Dunia dalam Krisis, Bagaimana kita Mengatasinya?
Hazrat Mirza Masroor Ahmad (aba), Stockholm, Swedia,
17 Mei 2016
Pengungsi dari Suriah dan sekitarnya telah membanjiri negara-negara di Eropa, mereka mencoba menyelamatkan diri dari kehancuran dan kematian di tanah air mereka. Bagaimana dunia dapat membantu mereka, sekaligus menjaga perdamaian di negara mereka sendiri?
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabaraktuhu
Pertama-tama dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada anda semua karena telah menerima undangan dan hadir pada acara hari ini. Saat ini dunia sedang melalui masa-masa yang sulit. Saya percaya bahwa perdamaian dunia merupakan masalah yang sangat krusial dan paling mendesak yang dihadapi kita semua saat ini. Selama masa-masa yang sulit ini bagaimana kita dapat mengatasinya?
Menurut keyakinan saya, hal yang sangat penting bagi semua umat manusia adalah berupaya menjunjung tinggi nilai-nilai dasar manusia, yaitu kedamaian, kasih sayang, toleransi, saling menghargai dengan tidak membeda-bedakan agama, kasta atau warna kulit. Tidak ada ruang di dunia ini untuk diskriminasi atas keyakinan, agama atau ras seseorang. Jadi pemerintah maupun agama itu sendiri harus bebas dari segala bentuk prasangka. Setiap individu memiliki kebebasan untuk meyakini apa yang mereka suka karena agama adalah masalah pribadi yang kaitannya dengan hati dan pikiran seseorang. Sehingga seseorang bebas untuk menjalankan suatu agama sesuai dengan ajaran agama masing-masing.
Seperti yang telah saya sampaikan, kebutuhan kita saat ini adalah berfokus untuk mencapai aspirasi bersama dalam membentuk perdamaian hakiki yang berkelanjutan di dunia ini. Tetapi sayang sekali sumber ketidakstabilan dunia dan pertumpahan darah berasal dari dunia Muslim, karena para pemimpin dan pemerintah mereka telah mengabaikan ajaran sejati agama mereka. Namun demikian, mereka yang tinggal di Barat atau belahan dunia yang lain tidak dapat menganggap diri mereka bebas dari bahaya karena dunia saat ini sudah menjadi kampung global yang saling terhubung. Sehingga jika terjadi kekacauan di salah satu bagian dunia maka hal itu tidak bisa lagi dianggap sebagai pemasalahan domestik yang memiliki dampak terbatas. Kita telah menyaksikan bagaimana ketidakstabilan di dunia Muslim dampaknya meluas ke bagian dunia yang lain dan termasuk di Swedia juga.
Gelombang Pengungsi dan Permasalahannya
Dengan mudahnya melakukan perjalanan jarak jauh saat ini, tahun lalu ratusan ribu orang, jika tidak jutaan, telah meninggalkan negara mereka yang dilanda peperangan, seperti Suriah dan dan Irak, untuk mencari masa depan yang lebih baik di Barat.
Karena kebaikan pemerintah dan masyarakat Swedia, negara ini telah menerima pengungsi lebih dari yang seharusnya jika dilihat dari ukuran Negara anda. Sikap dan keinginan untuk menerima begitu banyak pengungsi ini begitu terpuji dan menunjukkan bahwa Swedia berisi orang-orang yang baik dan hatinya terbuka. Kebaikan anda telah meletakkan beban tanggung jawab kepada para pengungsi dan imigran yang datang ke sini, yaitu mereka tertuntut untuk menjadi warga negara yang damai dan senantiasa bersyukur dan berhutang budi kepada pemerintah dan masyarakat di negara ini.
Pendiri Islam, Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam) mengajarkan bahwa orang yang tidak berterima kasih kepada sesamanya ia dianggap tidak bersyukur kepada Allah Ta’ala. Jadi para pengungsi dan imigran Muslim memiliki kewajiban agama untuk memperhatikan nikmat yang diberikan kepada mereka oleh negara sehingga mereka diberikan izin untuk tinggal di sini dan mendapatkan manfaat dari pemerintah.
Para pengungsi telah meninggalkan kehidupan mereka yang lama demi untuk mencari ketenangan, dan sekarang mereka telah mendapatkan perlindungan dan keamanan di sini. Maka kewajiban mereka adalah tinggal di sini secara damai dan mematuhi hukum setempat. Semua imigran mempunyai tugas untuk membaur dengan masyarakat dan mengingat bahwa Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam) mengajarkan bahwa cinta kepada negeri di mana kita tinggal merupakan bagian penting keimanan seorang Muslim. Para imigran harus setia kepada negara yang menampung mereka dan sesuai kemampuan mereka harus membantu negara mereka supaya lebih maju dan sejahtera.
