu juga halnya jika manusia menyadari secara pasti bahwa Tuhan itu memang ada dan semua bentuk dosa akan dihukum oleh-Nya, maka secara otomatis ia akan meninggalkan segala bentuk dosa
Mungkin ada yang bertanya bahwa meski kita mengetahui kalau Tuhan itu memang ada dan juga tahu bahwa berbuat dosa akan dihukum, namun tetap saja kita melakukan dosa, hal itu menunjukkan bahwa harus ada cara lain guna menghindari dosa. Jawabannya adalah tetap sama dengan yang di atas. Adalah suatu hal yang tidak mungkin terjadi ada orang yang menyadari sepenuhnya bahwa konsekuensi dari laku dosa adalah suatu penghukuman yang bisa turun seperti petir menyambar, tetapi ia tetap saja berani melakukan dosa. Ini adalah pandangan filsafat yang tidak bisa dibantah atau ada kecualiannya.
Cobalah renungkan secara mendalam, jika kalian merasa yakin pasti akan dihukum untuk suatu laku dosa, kalian jelas tidak akan bertindak menyalahi keyakinan tersebut. Beranikah kalian menjulurkan tangan ke dalam api? Apakah kalian mau melompat dari puncak sebuah gunung? Bersediakah kalian terjun ke sumur yang dalam? Maukah kalian berbaring di hadapan kereta api yang mendatang cepat? Beranikah kalian memasukkan tangan ke dalam mulut harimau? Maukah kalian memberikan kaki kepada seekor anjing gila? Beranikah kalian berdiri di tempat yang sering sekali disambar petir? Tidakkah kalian segera lari dari ruangan jika ada gejala atap rumah akan runtuh? Apakah ada dari kalian yang tidak akan melompat menjauh ketika melihat ada ular berbisa di tempat tidurnya? Mungkinkah ada orang yang tidak mau lari keluar dari kamar tidurnya ketika menyadari ada api kebakaran? Katakan kepadaku, mengapa kalian melakukan semua itu dan melarikan diri dari segala hal yang membawa mudharat, tetapi tidak mau melepaskan diri dari dosa?
Jawaban atas hal ini setelah melalui perenungan yang mendalam adalah terdapatnya perbedaan pengetahuan di antara kedua keadaan tersebut.
Dalam masalah yang berkaitan dengan dosa, pengetahuan sebagian besar manusia umumnya defektif dan tidak sempurna. Mereka menganggap dosa sebagai suatu hal yang buruk tetapi tidak menganggapnya sebagaimana jika mereka melihat harimau ganas atau ular beracun. Tersembunyi dalam relung pikiran mereka pandangan bahwa hukuman bagi dosa itu bukan suatu hal yang pasti. Mereka bahkan meragukan eksistensi Tuhan, atau kalau pun mereka percaya pada eksistensi-Nya namun mereka meragukan apakah ruh manusia akan tetap ada setelah kematian, kalau pun terlepas dari kematian mereka masih meragukan apakah memang ada hukuman atas dosa-dosa yang dilakukannya. Mereka mungkin tidak menyadarinya tetapi sebagian besar dari manusia mempunyai pandangan seperti ini tersembunyi di relung pikirannya.
Tetapi jika berkaitan dengan bahaya-bahaya sebagaimana dicontohkan di atas, mereka merasa yakin bahwa jika tidak menghindar maka mereka akan binasa dan karena itulah mereka melarikan diri. Meskipun mereka menghadapi bahaya demikian hanya sesekali secara kebetulan tetapi mereka tetap akan lari tunggang-langgang. Berkenaan dengan hal-hal seperti itu, manusia sedikit banyak mengetahui bahwa yang dihadapinya itu akan membawa bahaya fatal baginya, tetapi jika berkaitan dengan kaidah agama maka pengetahuan mereka bersifat tidak pasti dan lebih banyak merupakan dugaan. Di satu sisi adalah hal yang kasat mata sedangkan yang lainnya lebih banyak merupakan cerita-cerita zaman dahulu.
Adapun dosa tidak mungkin dihindari melalui cerita atau dongeng belaka. Aku bersumpah bahwa misalnya sampai pun seribu sosok Yesus yang disalibkan, tetap saja hal itu tidak akan membawa keselamatan hakiki bagi kalian. Hanya rasa takut dan rasa kasih yang sempurna kepada Tuhan yang dapat menyelamatkan manusia dari pagutan dosa. Kewafatan Yesus di atas kayu salib sendiri merupakan suatu cerita fiktif dan apa pun permasalahannya tidak akan ada kaitannya dengan pengendalian arus laku dosa. Apa yang dinyatakan tersebut hanyalah suatu hal yang masih gelap sama sekali. Pengalaman aktual di dunia tidak mendukungnya, juga tidak ada terlihat keterkaitan di antara tindakan “bunuh diri” Yesus dengan pengampunan dosa manusia lainnya.
Filsafat keselamatan yang hakiki mengandung arti bahwa manusia harus bisa dilepaskan dari neraka berupa laku dosa ketika masih hidup di dunia sekarang ini. Karena itu cobalah pertimbangkan apakah benar kalian telah diselamatkan dari neraka dosa ini melalui dongeng-dongeng yang tidak didukung kebenaran demikian serta tidak ada hubungannya dengan keselamatan hakiki.
Carilah di Timur dan di Barat maka kalian tidak akan menemukan ada orang yang bisa mencapai kesucian hakiki melalui dongeng-dongeng tersebut sampai kepada tingkatan bisa berhadapan dengan Tuhan. Tingkat komunikasi dengan Tuhan seperti itu akan menjadikan manusia menjadi jijik terhadap laku dosa dan lebih menyukai kenikmatan kebenaran Samawi, dimana kalbunya jadi mencair seperti air yang mengalir sampai ke hadirat Ilahi diikuti turunnya nur dari langit yang mengusir kegelapan dalam dirinya.