Selain itu, aparat dan pemerintah berkewajiban juga untuk meyakinkan warganya bahwa mereka tidak akan terlalu berfokus untuk mengurus pengungsi dan mengabaikan hak-hak warganya sendiri. Ada beberapa laporan ketika warga lokal mengeluh di media bahwa para pengungsi diberikan perlakuan istimewa. Salah satu berita menyebutkan, seorang wanita tua Swedia tidak diberi perawatan kesehatan yang layak bahkan tidak mendapatkan makanan yang cukup ketika berada di rumah sakit, sedangkan para pengungsi diperhatikan jauh lebih baik.
Sejauh mana keakuratan laporan ini Allah yang lebih mengetahui. Tetapi jika berita ini benar maka hal itu mengkhawatirkan dan dan berbahaya. Jika perlakuan istimewa kepada para imigran ini terus berlanjut dalam jangka waktu yang lama, maka itu dapat berdampak serius. Secara alami ketidakadilan seperti itu akan menumbuhkan kemarahan dan kekecewaan di hati masyarakat setempat dan dengan mudah dapat berubah menjadi kebencian kepada para pengungsi. Masyarakat Swedia telah lama dikenal karena kemurahan dan keterbukaan hati mereka, tetapi diskriminasi terhadap mereka dapat memicu perubahan sikap yang akan merusak dan mengancam perdamaian masyarakat.
Bukannya mendapatkan dampak positif dari integrasi para pengungsi, sebaliknya bisa menimbulkan konflik dan kebencian. Oleh karena itu saya ingin memberikan nasihat kepada pemerintah dan para pembuat kebijakan bahwa mereka harus memastikan hak-hak masyarakat setempat tidak terlalu terganggu atau terabaikan dalam bentuk apapun. Ini merupakan masalah yang sangat rumit dan harus ditangani dengan sangat hati-hati karena jika timbul kebencian dari masyarakat setempat, maka akan menyebabkan reaksi berantai yang sangat berbahaya.
Warga setempat menjadi bermusuhan dengan para pengungsi dan akhirnya menyebabkan marginalisasi para imigran, dan perasaan teringgirkan itu dapat membuat beberapa pengungsi rentan terhadap radikalisasi oleh para ekstremis. Dengan cara ini, lingkaran jahat yang sangat berbahaya ini dapat mengancam perdamaian dan keamanan negara ini. Jika para ekstremis dapat meradikalisasi walaupun hanya beberapa orang saja, maka hal itu akan sangat mengancam dan membahayakan kedamaian, keamanan dan kesejahteraan bangsa ini.
Seperti yang telah saya sampaikan, harus ada suatu keseimbangan sehingga anda melangkah dengan hati-hati. Ketika pemerintah membantu menyelesaikan permasalahan para pengungsi, mereka juga harus menjelaskan bahwa mereka harus mandiri dan berkontribusi kepada masyarakat sesegera mungkin.
Di sisi lain warga setempat juga harus diingatkan bahwa Swedia memilih untuk menerima para pengungsi karena kewajiban moral untuk melayani umat manusia sehingga masyarakat harus menyambut mereka dengan semangat pengkhidmatan dan kasih sayang.
Saya tegaskan kembali bahwa ini sangat penting bagi anda untuk memberi perhatian besar pada masalah integrasi dari para imigran yang baru masuk baru-baru ini ke dalam masyarakat anda, jika tidak situasinya akan memburuk di luar kendali anda semua.
Islam dan Cinta Tanah Air
Dalam hal ajaran Islam izinkan saya meyakinkan Anda bahwa Islam adalah agama perdamaian, keamanan dan cinta kepada semua.
Islam mengharuskan umatnya untuk mencintai negara mereka, setia kepadanya dan mematuhi hukum yang berlaku. Pesan ini harus disampaikan oleh para ulama Islam kepada seluruh umat Islam yang datang ke Barat. Mereka harus diberi tahu bahwa ini merupakan anjuran agama mereka untuk berterima kasih kepada negara dan masyarakat yang telah menerima mereka. Mereka harus diingatkan bahwa mereka telah diberikan kesempatan kedua dalam hidup dan dapat membesarkan anak-anak mereka di sebuah negara yang bebas dari perang dan kekacauan. Sehingga mereka wajib menghargai dan menghormati rumah baru mereka.
Ajaran Islam dalam Membangun Perdamaian
Selanjutnya saya ingin menunjukkan beberapa ajaran Islam yang saya yakini dapat berperan besar dalam membangun perdamaian di tingkat masyarakat lokal, tingkat nasional, bahkan di tingkat internasional.
Dalam Al-Qur’an Surah Al-Maidah: 9 Allah Ta’ala berfirman
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu berdiri teguh karena Allah, menjadi saksi dengan adil; dan janganlah kebencian sesuatu kaum mendorong kamu bertindak tidak adil. Berlakulah adil; itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.”
(QS Al-Maidah [5]: 9)
Kata-kata dalam ayat ini sangat jelas di mana umat muslim diperintahkan supaya tidak pernah merasa kesal dan membalas dendam kepada musuh mereka. Tetapi mereka diajarkan untuk senantiasa adil dalam semua hal dan dalam segala situasi. Lihat bagaimana indahnya firman Allah ini untuk mewujudkan kedamaian dalam masyarakat. Islam tidak hanya memerintahkan umat Islam untuk berlaku adil akan tetapi juga menentukan standar bagi keadilan yang dibutuhkan.
Dalam surah An-Nisa: 136 Allah Ta’ala berfirman
“Hai orang-orang beriman, jadilah kamu orang-orang yang menjadi penegak keadilan dan jadilah saksi karena Allah walaupun bertentangan dengan dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabat.”
Oleh karena itu Islam mengajarkan bahwa dalam menegakkan kebenaran dan keadilan umat Islam harus siap untuk bersaksi walaupun harus bertentangan dengan dirinya sendiri, orang tuanya atau orang-orang yang sangat dicintainya. Tentu saja tidak ada standar keadilan yang lebih tinggi dari ini. Jadi aturan ini merupakan pintu gerbang untuk mewujudkan perdamaian sejati di dunia.
Prinsip emas lainnya untuk mewujudkan perdamaian dijelaskan dalam Surah Al-Hujurat [49]: 10 bahwa jika terdapat perselisihan antara bangsa atau kelompok, maka pihak ketiga harus bersatu dan berupaya untuk menghasilkan resolusi damai dari konflik yang terjadi.
Jika penyelesaian dengan cara damai tidak memungkinkan, maka negara-negara harus saling bahu membahu untuk menghentikan kekejaman dan ketidakadilan yang terjadi. Jika dunia memahami nilai sejati dari prinsip ini maka masih ada waktu bagi umat manusia untuk lepas dari cengkereman perang yang selanjutnya.
Pada waktu yang singkat ini saya telah menunjukkan beberapa contoh yang membuktikan bahwa Islam tidaklah seperti yang mungkin Anda dengar atau baca di media. Al-Qur’an bukanlah kitab tentang terorisme atau ekstrimisme (Naudzubillah min dzalik), melainkan berisi ajaran cinta, kasih sayang dan kemanusiaan. Jika negara-negara Islam bertindak sesuai dengan ajaran sejati agama mereka, maka tidak akan ada konflik atau perang saudara dan tidak ada ada kesempatan muncul permasalahan negara mereka yang meluas sampai ke luar negeri.
Tentunya jika kita ingin melihat gambaran sejati Islam maka kita harus mempelajari era Rasulullah saw dan keempat Khalifah beliau. Contoh-contoh berberkat mereka membuktikan bahwa Islam merupakan sumber perdamaian dan keadilan yang mengajarkan kebebasan beragama secara universal dan juga pluralisme.
Sebagai contoh pada masa Umar (ra), Khalifah kedua Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam), Islam menyebar hingga ke Suriah dan dan pemerintahan Muslim dibentuk. Namun setelah diserang oleh kekaisaran Romawi umat Muslim terpaksa meninggalkan negara tersebut. Sejarah menjadi saksi bahwa setelah kepergian mereka umat Kristen di Suriah merasa bersedih dan berdoa sungguh-sungguh supaya umat Islam dapat kembali, karena mereka telah melihat bagaimana pemerintah Muslim selalu melindungi hak-hak mereka.