Jika kalian membuka jendela kamar kalian di hari yang cerah maka sinar matahari akan masuk ke dalam kamar itu secara alamiah, tetapi jika kalian tutup jendela tersebut maka sinar cahaya itu tidak akan mewujud hanya karena sebuah dongeng atau kisah belaka. Guna memperoleh terang maka kalian harus bangkit untuk membuka jendela agar sinar masuk menerangi kamar kalian. Apakah mungkin seseorang meredakan rasa hausnya hanya dengan membayangkan rasanya air? Jelas tidak. Seorang yang haus, dengan satu dan lain cara, harus bisa menghampiri suatu sumber mata air dan menyentuhkan bibirnya ke air tersebut. Barulah rasa hausnya akan mereda.
Demikian juga yang disebut sebagai air yang akan memuaskan dahaga kalian serta memupus rasa terbakar akibat dosa adalah suatu kepastian. Tidak ada cara lain di bawah langit ini guna memunahkan dosa. Tidak ada kayu salib yang bisa menyelamatkan kalian dari dosa. Tidak ada penumpahan darah yang mampu mengekang nafsu kalian. Semua hal itu tidak ada kaitannya dengan keselamatan hakiki.
Pahamilah realitasnya dan renungkan segala hikmahnya. Sebagaimana kalian biasa mencobai berbagai hal di dunia, coba jugalah cara ini maka kalian akan segera menyadari bahwa tidak ada cahaya lain selain nur hakiki yang dapat menyelamatkan kalian dari kegelapan kalbu kalian.
Tanpa air suci dari wawasan yang sempurna, tak ada lagi yang bisa membasuh kekotoran dalam kalbu kalian. Rasa panas kemrungsung yang kalian derita tidak mungkin diredakan tanpa air segar hasil pertemuan dengan Tuhan. Berbohong ia yang menawarkan obat penawar lainnya kepada kalian, tuna ilmu ia yang mencoba menyuruh kalian melakukan cara lain. Orang-orang seperti ini tidak akan memberikan nur petunjuk kepada kalian, malah akan menjerumuskan kalian ke jurang kegelapan. Orang-orang ini tidak ada menawarkan air yang segar, malah memberikan sesuatu yang lebih menimbulkan rasa terbakar.
Tidak ada darah yang bisa bermanfaat bagi kalian kecuali darah yang dihasilkan di dalam diri kalian sendiri karena dihidupkan oleh rasa kepastian. Tidak ada salib yang dapat menyelamatkan kalian kecuali jalan yang lurus dengan bersiteguh pada jalan kebenaran.
Karena itu bukalah mata kalian lebar-lebar dan perhatikan apakah tidak benar bahwa kalian hanya bisa melihat berkat bantuan cahaya dan bukan dengan cara lain. Bahwa kalian dapat mencapai tujuan sasaran dengan mengikuti jalan yang lurus dan bukan dengan jalan lain.
Benda- benda duniawi berada dekat dengan diri kalian sedangkan yang berkaitan dengan keimanan terletak jauh sekali. Karena itu perhatikanlah apa yang ada di dekat kalian serta pelajari kaidah-kaidahnya, setelah itu terapkan hal itu pada yang terletak jauh, karena Tuhan yang sama juga yang telah menyusun kerangka kaidah-kaidah tersebut.
Keselamatan Hakiki Di Dunia
Tidak mungkin bagi manusia tanpa memperoleh nur dan dengan membutakan mata, bisa memperoleh keselamatan melalui darah siapa pun. Keselamatan bukan suatu hal yang hanya dikaruniakan di akhirat saja. Keselamatan hakiki yang nyata sesungguhnya dikaruniakan di dunia ini juga. Keselamatan demikian berbentuk sebuah nur yang turun di kalbu dan memperlihatkan siapa yang sedang menggelepar di kubangan dosa. Ikutilah jalan kebenaran dan kebijakan karena dengan demikian itulah kalian dapat berjumpa Tuhan kalian.
Ciptakan rasa kehangatan dalam batin agar kalian mampu bergerak ke arah kebenaran. Sial sungguh kalbu yang dingin, tidak beruntung fitrat yang bersifat murung dan mati sudah kesadaran yang tidak cemerlang. Sekurang-kurangnya jadilah seperti ember kosong yang jatuh ke sumur dan dinaikkan dalam keadaan penuh, dan bukan seperti ayakan yang tidak mampu menyimpan air. Berusahalah tetap sehat agar kemrungsung demam mencari duniawi dapat diredakan, karena demam demikian hanya akan meluputkan nur cahaya dari mata, tertutupnya telinga yang tidak mendengar, rancunya lidah dalam mengecap, hilangnya kekuatan memegang dari kedua tangan serta melemahnya kekuatan di kaki.
Putuskan hubungan keduniawian demikian agar tercipta hubungan baru. Blokade hati kalian kepada dunia agar bisa mencari arah ke tempat lain. Buangkan jauh-jauh serangga duniawi yang busuk ini agar kalian mendapat intan cemerlang dari surga. Berpalinglah kepada Sumber mata air yang telah menghidupkan Adam as dengan Ruh Ilahi, agar kalian dianugrahi kerajaan di atas segala hal yang dikaruniakan kepada bapak-bapak kalian. (Review of Religions-Urdu, vol. I, hal. 23-29).
Sumber: Inti Ajaran Islam Bagian Kedua, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Neratja Press, 2017, hlm. 239-243