Karena itu sungguh sangat disayangkan dan menyedihkan bahwa saat ini pemerintah dan pemimpin Islam telah melupakan ajaran sejati agama mereka dan hanya peduli pada kursi kekuasaan dan kepentingan pribadi mereka. Ketidakadilan dan kekejaman mereka telah meningkatkan kekhawatiran dalam masyarakat setempat, dan pada akhirnya keluhan itu memicu organisasi ektremis dan teroris.
Bagaimanapun selama masa yang sulit ini para pemangku kekuasaan dan lembaga-lembaga internasional memiliki tanggung jawab untuk bertindakan dengan penuh keadilan setiap saat. Ketika perselisihan muncul, lembaga internasional seperti PBB harus bertindak tanpa memihak dan memperlakukan sama. Dan motivasi mereka haruslah untuk mewujudkan perdamaian dan rekonsiliasi antara semua pihak. Faktanya nyata nya yaitu jika bangsa dan kelompok bertindak adil di masa lalu maka kekacauan dan ketidakstabilan yang kita lihat saat ini tidak akan menyebar dan kita tentu tidak akan menghadapi krisis pengungsi seperti sekarang ini.
Prinsip Islam yang penting lainnya dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah Al-Mukminun [23]: 9 yang menyatakan bahwa Muslim sejati adalah mereka yang senantiasa menunaikan amanat dan perjanjian mereka, dan berusaha menjaga kepercayaan yang telah diberikan kepada mereka.
Menurut saya prinsip ini bukan hanya untuk umat Islam tetapi merupakan prinsip yang universal bagi seluruh bangsa dan manusia. Semua negara dan lembaga internasional memiliki tanggung jawab yang besar dan tugas pemimpin mereka untuk memastikan bahwa mereka menjalankannya dengan kejujuran, integritas dan keadilan. Pemerintah dan para politisi bertanggung jawab untuk melayani rakyatnya dan melindungi masa depan bangsa mereka dan tidak menganggap hal itu sebagai tugas yang remeh.
Demikian pula tujuan utama yang tercantum dalam piagam PBB adalah ‘untuk menyelamatkan generasi penerus dari ancaman perang’, ‘hidup bersama dalam damai’ dan ‘menjaga perdamaian dan keamanan internasional.’
Piagam PBB secara spesifik menyatakan bahwa tujuan mereka didasarkan atas keinginan untuk menyelamatkan manusia dari kesalahan-kesalahan yang menyebabkan dua Perang Dunia di abad ke-20. Setelah memiliki tanggung jawab yang besar ini, PBB harus berusaha memenuhi tujuan mulianya dan benar-benar menghargai perdamian dunia sebagai masalah yang sangat penting di zaman kita.
Tetapi sayangnya tanggung jawab ini telah diabaikan. Saya percaya jika semua pihak memahami tanggung jawab mereka dan bertindak secara adil dan saling memenuhi hak satu sama lain maka masih ada waktu bagi kita untuk melewati awan hitam peperangan dan pertikaian yang menyebar di sekitar kita dan memberikan rasa aman.
Selain itu saya juga memberikan masukan kepada negara-negara besar supaya berjuang sepenuh hati dan penuh kejujuran untuk mewujudkan perdamaian dunia. Semoga Allah mengaruniai kebijaksanaan kepada semua orang di dunia dengan mengesampaingkan kepentingan pribadi untuk kebaikan bersama. Jika kita gagal dalam tugas ini maka seperti yang saya sampaikan dalam banyak kesempatan, dunia tengah bergerak cepat menuju perang dunia lainnya, yang jika terjadi maka dampaknya akan terasa sampai beberapa generasi, karena saat ini banyak negara yang memiliki senjata nuklir. Konsekuensi dari perang semacam ini tidak akan terbayang oleh pikiran kita.
Kita harus bertanya pada diri sendiri, apakah kita ingin meninggalkan dunia yang lebih baik untuk anak-anak dan generasi masa depan kita, atau apakah kita ingin mewariskan peperangan, pertumpahan darah dan kesedihan dan duka cita yang tidak terhitung? Semoga Allah melindungi umat manusia dan mengampuni kita dan memberikan karunia kepada setiap orang untuk bertindak adil, menggunakan akal sehat, dan niat baik terhadap yang lain, sehingga kita dapat melindungi anak-anak kita dan generasi yang akan datang.
Dengan kata-kata ini saya akan mengakhiri pidato ini dan sekali lagi saya mengucapkan terima kasih kepada anda semua karena menerima undangan kami. Semoga Allah memberkati anda semua.
Sumber: Review of Religions
Penerjemah: Mln. Syihab Ahmad